Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 Tentang Trikomoniasis Sebagai Penyakit Menular Seksual

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007 TENTANG

TRIKOMONIASIS SEBAGAI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Oleh:

SIMRANJEET KAUR A/P AVTAR SINGH 070100240

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007 TENTANG

TRIKOMONIASIS SEBAGAI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

SIMRANJEET KAUR A/P AVTAR SINGH 070100240

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 tentang Trikomoniasis sebagai Penyakit Menular Seksual

Nama : Simranjeet Kaur A/P Avtar Singh NIM : 070100240

__________________________________________________________________

Pembimbing Penguji

(dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes) (dr. Rita Mawarni, Sp.F)

(dr. Rina Amelia, MARS) Medan, 15 Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 001


(4)

ABSTRAK

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual akibat parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit ini sering tidak menimbulkan gejala terutama pada laki-laki. Angka kejadian penyakit ini semakin meningkat walaupun terdapat pelbagai upaya dalam pencegahan dan edukasi penyakit menular seksual. Metode penelitian ini adalah survey deskriptif dengan desain cross sectional. Data dikumpul dengan cara mengedarkan kuesioner dan mahasiswa mengisi sendiri kuesioner. Kuesioner diedarkan secara acak dengan metode simple random sampling. Sejumlah 83 mahasiswa mengambil bagian dalam penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual. Secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara penularan, gejala, pengobatan dan pencegahan trikomoniasis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 responden yang menjadi sampel bagi penelitian ini, mahasiswa mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 50,6 %. Dari 50, 6 % ini sebanyak 59,5 % mahasiswa perempuan mempunyai pengetahuan sedang dan mahasiswa laki-laki pula adalah sebanyak 40,5 %. Mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah sebanyak 49, 4 %.

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 tentang trikomoniasis tergolong kategori sedang. Oleh itu, penting untuk memberikan pendidikan seksual tentang trikomoniasis dalam rangka upaya mencegah infeksi ini.

Kata kunci: trikomoniasis, penyakit menular seksual, tingkat pengetahuan, mahasiswa


(5)

ABSTRACT

Trichominiasis is a sexually transmitted disease caused by the parasite Trichomonas vaginalis. This disease is usually asymptomatic especially for males. The incidence rate of trichomoniasis is on the rise despite many interventions carried out in the form of prevention or education for sexually transmitting diseases. The method of the study is through descriptive survey with cross sectional design. Data were collected by self-administring questionnaires that were completed by students during their formal class hours. Questionnaires were distributed randomly by simple random sampling method. A total of 83 students participated in this study.

The purpose of this study is to evaluate the level of knowledge of students from Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, 2007 batch about trichomoniasis as a sexually transmitted disease. Other purposes of the study are to evaluate the level of knowledge on mode of transmission, symptoms, therapy and prevention for trichomoniasis.

Results shows that out of the 83 respondents who were the sample for the study, 50,6 % of them have moderate level of knowledge. Whereby, from the 50, 6 %, 59,5 % of them were female students and 40,5 % of them were male students. Whereas, 49, 4 % of student’s results shows that they have good level of knowledge on trichomoniasis.

As a conclusion, the level of knowledge of students in Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara 2007 batch is the moderate level. Therefore, it is important to give formal sexual education on trichomoniasis in order to prevent this infection.

Keywords: trichomoniasis, sexually transmitted diseases, level of knowledge, students


(6)

KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada tuhan karena dengan restuNya saya dapat menyiapkan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih pada kedua-dua ibu bapa saya karena dengan sokongan dan doa mereka akhirnya, saya dapat juga menyiapkan tugasan ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing saya yaitu dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes karena beliau telah banyak membantu dan membimbing saya dalam menyiapkan tugasan ini dengan baik dan benar. Tambahan pula, beliau juga telah memberikan banyak idea-idea yang dapat saya terapkan dalam menyiapkan tugasan ini.

Selain itu, saya ingin berterima kasih pada teman-teman saya yang telah membantu dalam memberikan pendapat-pendapat yang rasional dalam menyiapkan tugasan saya dengan baik.

Saya juga berharap agar melalui tugasan ini tujuan penelitian saya tercapai yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual.

Akhir kata, saya ingin memohon maaf jika ada kekurangan atau masih ada yang kurang lengkap dalam membuat tugasan ini. Turut diharapkan penelitian ini akan bermanfaat kepada semua dalam masa yang akan datang.

Medan, 20 November 2010 Simranjeet Kaur


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN PERSETUJUAN………... i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT……… iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI ……….……….. v

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR SINGKATAN……….. ix

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1Latar Belakang……….... 1

1.2Rumusan Masalah……… … 2

1.3Tujuan Penelitian………. … 3

1.4Manfaat Penelitian………..……… 3

BAB 2 TUJUAN PUSTAKA……… 4

2.1 Trikomoniasis……….. …. 4

2.1.1 Definisi Trikomoniasis………..…. 4

2.1.2 Morfologi dan Daur Hidup T.vaginalis… 4 2.1.3 Cara Penularan Trikomoniasis………….. 5

2.1.4 Gejala Klinis Trikomoniasis………. 6

2.1.5 Diagnosa Trikomoniasis……… 7

2.1.6 Penatalaksanaan Trikomoniasis...……….. 7

2.1.7 Komplikasi Trikomoniasis………. 7

2.2 Trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual… 8 2.3 Penyakit Menular Seksual ……… 9


(8)

2.4 Pengetahuan ……….. 10

BAB 3 KERANKGA KONSEP DAN DEFINIFI OPERASIONAL… 13 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……….……….. 13

3.2 Definisi Operasional……… 13

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 16

4.1 Jenis Penelitian………. … 16

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………. 16

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 17

4.4 Teknik Pengumpulan Data………... 19

4.5 Pengolahan dan Analisa Data……… 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 24

5.1 Hasil Penelitian……….. 24

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….... 24

5.1.2 Karakteristik Individu………. 24

5.1.3 Hasil Analisa Data……….. 26

5.2 Pembahasan……… 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 32

6.1 Kesimpulan………. 32

6.2 Saran……… 32

DAFTAR PUSTAKA………. 33 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan 14 4.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas 21 5.1 Distribusi responden menurut jenis kelamin 24 5.2 Distribusi responden menurut umur 25 5.3

Distribusi responden menurut status

pernikahan 25

5.4 Distribusi responden menurut agama 25 5.5 Distribusi skor kuesioner tentang trikomoniasis 26 5.6 Tingkat pengetahuan mahasiswa FS USU

Angkatan 2007 menurut jenis kelamin tentang trikomoniasis

28

5.7 Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa FS USU Angkatan 2007 menurut umur


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Kerangka Konsep 13

2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FS USU angkatan 2007 tentang

trikomoniasis


(11)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS Acquired immuno dficiency syndrome CDC Centre for Disease Control and Prevention FS USU Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara HIV Human immunodeficiency virus

PMN Leukosit polimorfonuklear PMS Penyakit menular seksual

SPSS Statistical product and service solution T.vaginalis Trichomonas vaginalis

UNAIDS Joint United Nations Programme On HIV/AIDS USU Universitas Sumatera Utara


(12)

ABSTRAK

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual akibat parasit Trichomonas vaginalis. Penyakit ini sering tidak menimbulkan gejala terutama pada laki-laki. Angka kejadian penyakit ini semakin meningkat walaupun terdapat pelbagai upaya dalam pencegahan dan edukasi penyakit menular seksual. Metode penelitian ini adalah survey deskriptif dengan desain cross sectional. Data dikumpul dengan cara mengedarkan kuesioner dan mahasiswa mengisi sendiri kuesioner. Kuesioner diedarkan secara acak dengan metode simple random sampling. Sejumlah 83 mahasiswa mengambil bagian dalam penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual. Secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara penularan, gejala, pengobatan dan pencegahan trikomoniasis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 responden yang menjadi sampel bagi penelitian ini, mahasiswa mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 50,6 %. Dari 50, 6 % ini sebanyak 59,5 % mahasiswa perempuan mempunyai pengetahuan sedang dan mahasiswa laki-laki pula adalah sebanyak 40,5 %. Mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah sebanyak 49, 4 %.

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 tentang trikomoniasis tergolong kategori sedang. Oleh itu, penting untuk memberikan pendidikan seksual tentang trikomoniasis dalam rangka upaya mencegah infeksi ini.

Kata kunci: trikomoniasis, penyakit menular seksual, tingkat pengetahuan, mahasiswa


(13)

ABSTRACT

Trichominiasis is a sexually transmitted disease caused by the parasite Trichomonas vaginalis. This disease is usually asymptomatic especially for males. The incidence rate of trichomoniasis is on the rise despite many interventions carried out in the form of prevention or education for sexually transmitting diseases. The method of the study is through descriptive survey with cross sectional design. Data were collected by self-administring questionnaires that were completed by students during their formal class hours. Questionnaires were distributed randomly by simple random sampling method. A total of 83 students participated in this study.

The purpose of this study is to evaluate the level of knowledge of students from Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, 2007 batch about trichomoniasis as a sexually transmitted disease. Other purposes of the study are to evaluate the level of knowledge on mode of transmission, symptoms, therapy and prevention for trichomoniasis.

Results shows that out of the 83 respondents who were the sample for the study, 50,6 % of them have moderate level of knowledge. Whereby, from the 50, 6 %, 59,5 % of them were female students and 40,5 % of them were male students. Whereas, 49, 4 % of student’s results shows that they have good level of knowledge on trichomoniasis.

As a conclusion, the level of knowledge of students in Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara 2007 batch is the moderate level. Therefore, it is important to give formal sexual education on trichomoniasis in order to prevent this infection.

Keywords: trichomoniasis, sexually transmitted diseases, level of knowledge, students


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang jarang sekali dilaporkan kejadiannya. Secara rata-rata angka kejadian trikomoniasis kurang jika dibandingkan dengan penyakit menular seksual akibat Syphilis atau Herpes. Namun jika pasien dengan trikomoniasis yang tidak didiagnosa atau diobati dengan cepat, maka prognosis pasien tersebut lebih buruk dan lebih mudah terpapar terhadap infeksi HIV (WHO, 2007).

Data prevalensi dan insidens trikomoniasis masih kurang dilaporkan, ini kemungkinan disebabkan masyarakat masih merasakan stigma tentang penyakit menular seksual maka mereka tidak mendapatkan diagnosa yang sebenarnya (WHO, 2001; WHO, 2007; CDC, 2007; WHO, 2008)

Trikomoniasis adalah jangkitan penyakit menular seksual yang dapat diatasi dan sering terjadi pada wanita dan laki-laki, namun gejalanya lebih menonjol pada wanita. Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa patogenik yaitu T.vaginalis. Selain melalui hubungan seksual, trikomoniasis juga dapat ditularkan melalui penggunaan pakaian seperti pakaian dalam atau handuk yang mempunyai trofozoitnya yang masih viabel. (CDC, 2009)

Gejala infeksi muncul setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah infeksi. Pada wanita sering salah didiagnosis sebagai urethritis sehingga trikomoniasis tidak diobati dengan tepat lalu menimbulkan komplikasi yang lanjut. Laki-laki dengan infeksi ini sering asimptomatik maka resiko transmisi meningkat pada wanita. Perhatian medik yang sesuai dapat menurunkan insidens terjadinya trikomoniasis dan komplikasinya. Pada wanita, lokasi infeksi biasanya pada vagina sedangkan pada laki-laki di prostat. Gejala yang timbul pada laki-laki yang terinfeksi adalah iritasi penis, pengeluaran cairan, atau perasaan terbakar setelah berkemih atau ejakulasi. Gejala yang timbul pada wanita berupa pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan dan berbau, menimbulkan iritasi atau rasa gatal, dispareunia dan disuria. (Slave, 2007)


(15)

Menurut Centre for Disease Control and Prevention (2007), diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus infeksi menular seksual akibat trikomoniasis terjadi pada wanita dan laki-laki. Selain itu, survey sex global oleh perusahaan Durex (2005) menyatakan bahwa hanya 7% dari rakyat Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang adanya infeksi menular seksual akibat trikomoniasis.

Angka kejadian penyakit menular seksual dan AIDS turut meningkat di dunia walaupun terdapat campaign dari pihak WHO, UNAIDS atau instansi lokal sama ada dari pemerintah atau bukan pemerintah (non-govermental organization) di Indonesia yang memberi pendidikan seksual kepada masyarakat (WHO, 2001; WHO, 2008).

Maka dapat disimpulkan bahwa walaupun pendidikan seksual tentang penyakit menular seks telah diberikan kepada masyarakat namun banyak yang masih kurang memahaminya sehingga trikomoniasis sebagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual masih sering terjadi.

Mahasiwa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara merupakan mahasiswa non medis yang memiliki faktor resiko pemaparan terhadap infeksi menular seksual yang tinggi. Hal ini disebabkan mereka berada pada usia reproduktif yang aktif dan mereka mungkin telah melakukan hubungan seksual tetapi tidak tahu tentang faktor resiko penularan infeksi menular seksual. Selain itu, penyuluhan tentang penyebab infeksi menular seksual secara spesifik kurang diberi penekanan penyuluhannya kepada mahasiswa-mahasiswa ini.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka dianggap perlu untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki tentang trikomoniasis.

1.2. Rumusan Masalah

Dari pernyataan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian:

a) Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2007 tentang trikomoniasis?


(16)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual.

1.3.2. Tujuan Khusus,

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang cara penularan trikomoniasis.

2. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang keluhan yang dialami jika terinfeksi trikomoniasis.

3. Tingkat pengetahuan yang dimililki mahasiswa tentang pengobatan dan cara pencegahan trikomoniasis.

1.4. Manfaat Penelitan

Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk 1. Masukan dalam rangka upaya meningkatkan pengetahuan yang

dimiliki masyarakat Indonesia tentang infeksi menular seksual akibat trikomoniasis.

2. Masukkan ke Dinas Kesehatan untuk mencegah serta keperluan edukasi trikomoniasis.

3. Menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tentang trikomoniasis.

4. Dalam upaya mencegah infeksi menular seksual di kalangan remaja yang masih bersekolah.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Trikomoniasis

2.1.1 Definisi Trikomoniasis

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T.vaginalis). Walaupun trikomoniasis merupakan PMS yang tersering namun data tentang prevalensi dan insidens sangat kurang dijumpai. Menurut data Centre for Disease Control and Prevention (2007), diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus infeksi menular seksual akibat trikomoniasis terjadi pada wanita dan laki-laki.

Trikomoniasis vaginalis mempunyai hubungan dengan peningkatan serokonversi virus HIV pada wanita. Selain itu, ia juga mengakibatkan kelainan pada bayi yang lahir prematur, ruptur membran dan dengan berat badan lahir rendah. T.vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan kelamin dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah, baik pada wanita maupun laki-laki. Parasit ini dapat ditemukan pada vagina, urethra, kantong kemih atau saluran parauretral. (Handsfield, 2001)

2.1.2 Morfologi dan Daur Hidup Trikomoniasis vaginalis

Habitat T.vaginalis adalah pada vagina wanita, prostat dan vesikel seminal laki-laki serta urethra wanita dan laki-laki. Ia hanya hidup pada fase trofozoit yaitu bentuk infektifnya. Trofozoit T.vaginalis berbentuk oval dengan panjang 7 µ m hingga 23µ dan memiliki 5 flagella dan undulating membrane. Intinya berbentuk oval dan terletak di bagian atas tubuhnya, dan di bagian belakang ada blepharoblast sebagai tempat keluarnya empat buah flagella yang berjuntai bebas dan melengkung di ujungnya sebagai alat geraknya yang ‘maju-mundur’. Flagella kelimanya melekat ke undulating membrane dan menjuntai ke belakang. Bawah membrannya terdapat costa yaitu suatu cord yang mantap, berfilamen dan


(18)

berfungsi untuk menjaga undulating membrane. Juga mempunyai axostyle yang terdapat pada sitoplasmanya yang berfungsi sebagai tulang (Adriyani, 2006).

T.vaginalis adalah organisme anaerobik maka energi diproduksi melalui fermentasi gula dalam strukturnya yang dikenal sebagai hydrogenosome. T.vaginalis memperoleh makanan melalui osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya adalah melalui pembelahan diri (binary fision) dan intinya membelah secara mitosis yang dilakukan dalam 8 hingga 12 jam pada kondisi yang optimum. Trichomanas ini cepat mati pada suhu 500C dan jika pada 00C ia boleh bertahan sampai 5 hari. Masa inkubasi 4 – 28 hari serta pertumbuhannya baik pada pH 4,9 – 7,5 (Parija, 2004).

Siklus hidup T.vaginalis boleh dilengkapkan dengan single host yaitu sama ada wanita atau laki-laki. Transmisi infeksi yang sering adalah melalui hubungan seksual di mana wanita menjadi reservoir infeksi dari laki-laki. Pada wanita, parasit tersebut akan mendapat nutrisinya dari permukaan mukosa vagina, serta dari bakteri dan eritrosit yang diingesti. Setelah itu ia berkembang biak melalui longitudinal binary fission di mana dimulai dengan pembahagian nukleus diikuti apparatus neuromotor dan terakhir adalah pemisahan sitoplasma kepada dua anak trofozoit. Trofozoit merupakan fase infektif parasit ini. Dan semasa kontak seksual, trofozoit ini akan ditransmisikan kepada laki-laki dan terlokasir pada urethra atau kelenjar prostat dan mengalami replikasi yang sama seperti di vagina (Handsfield, 2001).

2.1.3 Cara Penularan Trikomoniasis

Parasit ini bersifat obligat maka sukar untuk hidup di luar kondisi yang optimalnya dan perlu jaringan vagina, urethra atau prostat untuk berkembangbiak. Trikomoniasis mempunyai beberapa faktor virulensi yaitu (1)cairan protein dan protease yang membantu trofozoi adhere pada sel epital traktus genitourinaria; (2)asam laktat dan asetat di mana akan menurunkan pH vagina lebih rendah dan sekresi vagina dengan pH rendah adalah sitotoksik terhadap sel epital serta


(19)

(3)enzim cysteine proteases yang menyebabkan aktivitas haemolitik parasit (Parija, 2004).

Trikomoniasis juga dapat ditularkan melalui penggunaan pakaian atau handuk basah yang mempunyai trofozoit parasit yang masih viable (CDC, 2007). Trichomonas akan lebih lekat pada mukosa epitel vagina atau urethra dan menyebabkan lesi superficial dan sering menginfeksi epital skuamous. Parasit ini akan menyebabkan degenerasi dan deskuamasi epitel vagina. T.vaginalis merusakkan sel epitel dengan kontak langsung dan produksi bahan sitotoksik. Parasit ini juga akan berkombinasi dengan protein plasma hostnya maka ia akan terlepas dari reaksi lytik pathway complemen dan proteinase host (Parija, 2004). 2.1.4 Gejala Klinis Trikomoniasis

Trikomonas menyebabkan spektrum klinis yang berbeda pada wanita dan laki-laki. Laki-laki lebih bersifat asimptomatik sering terabaikan. Pada wanita yang simptomatik, trikomoniasis dapat menyebabkan vulvo-vaginits dan urethritis. Gejala yang timbul pada wanita termasuklah pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan dan berbau, menimbulkan iritasi atau rasa gatal, dispareunia dan disuria. Selain itu, juga terjadi pendarahan abnormal setelah koitus atau nyeri abdomen. Jika terjadi urethritis maka gejala yang timbul adalah disuria dan frekuensi berkemih meningkat. Pada pemeriksaan epitel vulva dan vaginal dengan spekulum, mukosa tampak hiperemis dengan bintik lesi berwarna merah dan ini dikenal sebagai “strawberry vaginitis” atau “colpitis macularis” (Adriyani, 2006).

Trikomoniasis pada laki-laki yang simptomatik akan mengalami irritasi penis, penegeluaran cairan atau perasaan terbakar setelah berkemih atau ejekulasi. Masa inkubasi adalah selama 10 hari namun boleh juga di antara 4-28 hari. Fase akut penyakit boleh dari beberapa minggu ke bulan (Adriyani, 2006).

2.1.5 Diagnosa Trikomoniasis

Diagnosa trikomoniasis boleh ditegakkan melalui gejala klinis namun menjadi sulit apabila pasiennya asimptomatik. Maka boleh dilakukan pemeriksaan


(20)

mikroskopik yaitu secara langsung yang dilakukan dengan membuat sediaan dari sekret vagina. Sediaan vagina dengan pH lebih dari 5,0 dicampurkan dengan saline normal maka akam terlihat trokomonas yang motil dan predominan PMNs. Cara lain adalah melalui kultur sekret vagina atau urethra pada pasien akut atau kronik. Hasil kultur positif bila sel clue dan test bau amine positif, hapusan saline mount atau Gram akan menunjukkan perubahan flora bakteri vagina. Pemeriksaan serologi dan immnunologi juga boleh dijalankan namun belum cukup sensitif untuk mendiagnosis T.vaginalis (Parija, 2004).

2.1.6 Penatalaksanaan Trikomoniasis

Trikomoniasis boleh diobati dengan Metronidazole 2 gr dosis tunggal, atau 2 x 0,5 gr selama 7 hari. Mitra seksual turut harus diobati. Pada neonatus lebih dari 4 bulan diberi metronidazole 5 mg/kgBB oral 3 x /hari selama 5 hari. Prognosis penyakit ini baik yaitu dengan pengambilan pengobatan secara teratur dan mengamalkan aktivitas seksual yang aman dan benar (Slaven, 2007).

Pencegahan bagi trikomoniasis adalah dengan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat yang dimulai pada tahap persekolahan. Mendiagnosis dan menangani penyakit ini dengan benar. Pencegahan primer dan sekunder trikomoniasis termasuk dalam pencegahan penyakit menular seksual. Pencegahan primer adalah untuk mencegah orang untuk terinfeksi dengan trikomoniasis dan pengamalan perilaku koitus yang aman dan selamat. Pencegahan tahap sekunder adalah memberi terapi dan rehabilitasi untuk individu yang terinfeksi untuk mencegah terjadi transmisi kepada orang lain (CDC, 2007).

2.1.7 Komplikasi Trikomoniasis

Komplikasi trikomoniasis tersering pada wanita adalah pelvic inflammatory disease (PID) dan pada wanita hamil yang terinfeksi sering mengalami ruptur membrane yang prematur, bayi lahir premature atau bayi lahir dengan berat badan rendah. Pada laki-laki pula komplikasi yang terjadi termasuk prostatitis, ependydimitis, striktur urethra dan infertilitas. Infeksi T.vaginalis turut


(21)

meningkatkan resiko mendapat infeksi HIV, gonnorhoea dan Chlamydia (Handsfield, 2001).

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang dapat diobati jika didiagnosa awal. Maka penting agar masryarakat umum untuk mengetahui tentang trikomoniasis agar komplikasi penyakit ini dapat dihindari dan mengurangkan resiko penularan HIV.

2.2 Trikomoniasis sebagai Penyakit Menular Seksual

Trikomoniasis merupakan antara penyebab infeksi menular seksual yang semakin meningkat walaupun data insidensnya sangat sedikit dijumpai. Penelitian yang dipublikasi oleh UNAIDS dan WHO (1997) yaitu Sexual Transmitted Disease Policies dan Principles for Prevention and Care, memperkirakan insidens terjadi trikomononiasis pada tahun 1995 di seluruh dunia adalah sebanyak 170 juta. Publikasi WHO (2001) di Geneva tentang Global Prevalence Incidence of Selected Curable STI, penyakit menular seksual akibat trikomoniasis yang terjadi di South dan Southeast Asia adalah sebanyak 75.43 juta pada 1995. Publikasi yang sama juga menunjukkan angka kejadian trikomoniasis di South dan Southeast Asia pada 1999 meningkat yaitu ke 76.42 juta. Menurut data Centre for Disease Control and Prevention (CDC), 2007 diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 7.4 juta kasus trikomononiasis terjadi secara global. AIDS epidemic update 2009 oleh UNAIDS dan WHO menemukan sebanyak 4.7 juta orang di Asia yang menghidapi HIV pada tahun 2008. Maka boleh dikatakan bahwa kasus trikomoniasis adalah ‘on the rise’ dan hal ini menjadi masalah kesehatan komuniti.

Pertimbangan pada pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang penyakit menular seksual (PMS) terutama tentang trikomoniasis harus diberi perhatian yang sewajarnya. Survey sex global oleh perusahaan Durex (2005) menyatakan bahwa hanya 7% dari rakyat Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang adanya infeksi menular seksual akibat trikomoniasis. Maka boleh disimpulkan walaupun pendidikan seks telah diberi kepada masyrakat namun


(22)

upaya pencegahan yang diambil untuk menurunkan angka kejadian PMS amat sedikit. Kegagalan untuk mengkontrol PMS adalah mungkin disebabkan prioritas kurang diberikan oleh ‘policy-makers’ atau ‘planners’ untuk mengalokasikan sumber (resources) yang sewajarnya serta fasilitas untuk mendiagnosa dan health care kurang diberi perhatian oleh pemerintah. Selain itu, trikomoniasis juga sering asimptomatik pada laki-laki maka resiko tertularan meningkat karena gagal mengenali terdapat masalah.

2.3 Penyakit Menular Seksual

Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang didapati dari hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Infeksi menular seksual merupakan suatu penyakit akut global yang menyebabkan penyakit lain, infertilitas, disabilitas jangka panjang dan juga kematian, demgan kondisi medikal yang berbahaya serta konsekuensi psikologikal bagai berjuta-juta laki-laki, wanita dan bayi.

Penyebab PMS boleh dibahagikan kepada penyebab akibat bakteri (misalnya Neisseria gonnorhea, Clamydia trachomatis dan lain-lain), virus (misalnya Herpes, Hepatitis), protozoa atau ektoparasit(misalnya Tikomoniasis, Candida albicans).Cara transmisi PMS tersering adalah melalui hubungan seksual yang tidak dilindungi dengan adanya penetrasi sama ada kelamin-kelamin, oral-kelamin ataupun anal-oral-kelamin. Selain itu, PMS juga boleh ditrasmisi dari ibu ke anaknya semasa hamil (misalnya HIV, siflis), waktu melahirkan (misalnya gonore, clamidia, HIV) atau melalui susu ibu (misalnya HIV), namun cara ini jarang terjadi. Infeksi menular seksual juga terjadi dari penggunaan spuit yang tidak bersih atau steril yang ada kontak dengan darah atau bahan produksi darah orang (misalnya siflis, HIV, hepatitis) [UNAIDS, 1999].

Faktor resiko PMS adalah peningkatan populasi sedunia, sukar untuk mengubah cara atau kebiasaan hubungan seksual (homoseksual), sering bertukar ganti pasangan dan tidak ada vaksin untuk PMS. Selain itu, perhubungan seksual yang tidak dilindungi (menggunakan kondom), hubungan seksual yang dimulai


(23)

pada umur yang muda, pekerja seks sosial atau hubungan secara anal meningkatkan resiko PMS. Populasi yang beresiko tinggi adalah pada kelompok usia 20-30 tahun untuk pria dan wanita adalah 16-24 tahun (WHO, 1995).

Menurut WHO (1999) pada 1995 sebanyak 333 juta kasus baru penyakit menular seksual terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Terdapat lebih dari patogen yang boleh ditransmisikan melalui hubungan seksual dan kebanyakkannya boleh diobati. Data terakhir dari WHO (2001) pada 1999 diperkirakan sebanyak 340 juta kasus baru siflis, gonore, clamidia dan trikomoniasis berlaku do seluruh dunia pada laki-laki dan wanita antara hingga 15 hingga 49 tahun. Data spesifik tentang insidens dan prevalensi penyebab PMS sukar diperoleh karena kebanyakan infeksi bersifat asimptomatik serta masih terdapat stigma sosial berkenaan PMS. Hanya populasi yang simptomatik mendapatkan perhatian medik yang diperlukan dan hanya sebagian dari itu dilaporkan.

Penyakit menular seksual merupakan penyakit bisa dicegah dan diobati melainkan infeksi HIV. Pencegahan PMS terbagi kepada pencegahan primer dan sekunder. Di mana pada pencegahan primer diarahkan untuk mencegah terjadinya PMS atau HIV dengan mengamalkan cara dan perilaku hubungan seksual yang sehat. Pencegahan sekunder adalah member terapi dan rehabilitas kepada individu yang terinfeksi untuk individu yang terinfeksi untuk mencegah terjadinya transmisi kepada orang lain (UNAIDS, 1999).

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut Notoatmodjo (2007), sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Maka, dari pengalaman dan penelitian ternyata


(24)

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai enam tingkat yaitu tahu, memhami, aplikasi, analisis,sintesis dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Maka, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan rendah dan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari anatara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan secara benar. Orang yang memahami materi yang dipelajarinya harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain, misalnya dalam menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian.

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya antara satu sama lain. Kemampuan ini dapat dinilai melalui dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan dan sebagainya.

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


(25)

Tingkat terkahir menurut Notoatmodjo (2007) adalah evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini dapat berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat menentukan kesehatan masyarakat. Maka, masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosial menjadi sehat. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo,2007).


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional  Definisi Operasional:

 Pengetahuan adalah segala semua yang diketahui tentang trikomoniasis.

 Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 merupakan mahasiswa laki-laki dan perempuan yang belajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara pada semester tujuh bagi tahun akademik 2010/2011.

 Trikomoniasis merupakan infeksi parasit Trichomonas vaginalis yang ditularkan dari hubungan seksual atau penggunaan pakaian atau handuk basah yang terinfeksi dengan parasit tersebut.

Pengetahuan Mahasiswa Fakultas

Sastra USU


(27)

 Penyakit menular seksual adalah penyakit yang terjadi akibat hubungan seksual dengan pasangan seksual yang positif terinfeksi dan menimbulkan gejala pada individu tersebut.

 Cara Ukur: Angket

 Alat Ukur: Kuesioner, diajukan sebanyak 15 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban:

 Jawaban yang benar diberi skor 2  Jawaban yang salah diberi skor 0

Tabel 3.1 Skor Pertanyaan pada Kuesioner Pengetahuan

NO. SKOR

A B

1 2 0

2 0 2

3 0 2

4 2 0

5 0 2

6 2 0

7 0 2

8 2 0

9 2 0

10 2 0

11 2 0

12 0 2

13 2 0

14 2 0


(28)

 Kategori: Pengukuran tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Sastra USU angkatan 2007 tentang trikomoniasis berdasarkan pertanyaan yang diberikan responden menggunakan skala pengukuran Pratomo (1966) maka dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

 Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.

 Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi.  Pengetahuan kurang apabila jawaban responden

benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

 Skor 22.6 hingga 30 : Baik  Skor 12 hingga 22.5 : Sedang  Skor dibawah 12 (<12) : Kurang  Skala pengukuran : Ordinal


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan desain cross sectional. Di mana, penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 tentang trikomoniasis.

Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Sastroasmoro (1995) penelitian cross sectional merupakan penelitian yang di mana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Satu saat di sini artinya, setiap subjek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (2) tahap penyelesaian.

Tahap persiapan merupakan tahap proses persiapan proposal penelitian ini termasuk menyediakan kuesioner. Ini telah dilaksanakan dari bulan Februari hingga Mei 2010.

Tahap pelaksanaan dilakukan pada bulan Agustus 2010 hingga Desember 2010. Tahap ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data melalui


(30)

penyebaran kuesioner, mengumpul jawaban, menilai jawaban, mengolah data, mengintepretasi hasil dan menyimpulkan hasil penelitian.

Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir yaitu penulisan, ujian, revisi, penjilidan dan penyerahan hasil karya tulis ilmiah pada akhir bulan Desember. 4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Sastra, Jalan Universitas No. 19, Kampus Universitas Sumatera Utara, Padang Bulan, Medan.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2007 yaitu seramai 466 orang. Mahasiwsa bagi penelitian ini merupakan mahasiswa laki-laki dan perempuan jalur regular dan mandiri yang mengikuti materi perkuliahan semester tujuh bagi tahun akademik 2010/2011. Sewaktu tahap persiapan, mahasiswa penelitian ini merupakan mahasiswa yang berada di semester enam bagi tahun akademik 2009/2010.

Penelitian ini dilakukan pada populasi ini karena mereka berada pada umur aktifitas seksual yang aktif. Selain itu, paparan mahasiswa terhadap penyakit menular seksual dan penyebabnya lebih tinggi serta mereka memiliki dasar pengetahuan tentang infeksi lebih dibandingkan dengan masyarakat umum.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Untuk mendapatkan sampel, dapat digunakan teknik random sampling (sampel acak). Sampel acak digunakan apabila populasi dari mana sampel diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri dan semua


(31)

subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. (Arikunto, 2006). Di mana, pada penelitian ini mahasiswa laki-laki dan perempuan diberi kesempatan untuk menjadi responden dan semuanya memilki pengetahuan tentang penyakit menular seksual.

Terdapat beberapa jenis random sampling yang bisa digunakan untuk mencari besar sampel. Dalam penelitian ini digunakan metode systematic sampling (sampel secara acak sistematis), di mana caranya adalah membahagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan sampel yang diinginkan (Notoatmodjo, 2005).

Di mana formula yang digunakan adalah: n = N / [1 + N (d)²]

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang dinginkan. Bila kita memerlukan derajat ketepatan yang tinggi maka diambil angka 0,10, maka jumlah sampel akan lebih besar daripada kita memilih derajat ketepatan 0,50.

Maka ; n = 466 / [ 1 + 466 (0,10)²] n = 466 / 5.66

n = 82,33

Besar sampel bagi penelitian ini adalah 83. Jumlah sampel ini didapat dari rumus penentuan besarnya sampel untuk populasi yang kecil yaitu kurang dari 10 000 (Notoatmodjo, 2005).

Maka interval sampel yang diambil secara acak sistematis adalah: Interval = Populasi/Sampel


(32)

= 466/83 = 5,6

Maka interval yang diambil adalah 6. 4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi kepustakaan dan metode angket.

1. Metode Dokumentasi

Data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau laporan, jurnal, buku, koran atau berbagai artikel tentang topik penelitian telah dicari dan dikumpul untuk tujuan kepustakaan dan memperoleh informasi tentang penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder (Arikunto, 1998).

2. Metode Angket

Data penelitian ini telah dikumpul dengan metode angket. Pada penelitian ini, lembaran kuesioner telah diberikan kepada responden dan responden sendiri mengisikan jawabannya. Angket pada penelitian ini adalah berstruktur dan berbentuk pilihan. Di mana, kuesioner yang diberikan disusun secara tegas, definitif, terbatas dan konkret serta pilihan jawabannya juga telah diberi agar responden mudah menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang ditanyakan adalah tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual dan diajukan sebanyak 15 pertanyaan. Dan responden hanya perlu menjawab jawaban yang benar saja (Notoatmodjo, 2005). Maka kuesioner sebagai instrument pengumpul data dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dan


(33)

reliabilitas dengan cara melakukan uji coba pada sekelompok responden yang hampir sama cirinya dengan populasi penelitian ini yaitu merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2007.

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Notoatmodjo (2005), untuk menguji ketepatan kuesioner yang akan digunakan, dilakukan uji coba paling sedikit pada 20 orang responden yang karakterisitknya yang mirip dengan sampel penelitian. Hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yaitu kuesioner yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas. Setelah diperoleh skor tiap pertanyaan, dihitung kolerasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total.

Validitas adalah suatu indek yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product Moment, yaitu dengan mengkolerasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya. Rumus Pearson product moment yaitu:

r = n (∑xy) – (∑x)(∑y) / √ [n(∑x²) – (∑x)²] x [n(∑y²) – (∑y)²] Di mana:

r : kolerasi product moment n : cacah subjek uji coba

∑x : jumlah skor tiap responden untuk soal no N ∑y : jumlah skor total untuk semua soal

Menurut Notoatmodjo (2005), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Uji relibilitas dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha (Arikunto, 2006).


(34)

Perhitungan Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menggunakan rata-rata interkolerasi di antara butir-butir pernyataan dengan kuesioner. Rumus Cronbach’s Alpha adalah:

rtt = [M/(M-1)] – (Vx/Vt) Di mana:

rtt : koefisien alpha Vx : variansi butir

Vt : variansi total (faktor) M : jumlah butir

4.4.3 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Uji validitas dan realibilitas telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2007. Uji coba ini dilakukan kepada seramai 30 orang responden. Sebanyak 20 soalan diberikan kepada responden untuk dijawab. Hasil dari uji coba ini dimasukkan ke dalam program SPSS.

Maka hasil yang diperoleh adalah:

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status Pengetahuan 1 0.432 Valid 0.829 Reliable

2 0.267 Tidak Valid

3 0.636 Valid Reliable 4 0.460 Valid Reliable 5 0.364 Valid Reliable 6 0.590 Valid Reliable 7 0.364 Valid Reliable 8 0.231 Tidak


(35)

9 0.750 Valid Reliable 10 0.476 Valid Reliable 11 0.231 Tidak

Valid

12 0.450 Valid Reliable 13 0.129 Tidak

Valid

14 0.415 Valid Reliable 15 0.750 Valid Reliable 16 0.407 Valid Reliable 17 0.750 Valid Reliable 18 0.689 Valid Reliable 19 0.188 Tidak

Valid

20 0.689 Valid Reliable

Dari 20 pertanyaan, 15 pertanyaan didapati valid yaitu pertanyaan 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, dan 20. 15 pertanyaan yang valid dilanjutkan dengan pengukutan reliabilitasnya. Maka dari data didapatkan nilai alpha 0.829 lebih besar dari nilai r table 0.361, berarti 15 pertanyaan dari reliabel. Keeratan hubungan pertanyaan yang dilakukan uji reliabilitas ditentukan dengan kritirea Guilford (1956), yaitu bagi 15 pertanyaan hubungannya erat (0,70 - < 0,90).

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Prosedur analisis data dilakukan dengan tahapan seperti berikut:

1. Dilakukan uji coba dengan memberikan kuesioner pada beberapa responden untuk menguji validitas dan relibilitas kuesioner.

2. Diuji validitas dan realibilitas alat ukur kuesioner.

3. Dilakukan penelitian dengan memberikan kuesioner kepada semua responden.


(36)

4. Diperiksa atau diseleksi kelengkapan data kuesioner. 5. Dilakukan analisa data

Data yang dikumpul dianalisa dengan menggunakan program komputer SPSS (statistical product and service solution). Data dianalisa secara deskriptif. Hasil yang diperolehi ditampilkan dalam tabel bentuk yaitu dalam bentuk distribusi frekuensi, persentase dari tiap variabel dan bentuk grafik. Pada penelitian ini variabel pengetahuan berupa data kuantitatif (skor hasil pengisian kuesioner) yang diubah menjadi data kualitatif (baik, sedang dan kurang) dengan analisa kualitatif melalui cara indukt if, yakni pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil-hasil observasi khusus.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (FS USU), adalah salah satu fakultas di universitas negeri yang terletak di kota Medan, Indonesia. Kampus FS USU terletak di Padang Bulan yaitu di sebelah barat daya kota Medan, tujuh kilometer dari pusat kota. Alamat FS USU adalah Jalan Universitas No. 19, Kampus Universitas Sumatera Utara, Padang Bulan, Medan.

5.1.2 Karakteristik Individu

Individu yang dipilih sebagai sampel penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007. Jumlah mahasiswa yang dipilih sebagai responden adalah 83 orang. Distribusi responden menurut jenis kelamin tampak pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi responden menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 37 44.6

Perempuan 46 55.4

Total 83 100.0

Karakteristik mahasiswa yang diambil sebagai responden juga dipilih berdasarkan umur dan hasil yang diperoleh mayoritas responden berumur 21 hingga 22 tahun yaitu sebesar 90,3% (tabel 5.2).


(38)

Tabel 5.2 Distribusi responden menurut umur

Umur Jumlah Persentase

19 -20 6 7.2

21-22 75 90.3

23-24 2 2.4

Total 83 100

Tidak hanya umur dan jenis kelamin, karakteristik responden juga dinilai berdasarkan status pernikahan dan memperoleh hasil 98,8% belum menikah (tabel 5.3.). Penilaian terhadap status pernikahan dilakukan karena infeksi oleh Trichomonas vaginalis terkait dengan hubungan seksual.

Tabel 5.3 Distribusi responden menurut status pernikahan

Status Pernikahan Jumlah Persentase

Belum Bernikah 82 98.8

Sudah Bernikah 1 1.2

Total 83 100.0

Tabel 5.4. menunjukkan selisih jumlah responden yang beragam Islam dengan yang beragama Kristen tidak begitu jauh yaitu masing-masing 39 orang yang beragama Islam dan 38 orang yang beragama Kristen.

Tabel 5.4 Distribusi responden menurut agama

Agama Jumlah Persentase

Islam 39 47.0

Kristen 38 45.8

Hindu 3 3.6

Buddha 3 3.6


(39)

5.1.3 Hasil Analisa Data

Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang trikomoniasis ditinjau melalui pengambilan data melalui kuesioner dimana mahasiswa menjawab 15 pertanyaan yang diajukan.

A. Pengetahuan tentang trikomoniasis

Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisa kuesioner penelitian berdasarakan soalan yang telah diajukan. Penelitian ini memperoleh hasil seluruh responden sudah mengetahua apa yang dimaksud dengan penyakit menular seksual dan faktor resiko penularan triokomoniasis. Selain itu, penelitian ini memperoleh hasil hanya seramai 27,7% responden mengetahui cara penularan trikomoniasis selain dari hubungan seksual. Seramai 73,5% responden yang mengetahui tentang gejala yang timbul akibat infeksi trikomoniasis. Penelitian ini turut memperoleh hasil hanya seramai 45,8% responden mengetahui tentang pilihan pengobatan trikomoniasis.

Tabel 5.5 Distribusi skor kuesioner tentang trikomoniasi Pengetahuan tentang

trikomoniasis Benar (%) Salah (%) Total

Definsi PMS 100 0 100

Trichomonas vaginalis 91,6 8,4 100

Golongan trikomoniasis 34,9 65,1 100

Cara penularan 27,7 72,3 100

Faktor resiko 100 0 100

Masa inkubasi 42,2 57,8 100

Gejala Klinis 73,5 26,5 100

Habitat T.vaginalis 98,8 1,2 100

Pemeriksaan 69,9 30,1 100

Pengobatan 78,3 21,7 100

Prinsip terapi 96,4 3,6 100

Jenis obat 45,8 54,2 100

Pencegahan 95,2 4,8 100

Cara pencegahan 95,2 4,8 100


(40)

B. Tingkat pengetahuan mahasiswa FS USU angkatan 2007 tentang trikomoniasis

Gambar 2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FS USU angkatan 2007 tentang trikomoniasis

Dari gambar 2 diketahui sebanyak 49,40% responden mempunyai pengetahuan baik dan 50,60% responden memiliki pengetahuan sedang tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual. Tingkat pengetahuan mahasisa FS USU dinilai melalui sistem skoring, yaitu:

 Skor 22.6 hingga 30 : Baik  Skor 12 hingga 22.5 : Sedang  Skor dibawah 12 (<12) : Kurang

C. Tingkat pengetahuan mahasiswa

Hasil tingkat pengetahuan responden dibandingkan menurut jenis kelamin tampak pada tabel 5.20. Dari penelitian diketahui sebanyak 48,8% mahasiswa laki-laki FS USU angkatan 2007 mempunyai pengetahuan baik dan sebanyak 51,2 % mahasiswa perempuan mempunyai pengetahuan baik. Sebanyak 40,5%


(41)

mahasiswa laki-laki mempunyai pengetahuan sedang dan 59,5% mahasiswa perempuan mempunyai pengetahuan sedang.

Tabel 5.6 Tingkat pengetahuan mahasiswa FS USU Angkatan 2007 menurut jenis kelamin tentang trikomoniasis

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik(%) Sedang(%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Persentase 48.8 40.5 44.6 Perempuan Persentase 51.2 59.5 55.4

Total Persentase 100 100 100

D. Tingkat pengetahuan mahasiswa menurut umur

Hasil tingkat pengetahuan pada responden dibandingkan menurut umur tampak pada tabel 5.21. Penelitian ini memperoleh hasil di mana tingkat pengetahuan baik adalah pada responden kelompok umur 21 tahun yaitu sebanyak 63,4 %. Pengetahuan sedang sebanyak 59,5 % turut pada responden kelompok umur 21 tahun.

Tabel 5.7 Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa FS USU Angkatan 2007 menurut umur

Tingkat Pengetahuan

Baik(%) Sedang(%)

Kelompok umur responden

19 -20 Persentase 12.2 2.4 21-22 Persentase 85.4 95.2 23-24 Persentase 2.4 2.4


(42)

5.2 Pembahasan

Seluruh responden pada penelitian menjawab benar mengenai definisi penyakit menular seksual. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan perusahaan Durex (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan seks yang pertama diberikan kepada rakyat Indonesia rata-rata pada umur 14 tahun.

Trikomoniasis sebagai salah satu penyakit menular seksual masih kurang diketahui. Ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan 72,3% mahasiswa menjawab salah tentang cara penularan trikomoniasis. Kenyataan ini kemungkinan karena informasi yang mereka dapat tentang mikroorganisme sebagai penyebab penyakit menular seksual adalah masih kurang. Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan oleh perusahaan Durex (2005), hanya 7% dari rakyat Indonesia yang memiliki pengetahuan tentang adanya infeksi menular seksual akibat trikomoniasis.

Penelitian ini memperoleh hasil yang sejalan dengan laporan UNAIDS (1999) dimana 57,8% responden menjawab salah tentang masa inkubasi sehingga menimbulkan gejala klinis trikomoniasis. Di mana, menurut laporan ini usaha kontrol lebih diutamakan kepada pasien yang simptomatik terutamanya laki-laki dan gagal mengenal individu yang asimptomatik (sering wanita) sehingga timbulnya komplikasi.

Obat antiparasit merupakan pilihan pengobatan bagi trikomoniasis (Slaven, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 45,8% responden yang mengetahui hal tersebut, hal ini kemungkinan karena kurangnya penyuluhan mengenai tipe-tipe pengobatan infeksi menular seksual.

Walaupun mayoritas responden sudah mengetahui cara pencegahan trikomoniasis namun menurut data-data dari Centre for Disease Control and Prevention (2007), diperkirakan bahwa setiap tahun masih sekitar 7,4 juta kasus infeksi menular seksual akibat trikomoniasis terjadi pada perempuan dan laki-laki.


(43)

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa yang menjadi responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori sedang (50,6%). Kenyataan ini didukung dengan laporan UNAIDS (1999) yang mengatakan kurangnya penekanan diberikan terhadap edukasi sebagai langkah pencegahan PMS. Menurut penelitian oleh Pranata (2010), sebesar 44,8% responden yang diteliti memiliki pengetahuan baik tentang infeksi menular seksual dan sebesar 39,6% responden dikategorikan pada tingkat pengetahuan sedang dan sebesar 15,6% pada tingkat pengetahuan kurang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian saya, di mana ini mungkin terjadi karena pendidikan penyakit menular seksual kurang diberikan secara spesifik mengenai mikroorganisme penyebabnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari jenis kelamin, pendidikan, motivasi, persepsi, dan pengalaman. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari pekerjaan, lingkungan, ekonomi, kebudayaan, dan informasi (Notoadmodjo, 2003). Dari penelitian ini didapati bahwa mahasiswa perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik berbanding laki-laki (55,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar (2010) yaitu tingkat pengetahuan istri lebih baik berbanding suami tentang penyakit menular seksual (47,1%). Hal ini mungkin karena infeksi menular seksual sering menimbulkan gejala pada wanita dan laki-laki pula simptomatik (WHO, 2007; WHO, 2008). Selain itu, program kesehatan reproduksi lebih diutamakan kepada wanita maka tingkat pemaparan mereka terhadap PMS lebih baik berbanding laki-laki (WHO).

Pengetahuan seseorang mungkin dipengaruhi oleh usia. Dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan juga akan semakin bertambah. Hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2007) bahwa pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan akan suatu hal/objek. Hal ini sejalan dengan penelitian ini di mana


(44)

mayoritas responden berada pada kelompok umur 21 hingga 22 tahun dan mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik (85,4%) berbanding kelompok umur lain.

Angka kejadian penyakit menular seksual tetap meningkat walaupun pelbagai program diberikan untuk tujuan pencegahan dari badan pemerintah atau bukan pemerintah (WHO, 2001). Hasil penelitian ini memperoleh bahwa seramai 95,2% responden mengetahui tentang cara pencegahan trikomoniasis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijaya (2010), di mana tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Santo Thomas 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebanyak 54,8%. Ini menunjukkan bahwa edukasi tentang pencegahan PMS dan HIV/AIDS diberikan sejak umur yang muda maka tingkat pengetahuan yang dimiliki adalah baik.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

• Tingkat pengetahuan rata-rata mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual adalah pada tingkat sedang yaitu sebesar 50,6%.

• Mahasiswa perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik berbanding mahasiswa laki-laki.

• Mayoritas responden penelitian ini merupakan mahasiswa berumur 21 tahun dan tingkat pengetahuan kelompok umur ini adalah tingkat yang baik yaitu sebesar 63,4%.

6.2 Saran

1. Dari hasil penelitian, saya menyarankan agar penyuluhan tentang mikroorganisme penyebab diberikan kepada mahasiswa – mahasiswa secara lebih khusus agar mahasiswa – mahasiswa mampun membedakan dan mengenali infeksi seperti trikomoniasis.

2. Selain itu, diharapkan dari hasil penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat memberikan masukan ke Dinas Kesehatan dalam rangka upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang trikomoniasis serta dalam upaya pencegahannya.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Y., 2005. Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital. USU Repository, 2006. Available from:

2010]

Arikunto, S., 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Centers for Disease Control and Prevention, 2007. Sexually Transmitted Diseases. USA: Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention. Available from:

14 March 2010]

Centers for Disease Control and Prevention, 2007. Sexually Transmitted Disease Surveillance 2007 - Division of STD Prevention December 2008. USA: Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention. Available from:

2010]

DPDx Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern, 2009. Trichomoniasis. Centers for Disease Control and Prevention. Available from:


(47)

Durex, 2006. Give and Receive 2005 Global Sex Survey. USA: Durex. Available

from:

[Accessed 18 February 2010]

Handsfield, Hunter H., 2001. Color Atlas and Synopsis of Sexually Transmitted Diseases. 2nd ed. Vaginal Infections. USA: McGraw Hill, 163 – 167.

Kasper, Dennis L., Braunwald, Eugene, Fauci, Anthony S., Hauser, Stephen L., Longo, Dan L. and Jameson, Laary J., 2005. Harrison’s Principle of Internal Medicine, sixteenth edition. Infectious Diseases. United States of America: McGraw-Hill, 1252

Notoatmodjo. S. ( 2003). Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan, Jakarta : Rineke Cipta.

Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2007 . Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Parija, Subash C., 2004. Textbook of Medical Parasitology: Protozoology and Helminthology. 2nd ed. Intestinal, Oral and Genital Flagellates. India: All India Publishers and Distributors, 73 – 78.

Pranata, Ari., 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit Menular Seksual Di Puskesmas Padang Bulan Medan. Available from:

[Accessed 21 November 2010]

Pratomo, Hadi dan Sudarti, 1966. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat & Keluarga Berencana/Kependudukan. Jakarta: Unit Pelaksana Proyek Pengembangan FKM di Indonesia.


(48)

Sastroasmoro S., dan Ismail S., 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Menular Seksual (PMS) Di Lingkungan IV Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Tahun 2008. Available from:

[Accessed 6 Desember 2010]

Slaven, Ellen M., Stone, Susan C., and Lopez, Fred A., 2007. Infectious Diseases : Emergency Department Diagnosis and Management. Sexually Transmitted Diseases. USA: McGraw Hill, 377 – 393.

Tanagho, Emil A. and McAninch, Jack W. Smith’s General Urology. 17th ed. Sexually Transmitted Diseases. USA: McGraw-Hill, 235

Tjokroprawiro Askandar, Pudjirahdojo Widodo Jatim, dan Putra Suhartono Taat, 1996. Pedoman Penelitian Kedokteran.Surabaya: Airlangga University Press.

UNAIDS, 1999. Sexually transmitted diseases: policies and principles for prevention and,UNAIDS – Join United Nations Programme on HIV/AIDS.

Available from:

UNAIDS, 2009. AIDS Epidemic Update, UNAIDS – Join United Nations Programme on HIV/AIDS. Available from:

[Accessed 12 March 2010]

Wahyuni, Arlinda Sari, 2007. Statistika Kedokteran. Metode Penarikan Sampel dan Besar Sampel. Jakarta: Bamboedoea Communication, 108 – 122.


(49)

HIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan. Available from:

[Accessed 6 Desember 2010]

World Health Organization, 2007. Sexually Transmitted Infections. World Health Organization Media Centre. Available from:

12 March 2010]

World Health Organization, 2001.Global Prevalence and Incidence of Selected Curable Sexually Transmitted Infections – Overview and Estimates, World Health Organization Media Centre. Available from:

March 2010]

World Health Organization, 2008. Epidemiological Fact Sheet on HIV and AIDS; Core data on epidemiology and response Indonesia 2008 Update, World Health Organization Media Centre. Available from:

World Health Organization, 2010. Program penelitian dan pengembangan kesehatan reproduksi. Available from:


(50)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Simranjeet Kaur A/P Avtar Singh Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Lumpur, 21 Juli 1989

Agama : Sikh

Alamat : No.33/41, Jln dr. Sumarsono, Kompleks USU, 20155 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Rendah Kebangsaan Air Panas 2. Sekolah Kebangsaan Danau Kota

3. Sekolah Menengah Kebangsaan Setapak Indah 4. Nirwana College

5. Universitas Sumater Utara

Riwayat Pelatihan : 1. Attachment di Hospital Sg.Buloh 2010 2.

3.

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Kelab Kebudayaan India Malaysia 2.


(51)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Kuesioner Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 tentang Trikomoniasis sebagai Penyakit

Menular Seksual.

Saya, Simranjeet Kaur A/P Avtar Singh, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, ingin membuat penelitian dengan judul seperti di atas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 tentang trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual.

Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuesioner ini untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan bagi melakukan penelitian ini. Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap responden untuk menjawab beberapa pertanyaan yang dilampirkan.

Setiap data yang ada di kuesioner ini adalah rahsia, tidak akan disebar luaskan serta hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian ini sahaja. Diharapkan responden dapat menjawab segala pertanyaan dengan benar dan jujur unutk mendapatkan keputusan yang baik. Pilih jawaban yang benar saja dari pilihan jawaban yang diberikan.

Semoga partisipasi Anda dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagu kita semua.

Terima kasih. Peneliti,


(52)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca/mendapatkan penjelasan dan saya memhami spenuhnya tentang penelitian,

Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 tentang Trikomoniasis sebagai Penyakit Menular Seksual.

Nama Peneliti : Simranjeet Kaur A/P Avtar Singh

Institusi yang melakukan Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebgai subjek peneltian.

Medan, ………. 2010

(____________________) Nama dan tanda tangan


(53)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007 tentang Trikomoniasis sebagai Penyakit Menular

Seksual.

I. Karakteristik responden Nama : Umur : NIM :

Jenis Kelamin : laki-laki / perempuan Jurusan :

Agama/Bangsa : Status perkahwinan : II. Pengetahuan

(Bulatkan jawaban yang benar saja)

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit menular seksual?

A. Penyakit yang didapati dari hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi.

B. Penyakit yang ditularkan melalui kontak lansung dengan kulit. 2. Mikroorganisme manakah penyebab trikomoniasis pada penyakit menular

seksual?

A. Toxoplasma gondii

B. Trichomoniasis vaginalis

3. Menurut anda trikomoniasis merupakan mikroorganisme yang tergolong: A. Virus

B. Parasit


(54)

A. Penggunaan pakaian dalam atau handuk basah yang terkontaminasi dengan mikoorganisme penyebab trikomoniasis.

B. Pemakaian/penggunaan jarum suntik bersama.

5. Manakah yang merupakan faktor resiko penularan trikomoniasis?

A. Melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang hampir sama umurnya

B. Berganti-ganti pasangan seksual.

6. Tanda dan keluhan trikomoniasis muncul setelah? A. Dalam masa sebulan

B. Dalam masa setahun

7. Merupakan tempat hidup mikroorganisme penyebab trikomoniasis pada wanita?

A. Bagian paha wanita B. Saluran kemih dan vagina

8. Apakah gejala yang muncul pada wanita yang menderita trikomoniasis? A. Pengeluaran sekret tubuh berwarna kuning kehijauan dan berbau,

iritasi atau gatal serta rasa sakit saat hubungan seks dan sakit semasa berkemih.

B. Pembengkakan pada kemaluan dan terdapat gelembung-gelembung pada kemaluan yang sangat sakit.

9. Apakah pemeriksaan yang dilakukan apabila diduga menderita trikomoniasis?

A. Pengambilan sekret dari kemaluan untuk kultur. B. Pemeriksaan darah rutin.

10.Apakah trikomoniasis dapat diobati? A. Ya

B. Tidak

11.Merupakan prinsip pengobatan trikomoniasis?


(55)

B. Pasangan seksual penderita tidak perlu diobati 12.Obat yang diberikan untuk trikomoniasis?

A. Antibiotik B. Antiparasit

13.Apakah trikomoniasis dapat dicegah? A. Ya

B. Tidak

14.Bagaimanakah mencegah penularan trikomoniasis? A. Menggunakan kondom semasa hubungan seksual. B. Menggunakan pil pencegah kehamilan.

15.Apakah trikomoniasis dapat meningkatkan resiko penularan infeksi HIV? A. Ya


(56)

Lampiran 4

Uji Validitas dan Realibilitas mahasiswa Fakultas Hukum USU

NO NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6

1 RIA BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR 2 HND BENAR SALAH SALAH SALAH SALAH BENAR 3 JUN BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR 4 WTY BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 5 YLA BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 6 ANS BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 7 ANNS BENAR SALAH SALAH SALAH SALAH BENAR 8 CC BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR 9 DN BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR 10 J.D SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH 11 NRL BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 12 NRA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 13 YLD BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 14 AM BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 15 RDH BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 16 JHN SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH 17 SPR SALAH BENAR SALAH SALAH SALAH SALAH 18 RD BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 19 WHY BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 20 ADS BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 21 JTA BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 22 EMA BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 23 BNT BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 24 JB BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR 25 FRND BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 26 KRST BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR 27 HRYT BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR 28 AAA SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 29 NVA BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 30 EVI BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR


(57)

P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 SALAH BENAR BENAR SALAH SALAH SALAH SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH SALAH SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR SALAH BENAR


(58)

P15 P16 P17 P18 P19 P20 TOTAL BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 22 BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR 22 BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 26 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 34 BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 28 BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 22 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 24 BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR 28 BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 26 SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH SALAH 0 BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 20 BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 34 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 32 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 30 BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 22 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 28 SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR SALAH 14 BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 26 BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR 26 BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 30 BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 32 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 30 BENAR SALAH BENAR BENAR BENAR BENAR 28 BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 24 BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH BENAR 34 BENAR SALAH BENAR BENAR SALAH BENAR 32 BENAR SALAH BENAR SALAH SALAH BENAR 22 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 32 BENAR BENAR BENAR BENAR SALAH SALAH 22 BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR BENAR 28


(59)

Lampiran 5 Correlations

P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9

PRTYN 1

Pearson

Correlation 1 -.196 .423

*

.043 -.207 .850** .237 -.145 .681** Sig.

(2-tailed) .299 .020 .822 .272 .000 .208 .444 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 2

Pearson

Correlation -.196 1 .196 .364

*

.452* -.111 -.151 .067 .000 Sig.

(2-tailed) .299 .299 .048 .012 .559 .426 .724 1.000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 3

Pearson

Correlation .423

*

.196 1 .257 .237 .523** .015 .053 .681**

Sig.

(2-tailed) .020 .299 .171 .208 .003 .938 .782 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 4

Pearson

Correlation .043 .364

*

.257 1 .428* .218 .263 -.308 .175

Sig.

(2-tailed) .822 .048 .171 .018 .247 .160 .097 .355

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 5

Pearson

Correlation -.207 .452

*

.237 .428* 1 -.050 .148 .071 .161

Sig.

(2-tailed) .272 .012 .208 .018 .792 .436 .709 .395

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 6

Pearson

Correlation .850

**

-.111 .523** .218 -.050 1 .201 -.067 .802**

Sig.

(2-tailed) .000 .559 .003 .247 .792 .287 .724 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 7

Pearson

Correlation .237 -.151 .015 .263 .148 .201 1 .071 .161

Sig.

(2-tailed) .208 .426 .938 .160 .436 .287 .709 .395

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 8

Pearson

Correlation -.145 .067 .053 -.308 .071 -.067 .071 1 .036

Sig.

(2-tailed) .444 .724 .782 .097 .709 .724 .709 .850


(60)

P 10 P 11 P12 P13 P14 P15 P 16 P 17 P 18 P 19 P 20 TOTAL

-.120 .171 .449

*

-.539** .539

**

.681** -.170 .681** .523**

-.251 .523

**

.432*

.527 .366 .013 .002 .002 .000 .368 .000 .003 .182 .003 .017

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.136

-.073 .202 .167 -.167 .000 .134 .000 -.111

-.202 .111 .267

.473 .702 .285 .379 .379 1.000 .481 1.000 .559 .285 .559 .154

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.280

-.043 .251 -.049 .539

**

.681** .026 .681** .523**

-.251 .523

**

.636**

.134 .822 .182 .797 .002 .000 .891 .000 .003 .182 .003 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.238

-.206 .132 -.145 .145 .175 .612

**

.175 .218

-.132 .218 .460

*

.206 .274 .486 .443 .443 .355 .000 .355 .247 .486 .247 .011

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.185

-.263 .071 .264 -.075 .161 .262 .161 -.050

-.223 .201 .364

*

.329 .160 .709 .159 .692 .395 .162 .395 .792 .236 .287 .048

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-.045 .024 .381

*

-.389* .667** .802** -.089 .802** .630**

-.157 .630

**

.590**

.812 .899 .038 .034 .000 .000 .640 .000 .000 .407 .000 .001

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.185 .066 -.081 -.113 .113 .161 .413* .161 .201

-.071 .201 .364

*

.329 .730 .670 .552 .552 .395 .023 .395 .287 .709 .287 .048

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.247 .015 -.086 .269 -.101 .036 -.009 .036 .157 .222 .157 .231

.188 .939 .651 .150 .596 .850 .962 .850 .407 .239 .407 .220


(61)

PRTYN 9

Pearson Correlation .681

**

.000 .681** .175 .161 .802** .161 .036 1 Sig.

(2-tailed) .000 1.000 .000 .355 .395 .000 .395 .850

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 10

Pearson

Correlation -.120 .136 .280 .238 .185 -.045 .185 .247 .055 Sig.

(2-tailed) .527 .473 .134 .206 .329 .812 .329 .188 .775

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 11

Pearson

Correlation .171 -.073 -.043 -.206

-.263 .024 .066 .015 .117 Sig.

(2-tailed) .366 .702 .822 .274 .160 .899 .730 .939 .539

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 12

Pearson

Correlation .449

*

.202 .251 .132 .071 .381* -.081

-.086 .306 Sig.

(2-tailed) .013 .285 .182 .486 .709 .038 .670 .651 .101

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 13

Pearson Correlation

-.539** .167 -.049 -.145 .264 -.389

*

-.113 .269 -.200 Sig.

(2-tailed) .002 .379 .797 .443 .159 .034 .552 .150 .288

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 14

Pearson Correlation .539

**

-.167 .539** .145

-.075 .667

**

.113

-.101 .535

**

Sig.

(2-tailed) .002 .379 .002 .443 .692 .000 .552 .596 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 15

Pearson Correlation .681

**

.000 .681** .175 .161 .802** .161 .036 1.000** Sig.

(2-tailed) .000 1.000 .000 .355 .395 .000 .395 .850 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 16

Pearson

Correlation -.170 .134 .026 .612

**

.262 -.089 .413*

-.009 .018 Sig.

(2-tailed) .368 .481 .891 .000 .162 .640 .023 .962 .925

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 17

Pearson Correlation .681

**

.000 .681** .175 .161 .802** .161 .036 1.000** Sig.

(2-tailed) .000 1.000 .000 .355 .395 .000 .395 .850 .000


(62)

.055 .117 .306

-.200 .535

**

1.000** .018 1.000** .802**

-.036 .802

**

.750**

.775 .539 .101 .288 .002 .000 .925 .000 .000 .850 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

1 .208 .110 .238 -.068 .055 .464** .055 .181 .165 -.045 .476**

.270 .563 .205 .721 .775 .010 .775 .337 .384 .812 .008

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.208 1 .161 .145 -.145 .117 -.029 .117 .267 .279 .024 .231

.270 .394 .443 .443 .539 .878 .539 .154 .136 .899 .220

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.110 .161 1

-.067 .235 .306 -.144 .306 .157 .086 .381

*

.450*

.563 .394 .724 .210 .101 .448 .101 .407 .651 .038 .013

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.238 .145

-.067 1 -.167 -.200 .134 -.200 -.111 .404

*

-.111 .129

.205 .443 .724 .379 .288 .481 .288 .559 .027 .559 .498

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-.068

-.145 .235

-.167 1 .535

**

-.134 .535** .389*

-.067 .389

*

.415*

.721 .443 .210 .379 .002 .481 .002 .034 .724 .034 .022

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.055 .117 .306

-.200 .535

**

1 .018 1.000** .802**

-.036 .802

**

.750**

.775 .539 .101 .288 .002 .925 .000 .000 .850 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.464** -.029

-.144 .134 -.134 .018 1 .018 .134 .279 -.089 .407

*

.010 .878 .448 .481 .481 .925 .925 .481 .136 .640 .026

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.055 .117 .306

-.200 .535

**

1.000** .018 1 .802**

-.036 .802

**

.750**

.775 .539 .101 .288 .002 .000 .925 .000 .850 .000 .000


(63)

PRTYN 18

Pearson Correlation .523

**

-.111 .523

**

.218

-.050 .630

**

.201 .157 .802** Sig.

(2-tailed) .003 .559 .003 .247 .792 .000 .287 .407 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 19

Pearson

Correlation -.251

-.202 -.251 -.132

-.223 -.157

-.071 .222 -.036 Sig.

(2-tailed) .182 .285 .182 .486 .236 .407 .709 .239 .850

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

PRTYN 20

Pearson Correlation .523

**

.111 .523** .218 .201 .630** .201 .157 .802** Sig.

(2-tailed) .003 .559 .003 .247 .287 .000 .287 .407 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

TOTAL

Pearson

Correlation .432

*

.267 .636** .460* .364* .590** .364* .231 .750** Sig.

(2-tailed) .017 .154 .000 .011 .048 .001 .048 .220 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.181 .267 .157 -.111 .389* .802** .134 .802** 1 .067 .630** .689**

.337 .154 .407 .559 .034 .000 .481 .000 .724 .000 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.165 .279 .086 .404* -.067 -.036 .279 -.036 .067 1 .067 .188

.384 .136 .651 .027 .724 .850 .136 .850 .724 .724 .319

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-.045 .024 .381* -.111 .389* .802** -.089 .802** .630** .067 1 .689**

.812 .899 .038 .559 .034 .000 .640 .000 .000 .724 .000

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.476** .231 .450* .129 .415* .750** .407* .750** .689** .188 .689** 1

.008 .220 .013 .498 .022 .000 .026 .000 .000 .319 .000


(1)

STATUS PERKAHWINAN

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid BELUM

BERKAHWIN

82 98.8 98.8 98.8 SUDAH

BERKAHWIN

1 1.2 1.2 100.0

Total 83 100.0 100.0

AGAMA RESPONDEN

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ISLAM 39 47.0 47.0 47.0

KRISTEN 38 45.8 45.8 92.8

HINDU 3 3.6 3.6 96.4

BUDDHA 3 3.6 3.6 100.0


(2)

B) Hasil Analisa Data

PERTANYAAN 1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid BENAR 83 100.0 100.0 100.0

PERTANYAAN 2 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 7 8.4 8.4 8.4

BENAR 76 91.6 91.6 100.0

Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 3 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid SALA

H

54 65.1 65.1 65.1

BENA R

29 34.9 34.9 100.0 Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid SALAH 60 72.3 72.3 72.3

BENAR 23 27.7 27.7 100.0 Total 83 100.0 100.0


(3)

PERTANYAAN 5

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid BENAR 83 100.0 100.0 100.0

PERTANYAAN 6

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid SALAH 48 57.8 57.8 57.8

BENAR 35 42.2 42.2 100.0 Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 7 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 1 1.2 1.2 1.2

BENAR 82 98.8 98.8 100.0 Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 8

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid SALAH 22 26.5 26.5 26.5

BENA R

61 73.5 73.5 100.0 Total 83 100.0 100.0


(4)

PERTANYAAN 9 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid SALAH 25 30.1 30.1 30.1

BENAR 58 69.9 69.9 100.0

Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 10

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid SALAH 18 21.7 21.7 21.7

BENAR 65 78.3 78.3 100.0

Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 11 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 3 3.6 3.6 3.6

BENAR 80 96.4 96.4 100.0 Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 12 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid SALAH 45 54.2 54.2 54.2

BENAR 38 45.8 45.8 100.0 Total 83 100.0 100.0


(5)

PERTANYAAN 13 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 4 4.8 4.8 4.8

BENAR 79 95.2 95.2 100.0 Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 14 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 4 4.8 4.8 4.8

BENAR 79 95.2 95.2 100.0 Total 83 100.0 100.0

PERTANYAAN 15 Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SALAH 5 6.0 6.0 6.0

BENAR 78 94.0 94.0 100.0 Total 83 100.0 100.0

SKOR KUESIONER Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BAIK 41 49.4 49.4 49.4

SEDAN G

42 50.6 50.6 100.0 Total 83 100.0 100.0


(6)

JENIS KELAMIN * SKOR KUESIONER Crosstabulation SKOR KUESIONER

Total BAIK SEDANG

JENIS KELAMIN

LAKI-LAKI Count 20 17 37

% within SKOR KUESIONER

48.8% 40.5% 44.6%

PEREMPUAN Count 21 25 46

% within SKOR KUESIONER

51.2% 59.5% 55.4%

Total Count 41 42 83

% within SKOR KUESIONER

100.0% 100.0% 100.0%

UMUR RESPONDEN * SKOR KUESIONER Crosstabulation SKOR KUESIONER

Total BAIK SEDANG

UMUR RESPONDEN

19 Count 3 0 3

% within SKOR KUESIONER

7.3% .0% 3.6%

20 Count 2 1 3

% within SKOR KUESIONER

4.9% 2.4% 3.6%

21 Count 26 25 51

% within SKOR KUESIONER

63.4% 59.5% 61.4%

22 Count 9 15 24

% within SKOR KUESIONER

22.0% 35.7% 28.9%

23 Count 1 1 2

% within SKOR KUESIONER

2.4% 2.4% 2.4%

Total Count 41 42 83

% within SKOR KUESIONER