Terdapat beberapa asas yang digunakan untuk memungut pajak sebagaimana yang dapat kita lihat dalam UU yaitu
50
1. Asas tempat tinggal asas domisili
:
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik berasal dari dalam maupun
berasal dari luar negeri; 2.
Asas sumber Negara berhak untuk mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Contoh : orang asing yang memperoleh penghasilan di
Indonesia dikenai pajak walaupun dia tidak bertempat tinggal di Indonesia;
3. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan seseorang. Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal dalam
suatu wilayah negara untuk membayar pajak kepada negara tersebut.
6. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak di Indonesia di bagi menjadi 3 sistem yaitu
51
1.
Official Assesment System
:
50
Waluyo,Perpajakan Indonesia Edisi 2005, Panerbit Salemba Empat:Jakarta,2005,hal.16.
51
Mardiasmo,Perpajakan Edisi Revisi 2008, Penerbit Andi:Yogyakarta,2008,hal.7.
Universitas Sumatera Utara
Sistem ini memberikan wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya wajib pajak yang terutang. Ciri-ciri
official assesment system adalah :
a. Wewenang untuk menentukan pajak terutang berada pada
fiskus; b.
Wajib pajak bersifat pasif; c.
Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan oleh fiskus;
2.
Self Assesment System
Suatu sistem yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Wajib
pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besar
pajak yang harus dibayar; 3.
With holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pihak ketiga menyetor dan melaporkan besarnya pajak
yang harus dibayar kepada fiskus, tugas fiskus hanya
Universitas Sumatera Utara
mengawasi pelaksanaan pemotonganpemotongan yang dilakukan oleh pihak ketiga.
52
“Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh :
Indonesia menganut self assesment system yang mempercayakan penghitungan pajak yang harus dibayar kepada wajib pajak, hal tersebut dapat
dilihat dari penjelasan umum UU Nomor 6 Tahun 1983 yang menyatakan bahwa “anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan
kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terutang self assesment” dan pasal 12 ayat 2 UU
Nomor 28 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa : “Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang
disampaikan oleh wajib pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”. Selain menganut self assesment system Indonesia juga menganut sistem
withholding dalam UU Pajak Penghasilan, hal tersebut dapat kita lihat dalam
ketentuan pasal 21 ayat 1, pasal 22, pasal 23 UU Penghasilan. Pasal 21 ayat 1 yang menyatakan bahwa :
52
Wiryawan B Ilyas dan Richard Burton,Hukum Pajak Edisi 4, Penerbit Salemba Empat : Jakarta,2008,hal.33.
Universitas Sumatera Utara
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun; d.
Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas; e.
Penyelenggaraan kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.”
Adapun pihak ketiga yang diberi wewenang memungut PPh pasal 22
53
a. Bank devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC atas impor
barang; adalah :
b. Direktorat Jenderal Anggaran, bendaharawan pemerintah baik ditingkat
pusat maupun pemerintah daerah yang melakukan pembayaran atas pembelian barang;
c. Badan Usaha Milik Negara BUMN maupun Badan Usaha Milik Daerah
BUMD yang melakukan pembayaran atas pembelian barang yang dananya dari belanja negara dan atau belanja daerah;
53
Mardiasmo,Op.cit.hal.202.
Universitas Sumatera Utara
d. Bank Indonesia BI, Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN,
Badan urusan Logistik Bulog, PT Telekomunikasi Indonesia Telkom, PT Perusahaan Listrik Negara PLN, PT Garuda Indonesia, PT Indosat,
PT Krakatau Steel, Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun non-
APBN. e.
Badan usaha yang bergerak dibidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh
kepala Kantor Pelayanan Pajak KPP, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
f. Pertamina serta badan usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang
bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya;
g. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh kepala KKP atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang
pengumpul. Pihak ketiga yang diberikan wewenang untuk memotong PPh pasal 23
54
a. Badan pemerintah;
yaitu :
54
Penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 adalah dividen; bunga termasuk termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;royalty;hadiah dan
penghargaan selain yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21; bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi;imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2; sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta. Lihat lebih jelas dalam Pasal 23 UU Nomor 17 Tahun 2000
Universitas Sumatera Utara
b. Subjek pajak badan dalam negeri;
c. Penyelenggaraan kegiatan;
d. Badan usaha tetap;
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
f. Orang pribai sebagai wajib pajak dalam negeri yang telah mendapat
penunjukan dari Direktur Jenderal Pajak DJP untuk memotong PPh pasal 23 yang meliputi :
1. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT
kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas.
55
2. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan.
7. Timbulnya Utang Pajak