26
BAB III TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DEMONSTRASI
A. Praktek Demonstrasi Pada Masa Khulafur Rasyidin
Sejarah mencatat bahwa unjuk rasa atau demonstrasi pernah terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Utsman memang dikenal sebagai
seorang sahabat Nabi yang sangat populis. Saat ia masuk awal Islam.
1
Utsman bin afwan naik menjadi khalifah menggantikan Umar bin Khattab lewat prosedur formatur.
2
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan banyak sekali gejolak- gejolak yang terjadi baik dari kalangan sahabat maupun dari kalangan rakyat
pada saat itu karena kebijakan-kebijakan Utsman yang dinilai kontroversial. Sehingga banyak yang mengkritik dan melakukan pemberontakan untuk
menurunkan Utsman dari kekhalifahan. Sebagian ahli sejarah menilai, bahwa Utsman melakukan nepotisme. Ia mengangkat sanak saudaranya, dalam
jabatan-jabatan strategis yang paling besar dan paling banyak menyebabkan suku-suku dan kabilah-kabilah lainnya merasakan pahitnya tindakan Utsman
itu.
3
Salah satu tindakan atau kebijakan Utsman yang mengakibatkan banyak protes demonstrasi serta meluasnya oposisi yaitu kebijakan baru
tentang tanah. Utsman mengambil beberapa kebijakan yang jauh berbeda
1
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, hal. 89.
2
Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri’; Sejarah Pembentukan Hukum Islam, Depok: Gramata
Publishing, 2010, hal. 93.
3
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007, hal. 91.
27
dengan para pendahulunya Abu Bakar dan Umar. Dia mengadopsi sebuah kebijakan baru pada tahun 30 H.
4
Yaitu jika seorang penduduk Hijaz memiliki kekayaan di wilayah yang ditaklukkan, dibolehkan baginya untuk mengganti
kekayaan itu dengan kekayan yang ada di daerahnya. Alasannya, dalam pandangan Utsman, hal ini ditunjukkan untuk mengurangi tekanan dari
beberapa kota, seperti Kuffah dan Bashrah, karena pertambahan penduduk Badui dan budak-budaknya melahirkan banyak problema sosial.
Kebijakan ini disambut gembira oleh penduduk Hijaz. Namun izin untuk menukarkan tanah merupakan sebilah pedang yang bermata dua. Para
sahabat yang memiliki tanah-tanah di Hijaz mulai menjual tanah-tanah mereka dan membeli tanah-tanah baru di berbagai propinsi. Thalhah, misalnya,
membeli banyak tanah dari pemiliknya yang berada di Hijaz. Kebijakan ini telah melahirkan kelas-kelas elit pemilit tanah dan tuan tanah.
5
Orang-orang Quraisy terkemuka yang sebelumnya hanya berkutat di Mekkah akibat kebijakan Umar, kini menyebar ke berbagai negara Islam di
dunia dan mereka menjadi sumber-sumber penderitaan. Orang-orang kecil pemilik tanah menjual tanah mereka kepada para pemilik modal, yang bisa
menginvestasi sejumlah uang yang dimilikinya. Orang seperti Thalhah, Zubair, Marwan bin Hakam membeli tanah dengan jumlah yang besar akibat
adanya dispensasi ini. Negara yang semula berdasarkan persaudaraan dan persamaan kini
tampaknya mulai mengalami pergeseran karakter. Para elit baru mulai
4
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, Penerjemah; Samson Rahman Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2000 hal. 180.
5
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, hal. 180.
28
mengeksploitasi orang miskin dan mencari kekuasaan dan pengaruh lewat kekayaan dan kemamuran yang mereka miliki. Istana-istana rumah-rumah
yang indah, budak-budak, kuda dan unta, binatang-binatang dan ternak, pakaian-pakaian dengan harga mahal, makanan-makanan yang lezat, dan alat-
alat perlengkapan, kini bukan lagi monopoli Syiria ataupun Iraq, bahkan di dua kota Suci pun mulai ada.
6
Maka tidaklah mengeherankan jika orang seperti Abu Dzar Al-Ghifari, seorang sahabat yang terkenal, secara terang-terangan di depan publik
memprotes keras tindakan eksploitasi orang-orang kaya atas orang-orang miskin. Misi pokok yang diembannya adalah, bahwa orang-orang miskin
hendaknya melakukan perlawanan terhadap orang-orang kaya dan menghukum mereka dengan besi panas yang akan membakar bagian dahi,
lambung dan punggung mereka. Dia mendasarkan tindakannya itu kepada sebuah ayat Al-
Qur‘an yang menyinggung tentang para pemilik modal.
7
Ayat tersebut ialah :
6
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, hal. 181.
7
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, hal. 181.
29
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi
manusia dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih, 35 pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu
sendiri, Maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu. QS. At-Taubah: 34-35.
Konflik akibat adanya kebijakan baru tentang tanah itu pertama kali
muncul di Kufah pada tahun 33 H, yaitu tiga tahun setelah kebijakan ini di umumkan. Sa‘ad bin Al-Ash, gubernur baru Kufah, dilaporkan telah berbicara
di depan publik dengan menyatakan, ―Kufah adalah surga orang-orang Quraisy.‖ Para pendengarnya yang kebanyakan dari orang-orang Yaman
sangat marah atas pernyataan ini, karena didalamnya mengandung implikasi bahwa Kufah adalah monopoli Quraisy.
8
Ini menjadi salah satu faktor pemicu menyebarnya kekecewaan dan meluasnya protes unjuk rasa terhadap
khalifah Ustman. Cara dan kebijakan Utsman serta gaya hidup yang ditempuhnya telah
banyak menyebabkan krisis dan mengundang kritik keras serta krisis kepercayaan di antara para sahabat. Salah satu sahabat yang mengkritik karena
tindakan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh Utsman adalah : Abdullah Ibnu Mas‘ud, oposisi dari anggota yang memilih Utsman.
Sifatnya sangat moderat dan tidak keras. Oposisi yang sebenarnya datang dari beberapa sahabat di luar mereka yang memiliki posisi dan kedudukan yang
8
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, hal. 182.
30
sama dan sederajat serta dikenal luas oleh masyarakat saat itu. Abdullah bin Mas‘ud adalah sahabat yang memenggal kepala Abu Jahal dalam perang badar
dan memainkan peran penting di awal-awal Islam, adalah sahabat yang demikian keras menantang kebijakan-kebijakan yang dilakukan Utsman.
9
Dia adalah kepala kas negara di Kufah saat Sa‘ad bin Abi Waqqas menjabat sebagai gubernur. Dia masih memegang jabatan itu saat Sa‘ad bin
Abi Waqqas telah berhenti menjabat. Gubernur yang baru, Walid, pernah meminjam uang dari kas negara baiitul mal, gagal untuk mengembalikan
pinjaman itu dengan tepat waktu. Abdullah bin Mas‘ud menolak untuk memberi perpanjangan waktu. Tatkala kasus itu diajukan kepada khalifah,
Utsman menyarankan untuk memberi perpanjangan waktu sesuai dengan apa yang diminta oleh sang gubernur. Atas permintaan ini, dia mengundurkan diri
dari jabatannya dan melakukan protes terhadap khalifah dan menyatakan, bahwa Utsman telah memberikan perlindungan kepada seorang pengutang
yang memiliki hubungan dengannya. Abdullah bin M as‘ud mengatakan bahwa
tugas dia sebagai seorang kepala kas negara adalah melindungi kepentingan rakyat.
Protes dan kritik yang dilakukan di depan umum oleh Abdullah bin Mas‘ud semakin keras. Ketika Musha‘ab bin Sa‘ad, seorang sahabat Nabi,
melihat Utsman membakar mushhaf-mushhaf, lalu orang-orang yang melihat merasa terkejut
10
. Abdullah bin Mas‘ud protes serta mengkritik karena semua mushhafdibakar kecuali satu mushhafyang dia sendiri telah ikut membantu
9
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, hal.183.
10
Ali Muhamad Ash-Shalabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, Penerjemah: Muslich Teman dan Ahmad Yaman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012, hal. 197.
31
mempersiapkannya dan sesuai dengan aslinya. Abdullah bin Mas‘ud sangat
tidak setuju dengan keputusan ini dan menuduh Utsman telah melakukan inovasi bid‘ah.
Kemudian, Abu Dzar Al-Ghifari, ia adalah seorang sahabat yang sangat alim dan shaleh, salah seorang ahli hadis ternama
11
. Abu Dzar adalah sosok sahabat yang keras menentang segala kemegahan dan kemewahan yang
melanda masyarakat Islam. Dia tinggal di Madinah pada pemerintahan Abu Bakar, pemerintahan Umar dan di awal-awal pemerintahan Utsman. Dia
adalah satu dari empat atau lima orang yang pertama masuk Islam. Rasulullah pernah suatu waktu menyamakan dia dengan Nabi Isa. Dia demikian sifat
yang sangat sederhana, baik budi dan tidak takut terhadap apapun. Perhatian dan komitmennya kepada orang-orang yang melarat, miskin dan fakir
demikian tinggi dan mendalam.
12
Abu Dzar adalah orang Muslim pertama yang melakukan protes secara terbuka terhadap kelompok masyarakat kaya yang dihasilkan oleh
penaklukan-penaklukan Islam. Dia memperjuangkan hal tersebut dengan gigih penuh berani dan keyakinan. Dia sangat kritis terhadap kebijakan politik
Utsman. Dia bersikap menantang terhadap terhadap pemberhentian beberapa gubernur, dia juga tidak setuju dengan penempatan orang-orang dekat dan
kerabat Utsman di posisi-posisi penting.
13
11
Muhamad Husain Haekal, Usman bin Affan: Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007. Cet. 5, hal. 132.
12
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, Penerjemah Samson Rahman Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2000 hal. 183.
13
Afzal Iqbal, Diplomasi Islam, hal. 185.
32
Lebih daripada itu semua ia memprotes keras bahwa khalifah memiliki wewenang dan otoritas untuk menekan dan memangkas kebebasan berpikir
dan membungkam pendapat orang-orang yang mengkritiknya. Apalagi sampai mengasingkan dan membuangnya karena kritikan-kritikan dan ungkapan-
ungkapan tersebut. Dia lebih suka jika Tuhan suka kepadanya daripada khalifah senang., namun Allah murka, dia selalu lantang kepada hal-hal yang
di anggap benar dan tegas untuk menyuruh khalifah untuk berjalan di atas jalan yang lurus.
14
Pemerintahan Utsman selanjutnya menghadapi persoalan serius.
15
Menyebarnya para demonstran baik dari kalangan masyarakat maupun sahabat membuat khalifah Utsman merasa diambang perpecahan. Propaganda demi
propaganda para penentang Utsman makin membesar yang mengantarkan kepada kematiannya. Utsman tewas terbunuh pada tahun 36 H656 M akibat
penyerbuan para pembangkang yang kecewa atas kepemimpinannya.
16
Setelah itu jabatan khalifah dipegang Ali bin Thalib melalui majelis syura.
B. Pendapat Para Ulama Tentang Demonstrasi