Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG INFEKSI

MENULAR SEKSUAL (IMS)

Oleh :

Shamesh Baskaran

070100446

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG INFEKSI

MENULAR SEKSUAL (IMS) KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Shamesh Baskaran

070100446

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)

Nama : Shamesh Baskaran NIM : 070100446

Pembimbing Penguji

Tanda Tangan Tanda Tangan

(dr. Juliandi Harahap, M.A) (dr. Yahwardiah Siregar, PhD)

Tanda Tangan


(4)

Abstrak

Infeksi menular seksual (IMS) adalah suatu masalah kesehatan di kalangan remaja dalam masa kini. Terdapat pelbagai faktor yang dapat dihubungkan kepada insidensi IMS yang semakin meninggi. Antara lain faktor primer dari masalah ini adalah kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang IMS. Penelitian ini telah dilakukan bagi mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang IMS dan cara- cara pencegahannya.

Penelitian ini adalah suatu penelitian survey crossectional yang bersifat deskriptif. Telah didistribusikan angket-angket yang terdiri daripada pertanyaan - pertanyaan yang bersifat menguji pengetahuan mahasiswa/i tentang IMS dan cara-cara pencegahanya. Data yang diperoleh dari setiap responden telah di entry kedalam program komputer yaitu

Statistical Product and Service Solution (SPSS) dan hasilnya telah ditampilkan dalam

tabel distribusi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil seperti berikut yaitu secara keseluruhan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ada pada golongan cukup seramai 78 orang (88,6%). Dan tingkat pengetahuan tidak begitu relevan dengan umur tetapi lebih ketara dengan jenis kelamin yaitu mahasiswi perempuan dengan tingkat pengetahuan yang baik seramai 8 (12,3%) orang manakala laki-laki 2 (8,7%) orang.

Mahasiswi perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi ini mungkin disebabkan jumlah mahasiswi perempuan lebih banyak daripada jumlah mahasiswa yang berkelamin laki-laki.

Penelitian ini boleh diambil sebagai patukan dalam mengedukasi remaja masa kini supaya mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tentang IMS

Kata kunci: tingkat pengetahuan , Infeksi Menular Seksual, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.


(5)

Sexually transmitted infection (STI) is becoming a more apparent problem especially among adolescences these days. There are factors that contributes to the increasing numbers of STI cases. The primary factor is actually low level of knowledge and education on STI and its prevention methods. This research was done to evaluate the standard level of education and knowledge on STI and its prevention methods among the students of Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health Faculty), Universitas Sumatera Utara.

This crossectional survey research was done in a descriptive manner. Questionnaires that contains questions to test the students’ level of knowledge of on STI and its prevention methods were distributed. Data collected from the questionnaires were analised using the computer programme called Statistical Product and Service Solution (SPSS) and the results are presented in the form of tables.

Generally, the level of knowledge among the students on STI and its prevention methods are at moderate with 78 (88.6%) students. Although the level of knowledge was not very relevant with the age group of the students, the gender showed more prominent differences with 8 (12,3%) female students at the good category compared to only 2 (8,7%) male students at the same category.

The female students had a higher level of knowledge and this might be because there were more female respondents compared to male respondents.

This research can be taken as a base in educating the young generation today for a better level of knowledge on STI and its prevention method.

KEYWORDS : level of knowledge, sexually transmited infections, public health students.


(6)

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih kurnia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Juliandi Harahap, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

3. Dosen dan pengajar yang dihormati dari Departement Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas yang banyak memberikan materi yang membantu dalam penyiapan Karya Tulis Ilmiah.

4. Semua mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah bekerjasama dan turut serta mengambil bahagian dalam penelitian ini

5. Keluarga tercinta yang membantu memberikan dukungan moral.

6. Kepada teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Kepala Batas, 22 Nopember 2010

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Pengetahuan... 5

2.2 Infeksi Menular Seksual ... 6

2.3 Pencegahan ... 16

2.4 Alat kontrapsepsi dalam pencegahan IMS ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 19

3.1. Kerangka Konsep... 19

3.2. Definisi Operasional... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN... 21

4.1. Jenis Penelitian... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 21

4.4. Metode Pengumpulan Data... 22

4.5 Metode Analisa Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24

5.1 Hasil Penelitian... 24


(8)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 35

6.1 Kesimpulan... 35

6.2 Saran... 35

DAFTAR PUSTAKA... 36 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 5.1 Karakteristik jantina responden yang mengikuti penelitian 24 Tabel 5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian 25 Tabel 5.3 Karakteristik setambuk responden yang mengikuti penelitian 25 Tabel 5.4 Hasil analisis tingkat pengetahuan 26

Tabel 5.5 Sebaran gambaran soal kuesioner tingkatan stres responden 27 Tabel 5,6 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan umur 28

Table 5,7 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan

jenis kelamin 29 Table 5,8 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk 30


(10)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 : GAMBARAN ORGANISME PENYEBAB IMS GAMBAR 3.1 : KERANGKA KONSEP PENELITIAN


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Dan Kuesioner Subjek Penelitian Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas dan Realibilitas


(12)

Abstrak

Infeksi menular seksual (IMS) adalah suatu masalah kesehatan di kalangan remaja dalam masa kini. Terdapat pelbagai faktor yang dapat dihubungkan kepada insidensi IMS yang semakin meninggi. Antara lain faktor primer dari masalah ini adalah kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang IMS. Penelitian ini telah dilakukan bagi mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang IMS dan cara- cara pencegahannya.

Penelitian ini adalah suatu penelitian survey crossectional yang bersifat deskriptif. Telah didistribusikan angket-angket yang terdiri daripada pertanyaan - pertanyaan yang bersifat menguji pengetahuan mahasiswa/i tentang IMS dan cara-cara pencegahanya. Data yang diperoleh dari setiap responden telah di entry kedalam program komputer yaitu

Statistical Product and Service Solution (SPSS) dan hasilnya telah ditampilkan dalam

tabel distribusi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil seperti berikut yaitu secara keseluruhan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ada pada golongan cukup seramai 78 orang (88,6%). Dan tingkat pengetahuan tidak begitu relevan dengan umur tetapi lebih ketara dengan jenis kelamin yaitu mahasiswi perempuan dengan tingkat pengetahuan yang baik seramai 8 (12,3%) orang manakala laki-laki 2 (8,7%) orang.

Mahasiswi perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi ini mungkin disebabkan jumlah mahasiswi perempuan lebih banyak daripada jumlah mahasiswa yang berkelamin laki-laki.

Penelitian ini boleh diambil sebagai patukan dalam mengedukasi remaja masa kini supaya mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tentang IMS

Kata kunci: tingkat pengetahuan , Infeksi Menular Seksual, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.


(13)

Sexually transmitted infection (STI) is becoming a more apparent problem especially among adolescences these days. There are factors that contributes to the increasing numbers of STI cases. The primary factor is actually low level of knowledge and education on STI and its prevention methods. This research was done to evaluate the standard level of education and knowledge on STI and its prevention methods among the students of Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health Faculty), Universitas Sumatera Utara.

This crossectional survey research was done in a descriptive manner. Questionnaires that contains questions to test the students’ level of knowledge of on STI and its prevention methods were distributed. Data collected from the questionnaires were analised using the computer programme called Statistical Product and Service Solution (SPSS) and the results are presented in the form of tables.

Generally, the level of knowledge among the students on STI and its prevention methods are at moderate with 78 (88.6%) students. Although the level of knowledge was not very relevant with the age group of the students, the gender showed more prominent differences with 8 (12,3%) female students at the good category compared to only 2 (8,7%) male students at the same category.

The female students had a higher level of knowledge and this might be because there were more female respondents compared to male respondents.

This research can be taken as a base in educating the young generation today for a better level of knowledge on STI and its prevention method.

KEYWORDS : level of knowledge, sexually transmited infections, public health students.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah suatu masalah kesehatan dikalangan remaja dalam masa kini. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (1996), tahap IMS yang disebabkan oleh gonnore dan sifilis walaupun masih rendah, tetapi IMS sendiri masih pada batas epidemik.

Kaum muda cenderung untuk terlibat dalam aktivitas seksual dalam beberapa tahun terakhir sejak tahun 1970-an, dan 1980-an. Pengetahuan tentang IMS sangat rendah, bahkan pada masyarakat di daerah yang prevalensi IMSnya tinggi. Edukasi tentang seksual telah menjadi suatu topik yang amat kontroversial di kebanyakan sekolah, universitas dan keluarga. Setengah orang percaya bahawa abstinence adalah cara yang paling baik di mana remaja diajar bahawa seks itu haruslah hanya selepas bernikah. Setengah lagi berpendapat edukasi tentang pil KB adalah yang paling efektif. Sekumpulan besar juga menyatakan bahawa orang tua adalah edukator yang paling baik dalam mengajar remaja tentang IMS tetapi hanya 10 hingga 15 persen remaja hari ini membicarakan isu-isu seksual dengan orang tua mereka (Mudassir, Syed, Keivan & Tahir, 2010).

Konflik ini menyebabkan remaja masa kini tidak sama sekali menerima pendidikan tentang seks sehat. Mungkin juga ada kurangnya perhatian tentang IMS karena ia dapat dilihat bahawa ia dapat disembuhkan dengan mudah. Selain itu, satu lagi faktor yang turut mengkontribusi terhadap meningkatnya IMS adalah ketidaktahuan dan/atau ketidakmahuan remaja memakai kondom semasa bersenggama (Napier, 1997).

Infeksi Menular Seksual (IMS), baik yang ulcerative maupun non-ulcerative, diketahui mempermudah penularannya melalui berbagai mekanisme. Tetapi prevalensi IMS pada remaja dan dewasa muda di Indonesia belum diamati secara sistematis dan hanya diukur secara sporadis. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi menunjukkan prevalensi infeksi gonore, klamidia dan sifilis yang di Jayapura, Banyuwangi, Semarang, Medan, Palembang, Tanjung Pinang dan Bitung antara tahun 1994 sampai 2004 dilaporkan berkisar antara 0 hingga 22,2%.


(15)

Faktor tambahan yang harus dipertimbangkan adalah resiko bagi seorang yang dijangkiti IMS. Kelompok mahasiswa dalam suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Ehde, Holm, and Robbins (1995) telah mengevaluasi resiko IMS sebagai nol, tetapi dilaporkan frekuensi sangat tinggi dimana mahasiswa melibatkan diri dalam aktivitas seksual melalui vagina, peroral dan melalui anus tanpa menggunakan kondom. Dalam kasus-kasus lain mahasiswa dilaporkan mempunyai infomasi yang cukup tentang IMS tetapi sangat jelas bahawa persepsi yang dimiliki adalah salah.

Ini secara dasarnya menunjukkan mahasiswa masa kini jarang mengambil atau melakukan apa-apa tindakan yang di anggap penting dalam mencegah penularan IMS. Ini boleh disebabkan oleh banyak faktor dan pelbagai pihak dapat berperan tetapi yang paling umum adalah insidensi akibat kekurangan pengetahuan dikalangan remaja karena edukasi tentang seksual sehat yang tidak adekuat. Selain mahasiswa seluruh anggota paramedis, dosen-dosen dan juga orang tua haruslah bersedia menjadi edukator yang baik dan sekaligus mempelajari bagi manfaat diri sendiri tentang isu ini supaya dapat mengurangkan insidensi IMS secara efektif (Stoskopf, 1999).

World Health Organisation (WHO) pada tahun 2000 merekomendasikan

surveilans generasi kedua untuk IMS terutamanya infeksi Human Immunodeficiency

Virus (HIV). Prevalensi IMS merupakan salah satu indikator biologis yang penting dalam

sistem surveilans generasi kedua tersebut. Selain mempermudah penularan HIV, IMS juga menunjukkan adanya perilaku seksual yang berisiko. Prevalensi IMS yang tinggi pada suatu populasi di suatu tempat merupakan pertanda awal akan risiko penyebaran IMS. Di lain pihak, peningkatan penggunaan kondom akan lebih cepat tergambar melalui penurunan prevalensi IMS daripada penurunan prevalensi HIV. Selain menggambarkan perubahan perilaku, penurunan prevalensi IMS dapat memberikan gambaran luasnya cakupan dan peningkatan kualitas program penanggulangan IMS. Oleh karena itu, data prevalensi IMS yang diamati secara periodik melalui surveilans, berperanan penting untuk melihat kecenderungan perilaku seksual, potensi penyebaran IMS, dan untuk merencanakan, memonitor, mengevaluasi serta meningkatkan upaya penanggulangan IMS.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan golongan mahasiswa tentang infeksi menular seksual, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa


(16)

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Sumatera Utara (USU) Tentang Infeksi Menular Seksual”.

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,secara garis besar dapat dirumuskan satu masalah yaitu:

• Adakah tingkat pengetahuan mahasiswa mencukupi tentang infeksi menular seksual?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Meneliti dan menggambarkan tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai infeksi menular seksual (IMS).

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran pengetahuan para mahasiswa FKM USU terhadap

pengetahuan tentang pengertian dan gejala-gejala IMS.

2. Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa FKM USU tentang cara pencegahan penyakit infeksi menular seksual pada mahasiswa.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Mahasiswa supaya dapat mengetahui tingkat pengetahuan mereka tentang infeksi menular seksual.

2. Petugas Kesihatan Masyarakat dapat mengetahui tigkat pengetahuan masyarakat mengenai infeksi menular seksual dan cara pencegahannya pada golongan mahasiswa


(17)

sehingga dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesihatan untuk tindakan selanjutnya.

3. Peneliti dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis penelitian sekaligus menambah ilmu melalui penelitian tentang topik penelitian.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi atau Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penghindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan (cognitive) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu

b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c) Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d) Trial, orang mulai mencoba perilaku baru

e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Dari teori Bloom yang dikutip dari Benjamin Bloom (1956) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


(19)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari. Pada situasi suatu kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2 Infeksi Menular Seksual

2.2.1 Definisi dan Epidemiologi Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang penularannya utama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital (kelamin ke kelamin) saja, tetapi dapat juga secara oro-genital (mulut ke kelamin), atau ano-genital (kelamin ke dubur). Walaupun IMS dikenal sebagai penyakit kelamin, namun bukan berarti penyakit tersebut hanya dapat terjadi dan terlihat akibatnya pada alat kelamin. Tanda-tanda IMS dapat juga terlihat di mata, tenggorokan, mulut, saluran pencernaan, hati, bahkan otak, dan organ tubuh lainnya. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, karena ada beberapa yang dapat juga


(20)

ditularkan melalui transfusi darah yang telah terinfeksi, kontak langsung dengan alat-alat, handuk, thermometer, dan ada juga yang dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya yang ada di dalam kandungan (Daili, 2007).

Infeksi menular seksual terjadi akibat berhubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi sebelumnya. Setiap orang yang sudah melakukan hubungan seksual, mempunyai risiko untuk terkena infeksi menular seksual. Risiko akan semakin tinggi apabila seseorang berhubungan seksual dengan banyak pasangan yang berbeda, atau pasangannya mempunyai banyak partner yang berbeda ataupun melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom (American Association of Family Physicians, 2007).

Selama dekade terakhir ini, insidens infeksi menular seksual cukup meningkat di berbagai negara di dunia. Banyak laporan mengenai penyakit ini, tetapi angka-angka yang dilaporkan tidak menggambarkan angka yang sesungguhnya. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada undang-undang yang mengharuskan melaporkan setiap kasus baru infeksi menular seksual yang ditemukan, bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam, fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga seringkali terjadi salah diagnosa dan penanganan, banyak kasus yang asimptomatik (tanpa gejala yang khas) terutama pada wanita dan pengontrolan terhadap infeksi menular seksual ini belum berjalan baik (Daili, 2007).

Pada tahun 1999 WHO memperkirakan, 340 juta kasus baru IMS dapat disembuhkan (sifilis, gonore, klamidia dan trikomoniasis) terjadi setiap tahun di seluruh dunia pada orang dewasa berusia 15-49 tahun. Di negara-negara berkembang, IMS dan komplikasinya di peringkat lima teratas kategori penyakit yang dewasa mencari perawatan kesehatan. Infeksi dengan IMS dapat menyebabkan gejala akut, infeksi kronis dan konsekuensi tertunda serius seperti infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher rahim dan kematian mendadak bayi dan orang dewasa.

Pada wanita hamil dengan sifilis awal yang tidak diobati, 25% dari kehamilan menyebabkan bayi lahir mati dan 14% kematian neonatal - sebuah kematian perinatal secara keseluruhan sekitar 40%. prevalensi Sifilis pada ibu hamil di Afrika, misalnya, berkisar antara 4% sampai 15%. Sampai dengan 35% dari kehamilan di antara


(21)

perempuan dengan hasil infeksi gonokokal diobati di aborsi spontan dan kelahiran prematur, dan sampai dengan 10% kematian perinatal. Dengan tidak adanya profilaksis, 30% sampai 50% dari bayi yang lahir dari ibu dengan gonore tidak diobati dan sampai 30% dari bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi klamidia yang tidak diobati akan terjadi infeksi mata serius (Oftalmia neonatorum), yang dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati dini. Diperkirakan, di seluruh dunia, antara 1000 dan 4000 bayi yang baru lahir menjadi buta setiap tahun karena kondisi ini (WHO, 2010).

Menurut satu kajian oleh Center for Research and Developmnet of Diseases

Control, NIHRD mengenai prevalensi infeksi menular seksual dan perilaku berisiko

terkait di kalangan anak jalanan di Jakarta, didapati bahawa prevalensi pemakaian kondom sangat rendah yaitu 5% selalu dan 6,5% jarang; prevalensi gonore 7,7%, klamidia 7,4%, sfilis 0% dan HIV 0%; bagian tubuh yang terinfeksi adalah dubur 2,2%, tenggorokan 2,2% dan uretra 9,5%; perilaku berisiko lain (pemakai aktif dan pernah) seperti merokok (77,5%), minum alkohol (49,4%), pakai obat terlarang, (31,7%), pakai narkoba suntik (4,4%), dan menghirup lem (20,1%); perilaku mencari pengobatan, 31,4% biasa mengobati sendiri (Sedyaningsih, 2000).

2.2.2 Cara-cara dan jenis-jenis infeksi menular seksual

Secara umum, IMS memang bisa ditularkan melalui hubungan seksual. Akan tetapi, karena hubungan seksual ternyata banyak ragamnya dan setiap cara juga bisa saja mengundang resiko penyakit yang tersendiri, maka para medis menguraikan sebab-sebab atau cara-cara yang sering mengakibatkan penularan dan hubungan yang terjalin dalam terjadinya IMS.

Antara hubungan lain yang boleh mengakibatkan IMS adalah seperti heteroseksual adalah hubungan seksual antara pria dan wanita. Homoseksual merupakan hubungan seksual antara pria dengan pria. Lesbianisme pula hubungan seksual antara wanita dengan wanita. Biseksual adalah hubungan seksual antara sesama jenis dan juga dengan lain jenis (baik pria dengan pria, pria dengan wanita atau wanita dengan wanita). Organ yang digunakan genito-genital (vagina sex) iaitu antara organ genital (alat kelamin) seterusnya oro-genital (oral sex) iaitu antar-organ genital dengan mulut akhirnya ano-genital (sodomi) yaitu antar-organ genital dengan anus.


(22)

Cara-cara kontak atau hubungan seksual tersebut menetukan masuknya kuman ke dalam tubuh dan juga menentukan kelainan awal pada organ yang sakit, sehingga memudahkan dalam menentukan diagnosis.

2.2.3 Organisme penyebab infeksi menular seksual

Secara umumnya, IMS disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, parasit dan jamur dan jenis-jenisnya hanya bisa dilihat melalui mikroskop.


(23)

GAMBAR 2.1: GAMBARAN ORGANISME PENYEBAB IMS (Wicaksono, Bambang. 2001)

2.2.4 Jenis-jenis penyakit yang disebabkan infeksi menular seksual

Yang tertulis di bawah ini adalah beberapa diantara sekian banyak jenis IMS yang telah dikenal dan sering di dalam masyarakat.


(24)

A. Candidasis Genitalis

Candidasis genitalis berasal dari nama sejenis jamur yang disebut Candida atau Monililia Albicans. Candida ini sering tumbuh pada organ genital, khususnya pada alat kelamin kaum wanita yang kurang dapat menjaga kebersihannya. Candida merupakan penyebab penyakit “keputihan” dan menyebabkan rasa gatal pada alat kelaminnya. Pada kaum wanita, vagina akan menjadi berawarna merah karena telah meradang atau bengkak dan kadang-kadang terlihat adanya bercak-bercak putih yang disebut keputihan. Faktor penyebab keputihan antara lain adalah diabetes militus atau penyakit kencing manis, pemakaian obat kortikosteroid (campuran hormon) atau antibiotika yang berlebihan, Pil KB (Keluarga Berencana) dan pengaruh iritasi atau luka setempat

Iritasi vulva, kadang-kadang diketahui sebagai pruritus vulva, hal yang menimbulkan stres. Dapat terjadi pada hampir semua umur, tetapi paling sulit ditangani pada wanita yang tua. Sebab-sebabnya adalah iritasi akibat sektret vagina. Ini terutama merupakan kasus pada anak dan wanita dengan infeksi Trichonomonas atau Candida, bahan kimia yang digunakan pada kulit vulva, misalnya antiseptik dan deterjen yang digunakan untuk mencuci celana dalam, gula dalam urin terkontrol dengan buruk, seringkali terdapat infeksi bersama Candida, penyakit vulva lokal seperti distrofi vulva atau manifestasi vulva dari lesi kulit yang umum seperti psoriasis dan akhirnya faktor psikologis

Pada beberapa pasien, antispetik dan bahan terkait yang digunakan pada kulit vulva dapat menimbulkan reaksi yang nyata. Sebaiknya dinyatakan pada pasien, apa yang ditambahkan pasien pada air mandi, dengan apa mencuci celana dalam, krim apa yang dipakai dalam kasus timbulnya reaksi alergi. Pada kelompok ini penggunaan bahan penyebab bersama dengan pemakaian krim lembut, seperti zinc dan minyak kastor, akan mengatasi kondisi ini. Walaupun demikian, penggunaan bahan yang menimbulkan iritasi, dapat memperberat rasa nyeri yang disebabkan hal lain, hal ini harus dicari jika gejala tidak mereda dengan cepat.

Urin harus selalu diuji kadar gulanya pada pasien dengan nyeri vulva. Jika terdapat gula dalam urin, maka harus dilakukan tindakan lebih lanjut akan adanya


(25)

diabetes. Jika ditemukan bersama infeksi Candida albicans, maka hal ini juga harus diobati.

B. Condyloma Acuminatum Condyloma Acuminatum adalah penyakit kelamin yang disebut sebagai kutil

kelamin yang sering menyerang organ genitalia pria mapun wanita. Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan Human Papiloma Virus (HPV). dengan gejala klinis berupa bintil-bintil yang mencuat runcing dan dapat membesar, menyerupai bentuk jengger ayam sehingga disebut pula penyakit jengger ayam. Virus HPV yang paling umum menyerang adalah tipe 4 dan 11 tetapi kadang-kadang tipe 16 dan 18 juga dijumpai. Tonjolan-tonjolan dapat timbul disetiap tempat di vulva dan mungkin sampai ke daerah anus.

C. Gonore

Gonore disebut juga dengan kencing nanah yang disebabkan oleh kuman Gonokokus atau neisseria yang tergolong dalam bakteri diplokokus. Gonore selain ditularkan dengan cara berhubungan seksual, juga dapat ditularkan melalui barang perantara yang sudah dipakai oleh penderita, seperti misalnya pakaian dalam, handuk dan sebagainya.

Ia menyerang laki-laki maupun perempuan, terutama kelompok dewasa muda di seluruh dunia. Pasien yang tidak diobati selama berbulan-bulan bisa menulari orang lain. Umumnya seseorang yang terkena Gonore akan terkena Klamidia secara bersamaan. Gonore akan menimbulkan gejala umum atau khusus setelah terinfeksi selama 2-7 hari. Antara lain gejala umumnya adalah nyeri, gatal, panas saat kencing. Pada laki-laki dan perempuan infeksi ini bisa tanpa gejala, namun umumnya baik perempuan maupun laki-laki gejala yang umum terjadi adalah tampak cairan berupa nanah kental pada kemaluan, atau ada perasaan tidak enak ketika pembuangan air kecil. Bila melakukan seks anal maka akan keluar cairan yang sama dari dubur. Jika melakukan oral seks (melalui mulut) maka Gonore akan menginfeksi kerongkongan.


(26)

Gejala kronis yang umum terjadi dari Gonore ini adalah kemandulan. Bayi yang baru lahir dan terinfeksi Gonore akan menunjukkan gejala seperti mata merah dan bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata itu akan mengeluarkan cairan yang kental. Apabila tidak ditindak lanjuti, maka akan terjadi kebutaan pada si bayi. Jenis tes yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan nanah dengan pemeriksaan gramstrain atau dengan cara pembiakan.

D. Herpes Genitalis

Herpes genitalis penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2). Kebanyakan herpes genital disebabkan oleh HSV-2. Kebanyakan orang tidak memiliki atau hanya tanda minimal atau gejala dari infeksi HSV-1 atau HSV-2. Ketika tanda-tanda yang terjadi, mereka biasanya muncul sebagai satu atau lebih lepuh pada atau di sekitar kelamin atau dubur. Istirahat lecet, meninggalkan borok tender (luka) yang dapat berlangsung dua sampai empat minggu untuk menyembuhkan merekayang pertama kali terjadi. Biasanya, wabah lain dapat muncul minggu atau bulan setelah yang pertama, namun hampir selalu kurang parah dan lebih pendek daripada wabah pertama. Meskipun infeksi dapat tinggal dalam tubuh tanpa batas, jumlah wabah cenderung menurun.

Gejala umum yang timbul adalah badan lemas, nyeri sendi pada daerah terinfeksi, demam. Gejala lain yang umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat kelamin, anus atau mulut.

Gejala khusus yang seing terjadi adalah bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan kemudian menghilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan muncul dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul alat kelamin akan terasa gatal atau panas. Pada waktu bintil-bintil tersebut muncul maka kemungkinan besar orang tersebut mengalami gejala seperti flu.

E. Trichomoniasis

Trichomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh jenis protozoa atau penyakit parasit bersel tunggal yang disebut Trichomonas


(27)

Vaginalis yang sering menyerang bagian bawah traktus uro-genitalis yakni saluran alat kemih/kelamin baik pria maupun wanita sehingga sering disebut pula infeksi trichomonas vaginalis. Infeksi ini dapat menyebabkan gejala seperti gatal-gatal, nyeri saat buang air kecil, dan peradangan pada vagina sehingga mengeluarkan banyak cairan vagina berwarna kuning dan berbau tidak enak, tetapi umumnya tidak menimbulkan komplikasi yang berat. Dalam skala kecil biasanya menunjukkan gejala berupa peradangan saluran kencing, tetapi umumnya tidak memiliki gejala. Pengobatan bakunya adalah dengan metronidazol oral.

F. Sifilis

Sifilis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri

Treponema pallidum. Hal ini sering disebut "peniru hebat" karena begitu banyak

tanda-tanda dan gejala yang bisa dibedakan dari orang-penyakit lainnya. Biasanya terdapat edema vulva generalisata unilateral yang cukup besar. Chancre dimulai sebagai makula kemerahan yang tidak nyeri, yang kemudian menjadi papula. Erosi permukaan dengan segera menimbulkan ulkus dengan tepi yang berbatas jelas, bulat dan teratur.

Dasarnya dapat memperlihatkan jaringan granulasi yang bersih, dengan warna merah yang suram, walaupun ada kemungkinan terdapat keropeng kekuningan yang kemudian mongering sebagai scab. Jika tidak diobati, lesi biasanya memerlukan waktu satu atau dua bulan untuk sembuh. Biasanya tidak terdapat nyeri, kecuali bila terdapat infeksi sekunder yang bermakna.

Manifestasi sekunder dari sifilis adalah generalisata, tetapi dapat termasuk daerah kemerahan pada vulva atau ulkus yang berkaitan dengan bercak kulit berwarna merah mawar yang umum. Lesi seperti ini harus selalu dicurigai.

Diagnosis sebelum terapi merupakan hal yang wajib. Pencarian spiroketa dalam kerokan dari dasar chancre biasanya mudah dilakukan, asal sampel diambil secara langsung. Walaupun demikian, kasus yang mencurigakan sebaiknya dirujuk ke klinik penyakit kelamin karena diagnose yang tepat sangat penting. Dalam diagnose banding harus dipikirkan lesi granulomatosa yang jarang-granuloma venereum atau imfogranuloma inguinale. Herpes vulva dengan inflamasi berat dan papula yang


(28)

memecah menjadi ulkus, jarang menyerupai sifilis. Diagnosis serologis biasanya memakan waktu enam minggu, dimana pada keadaan ini uji flokulasi seperti reaksi.

G.HIV/AIDS

Masa tunasnya adalah 3-11 tahun. Gejala Umum dari IMS jenis ini adalah virus walaupun sudah ada di dalam darah tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala khususnya pula adalah cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.

Gejala tidak terlihat walau telah terjangkit virus, bahkan alat kelamin masih terlihat sehat. HIV/AIDS ini sangat berbahaya dan mematikan, karena menyerang sistem imunitas tubuh manusia. Gejala yang ditimbulkan sangat kompleks, yang sulit dibedakan dengan penderita kanker stadium lanjut. Namun,umumnya gejala yang ditimbulkan akibat HIV/AIDS adalah demam, keringat malam, sakit kepala, kemerahan di aksila, paha atau leher, mencret yang terus menerus, penurunan berat badan secara cepat, batuk, dengan atau tanpa darah, dan bintik ungu kebiruan pada kulit.

2.3 Pencegahan

Dalam konteks kesehatan publik, tindakan mencegah merupakan tindakan yang lebih baik dari pada mengobati, oleh karena itu dorongan melakukan tindakan preventif dan promotif ditekankan untuk membantu masyarakat merubah perilaku yang lebih selaras dengan kaidah-kaidah hidup yang sehat UNAIDS, sebuah badan WHO yang khusus menangani IMS, memperkenalkan formula pencegahan IMS yang disebut sebagai kombinasi ABC, pola atau model pencegahan ini telah dikenal cukup lama dan diterapkan oleh berbagai institusi dalam pencegahan IMS.


(29)

a) A (Abstinence) artinya berpantang hubungan seks atau tidak berhubungan seks. Dalam konteks ini berpantang berarti menunda hubungan seks sampai pernikahan. b) B (Be faithful) artinya setia terhadap pasangan seks yaitu suami dan istri, dan tidak

memperpanjang jaring pasangan seksual. Hal ini bermakna himbauan untuk menimbang poligami dan peringatan untuk tidak melakukan aktifitas seksual diluar pernikahan.

c) C (Cleanliness) artinya menjaga kebersihan termasuk didalamnya adalah organ-organ reproduksi dan menjaga kesehatannya agar tidak tertular penyakit. IMS (infeksi Menular Seksual) dapat dicegah melalui kebersihan, terutama yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau kutu. IMS merupakan pintu penularan HIV, apalagi jika ada perlukaan. Bagi laki-laki, C juga berarti Circumsition atau khatan. d) D (Do the test) artinya melakukan tes secara sukarela berbasis konseling (VCT,

Voluntary Counseling Test). Terutama bagi komunitas yang beresiko tinggi. Tes

dapat mendorong seseorang beresiko tinggi untuk dapat mengetahui statusnya untuk selanjutnya dapat terlibat dalam proses pencegahan penularan lebih lanjut. e) E (Equipment sterilization) artinya sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan

penularan HIV/AIDS seperti jarum suntik. Untuk mengurangi dampak-dampak buruk sebaiknya para medis atau dokter menggunakan jarum suntik sekali pakai

(disposable syringe).

f) F (Find to an update information) artinya untuk terus dan senantiasa mencari serta belajar dari informasi terkini. Demikian pula informasi mengenai epidemiologisnya, kemungkinan mutasi virus, cara baru penularan, metode dan pendekatan perawatan dukungan dan treatment yang baru, termasuk kemungkinan adanya obat yang dapat ‘membunuh’ virus dan lain-lain.

g) G (Get action to prevent and for an appropriate care, support and treatment) artinya ketika menyadari bahwa penyebaran virus ini yang mengglobal di tengah hiruk pikuk globalisasi, dimana mobilitas manusia semakin cepat dan realtime, maka melakukan tindakan preventif tidak dapat ditunda lagi.

h) H (Harm reduction) artinya pengurangan dampak buruk terutama bagi IDU’s (pengguna jarum suntik) maupun juga dengan kelompok resiko tinggi lainnya.


(30)

Prinsip yang dianut tidak hanya mengurangi resiko penularan IMS saja tetapi juga sebagai upaya bertahap untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan.

2.4 Alat kontrapsepsi dalam pencegahan IMS

Selain itu secara lebih khusus dari pencegahan terjadinya IMS, Student Sexuality

Information Series (SSIS) of Brandeis University menyarankan beberapa alat-alat

kontrasepsi dalam pencegahan terjadinya IMS seperti berikut dibawah yang terbukti tinggi keefektifannya.

2.4.1 Bendungan Gigi (dental dams)

Dental dams atau bendungan gigi adalah suatu alat kontrasepsi yang di perbuat

daripada lateks dan berbentuk segi empat lembar yang digunakan untuk perlindungan dan keamanan semasa melakukan hubungan seks oral-vaginal atau seks oral-anal. Pelbagai jenis IMS dapat ditularkan antara pasangan selama melakukan oral seks, oleh karena itu adalah penting untuk menggunakan gigi bendungan bagi menghindari dari infeksi. Dental dams harus ditempatkan pada bahagian yang berkontak dengan mulut. Pastikan tidak dibalikkan bendungan gigi yang sudah digunakan bagi mencegah transmisi IMS antara pasangan. Selain itu, bila beralih dari vagina ke anus, atau ketika bertukar pasangan, jangan menggunakan gigi bendungan yang sama.

2.4.2. Kondom laki-laki

Kondom laki-laki adalah salah satu yang paling umum tersedia dalam

mengamalkan

perlindungan terhadap kedua

merekomendasikan menggunakan kondom laki-laki selama oral, anal, dan vaginal seks dan tidak menggunakan kondom yang sama untuk kedua seks vagina dan anal. Kebanyakan kondom laki-laki adalah terlubrikasi dan terbuat dari latex.


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Dari kerangka pemikiran diatas dapat dibuat bagan kerangka konsep sebagai berikut:

Pengetahuan:

• Pengertian • Gejala

• Cara pencegahan

Infeksi Menular Seksual


(32)

3.2 Definisi Operasional

a) Pengertian adalah kemampuan yang dimiliki mahasiswa untuk menjawab pertanyaan tentang infeksi menular seksual.

b) Gejala adalah simptom atau tanda-tanda klinis yang muncul akibat sejenis infeksi menular seksual.

c) Cara pencegahan adalah pemahaman tentang cara-cara yang dapat digunakan untuk mencegah dan menghalang penularan infeksi menular seksual.

d) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Bagi evaluasi untuk menentukan hasil penelitian, kuesioner dinilai dengan menggunakan metode presentasi skoring sebagai berikut:

1) Baik bila >75 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 2) Cukup bila 40-75 % pertanyaan dijawab benar oleh responden. 3) Kurang baik bila <40 % pertanyaan dijawab benar oleh responden

(Pratomo, Hadi, Sudarti, 1990)

BAB 4


(33)

4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei crossectional yang bersifat deskriptif, yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU mengenai infeksi menular seksual.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU, Medan, Propinsi Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Maret 2010 s/d Desember 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan angkatan 2006, 2007 dan 2008.

4.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental random

sampling. Menurut Notoatmodjo (2005), untuk mencapai jumlah sampel dari populasi

yang jumlahnya lebih kecil dari 10.000, dapat dihitung berdasarkan rumus: n = N

1 + N ( d2 ) n = sampel N = populasi

d = penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi ditetap sebesar 0.10 Hasil dari data sekunder dari FKM, jumlah mahasiswa FKM 2006, 2007 dan 2008 adalah 670 orang.

n = 670_ 1 + 670(0.12) n = 87


(34)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket berupa kuesioner.

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan data tingkat pengetahuan responden tentang infeksi menular seksual.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah didapatkan dari pihak Universitas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa di fakultas tersebut.

4.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas telah dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dipercayai dan memastikan hasil pengukuran yang konsisten dengan penelitian. Kuesioner ini telah diberikan kepada kelompok yang berciri sama dengan populasi target. Setelah selesai seminar proposal, 20 responden yang berciri sama dengan populasi target diminta mengisi kuesioner. Hasilnya diuji validitas dan reabilitasnya dengan menggunakan program SPSS

4.5 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data telah dianalisis secara deskriptif dan kategorik. Hasil akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi.


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri yang terletak di Kota Medan, Indonesia. USU adalah universitas pertama di pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.


(36)

Sebanyak 88 responden yang terdiri daripada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat telah mengikuti penelitian ini dari setambuk 2006 sehingga 2008.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik jenis kelamin responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.1

di bawah. Seramai 23 (26.1%) orang laki – laki dan 65 (73.9%) orang responden perempuan.

Tabel 5.1 Karakteristik kelamin responden yang mengikuti penelitian

Kara kteri stik umu r responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.2

di bawah.Sebahagian besar responden adalah berumur 21 tahun yaitu sebanyak 25 orang (28.4%) , kedua 22 tahun sebanyak 23 orang (26.1%) , ketiga 20 tahun sebanyak 20 orang (22.7%), 19 tahun sebanyak 7 orang (8.0%), diikuti 18 tahun, 23 tahun dan 24 tahun iaitu sebanyak 3 orang (3.4%) masing-masing dan yang paling sedikit yang berumur 26 tahun dan 31 tahun hanya 2 (2.3%) orang masing-masing.

Tabel 5.2 Karakteristik umur responden yang mengikuti penelitian

Umur n %

1 18 3 3.4

2 19 7 8.0

3 20 20 22.7

4 21 25 28.4

5 22 23 26.1

6 23 3 3.4

7 24 3 3.4

8 26 2 2.3

9 31 2 2.3

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 23 26.1

Perempuan 65 73.9


(37)

Total 88 100

Karakteristik setambuk responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.3 di bawah..

Tabel 5.3 Karakteristik setambuk responden yang mengikuti penelitian

5.1.3 . Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Pengetahuan

Hasil uji tingkat pengetahuan mengenai infeksi menular seksual dengan menggunakan angket dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil analisis tingkat pengetahuan

B erda sark an tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai infeksi menular seksual paling banyak berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 78 orang (88,6%), diikuti dengan kategori baik sebanyak 10 orang (11,4%) dan kategori kurang baik sebanyak 0 orang (0%). Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5

Setambuk n Percent

1 2006 30 34.1

2 2007 27 30.7

3 2008 31 35.2

Total 88 100

Tingkat pengetahuan n %

baik 10 11.4

cukup 78 88.6

kurang baik 0 0

Total

88

100.0


(38)

Tabel 5.5 Sebaran gambaran soal kuesioner tingkatan stres responden

Gambaran Salah % Benar %

1 Pengertian tentang Infeksi Menular Seksual (IMS)

2 2.3 86 97.7

2. Pengertian tentang gejala umum IMS 23 26.1 65 73.9 3. Pengertian tentang penularan IMS 5 5.7 83 94.3

4. Komplikasi IMS 12 13.6 76 86.4

5. Penularan IMS secara maternal. 52 59.1 36 40.9

6. Mikroorganisme penyebab IMS 50 56.8 38 43.2

7. Manifestasi klinis infeksi Candidiosis genitalis

9 10.2 79 89.8

8 Manifestasi klinis infeksi Condyloma

Acuiminatum

39 44.3 49 55.7 9. Manifestasi klinis infeksi Gonore 52 59.1 36 40.9 10 Tentang penyakit Virus herpes simpleks 2 10 11.4 78 88.6 11 Manifestasi klinis infeksi Trichomoniasis 60 68.2 28 31.8

12 Tentang penyakit siflis 17 19.3 71 80.7

13 Gejala infeksi HIV 79 89.8 9 10.2

14 Ciri umum pencegahan IMS 13 14.7 75 85.2

15 Ciri berpasangan satu sebagai pencegahan IMS

3 3.4 85 96.6

16 Ciri kebersihan sebagaipencegahan IMS 15 17.0 73 83.0 17 Ciri Gigi bendungan sebagai pencegahan IMS 63 71.6 25 28.4


(39)

Berdasarkan tabel bisa dilihat bahwa terdapat 23 soal. Setiap soal hanya dijawab ya, tidak atau tidak tahu. Pada setiap soalan jawaban yang betul bagi soalan yang ditanya diberi nilai 1 dan yang salah atau tidak tahu 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 1 yaitu dengan persentase sebesar 97.7%, sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 13 yaitu dengan persentase sebesar 89,8%. Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5,6.

Tabel 5,6 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan umur

Umur

Tingkat pengetahuan

Baik Cukup Kurang baik

n % n % n %

18 0 0 3 100 0 0

19 0 0 7 100 0 0

20 5 25 15 75 0 0

21 3 12 22 88 0 0

22 2 8.7 21 91.3 0 0

23 0 0 3 100 0 0

24 0 0 3 100 0 0

26 0 0 2 100 0 0

31 0 0 2 100 0 0

18 Ciri – ciri Spermisida sebagai pencegahan IMS

47 53.4 41 46.6 19 Faktor sosial sebagai pencegahan IMS 11 12.5 77 87.5 20 Ciri kondom sebagai pencegahan IMS 21 23.9 67 76.1 21 Kriteria D (Do the test) pada pola ABC

sebagai suatu pencegahan IMS

5 5.7 83 94.3

22 Jenis penyakit umum dalam IMS 37 42.0 51 58.0


(40)

Total 10 11.36 78 88.64 0 0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mahasiswa/i berumur 18 tahun sebanyak 3 orang mempunyai pengetahuan. Mahasiswa/i berumur 19 tahun sebanyak 7 orang mempunyai pengetahuan cukup. Seterusnya mahasiswa/i berumur 20 tahun sebanyak 5 orang berpengetahuan baik, 15 orang cukup dan tidak ada orang berpengetahuan kurang baik. Mahasiswa/i berumur 21 tahun sebanyak 3 orang dengan pengetahuan baik dan 22 orang dengan pengetahuan cukup. Mahasiswa/i berumur 22 tahun mempunyai 2 orang berpengetahuan baik dan 21 orang dengan pengetahuan cukup. Mahasiswa/i berumur 23 tahun sebanyak 3 orang mempunyai pengetahuan cukup. Mahasiswa/i berumur 24 tahun sebanyak 3 orang mempunyai pengetahuan cukup. Mahasiswa/i berumur 26 tahun sebanyak 2 orang mempunyai pengetahuan cukup. Ahkir sekali sebanyak 2 orang mahasiswa/i berpengetahuan cukup berumur 31 tahun. Paling banyak mahasiswa/i berada pada golongan baik adalah berumur 20 tahun dan paling banyak pada golongan cukup adalah mahasiswa/i berumur 21.

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5,7.

Tabel 5,7 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Jantina

Tingkat pengetahuan

Baik Cukup Kurang baik

n % n % n %

laki-laki 2 8.7 21 91.3 0 0

perempuan 8 12.3 57 87.7 0 0

Total 10 11.36 78 88.64 0 0

Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa mahasiswa laki-laki seramai 2 orang pada golongan baik dan 21 orang pada golongan cukup. Bagi mahasiswi perempuan pula seramai 8 orang pada tingkat pengetahuan baik dan 57 orang cukup. Paling banyak mahasiswa/i pada golongan baik adalah mahasiswa perempuan sebanyak 8 orang dan


(41)

paling banyak mahasiswa/i pada golongan cukup adalah mahasiswa/i perempuan sebanyak 57 orang juga.

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk in dapat dilihat pada Table 5,8.

Table 5,8 Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan setambuk

Setambuk

Tingkat pengetahuan

Baik Cukup Kurang baik

n % n % n %

2006 2 6.67 28 93.33 0 0

2007 6 2.22 21 77.78 0 0

2008 2 6.45 29 93.54 0 0

Total 10 11.36 78 88.64 0 0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setambuk 2006 mempunyai sebanyak 2 orang dengan tingkat pengetahuan baik dan 28 orang cukup. Pada setambuk 2007 pula sebanyak 6 orang dengan tingkat pengetahuan baik dan 21 orang cukup. Akhir sekali, ada setambuk 2008 sebnyak 2 orang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan 29 orang lagi dengan pengetahuan cukup. Mahasiswa/i paling banyak berada pada golongan adalah setambuk 2007 sebanyak 6 orang dan paling banyak pada golongan adalah mahasiswa setambuk 2008 sebanyak 29 orang juga.

5.2 PEMBAHASAN

5.2.1 Tingkat pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan pembahasan seperti berikut. Ternyata bahwa sebahagian besar responden memiliki


(42)

tingkat pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 78 orang (88.6%), reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 10 orang (11.4%) dan kurang baik sebanyak 0 orang (0%). Hal ini disebabkan karena informasi tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) dan cara – cara pencegahannya yang diajar di kelas mahupun di luar kelas adalah sangat sederhana. Ini menjadikan paling banyak responden tergolong dalam tingkat pengetahuan yang cukup sahaja tentang baik, pengertian IMS, ciri–ciri manifestasi klinik mikroorganisma IMS yang berlainan mahupun pencegahan IMS.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyebutkan bahwa pengetahuan mampu dikembangkan oleh manusia disebabkan karena manusia mempunyai bahasa yang mampu dikomunikasikan informasi yang diperolehi. Jika bahasa yang dikomunikasikan tersebut salh terima, maka pengetahuan tentu tidak akan berkembang dengan baik. Menurut teori Bloom terdapat 6 tingkatan yaitu, tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (comperhension) diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Semua tingkatan di atas itu harus tercapai supaya tingkat pengetahuan adalah baik.

5.2.2 Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa/i mengikut setambuk, umur, dan jantina mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5,4 maka dapat di analisa secara deskriptif tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat USU tentang IMS dan cara-cara pencegahannya. Yang berkategori baik lebih banyak pada mahasiswa/i yang berada pada setambuk 2006 dan 2008, akhir sekali 2007. Hal ini meunjukan tingkat


(43)

setambuk mempengaruhi sedikit sebanyak tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang IMS dan cara-cara pencegahannya. Hal ini menunjukan bahawa tingkat setambuk mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang IMS dan cara- cara pencegahannya. Teori Notoadmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil pendidikan.

Tingkat pengetahuan tentang pencegahan IMS adalah suatu faktor yang penting di analisa. Menurut World Health Organisation (Organisasi Kesehatan Dunia), pendidikan seks seharusnya tidak terbatas sampai pengetahuan biologis, tetapi berperan untuk melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat lewat pendidikan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1999 oleh Sahabat Remaja, suatu cabang LSM Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), 26% dari 359 remaja di Yogyakarta mengaku telah melakukan hubungan seks. Menurut PKBI, ‘akibat derasnya informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa, memperbesar kemungkinan remaja melakukan praktek seksual yang tak sehat, perilaku seks pra-nikah, dengan satu atau berganti pasangan’. Pada pendapat saya adalah penting mahasiswa/i pada masa kini mempelajari dengan lebih mendalam tentang faktor-faktor resiko terjadinya IMS supaya mereka di masa akan datang dapat menjadi penyuluh masyarakat ke arah seks sehat.

Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang masalah seks akan memperkuatkan kemungkinan remaja percaya salah paham yang diambil dari media masa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum beresiko melakukan perilaku berbahaya untuk kesehatannya. Dengan 87.5% remaja perkotaan menghadiri SMP dan 66.0% remaja perkotaan menghadiri SMA, ruang sekolah merupakan satu segi masyarakat yang mampu bertindak memberikan Pendidikan Seks kepada kaum remaja Indonesia.Untuk mendukung saranan di atas adalah penting untuk menjadikan pendidikan seksual sebagai suatu elemen penting sistem pendidikan di Indonesia.

Selain daripada itu, berdasarkan table 5,1 didapatkan bahawa distribusi tingkat pengetahuan tentang IMS dan cara–cara pencegahannya dan umur tidak menunjukan suatu gambaran yang jelas. Pada asumsi saya, ini mungkin karena mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, tidak terdiri daripada satu golongan umur sahaja pada setiap


(44)

setambuk. Terdapat perbedaan umur yang ketara antara mahasiswa/i pada setiap setambuk sehingga menjadi kurang jelas predileksi dari tingkat pengetahuan.

Ini berlainan pula dengan Notoadmotjo 2003 umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Akhirnya distribusi jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat USU tentang IMS dan cara-cara pencegahannya berdasarkan tabel 5,2, menunjukan lebih banyak mahasiswi perempuan tergolong baik dibanding mahsiswa laki-laki. Ini disebabkan jumlah mahasiswi perempuan lebih banyak daripada jumlah mahasiswa yang berkelamin laki-laki. Mungkin juga karena mahasiswi perempuan lebih aktif dalam organisasi-organisasi serta lebih peduli terhadap bahaya dan dampak negatif IMS itu sendiri.

Remaja harus memilki pengetahuan yang memadai tentang IMS dan faktanya masih banyak remaja laki-laki mahupun perempuan yang yan belum pernah mendengar tentang IMS. Hanya 40% remaja laki-laki dan 34% remaja perempuan yang pernah dengar tentang IMS. Selain itu dinyatakan juga bahwa pengetahuan tentang IMS adalah lebih rendah pada remaja yang lebih muda dan berpendidikan lebih rendah. Selain hanya pengetahuan asas dinyatakan bahawa redahnya pengetahuan remaja laki-laki mahupun perempuan tentang jenis-jenis IMS mahupun berbagai gejala IMS menunjukan perlunya informasi mahupun pelayanan yang memadai bagi remaja menyangkut IMS. (SKRRI, 2002:74)


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian saya, tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara tentang infeksi menular seksual secara keseluruhannya adalah cukup yaitu sejumlah 78 orang (88,6%) dengan menjawab soalan secara angket dengan jumlah pertanyaan betul yang menunjukkan pengetahuan yang cukup.

6.2 Saran

Bedasarkan hasil penelitian saya ini,terdapat beberapa saran yang ingin saya berikan. Diantaranya ialah,

1. Kepada pihak pelayanan kesehatan agar melibatkan para mahasiswa/i dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang IMS dan pencegahanya, misalnya dengan mengikuti penyuluhan mengenai IMS yang diacarakan baik oleh pemeritah maupun swasta.


(46)

2. Kepada pihak Fakultas agar membentuk wadah kegiatan mahasiswa dalam upaya pencegahan penyalahgunaan alat-alat pencegahan IMS dimana nantinya wadah ini dapat berperan dalam penyampaian informasi baik di lingkungan kampus mahupun di luar kampus.

3. Diharapkan kerjasama antara pihak administrasi dan mahasiswa dalam penyebaran informasi dengan penyebaran brosur, leaflet dan lain-lain tentang IMS dan cara-cara pencegahannya .

4. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengadakan penelitian kualitatif yang bersifat lebih mendalam.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Angie L. Stoskopf, A Research Paper Submitted in Partial Fulfillment of the

Requirements for the Master of Science Degree With a Major in Home Economics, University of Wisconsin-Stout, 1999. COLLEGE STUDENTS KNOWLEDGE OF SEXUALLY TRANSMITTED DISEASES, 21-27

Bloom B. S., 1956. Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: The Cognitive

Domain. New York: David McKay Co Inc.

Service (SSIS), 2002. Harmful lifestyle exposes teens to health threats,

Available from: [Accessed on: 30 April 2010]

Center for Disease Control and Prevention: Division of STD Prevention, 1996. The challenge of STD prevention in the United States. Available from:

[Accessed on: 30 April 2010]

Center for Disease Control and Prevention: Division of STD Prevention, 2009. Genital Herpes. Available from:

Center for Disease Control and Prevention, 1998. Patterns of condom use among

adolescents: The impact of mother-adolescent communication. American Journal of Public Health.

Available from : [Accessed on: 30 April 2010]

Darvin Scott Smith, Department of Microbiology and Immunology, Stanford University, 2009. Trichomoniasis. Available from:


(48)

http://emedicine.medscape.com/article/230617-overview [Accessed on: 30 April 2010]

Dian Sofianty, P, 2007. WASPADA TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS). Available from:

Eka Sukmayanti, 2008. DIII Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Dharma Husada, Bandung, Karya tulisan ilmiah: PENYAKIT HUBUNGAN SEKSUAL.

Available from:

Jawetz, Melnick, and Adelberg’s, 2004. Medical Microbiology. 23th ed.Mcgraw-Hill Education

Michelle R Salvaggio, Department of Internal Medicine, Section of Infectious Diseases,

University of Oklahoma College of Medicine, 2009. Herpes Simplex. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/218580-overview [Accessed on: 30 April 2010]

Mudassir, A., Syed, A.S.S.,Keivan. A, Tahir, M.K 2009. Awareness of school students

on sexually transmitted infections (STIs) and their sexual behavior: a cross-sectional study conducted in Pulau Pinang, Malaysia. Available from :

Nicholas John Bennett, Department of Pediatrics, State University of New York Upstate Medical University, 2009. Gonorrhea. Available from:


(49)

http://emedicine.medscape.com/article/964220-overview [Accessed on: 30 April 2010]

Peter F Liu, Department of Emergency Medicine, Virginia Hospital Center Arlington, 2009. Syphilis. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/229461-overview [Accessed on: 30 April 2010]

Pratomo, Hadi, Sudarti, 1990. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/Kependudukan. Jakarta: Unit Pelaksana Proyek Pembangunan FKM di Indonesia

Rika, H.B., Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, 2008. Persepsi Kelompok Risiko Tinggi Tertular HIV/AIDS Tentang Klinik Infeksi Menular Seksual Dan Voluntary & Counseling Test (VCT) Di Puskesmas Padang Bulan Medan Pada

Tahun 2008. Available from:

30 April 2010]

Robert V. Higgins, Department of Obstetrics/Gynecology, University of North Carolina

School of Medicine, 2009. Condyloma Acuminatum. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/264368-overview [Accessed on: 30 April 2010]

Saiful, J., Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Indonesia, 2003. Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks Di Jayapura, Banyuwangi, Semarang, Medan, Palembang, Tanjung Pinang, Dan Bitung, INDONESIA. Available from: http://aids-ina.org/files/publikasi/rti7kota2003.pdf [Accessed on: 30 April 2010]


(50)

Soekidjo Notoatmodjo, 2005. METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN. Cetakan ke-3.

Wicaksono, Bambang. 2001. Mengenai penyakit Hubungan Seksual. Bandung : CV. Pionir Jaya Bandung.


(51)

LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shamesh Baskaran

Tempat / Tanggal Lahir : Pulau Pinang / 21 Oktober 1988

Agama : Hindu

Alamat : 20, Lorong Endah 7, Taman Brown, 11700 Gelugor, Pulau Pinang, MALAYSIA.

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Minden Height, Pulau Pinang. 2. Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Jambul, Pulau

Pinang.

3. Alliance College of Medical Sciences, Kepala Batas, Pulau Pinang.

Riwayat pelatihan : 1. Seminar and Training in Presentation of Research Proposal


(52)

LAMPIRAN II

Inform consent dan kuesioner kepada subjek melakukan penelitian ke atas mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

LAMPIRAN

No. INFORMED CONSENT

JUDUL PENELITIAN : TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Saya, Shamesh Baskaran bernomor induk 070100446 adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU tentang infeksi menular seksual. Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah sebagai satu evaluasi tingkat pengetahuan mereka tentang infeksi menular seksual. Bagi mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuesioner ini untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan analisa.

Oleh karena itu, saya berharap partisipan bersedia untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Setiap data yang ada di kuesioner ini tidak akan disebarluaskan dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian shaja.

Kuesioner ini hanya diberikan kepada mahasiswa yang bersetuju menjadi partisipan untuk penelitian ini dengan sepenuh hati. Sila mengisi data peribadi anda di bawah sebagai persetujuan. Bagi mahasiswa yang ingin bertanya dan mendapatkan hasil dari penelitian setelah selesai bisa mengubungi saya melalui email dan nomor hp saya dibawah ini:

e-mail No. Hp (INDONESIA): +623197362575


(53)

No. Hp (MALAYSIA): +60142569926

Sila isikan data peribadi anda dibawah sebagai tanda persetujuan.

I) Data pribadi

NAMA : ...

UMUR : ...

KELAMIN : ...

FAKULTAS : ...

NIM : ...

TANDA TANGAN : ...


(54)

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan hati nurani anda dan sejujurnya. Pertanyaan terdiri dari beberapa tipe, pilihlah salah satu jawaban dari pilihan jawaban yang diberikan (YA , TIDAK dan TIDAK TAHU)

INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) Sila tandakan √ didalam kotak pilihan anda

NO PERNYATAAN YA TIDAK TIDAK

TAHU 1 Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang

penularan utamanya melalui hubungan seksual. 2 Gejalanya terbatas pada bagian genital / alat

kelamin sahaja.

3 Semua jenis hubungan seksual yaitu heteroseksual (pria-wanita), homoseksual (pria-pria), lesbianisme (wanita-wanita) dan biseksual (wanita, pria-pria, wanita-wanita) dapat menularkan IMS

4 IMS dapat menyebabkan gejala akut, infeksi kronis dan konsekuensi tertunda serius seperti infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher rahim dan

kematian mendadak bayi dan orang dewasa . 5 Semua jenis IMS dapat ditularkan daripada ibu

hamil kepada bayi.

6 Hanya terdapat 6 jenis mikroorganisme yang boleh menyebabkan IMS.

7 Candida genitalis merupakan penyebab penyakit “keputihan” dan menyebabkan rasa gatal pada alat kelamin.

8 Condyloma Acuminatum adalah penyakit kelamin yang disebut sebagai kutil kelamin berupa jengger ayam yang sering menyerang organ genitalia pria mapun wanita.

9 Gonnore disebut juga dengan kencing nanah tidak dapat ditransmisi melalui perkongsian barang seperti pakaian, handuk dan sebagainya.

10 Gejala herpes genitalis yang umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat kelamin, anus atau mulut.

11 Trichomoniasis tidak menyerang bahagian bawah salur kemih baik wanita mahupun pria.


(55)

12 Siflis dapat menyebabkan lesi pada permukaann kulit yang terinfeksi

13 HIV/ AIDS menunjukkan gejala-gejalanya setelah 3-11 tahun. Sebelumnya, tiada gejala dapat dilihat sama sekali.

14 Melakukan tindakan seksual yang aman adalah suatu pencegahan yang penting bagi IMS.

15 Melakukan hubungan seks dengan satu pasangan sahaja dapat mengurangkan penularan IMS. 16 Menjaga kebersihan alat kelamin adalah penting

agar mencegah IMS.

17 Bendungan gigi dapat digunakan sebagai pencegahan IMS melalui apa cara sekali pun. 18 Spermisida hanya suatu metode kontrasepsi dan

tidak melindungi terhadap IMS sendiri. 19 Duduk disamping orang yang terinfeksi,

menggunakan kolam renang umum, memegang gangang pintu dan bersalaman dapat menularkan IMS .

20 Kondom merupakan salah satu cara yang mudah dan amat efektif dalam kehamilan sahaja.

21 Melakukan tes secara sukarela berbasis konseling dapat juga mengurangkan penularan IMS.

SOALAN MCQ (MULTIPLE CHOICE QUESTION) Sila pilih satu jawaban yang BENAR


(56)

1. Antara penyakit-penyakit di bawah, yang manakah BUKAN tergolong infeksi menular seksual

a. AIDS b. Gonore c. Hepatitis B d. Siflis

e. Kanker leher rahim / serviks 2. Satu cara penularan IMS adalah:

a. Penggunaaan alat tajam bersama pasien terinfeksi b. Bersalaman tangan dengan pasien terinfeksi

c. Melakukan hubungan seks yang aman dengan pasien terinfeksi d. Duduk bersamaan dengan pasien terinfeksi

e. Melakukan hubungan seks dengan satu pasangan sahaja.

LAMPIRAN III


(57)

LA MP IR AN IV Has il SPS S dari data yan g dik um pul Statistics

Kelamin Umur

N Valid 88 88

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 0.623 0.508 0.771 0.638 0.624 0.611 0.562 0.666 0.660 0.631 0.633 0.851 0.686 0.727 0.568 0.730 0.873 0.529 0.697 0.524 0.719 0.623 0.453 valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid

0.909 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(58)

Statistics

Kelamin Umur

N Valid 88 88

Missing 0 0

Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 23 26.1 26.1 26.1

Perempuan 65 73.9 73.9 100.0

Total 88 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 3 3.4 3.4 3.4

19 7 8.0 8.0 11.4

20 20 22.7 22.7 34.1

21 25 28.4 28.4 62.5

22 23 26.1 26.1 88.6

23 3 3.4 3.4 92.0

24 3 3.4 3.4 95.5

26 2 2.3 2.3 97.7

31 2 2.3 2.3 100.0

Total 88 100.0 100.0

Setambuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(59)

Valid 8 31 35.2 35.2 35.2

7 27 30.7 30.7 65.9

6 30 34.1 34.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

Umur * T.Pengetahuan Crosstabulation

Count

T.Pengetahuan

Total

Cukup Baik

Umur 18 3 0 3

19 7 0 7

20 15 5 20

21 22 3 25

22 21 2 23

23 3 0 3

24 3 0 3

26 2 0 2

31 2 0 2

Total 78 10 88

Kelamin * T.Pengetahuan Crosstabulation

Count

T.Pengetahuan

Total

Cukup Baik

Kelamin Laki-laki 21 2 23

Perempuan 57 8 65

Total 78 10 88


(60)

Count

T.Pengetahuan

Total

Cukup Baik

Setambuk 8 29 2 31

7 21 6 27

6 28 2 30


(1)

12 Siflis dapat menyebabkan lesi pada permukaann kulit yang terinfeksi

13 HIV/ AIDS menunjukkan gejala-gejalanya setelah 3-11 tahun. Sebelumnya, tiada gejala dapat dilihat sama sekali.

14 Melakukan tindakan seksual yang aman adalah suatu pencegahan yang penting bagi IMS.

15 Melakukan hubungan seks dengan satu pasangan sahaja dapat mengurangkan penularan IMS. 16 Menjaga kebersihan alat kelamin adalah penting

agar mencegah IMS.

17 Bendungan gigi dapat digunakan sebagai pencegahan IMS melalui apa cara sekali pun. 18 Spermisida hanya suatu metode kontrasepsi dan

tidak melindungi terhadap IMS sendiri. 19 Duduk disamping orang yang terinfeksi,

menggunakan kolam renang umum, memegang gangang pintu dan bersalaman dapat menularkan IMS .

20 Kondom merupakan salah satu cara yang mudah dan amat efektif dalam kehamilan sahaja.

21 Melakukan tes secara sukarela berbasis konseling dapat juga mengurangkan penularan IMS.

SOALAN MCQ (MULTIPLE CHOICE QUESTION) Sila pilih satu jawaban yang BENAR


(2)

1. Antara penyakit-penyakit di bawah, yang manakah BUKAN tergolong infeksi menular seksual

a. AIDS b. Gonore c. Hepatitis B d. Siflis

e. Kanker leher rahim / serviks 2. Satu cara penularan IMS adalah:

a. Penggunaaan alat tajam bersama pasien terinfeksi b. Bersalaman tangan dengan pasien terinfeksi

c. Melakukan hubungan seks yang aman dengan pasien terinfeksi d. Duduk bersamaan dengan pasien terinfeksi

e. Melakukan hubungan seks dengan satu pasangan sahaja.

LAMPIRAN III


(3)

LA MP IR AN IV Has il SPS S dari data yan g dik um pul Statistics

Kelamin Umur

N Valid 88 88

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 0.623 0.508 0.771 0.638 0.624 0.611 0.562 0.666 0.660 0.631 0.633 0.851 0.686 0.727 0.568 0.730 0.873 0.529 0.697 0.524 0.719 0.623 0.453 valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid

0.909 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(4)

Statistics

Kelamin Umur

N Valid 88 88

Missing 0 0

Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 23 26.1 26.1 26.1

Perempuan 65 73.9 73.9 100.0

Total 88 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 3 3.4 3.4 3.4

19 7 8.0 8.0 11.4

20 20 22.7 22.7 34.1

21 25 28.4 28.4 62.5

22 23 26.1 26.1 88.6

23 3 3.4 3.4 92.0

24 3 3.4 3.4 95.5

26 2 2.3 2.3 97.7

31 2 2.3 2.3 100.0

Total 88 100.0 100.0

Setambuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Valid 8 31 35.2 35.2 35.2

7 27 30.7 30.7 65.9

6 30 34.1 34.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

Umur * T.Pengetahuan Crosstabulation

Count

T.Pengetahuan

Total

Cukup Baik

Umur 18 3 0 3

19 7 0 7

20 15 5 20

21 22 3 25

22 21 2 23

23 3 0 3

24 3 0 3

26 2 0 2

31 2 0 2

Total 78 10 88

Kelamin * T.Pengetahuan Crosstabulation

Count

T.Pengetahuan

Total

Cukup Baik

Kelamin Laki-laki 21 2 23

Perempuan 57 8 65

Total 78 10 88


(6)

Count

T.Pengetahuan

Total

Cukup Baik

Setambuk 8 29 2 31

7 21 6 27

6 28 2 30