Komponen Kewaspadaan Baku Kewaspadaan Standar

bahaya atau memberikan ancaman, kecuali sebelumnya dikatakan aman dan tidak berbahaya. 3 Penerapan kewaspadaan baku merupakan strategi utama untuk mencegah infeksi nosokomial pada pasien di rumah sakit akibat tindakan medis dari pasien ke pasien lain atau petugas kesehatan. 3

2.2.3 Komponen Kewaspadaan Baku

Oleh karena sebagian besar orang yang terinfeksi virus menular melalui darah seperti HIV dan Hepatitis B tidak menunjukkan gejala sebagai orang yang telah tertular, maka Kewaspadaan Standar dirancang untuk perawatan bagi semua orang pasien, klien dan petugas tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi ataupun tidak, termasuk bagi orang-orang yang baru terinfeksi dengan penyakit menular melalui cara lain dan belum menunjukkan gejala. Kewaspadaan Standar diterapkan untuk sekreta pernapasan, darah dan semua cairan tubuh lain, serta semua ekskreta lain kecuali keringat, kulit yang tidak utuh dan membran mukosa. Penerapannya ditujukan untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme dari sumber infeksi, baik yang telah diketahui ataupun tidak diketahui misalnya, pasien, benda yang terkontaminasi, jarum dan spuit yang telah digunakan, dll di dalam sistem pelayanan kesehatan. 5 Komponen utama kewaspadaan standar dan penerapannya Komponen-komponen utama Kewaspadaan Standar dan penerapannya diuraikan pada Tabel 2. Penggunaan pelindung barrier fisik, mekanik atau kimia antara mikroorganisme dengan individu – baik untuk pasien rawat jalan, pasien rawat inap di rumah sakit atau petugas kesehatan – adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran infeksi pelindung berperan untuk memutuskan siklus penularan penyakit. Sebagai contoh, tindakan-tindakan berikut ini bersifat melindungi terhadap penularan infeksi pada klien, pasien dan petugas kesehatan serta merupakan cara penerapan Kewaspadaan Standar: Tabel 2.3 Penerapan Kewaspadaan Standar: Komponen Utama MENCUCI TANGAN atau menggunakan antiseptik handsrub  Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan barang-barang yang terkontaminasi  Segera setelah membuka sarung tangan  Di antara kontak pasien  Sebelum dan sesudah melakukan tindakan invasif  Setelah menggunakan toilet SARUNG TANGAN  Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan barang-barang yang terkontaminasi  Untuk kontak dengan membran mukosa selaput lendir dan kulit yang tidak utuh  Sebelum melakukan tindakan invasive MASKER, KACA MATA, PELINDUNG WAJAH  Melindungi membran mukosa mata, hidung dan mulut terhadap kemungkinan percikan, ketika akan kontak dengan darah dan cairan tubuh. GAUN  Melindungi kulit dari kontak darah atau cairan tubuh yang mungkin akan terkena percikan.  Mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan prosedur tindakan yang melibatkan kontak dengan darah atau cairan tubuh LINEN  Menangani linen kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau membran mukosa  Jangan merendam terlebih dahulu linen kotor di wilayah perawatan pasien  Jangan meletakkan linen kotor di lantai dan mengibaskan linen kotor.  Segera ganti linen yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh. PERALATAN PERAWATAN PASIEN  Menangani peralatan yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau membran mukosa selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian atau lingkungan  Cuci dan disinfeksi peralatan bekas pakai sebelum di gunakan kembali KEBERSIHAN LINGKUNGAN  Perawatan pembersihan dan disinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien secara rutin setiap hari dan bila perlu BENDA TAJAM  Hindari menutup kembali jarum yang sudah digunakan, bila terpaksa, maka dilakukan dengan tehnik satu tangan.  Hindari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali pakai.  Hindari membengkokkan, menghancurkan atau memanipulasi jarum dengan tangan  Masukkan instrument tajam kedalam wadah yang tahan tusukan dan tahan air. RESUSITASI PASIEN  Gunakan penghubung mulut mouthpieceGoedel, Ambubag atau alat ventilasi lain untuk menghindari resusitasi mulut ke mulut secara langsung. PENEMPATAN PASIEN  Isolasi pasien yang dapat mencemari lingkungan atau tidak dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan di dalam ruangan khusus ruang isolasi Sumber CDC 2007 Pertimbangan praktis  Memperlakukan setiap orang pasien atau petugas sebagai individu yang potensial menularkan dan rentan terhadap infeksi.  Cuci tangan – prosedur paling penting untuk pencegahan pencemaran silang dari orang ke orang atau dari objek yang tercemar ke orang  Menggunakan sarung tangan kedua tangan sebelum menyentuh – kulit yang luka, membran mukosa, darah, cairan tubuh sekreta dan ekskreta atau peralatan kotor dan bahan sampah yang tercemar – atau sebelum melakukan prosedur invasif.  Menggunakan Alat Pelindung DiriAPD sarung tangan, masker muka, kacamata dan celemek pelindung jika ada kemungkinan tertumpah atau terpecik cairan tubuh sekreta dan ekskreta, seperti membersihkan peralatan dan barang-barang tercemar.  Menggunakan antiseptik berbasis alkohol untuk membersihkan kulit atau membran mukosa sebelum pembedahan, membersihkan luka, serta melakukan penggosokkan tangan surgical handsrub;  Mempraktekkan cara kerja aman, seperti tidak memasang kembali penutup jarum, atau membengkokkan jarum dan menjahit dengan jarum tumpul.  Pembuangan sampah infeksius ke tempat yang aman untuk melindungi dan mencegah penularan atau infeksi kepada masyarakat. 3 Memproses peralatan, sarung tangan dan barang-barang lain dengan terlebih dahulu melakukan dekontaminasi, pencucian peralatan dan kemudian melakukan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi, sesuai prosedur yang direkomendasikan.

2.3 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1 7 88

Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

2 11 60

Perilaku Vandalisme Pemustaka Di Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah Jakarta

1 23 109

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Gambaran Pemenuhan Standar Pencahayaan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

3 48 115

Perbedaan sikap tentang tayangan iklan humor di Televisi antara mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 14 97

Respon Pengunjung Terhadap Layanan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

0 5 72

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

0 10 135

Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok dan Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 19 155

Pengetahuan, Sikap, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

3 22 57