Ikhlas PEMUDA ISLAM DALAM PERSPEKTIF HASAN AL BANNA

Akidah Islam yang sudah dianut sebagai jalan hidup way of life merupakan ketetapan hati untuk berhubungan dengan Allah hablum min Allah . Dari relasi vertikal tersebut, dilanjutkan dalam relasi horisontal antar umat manusia hablum min annas. Hasan Al-Banna menjelaskan keimanan yang murni dan bersih, ibadah yang benar dan terbebas dari berbagai bid’ah, serta mujahadah yang jauh dari sikap berlebih-lebihan mempunyai pengaruh yang amat baik bagi pelakunya. Pengaruh-pengaruh tersebut dibagi dua: 1. Allah swt memberikan cahaya kepada pemiliknya keimanan, ibadah dan mujahadah, dengan cahaya itu ia dapat mengetahui apa yang tidak dapat diketahui oleh orang lain dan ia dapat membedakan hal-hal yang samar mutasyabihat serta rancu. 2. Allah swt menganugerahkan kelezatan iman kepada pemiliknya hingga ia merasakan kebahagiaan dalam hidup. 76

2. Ikhlas

Dalam Risalah Ta’limnya, Imam Hasan Al Banna menjadikan keikhlasan sebagai ba’iat ke dua sedangkan yang pertama adalah pemahaman yang benar terhadap Islam yang tercantum dalam dua puluh prinsip. 77 Dan ikhlas diartikan oleh Al-Banna dengan perkataan : “yang kami kehendaki dengan sikap ikhlas adalah pemuda Islam dalam setiap 76 Muhammad Abdullah Al Khatib dan Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, h. 40. 77 Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwanul Muslimin terjemahan dari At-Tarbiyah, h.31 kata, aktivitas, dan jihadnya harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridho Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan. Dengan itulah. Firman Allah ی “Katakanlah, Sesunggunya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan . “ Q.S. Al-An’Am : 162-163. Dengan berpedoman pada ayat di atas, Hasan Al-Banna mengekspresikan bentuk slogan perjuangan di jalan Allah dengan semboyan: “Allah tujuan kami, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah”. 78 Ikhlas 79 adalah menginginkan keridhoan Allah dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari berbagai debu duniawi. 80 Ikhlas 78 Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, h. 301. lihat juga Sa’id Hawwa, Membina Angkatan Mujahid Solo : Era Intermedia, 2005 cet. Ke-5. h.162 79 Ikhlas berasal dari kata khuluushon atau kholaashon artinya jernih dan bersih dari pencemaran. Dikatakan kholashosy artinya sesuatu menjadi murni. Kholashtu ilaa syai-in artinya aku sampai pada sesuatu. Kholaashus samini artinya samin murni. Lafaz ikhlas menunjukkan pengertian jernih, bersih, murni dari campiran dan pencemaran. Sesuatu yang murni artinya bersih tanpa ada campuran. Lihat Muhammad bin Shalih Al-Munajid, Silsilah Amalan Hati . Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006, h.14-15 merupakan istilah tauhid. Orang yang ikhlas adalah mereka yang mengesakan Allah dan merupakan hamba-hamba-Nya yang terpilih. Adapun pengertian ikhlas menurut istilah syara’ adalah seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Qayyim sebagai berikut : “Mengesakan Allah Yang Hak dalam berniat melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun”. 81 Orang-orang yang bijaksana arif terhadap penyakit batin akan menyadari bahwa bahaya yang acap kali diterima oleh orang-orang yang bergelut di bidang dakwah ialah perasaaan ingin popular, ingin menduduki jabatan, cinta kemewahan dan kedudukan. Karena itu Rasulullah telah memperingatkan mereka agar waspada terhadap cinta pangkat, harta, dan terjerumus ke lembah syirik yang tersembunyi yaitu riya’. Dengan demikian, seseorang ketika berjuang dalam dakwah Islamiyah amalnya tidak tercampuri oleh keinginan-keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti menginginkan materi, kedudukan, harta, ketenaran, tempat di hati manusia, pujian dari mereka, menghindari cercaan mereka, mengikuti bisikan nafsu, atau ambisi-ambisi lainnya yang dapat dipadukan dalam satu kalimat yaitu melakukan amal untuk selain Allah, apapun bentuknya. 80 Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan. terj: dari Nazharat Fi Risalatut-Ta’lim oleh Ustdz.Mustafa Masyur. Bandung : Asy Syaamil Press Grafika, 2001, h.127 81 Muhammad bin Shalih Al-Munajid, Silsilah Amalan Hati. Bandung : Irsyad Baitus Salam, 2006, h.15 Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal. Amal shaleh mempunyai dua rukun yang menjadi syarat diterimanya amal tersebut oleh Allah SWT, yaitu : pertama, keikhlasan dan lurusnya niat. kedua, sejalan dengan sunah dan syari’at. 82 Firman Allah dalam surat Luqman ayat 22, yang berbunyi : H 0A+IJ KL MC ;N=+O P Q R GJ S O T UVJ6 W Y + :; Z[\ ;N=+O P ] UO_ ` ab “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbut kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh” Yang dimaksud menyerahkan diri kepada Allah adalah mengikhlaskan niat dan amal hanya kepada Allah, mencapai ihsan dalam melakukannya dan mengikuti Sunah Rosulullah SAW dalam pelaksanaannya. Fudhail bin ‘Iyadh berkata tentang Firman Allah SWT : “Supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. QS.Al Mulk, 67:2. Yang di maksud lafal “Ahsannu ‘Amalan” adalah yang paling ikhlas dan paling tepat. Ditanyakan kepadanya, “Apa yang di maksud paling ikhlas dan paling tepat itu wahai Abu ‘Ali nama panggilan Fudhail?” Ia menjawab, “ sesungguhnya, suatu amal itu bila dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak tepat, maka tidak diterima oleh Allah, dan bila dilakukan secara tepat tetapi tidak ikhlas, maka tidak diterima oleh Allah. Amal tidak diterima sehingga dilakukan dengan ikhlas dan tepat. 82 Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, .h.128 Yang di maksud dengan ikhlas adalah menjadikan amal untuk Allah, sedangkan tepat adalah sesuai dengan Sunah Rasulullah SAW.” Kemudian Fudhail membaca firman Allah SWT 83 : D 6 T c 1 D C0 . E O 7 M+N ` 036 4TI T a1 d e +I_Vf gh j+k Yl U + K7 M+N ` 6 N “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” QS.Al Kahfi,18:110 Dengan penjelasan di atas kita dapat mengetahui, bahwa keikhlasan niat dalam beramal tidak cukup bagi diterimanya sebuah amal, bila amal tersebut tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh syari’at dan dibenarkan oleh Sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana suatu amal yang telah di ajarkan oleh syari’at, ia tidak akan diterima Allah kecuali bila dilakukan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT. Hal-hal inilah yang sangat ditekankan dalam pendidikan Ikhwanul Muslimin, dan sangat berwaspada agar jangan sampai terjangkit penyakit gila popularitas, yang akan membahayakan diri mereka. Karena itu, pendidikan Ikhwanul Muslimin berhasil melahirkan prajurit-prajurit tangguh yang tidak di kenal. Berapa banyak anggota Ikhwanul Muslimin yang telah memberikan harta benda dan mengerahkan segenap jiwa raga, tanpa di 83 Muhammad Abdullah Al Khattib dan Muhammad Abdul Halim Hamid, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, h.129 sebutkan nama mereka, atau tanpa di abadikan kepahlawanan mereka. Berapa banyak dari kalangan pemuda-pemudanya yang telah berjuang di Palestina dan Terusan Suez. Mereka telah menampilkan kepahlawanan yang menawan, tanpa mencari balasan dari seorang pun atau ucapan terima kasih. Mereka tanpa mengumumkan diri, atau menyebutkan apa yang telah diperbuatnya karena dibayangi rasa takut kalau-kalau amal mereka rusak lantaran ujub bangga diri. 84 Karakter inilah yang di jadikan ciri seorang pemuda yang dapat membangkitkan Islam. Dengan keikhlasan seorang tidak menjadi buta akan popularitas yang dapat membawa rusaknya amal mereka.

3. Semangat