Asas Menurut Falsafah Hukum

pemerintah tersebut, akan tetapi sebagai keseluruhan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 6 Asas keringanan beban, asas ini menyatakan bahwa meskipun pengenaan pungutan merupakan beban masyarakat atau perorangan dan betapapun tingginya kesadaran berwarganegara, akan tetapi hendaknya diusahakan bahwa beban tersebut sekecil-kecilnya. 7 Asas keseimbangan, asas ini menyatakan bahwa dalam melaksanakan berbagai asas tersebut yang mungkin saling bertentangan, akan tetapi hendaknya selalu diusahakan sebaik mungkin. Artinya tidak mengganggu perasaan hukum, perasaan keadilan, dan kepastian hukum.

b. Asas Menurut Falsafah Hukum

Sebagaimana diketahui bahwa pajak harus dipungut berdasarkan keadilan dan oleh karenanya hukum pajak harus mengabdi kepada keadilan 44 . Sejak lama orang-orang berfikir dan berusaha mencari jawaban atas dasar apa negara seakan- akan memberikan hak kepada diri sendiri untuk membebani rakyatnya dalam bentuk pengenaan pajak. Sejak abad ke 18 timbul berbagai teori yang berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut dan memberikan dasar kepada negara untuk memungut pajak dari rakyatnya. Teori-teori pajak yang dikemukakan sejak abad ke 18 hingga sekarang yang memberikan dasar bagi negara dalam melakukan pemungutan pajak akan diuraikan sebagai berikut 45 44 R Santoso Brotodihardjo,Op.Cit.hlm.29 45 Ibid,hlm.30-36 : Universitas Sumatera Utara a. Teori Asuransi Teori ini menyatakan adalah tugas dari negara untuk melindungi rakyat dan juga kepentingannya seperti keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak lainnya. Seperti halnya perjanjian asuransi pertanggungan maka untuk mendapatkan perlindungan tersebut rakyat harus membayar pajak kepada negara dan pajak ini dianggap seperti premi dalam perjanjian asuransi. Teori yang menyamakan pajak sama dengan premi dalam perjanjian asuransi tidaklah tepat karena jika timbul suatu kerugian, maka tidak ada suatu penggantian kerugian dari negara sebagaimana halnya jika terjadi suatu evenemen maka perusahaan pertanggungan akan memberikan penggantian kerugian, selain alasan-alasan di atas juga tidak terdapat hubungan antara pajak yang dibayarkan dengan penyelenggaraan jasa maupun fasilitas-fasilitas dari negara, karena jasa maupun fasilitas yang diberikan ditujukan pada umum bukan untuk kepentingan perorangan. b. Teori Kepentingan Teori ini menyatakan bahwa tugas negara adalah untuk melindungi kepentingan rakyatnya, dan oleh karenanya adalah suatu kewajaran negara membebankan biaya pada rakyatnya untuk mengganti biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh negara untuk Universitas Sumatera Utara melaksanakan kewajibannya itu. Semakin besar kepentingan seseorang maka semakin besar pula biaya yang dibebankan padanya. Terhadap teori ini menurut R Santoso Brotodihardjo, tidaklah benar dan banyak para ahli yang menyanggah teori ini karena dalam teori ini karena dalam teori ini pajak dikacaukan dan dicampurkan pula dengan retribusi karena menyebutkan bahwa berdasarkan kepentingan yang lebih besar misalnya perlindungan terhadap harta benda maka si kaya akan membayar biaya yang lebih besar daripada si miskin, padahal si miskin juga memiliki kepentingan yang lebih besar misalnya dalam hal mendapatkan jaminan sosial sehingga si miskin harus membayar lebih besar, dan juga apa yang dijadikan alat untuk mengukur kepentingan seseorang dan juga apa yang dijadikan alat untuk mengukur kepentingan seseorang dan juga menurut Penulis bahwa teori ini tidaklah mengabdi kepada prinsip-prinsip keadilan karena jika kepentingan seseorang yang dijadikan dasar pemungutan pajak maka negara akan cenderung mengutamakan dan melindungi orang-orang kaya dan meninggalkan kepentingan orang-orang miskin, hal mana yang tidak seharusnya terjadi dan memang pada kenyataannya teori ini sudah semakin ditinggalkan karena tidak sesuai dengan kenyataan. Universitas Sumatera Utara c. Teori Gaya PikulTeori Daya Pikul 46 Menurut teori ini beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya yang artinya harus dibayar sesuai gaya pikul. Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang dilakukan oleh negara kepada warga negaranya, yaitu untuk melindngi jiwa dan harta bendanya. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara ini dipikul oleh seluruh orang yang menikmati perlindungan ini. Teori ini juga tidak dapat diukur dengan pasti an juga selalu berubah dengan berubahnya zaman. Meskipun ajaran ini dapat menjelaskan hubungan antara jumlah pajak yang harus dipungut dengan besarnya gaya pikul sehingga dapat memuaskan dari sisi kedilan namun masih juga menimbulkan pertanyaan bagaimana caranya, jika sesuatu yang harus dikenakan pajak sudah diketahui, tarif manakah yang harus diberlakukan, apakah tarif yang profosional, yang degresif ataukah yang progesif dan berapa besar persentase pajak yang akan digunakan untuk tarinya. Hal ini akan sangat tergantung dari rasa keadilan dari zaman ke zaman. Kecenderungan para ahli pajak saat ini, untuk menetapkan jumlah pajak berdasar besar penghasilan dengan juga memperhatikan besarnya tanggungan keluarga. 46 Mardiasmo dan Bohari menggunakan istilah daya pikul sedangkan R.Santoso Brotodihardjo dan Waluyo menggunakan istilah Teori Gaya Pikul. Universitas Sumatera Utara Hal ini dapat dilihat dari dua pendekatan yang digunakan oleh Mardiasmo untuk mengukur daya pikul seseorang yaitu 47 1. Unsur obyektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang; : 2. Unsur subyektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi. Contoh : Tabel.1 Perbandingan antara penghasilan dengan kebutuhan materiil Tuan A Tuan B Penghasilan bulan Rp.2 juta Rp. 2 juta Status Menikah dengan 3 anak Lajang Pph Tuan A sama besarnya dengan Tuan B, karena mempunyai penghasilan yang sama besarnya, hal ini jika dilihat dari unsur obyektif, sedangkan jika dilihat dari unsur subyektif Pph untuk Tuan A lebih kecil daripada Tuan B karena kebutuhan materiil yang harus dipenuhi Tuan A lebih besar. d. Teori Bakti atau Teori Kewajiban Mutlak 47 Mardiasmo,Op.cit,hal.3. Universitas Sumatera Utara Teori ini didasari paham organisasi negara organische staatsleer yang mengajarkan negara sebagai organisasi mempunyai tugas untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Negara harus mengambil tindakan atau keputusan yang diperlukan termasuk keputusan di bidang pajak. Dengan sifat seperti itu maka negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan rakyat harus membayar pajak sebagai tanda baktinya. Menurut teori ini dasar hukum pajak terletak pada hubungan antara rakyat dengan negara, dimana negra berhak memungut pajak dan rakyat berkewajiban membayar pajak. Kelemahan dari teori ini adalah negara bisa menjadi otoriter sehingga mengabaikan aspek keadilan dalam pemungutan pajak. 48 e. Teori Daya Beli Menurut W.H. van de Berge sebagaimana dikutip oleh R Santoso Brotodihardjo mengatakan bahwa negara sebagai groepsverband dengan memperhatikan syarat-syarat keadilan, bertugas menyelenggarakan kepentingan umum, dan karenanya dapat dan harus mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan termasuk tindakan- tindakan dalam pemungutan pajak. Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai wujud bakti kepada negara, maka rakyat harus membayar pajak. 49 48 Erly Suandy,Hukum Pajak,Penerbit Salemba Empat: Jakarta,2005,hal.30. Universitas Sumatera Utara Teori ini adalah teori modern, teori ini tidak mempersoalkan asal mulanya negara memungut pajak melainkan banyak melihat kepada “efeknya” dan memandang efek yang baik itu sebagai dasar keadilannya. Menurut teori ini maka fungsi pemungutan pajak jika dipandang sebagai gejala dalam masyarakat, dapat disamakan dengan pompa yaitu mengambil daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya ke arah tertentu. Teori ini mengajarkan, bahwa menyelenggarakan kepentingan masyarakat inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu, juga bukan kepentingan negara, melainkan kepentingan masyarakat yang meliputi keduanya itu. Teori ini menitikberatkan ajarannya kepada fungsi kedua dari pemungutan pajak, yaitu fungsi mengatur. Menurut para penganutnya, termasuk Prof.Adriani, teori ini berlaku sepanjang masa, baik dalam ekonomi bebas maupun ekonomi perencanaan yang terpimpin. Teori-teori ini merupakan pemecahan sehingga para ahli atau pemikir menamakannya sebagai asas menurut falsafah hukum, yang dalam “The four maxims” termasuk maxim pertama. 49 Ibid,hal.31. Universitas Sumatera Utara Meskipun demikian, beberapa prinsip telah berhasil juga dikembangkan sepanjang masa sehingga memberikan suatu kerangka yang dapat digunakan sebagai kriteria-kriteria sistem perpajakan yang adil. Prinsip-prinsip ini adalah antara lain, prinsip manfaat, dan prinsip kemampuan membayar.

c. Asas yuridis