B. Tata Cara Dan Etika Berkendaraan
1. Tata Cara Berkendaraan
Melihat perkembangan zaman yang sangat pesat, maka nikmat Allah yang diberikan kepada manusia begitu banyak sehingga mereka pun bisa
membuat berbagai macam dan ragam kendaraan. Dahulu mereka cuma mengendarai binatang-binatang berupa keledai, kuda, dan lainnya. Kemudian
mereka wujudkan semua itu dalam bentuk kendaraan yang lebih bagus, lebih kuat, lebih indah dan lebih cepat dengan adanya sepeda, motor, mobil,
pesawat, dan lainnya. Allah SWT berfirman:
﴿ ﻞﺤﻨﻠا
١٦ :
٨ ﴾
Artinya: Dan Dia Telah menciptakan kuda, bagal peranakan kuda dengan
keledai dan
keledai, agar
kamu menungganginya
dan menjadikannya perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu
tidak mengetahuinya. QS. An-Nahl 16:8
Dengan adanya berbagai macam nikmat tersebut, hendaklah kita sebagai orang-orang yang beriman, senantiasa mengingat dan mensyukuri nikmat-
nikmat tersebut. Bukan hanya mengingat bagaimana nikmatnya naik kendaraan, cepatnya sampai ketujuan, dan bukan pula karena bagusnya
kendaraan tersebut. Bahkan seyogyanya kita mengingat dan mensyukuri nikmat tersebut.
Oleh karena itu, perlu kita ingat bahwa dalam berkendaraan pun terdapat tata cara, sebagai bukti kesyukuran kita terhadap nikmat-nikmat itu, adapun
tata cara menurut syar’i ketika berkendaraan yaitu:
a Mengingat Allah dan berdo’a saat berkendaraan Seorang dianjurkan ketika awal memulai perjalanan agar membaca
do’a sebelum naik kendaraan yang pernah diajarkan oleh Nabi SAW kepada umatnya. Hikmahnya agar kita selalu mengingat Allah yang telah
menganugerahkan dan menundukkan bagi kita kendaraan tersebut. b Tidak melanggar peraturan ketika berkendaraan
Wajib bagi kita untuk menaati peraturan-peraturan yang berlaku ketika berkendaraan, seperti diwajibkan memakai helm, mempunyai
surat-surat yang diperlukan ketika berkendaraan SIM STNK, berhenti ketika melihat lampu merah, dan lain-lain. Semua hal tersebut adalah
kewajiban kita sebagai pengendara dan sebagai bentuk ketaatan kepada penguasapemerintah. Dalilnya adalah firman Allah:
﴿ ﺀﺎﺴﻨﻠا
٤ :
٥٩ ﴾
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilahm
Rasul nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat
tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul
sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan
lebih baik akibatnya. QS. An-Nisaa’ 4:59
Mentaati pemerintah ialah menyelesaikan dengan patuh dan melaksanakannya dengan baik segala apa yang diperintahkan yang
mendatangkan kemuslihatan
dan menjauhkan
kemelaratan kepadadaripada rakyat, asal saja tidak berlawanan dengan syari’at yang
telah ditetapkan dan dengan yang telah diputuskan ulul amri.
10
Hukum syari’at adalah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan subjek
hukum, berupa melakukan suatu perbuatan, memilih, atau menentukan sesuatu sebagai syarat, sebab, atau penghalang.
11
Jika penguasa memerintahkan dilarang menggukanan HP atau pakai helm atau SIM dan
STNK, maka wajib bagi seorang muslim untuk mentaatinya, walaupun menggunakan HP, memakai helm, membuat SIM, dan STNK pada
asalnya adalah mubah. Namun ketika penguasa memerintahkannya, maka hukumnya berubah menjadi wajib. Jadi, dilarang menggunakan HP,
memakai helm, atau SIM dan STNK saat berkendaraan adalah perkara yang wajib.
c Tidak ugal-ugalan di jalan raya Seseorang hendaklah memperhatikan keselamatan dirinya dan
keselamatan orang lain ketika berkendara. Jangan sampai kita menjadi
sebab tertumpahnya darah seseorang serta rusaknya harta saudara kita.
Jadi, darah dan harta seorang muslim adalah haram kita ganggu, apalagi ditumpahkan dan dirusak, karena harta dan darah seorang muslim
memiliki kemuliaan disisi Allah. Dalam pandangan Islam, jiwa manusia
10
Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam II, Jakarta: Bulan Bintang, 1952, hal 437
11
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, hal 26
sangatlah berharga dan darah setiap manusia adalah suci dimata Allah, karena itu setiap jiwa harus dilindungi dan diselamatkan. Tak seorangpun
yang berhak mengambil nyawa seseorang bahkan nyawanya sendiripun tidak berhak diambil.
12
﴿ ﺀاﺮﺴﻻا
١٧ :
٣٣ ﴾
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
membunuhnya, melainkan dengan suatu alasan yang benar. dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya
kami Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh.
Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.
QS. Al- Israa’ 17:33 Membunuh seorang muslim itu tidak halal, kecuali karena 3 sebab:
1 kafir sesudah beriman murtad, 2 berzina sesudah pernah menikah, 3 membunuh orang tanpa alasan yang dibenarkan syara’, dengan lalim
dan permusuhan.
13
﴿ ﺀﺎﺴﻨﻠا
٤ :
٩٣ ﴾
Artinya: Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya
dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. QS. An-Nisaa’ 4:93
12
Pradana Boy ZTF, Fikih Jalan tengah, Jakarta: Hamdalah, 2008, hal 48
13
Imam Taqiyuddin Abi al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, T.tp: Dar Ihya al-Kutub al- Arabiyah, T.th, Juz II, hal 156
Ada kebiasaan buruk menimpa sebagian tempat di Indonesia Raya, adanya sebagian pemuda yang ugal-ugalan memamerkan “kelincahan”
kenakalan mereka dalam mengendarai motor atau mobil di jalan raya. Ulah ugal-ugalan seperti ini bisa mengganggu, dan membuat takut bagi
kaum muslimin yang berseliweran, dan berada dekat dengan TKP Tempat Kejadian Perkara. Bahkan terkadang mereka menabrak
sebagian orang maupun pejalan kaki sehingga orang-orang merasa kaget dan takut lewat, karena mendengar suara dentuman knalpot mereka yang
dirancang bagaikan suara meriam yang sedang balapan liar. Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan.
14
Betapa merasa kaget dan takutnya kaum muslimin yang lewat atau berada
dilokasi balapan, maka kita bisa pastikan bahwa balapan liar seperti ini,
hukumnya haram. Apalagi pemerintah sendiri melarang hal tersebut, karena dapat menimbulkan bahaya bagi diri mereka, dan masyarakat.
d Merawat kendaraan dan tidak membebani melebihi kapasitasnya Kendaraan adalah nikmat dari Allah, maka hendaklah kita
merawatnya dengan baik dan bukan sekedar hanya memakainya sesuka hati. Sebagaimana binatang ternak yang kita miliki, kita tak boleh
membebaninya lebih dari kemampuannya. Diantara wujud kesyukuran
14
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1 ayat 26
kita kepada Allah, kita harus menyayangi kendaraan, apakah berupa hewan atau bukan, dan tidak membebaninya lebih kemampuannya.
Jadi, seorang muslim tidak boleh membebani kendaraan lebih dari kemampuannya, sehingga ia letih atau rusak. Kita juga harus
memperhatikan bensinnya, dan olinya sebagaimana halnya jika kendaraan berupa hewan, maka kita harus memperhatikan makanan, dan
perawatannya. Kendaraan yang kita miliki harus kita rawat dengan baik, jangan dibiarkan terparkir dibawah terik matahari, tapi carilah naungan
baginya. Jangan kalian bebani melebihi kapasitas kemampuan yang telah ditetapkan baginya.
e Memperlambat laju kendaraan ketika berjalan di jalan yang sempit lorong dan mempercepat ketika berjalan di jalan yang lapang
Apabila melakukan perjalanan dalam berkendaraan hendaklah pelan dalam berjalan karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaitu
musibah atau malapetaka yang bisa membahayakan keselamatan yang menjadi celaka bagi pengguna lainnya. Pengguna Jalan adalah orang yang
menggunakan Jalan untuk berlalu lintas.
15
Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah danatau air, serta di
15
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1 ayat 27
atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.
16
Maka sepantasnya ketika berkendaraan, kita tenang dan tidak terburu-buru, karena terburu-
buru itu datangnya dari setan. Boleh mempercepat kendaraan jika tidak melampaui batas sehingga ia dianggap terburu-buru, jika ada
kemaslahatan, dan tidak menimbulkan kerugian dan bahaya.
﴿ ﻦﺎﻤﻘﻠ
٣١ :
١٩ ﴾
Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam berjalan Maksudnya: ketika
kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
QS. Luqman 31:19 f Memberi hak kepada jalanan
Jalanan juga mempunyai hak-hak untuk kita penuhi. Ada 5 haknya jalan yang diajarkan Rasulullah SAW:
1 Menundukkan pandangan dari melihat perkara haram seperti melihat kecantikan wanita yang bukan mahram. Al-Quran memerintahkan
kepada lelaki dan wanita agar menundukkan pandangan mata mereka, memelihara kemaluan mereka, sebab dua masalah tersebut
mempunyai hubungan kausalitas. Dan kedua sikap tersebut
16
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1 ayat 12
disampaikan oleh Al-Quran sebagai cara suci dan terhormat bagi kedua jenis manusia, yang menurut etika dipandang lebih baik.
17
﴿ ﺀاﺮﺴﻻا
١٧ :
٣٢ ﴾
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. QS. Al-Israa’ 17:32
2 Menghilangkan gangguan apa saja misalnya, tidak buang sampah kotoran di jalan, tidak menggoda wanita, tidak menyakiti orang lain,
dan lainnya. Tidak boleh mengganggu jalan orang-orang muslim, akan tetapi wajib memberi kemudahan dan menghilangkan sesuatu
yang mengganggu perjalanan mereka.
18
Tidak boleh menjadikan jalan tersebut sebagai tempat menambatkan hewan tunggangannya, atau
sebagai tempat parkir kendaraannya. Karena ini membuat jalan tersebut menjadi sempit dan mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
19
﴿ ﺐاﺰﺣﻻا
٣٣:٥٨ ﴾
Artinya: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin
dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka Telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata. QS. Al-Ahzab 33:58
17
Abu Ahmadi, Dosa Dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal 58
18
Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, Jakarta: Gema Insani, 2005, hal 457
19
Ibid, hal 458
3 Menjawab salam orang yang mengucapkan salam kepada kita dari
kalangan kaum muslimin. 4 Memerintahkan yang ma’ruf misalnya, mengingatkan waktu sholat,
mengajak bersedekah, dan lainnya. 5 Mencegah yang mungkar misalnya, melarang para pemuda balapan
liar, melarang orang bermaksiat di jalan, dan lainnya.
2. Etika Berkendaraan