Faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH: MELDA SANTI NIM : 108101000057

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH: MELDA SANTI NIM : 108101000057

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(3)

(4)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI

Skripsi, Januari 2013

MELDA SANTI, NIM : 108101000057

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012

xxi + 88 halaman, 23 tabel, 2 bagan, 1 grafik, 2 lampiran. ABSTRAK

Perilaku makan menyimpang (PMM) merupakan sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki usia remaja, seorang perempuan cenderung akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang dapat membuat tubuhnya menjadi gemuk, sedangkan laki-laki lebih menginginkan tubuhnya mengalami peningkatan massa otot. Tujuan dari penelitian ini

diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan

menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster

sampling 2 tahap dan jumlah sampel sebanyak 185 responden. Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan pengisian kuisioner.

Hasil penelitian menunjukkan 54,6% mahasiswa mengalami kecenderungan PMM. Faktor individu yang berhubungan dengan kecenderungan PMM adalah variabel citra tubuh, sedangkan faktor lingkungan yang berhubungan dengan kecenderungan PMM adalah variabel pengaruh keluarga dan teman sebaya.

Saran untuk institusi diharapkan pihak fakultas dapat membuat program pemantauan kesehatan dan konseling psikologis khususnya pada mahasiswa yang memiliki kecenderungan PMM, memberikan sosialisasi dan promosi mengenai pola makan yang sehat. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lagi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan PMM lebih banyak lagi seperti kemungkinan faktor budaya setempat, genetik, sosial ekonomi, dll serta mempertimbangkan jumlah responden untuk kuantitatif dan melanjutkan penelitian dengan memanfaatkan data kuantitatif untuk penelitian kualitatif.

Kata kunci : perilaku makan menyimpang, mahasiswa Daftar bacaan : 34 (1996-2012)


(5)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES COMMUNITY HEALTH STUDY

Specialisation NUTRITION

Underground Thesis, January 2013 MELDA SANTI, NIM: 108101000057

FACTORS - FACTORS AFFECTING THE DISTORTED EATING BEHAVIOR IN STUDENTS FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA 2012

xxi + 88 pages, 23 tables, 2 charts,1 graph, 2 attachments. ABSTRACT

Eating disorder is an abnormal eating patterns associated with dissatisfaction with body shape or pressure in a person healthy. Dissatisfaction with more body experienced by adolescent girls than boys. That is because at the start of a teenager, a woman is likely to experience an increase in body fat can make the body into fat, while men prefer to have the body to increase muscle mass. The purpose of this research knowing the factors that influence eating behavior deviant tendencies in students in FKIK UIN Jakarta in 2012.

This research method uses an analytical approach to the design of epidemiological studies cross sectional study. Sampling using 2-stage cluster sampling and sample number as many as 185 respondents. Data was collected by filling the questionnaire.

The results showed 54.6% of college students have a tendency eating disorder. Individual factors associated with the tendency of the eating disorder is body image variables, whereas environmental factors associated with the tendency of the eating disorder is variable influence of family and peers.

Suggestions for institutions expected the faculty to make health monitoring programs and psychological counseling especially to students who have a tendency eating disorder, provide socialization and promotion of a healthy diet. Suggestions for further research are expected to examine further the factors that influence the propensity eating disorder more like the possibility of local cultural factors, genetic, social, economic, etc. and considering the number of respondents to the quantitative and continue research using quantitative data to qualitative research.

Keywords: eating disorders, students The reading list: 34 (1996-2012)


(6)

iv


(7)

(8)

vi RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Melda Santi

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Maret 1990

Alamat : Jl.Intan 1, Ds.Cidokom, RT 03/01, Kecamatan Gn.

Sindur, Kabupaten Bogor, 16340

Email : edha.santi@gmail.com / edha_santi@yahoo.co.id

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Golongan darah : AB

Status pernikahan : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan :

a. 1995 – 1996 : TK Nurul Ikhlas, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang.

b. 1996 – 2002 : SDN Ciputat III, Kec.Ciputat, Kabupaten Tangerang.

c. 2002 – 2005 : SMPN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat.

d. 2005 – 2008 : SMAN 1 Parung, Kec. Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat.

e. 2008 – sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengalaman Organisasi :

a. Pengurus OSIS SMPN 1 Parung periode tahun ajaran 2003 - 2004


(9)

vii Pengalaman Bekerja:

a. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) menentukan masalah dan akar masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Serpong, Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2010.

b. Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL II) menentukan solusi masalah yaitu berupa

“Pemberdayaan Masyarakat dengan Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pencegahan Demam Berdarah Dengue” di Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong,

Tangerang Selatan, Banten pada tahun 2011.

c. Praktek Kerja Lapangan (PKL/Magang) untuk menemukan “Gambaran Pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB) Gizi Buruk” di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor pada tahun 2012.


(10)

viii KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang membawa umatnya untuk senantiasa menapaki jalan yang diridhoi-Nya.

Penulisan skripsi dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Dalam penyusunan laporan skripsi ini, penulis sampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. (Hc). dr. M.K. Tadjudin, SP. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, Selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi.

4. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak

membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi.

5. Bapak Ahmad Gozali yang selalu memberikan informasi mengenai nilai, jadwal kuliah, jadwal seminar proposal sampai kepada jadwal sidang skripsi, dll yang berhubungan dengan program studi Kesehatan Masyarakat.


(11)

ix

6. Keluargaku tercinta, Mama, Papa, uni Mis, uda Heri (Alm), yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil.

7. Kakek - nenek, om Adi - tante May, bude - pakde condet, ibu - bapak pologadung,

ibu - ayah ciputat, om Husni - tante Er, om Wazirmen - tante Ros, om Edi - tante Qori, om Raf - tante Epi, yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil.

8. Saudaraku uni Risa, uda Ronal, abang Awi, uni Neng, kak Neng, kak Dewi, kak Yani, mbak Wie, mbak Rini, Nisya, aa Evan, Putri, Naufal dan lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu yang juga ikut memberikan doa, motivasi, bantuan moril maupun materil.

9. Sahabatku seperjuangan Ika Suswanti, Rima Zeinnamira, Oki Oktaviani, Nurmalita Sani, Resti Ratnawati, Dimiyati Syahidah, Risa sativani dan seluruh teman-teman angkatan 2008.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya penyusunan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Jakarta, 4 Januari 2013


(12)

x DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN………... i

ABSTRAK………. ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN……… iv

LEMBAR PENGESAHAN………... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS……….………. vi

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……….. xv

DAFTAR BAGAN……… xviii

DAFTAR GRAFIK……… xix

DAFTAR LAMPIRAN……….. xx

DAFTAR SINGKATAN………... xxi

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3Pertanyaan Penelitian………... 5

1.4 Tujuan Penelitian.……… 6

1.4.1 Tujuan Umum………. 6

1.4.2 Tujuan Khusus……… 6

1.5 Manfaat Penelitian...……… 7

1.5.1 Bagi Peneliti……….... 7

1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan……….. 7

1.6 Ruang Lingkup………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 9

2.1 Remaja..………... 9


(13)

xi

2.2.1 Batasan Perilaku………. 10

2.2.2 DomainPerilaku……..………... 10

2.3 Makan……….……….. 15

2.12.4 Perilaku Makan Menyimpang………...………... 15

2.4.1 Anorexia Nervosa………………...………... 17

2.4.2 Bulimia Nervosa……...………... 19

2.4.3 Binge Eating Disorder…...……… 23

2.4.4 Nocturnal Eating Disorder……… 25

2.5 Faktor yang Mempengaruhi perilaku Makan Menyimpang………. 26

2.5.1 Jenis Kelamin……….……… 26

2.5.2 Pengetahuan……… 26

2.5.3 Rasa Percaya Diri ..……… 27

2.5.4 Citra Tubuh ………... 28

2.5.5 Pengaruh Keluarga……….……… 28

2.5.6 Pengaruh Teman Sebaya……… 29

2.5.7 Pelecehan Seksual……….. 29

2.5.8 Kekerasan Fisik ...……….. 30

2.5.9 Pengaruh Media…..………... 30

2.6 Kerangka Teori..……….. 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH…..………. 32

3.1 Kerangka Konsep………. 32

3.2 Definisi Operasional…...………. 34

3.2 Hipotesis………... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...………... 37

4.1 Desain Penelitian………..……….…………... 37

4.2 Lokasi dan Waktu penelitian……… 37

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 38

4.4 Metode Pengumpulan Data.………. 39

4.5 Instrumen Penelitian……….………... 40


(14)

xii

4.7 Analisis Data……… 42

4.8 Penyajian Data……… 43

BAB V HASIL PENELITIAN……….. 44

5.1 Hasil Analisis Univariat………... 44

5.1.1 Gambaran Umum Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta…….……… 44 5.1.2 Gambaran Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……… 45 5.1.3 Gambaran Jenis Kelamin pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 47 5.1.4 Gambaran Pengetahuan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012……… 47 5.1.5 Gambaran Rasa Percaya Diri pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 48 5.1.6 Gambaran Citra Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 49 5.1.7 Gambaran Pengaruh Keluarga pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 49 5.1.8 Gambaran Pengaruh Teman Sebaya pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 50 5.1.9 Gambaran Pengaruh Pelecehan Seksual pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 51 5.1.10 Gambaran Pengaruh Kekerasan Fisik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012………. 51 5.1.11 Gambaran Pengaruh Keterpaparan Media pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2012... 52 5.2Hasil Analisis Bivariat……..………... 53


(15)

xiii

Perilaku Makan Menyimpang………..

5.2.2 Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan

Perilaku Makan Menyimpang………

54

5.2.3 Analisis Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

55

5.2.4 Analisis Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan

Perilaku Makan Menyimpang………

56

5.2.5 Analisis Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

57

5.2.6 Analisis Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………....

58

5.2.7 Analisis Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

59

5.2.8 Analisis Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

60

5.2.9 Analisis Hubungan antara Pengaruh Media dengan

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang………

61

BAB VI PEMBAHASAN……….. 65

6.1 Keterbatasan Penelitian……… 65

6.2Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang……… 65

6.3Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan Perilaku Makan

Menyimpang………

68

6.4Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecenderungan Perilaku Makan

Menyimpang………

70

6.5Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku

Makan Menyimpang………

71

6.6Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan

Menyimpang………

73


(16)

xiv

Makan Menyimpang………...………….

6.8Hubungan antara Pengaruh Teman Sebaya dengan Kecenderungan

Perilaku Makan Menyimpang………..

77

6.9Hubungan antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan

Perilaku Makan Menyimpang………..

78

6.10 Hubungan antara Kekerasan Fisik dengan Kecenderungan Perilaku

Makan Menyimpang………

80

6.11 Hubungan antara Pengaruh Media dengan Kecenderungan Perilaku

Makan Menyimpang………

81

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN……… 83

7.1 Simpulan……….. 83

7.2 Saran……… 84


(17)

xv DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional.………. 34

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Program Studi

di FKIK UIN Jakarta Tahun 2012………

44

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mahasiswa yang Mengalami

Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang di FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

45

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012…...

47

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2012………

48

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Rasa

Percaya Diri di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2012………...

48

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Persepsi Citra Tubuh di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

49

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh

Keluarga di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2012………...

50

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh

Teman Sebaya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2012………

50

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat

Pelecehan Seksual di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012...

51

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Riwayat

Kekerasan Fisik di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(18)

xvi

Tahun 2012………....

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Pengaruh

Media di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

52

Tabel 5.12 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kecenderungan

PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2012………

53

Tabel 5.13 Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan

Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

54

Tabel 5.14 Tabulasi Silang antara Rasa Percaya Diri dengan

Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

55

Tabel 5.15 Tabulasi Silang antara Persepsi Citra Tubuh dengan

Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………...

56

Tabel 5.16 Tabulasi Silang antara Pengaruh Keluarga dengan

Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

57

Tabel 5.17 Tabulasi Silang antara Pengaruh Teman Sebaya dengan

Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

58

Tabel 5.18 Tabulasi Silang antara Riwayat Pelecehan Seksual dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

59

Tabel 5.19 Tabulasi Silang antara Riwayat Kekerasan Fisik dengan

Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

60

Tabel 5.20 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Majalah dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..


(19)

xvii

Tabel 5.21 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Televisi dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..

62

Tabel 5.22 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Internet dengan Kecenderungan PMM pada Mahasiswa di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2012………..


(20)

xviii DAFTAR BAGAN

Nama Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori……….…...………... 31


(21)

xix DAFTAR GRAFIK

Nama Grafik Halaman

Grafik 5.1 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Gejala yang

Menunjukkan Kecenderungan Perilaku Makan

menyimpang di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2012………...


(22)

xx DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian


(23)

xxi DAFTAR SINGKATAN

BED : Binge Eating Disorder

CT : Citra Tubuh

DSM-IV : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

JK : Jenis Kelamin

KS : Kekerasan Fisik

NAMED : NasionalAssosition of Male with Eating Disorder

NEDC : National Eating Disorder Collaboration

NES : Nocturnal Eating Syndrome

NIMH : National Institute of Mental health

PD : Percaya Diri

PK : Pengaruh Keluarga

PMM : Perilaku Makan Menyimpang

PS : Pelecehan Seksual

PTS : Pengaruh Teman Sebaya


(24)

1 1.1LatarBelakang

Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Sebagai makhluk hidup manusia pun membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, setiap orang akan senantiasa berusaha mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap tumbuh kembang anak membutuhkan asupan gizi yang berbeda. Oleh karena itu, setiap orang tua atau tenaga medis perlu memperhatikan aspek asupan gizi bagi setiap tahap tumbuh kembang anak (Sudarma, 2008). Salah satu fase yang menentukan baik buruknya tumbuh kembang anak menjadi dewasa adalah pada saat anak berada pada fase remaja.

Fase remaja merupakan fase dimana seseorang mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dalam kehidupan remaja banyak faktor yang berperan dalam membentuk kepribadian dan perilaku mereka. Sehingga dapat menyebabkan terjadinya berbagai perubahan pada diri remaja. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Remaja sering kurang nyaman dengan pertumbuhannya yang sangat pesat tersebut, sedangkan di sisi lain mereka ingin berpenampilan seperti pada umumnya teman sebayanya atau idolanya. Perhatian yang berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh inilah yang mendorong sebagian besar para remaja mengalami perilaku makan menyimpang.

Perilaku makan menyimpang (PMM) adalah sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat (Read,


(25)

1997 dalam Aini, 2009). Perilaku makan menyimpang dapat terjadi akibat adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang lebih banyak dialami oleh remaja perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki usia remaja, seorang perempuan lebih mengutamakan penampilan fisik daripada laki-laki.

Berikut dikemukakan beberapa fakta yang menunjukkan adanya ketidakpuasan terhadap diri remaja diantaranya penelitian yang dilakukan di Amerika serikat ditemukan lebih dari dua juta orang dimana sebagian besar adalah remaja putri

menderita anorexia nervosa (penurunan berat badan dan jumlah makanan yang

dikonsumsi) atau bulimia nervosa (perilaku makan berlebihan dan kemudian

mengeluarkannya kembali secara paksa) dan lebih dari 20% dari populasi remaja menderita obesitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa 2,6% dari siswa remaja mengalami binge eating disorder (makan yang berlebihan secara berulang kali), dan 12% remaja mengalami obesitas, sedangkan prevalensi Nocturnal Eating Syndrome (makan dalam jumlah banyak ketika tidak lapar, pada malam hari dan sulit tidur) diperkirakan 1,5% dari total populasi dan antara 10-26% dalam keadaan obesitas (Proverawati, 2010).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hudson (2007) dalam Erdiantono (2009) yang melibatkan 2.980 orang dewasa kemudian diberi pertanyaan mengenai perilaku makan menyimpang, didapatkan 0,9 persen wanita dan 0,3 persen laki-laki melaporkan dirinya pernah mengalami anoreksia, didapatkan juga 1,5 persen wanita dan 0,5 persen laki-laki melaporkan dirinya pernah mengalami bulimia. Selain itu juga didapatkan 3,5 persen wanita dan 2 persen laki-laki melaporkan pernah mengalami binge eating


(26)

penelitian yang dilakukan oleh Putra (2008) pada siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang.

Kecenderungan perilaku makan menyimpang dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa penelitian yang membuktikan faktor-faktor tersebut mempengaruhi terjadinya perilaku makan menyimpang diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Gonzalez, et al (2003) menemukan bahwa media massa berperan dalam onset perilaku makan menyimpang. Penelitian oleh Haines, et al (2006) menyebutkan bahwa ejekan tentang berat badan berhubungan positif secara signifikan terhadap timbulnya perilaku makan menyimpang. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para penderita BED mengalami kejadian pelecehan seksual, kekerasan fisik dan bullying oleh teman sebaya lebih tinggi secara signifikan mempengaruhi perilaku makan menyimpang daripada objek pembanding yang sehat. Pada kenyataannya PMM dapat menyebabkan berbagai gangguan fisik yang serius pada perempuan dewasa, perempuan mulai pubertas atau telah pubertas (Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).

Perilaku makan menyimpang dapat menggangu beberapa sistem tubuh. Beberapa efek yang ditimbulkan akibat perilaku makan menyimpang diantaranya adalah suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah, mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi, tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada gigi dan tidak teraturnya menstruasi.


(27)

Melihat dampak yang ditimbulkan dari Perilaku makan menyimpang sangat berbahaya maka peneliti tertarik untuk melihat kecenderungan perilaku makan menyimpang yang terjadinya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Pada kenyataannya di FKIK belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Meskipun mahasiswa FKIK setiap harinya terpapar materi tentang kesehatan dan lebih cenderung kepada remaja akhir namun tidak menutup kemungkinan juga bisa mengarah pada kecenderungan perilaku makan menyimpang. Pada dasarnya semua orang baik remaja ataupun dewasa bisa berperilaku makan menyimpang dan yang perlu diketahui adalah perilaku makan menyimpang akan berdampak buruk pada diri seseorang jika keadaan demikian dibiarkan begitu saja.

Setelah dilakukan studi pendahuluan terhadap 20 mahasiswa di kampus FKIK maka didapat hasil sebanyak 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan gemuk, 70% makan diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan dalam jumlah porsi besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga ekstrim segera setelah makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri terjadinya perilaku makan menyimpang. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK.

1.2 Rumusan Masalah

Perilaku makan menyimpang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor individu dan lingkungan. Adapun dampak dari perilaku makan menyimpang apabila dibiarkan maka akan mengganggu sistem syaraf otak, sistem pencernaan dan


(28)

organ lain sehingga tubuh akan mengalami penurunan fungsional dan akan berlanjut ke dampak yang sangat serius yaitu dapat menyebabkan kematian.

Mengingat dampak yang ditimbulkan sangatlah berbahaya dan tidak menutup kemungkinan juga mahasiswa di FKIK dapat mengalami hal tersebut, maka dilakukan studi pendahuluan terhadap mahasiswa FKIK. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat hasil 50% mahasiswa menganggap dirinya dalam keadaan gemuk, 70% makan diwaktu malam hari ketika mereka sulit untuk tidur, 60% makan dalam jumlah porsi besar ketika sedang tidak lapar dan 30% melakukan olahraga ekstrim segera setelah makan. Semua data yang dihasilkan ternyata mendekati ciri-ciri terjadinya perilaku makan menyimpang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.3Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

2. Bagaimanakah gambaran faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

3. Bagaimanakah gambaran faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.


(29)

4. Adakah hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

5. Adakah hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.4Tujuan Penelitian 1.4.1Tujuan Umum

Diketahuinya faktor–faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.4.2Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang pada

mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

2. Diketahuinya gambaran faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

3. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman

sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.


(30)

4. Diketahuinya hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa, sehingga kejadian perilaku makan menyimpang yang ada dapat diatasi sedini mungkin.

1.5.2Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pihak fakultas, sehingga dapat lebih memberikan perhatian terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang yang ada pada mahasiswa FKIK.

1.6Ruang Lingkup Kegiatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif


(31)

Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner. Penelitian ini dilaksanakan di FKIK UIN Jakarta pada bulan Juni - Desember tahun 2012.


(32)

9 2.1Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Effendi dan Makhfudli, 2009).

Menurut Sarwono (2000) WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam 3 kriteria, yaitu : biologis, psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seks sekundernya sampai ia mencapai matang seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Suryanah (1996) menggolongkan masa remaja ke dalam 3 periode sesuai dengan tingkatan usia yaitu masa praremaja usia 12-14 tahun, masa remaja awal usia 14-17 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun.


(33)

2.2Perilaku

2.2.1Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangakan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra


(34)

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secar benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini


(35)

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).


(36)

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

3. Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt


(37)

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktek atau tindakan memiliki beberapa tingkatan, diantaranya : a) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat satu.

b) Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

c) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d) Adopsi (adoption)

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).


(38)

2.3Makan

Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara langsung mempengaruhi status gizi seseorang. Tidak sedikit individu yang mengalami perilaku makan menyimpang, dan hal ini banyak terjadi pada kalangan perempuan dibandingkan laki-laki (National Institute of Mental Health (NIMH) 2006 dalam Hapsari 2009).

Makan merupakan salah satu hal terpenting yang kita lakukan dan juga dapat menjadi salah satu hal yang paling menyenangkan. Secara sederhana, motivasi untuk makan timbul saat terjadi defisit simpanan nutrisi di tubuh dan akan terpuaskan oleh makanan yang mengisi kembali defisit simpanan nutrisi yang terjadi (Putra, 2008).

2.4Perilaku Makan Menyimpang

Perilaku makan menyimpang atau yang biasa disebut eating disorders adalah gangguan perilaku makan yang kompleks dan memberikan efek pada kesehatan fisik atau mental atau keduanya (Fairburn, 2000 dalam Garrow, 2000 dalam Hapsari, 2009). Read (1997) dalam Aini (2009) juga menyebutkan perilaku makan menyimpang (PMM) adalah sebuah pola makan yang abnormal yang terkait dengan ketidakpuasan atau tekanan dalam diri seseorang yang sehat. Hal ini biasa terjadi karena perhatian yang berlebihan terhadap berat dan bentuk tubuh.

Mengadaptasi suatu gambaran mental dari tubuh seseorang (citra diri/body

image) adalah suatu ciri dasar perkembangan remaja. Distorsi atau penyimpangan body


(39)

Walaupun perilaku makan menyimpang berhubungan dengan makanan, pola makan dan berat badan, gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan, tetapi mengenai perasaan dan ekpresi diri (wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).

Perilaku makan menyimpang sangat terkait oleh perilaku diet. Menurut Muda (2003) diet adalah aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas dan jenis makanan untuk mengurangi berat badan atau karena penyakit. Hawks (2008) dalam Andea (2010) menyebutkan perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan.

Perilaku diet ada terdapat dua jenis yaitu perilaku diet sehat dan perilaku diet tidak sehat. Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh, namun diet tidak sehat sering dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata berdiet hanya untuk memperbaiki penampilan dengan menempuh cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan seperti penggunaan obat pencahar, muntah dengan sengaja, berpuasa dan binge eating. (Kim dan Lennon, 2006 dalam Andea, 2010).

Ketika remaja khususnya remaja perempuan memutuskan untuk berdiet dengan cara tidak sehat maka akan menimbulkan efek samping bagi tubuh dan akan berdampak buruk pada kesehatan. Diet tidak sehat lebih cenderung akan mengalami perilaku makan menyimpang contohnya diet yang berlebihan dengan cara berpuasa terus menerus, berolahraga setelah makan, menggunakan obat pencahar akan mengganggu metabolisme makanan dalam tubuh yang apabila keadaan demikian berlangsung lama maka kemudian


(40)

akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang dibutuhkan. Akibatnya, tubuh tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga dapat menyebabkan diantaranya adalah suhu badan menurun disebabkan kehilangan lemak, metabolisme tubuh menurun disebabkan kekurangan hormon tiroid, angka kecepatan jantung menurun, mudah lelah, mudah pingsan, sering mengantuk, anemia karena kekurangan asupan zat gizi, kulit kasar, kering, bersisik dan dingin, jumlah sel darah putih yang rendah disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi, meningkatnya risiko untuk mengalami penyakit infeksi, tekanan darah rendah, hilangnya masa tulang, menurunnya massa otot, kerusakan pada gigi, tidak teraturnya menstruasi dan yang terakhir dapat menyebabkan kematian (Wardlaw, 1999 dalam Aini, 2009).

Beberapa perilaku makan menyimpang yang terjadi antara lain adalah anorexia

nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan nocturnal eating syndrome

(Proverawati, 2010).

2.4.1Anorexia Nervosa

1. Pengertian

Anorexia Nervosa berasal dari Yunani, anorektos yang artinya tanpa

selera, dan dari bahasa Latin, nervosa yang artinya gangguan emosional (Proverawati, 2010). Dalam bukunya Sarafino (2006) mengatakan anoreksia

nervosa adalah suatu bentuk penyimpangan perilaku makan yang

mengakibatkan penurunan berat badan dan jumlah makanan yang dikonsumsi secara drastis serta penurunan berat badan yang tidak sehat (Erdiantono, 2009).


(41)

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV(DSM-IV) (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009) memberikan kriteria diagnosis sebagai berikut :

1) Menolak untuk menjaga berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal (contoh: kehilangan berat badan yang memicu pada pemeliharaan berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan, atau gagal untuk mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, mengarah pada berat badan kurang dari 85% berat badan yang diharapkan). 2) Memiliki rasa takut yang berlebihan pada kenaikan berat badan atau

menjadi gemuk, walaupun memiliki keadaan underweight.

3) Memiliki gangguan dalam menilai berat badan dan bentuk tubuh,

kumungkinan dikarenakan menilai berat dan bentuk badan sendiri, atau penyangkalan yang serius terhadap berat badan yang rendah.

4) Amenorrhea (tidak haid), terlewatnya periode menstruasi pada wanita

setelah masa pubertas selama 3 periode menstruasi.

2. Penyebab

Anorexia Nervosa melibatkan interaksi yang bersifat kompleks dari

beberapa faktor diantaranya adalah faktor sosiokultural, faktor psikis, faktor keluarga dan faktor individu (Proverawati, 2010).

3. Dampak

Anorexia Nervosa dapat berpengaruh terhadap seluruh tubuh penderita,


(42)

1) Otak dan system syaraf : tidak dapat berfikir jernih, takut gemuk, sedih, murung, mudah tersinggung, daya ingat jelek, mudah pingsan dan terjadi perubahan kimia pada otak.

2) Rambut : tipis dan mudah rontok.

3) Jantung : tekanan darah rendah, denyut nadi lambat, berdebar-debar dan resiko terjadi gagal jantung.

4) Darah : terjadi anemia.

5) Otot dan persendian : otot lemah, persendian rapuh, fraktur dan osteoporosis.

6) Ginjal : batu ginjal, gagal ginjal.

7) Cairan tubuh : kadar kalium (potassium, magnesium dan sodium rendah). 8) Pencernaan : konstipasi, kembung.

9) Hormon : peiode sekresi terhenti, gangguan kehamilan.

10)Kulit : mudah memar, kulit kering, tumbuh rambut disekujur tubuh, mudah kedinginan, kulit kuning, kuku mudah patah.

2.4.2Bulimia Nervosa

1. Pengertian

Bulimia berasal dari bahasa Latin, bous yang artinya sapi atau kerbau, dan limos yang artinya rasa lapar (Proverawati, 2010). Bulimia dicirikan oleh makan yang berlebihan. Perilaku makan berlebihan (binge) terdiri atas konsumsi sejumlah besar makanan berkalori tinggi secara diam-diam dan tidak


(43)

dari dua jam). Sifat makan berlebihan dinetralkan dengan berbagai metode pengendalian berat badan (pengurasan), termasuk merangsang muntah sendiri, penyalahgunaan diuretik dan laksatif, serta olahraga yang berlebihan (Wong ,2009).

Bulimia nervosa merupakan salah satu perilaku makan menyimpang

dengan karakteristik mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar kemudian memuntahkannya kembali dengan paksa (purging) atau menggunakan obat pencahar atau diuretik, berpuasa atau olahraga yang berlebihan.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), karakteristik penderita bulimia nervosa diantaranya :

1) Episode berulang binge eating dengan karakteristik:

a. Makan dalam periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama.

b. Adanya perasaan tidak dapat mengontrol porsi makan pada saat episode tersebut berlangsung.

2) Adanya perilaku kompensasi yang berulang kali dilakukan untuk mencegah

kenaikan berat badan seperti: muntah dengan sengaja, penyalahgunaan laksatif, diuretik, enema atau obat-obatan lainnya, puasa atau olahraga berlebihan.

3) Episode binge eating dan perilaku kompensasi lainnya berlangsung setidaknya dua kali semingu dalam tiga bulan.


(44)

5) Gangguan tersebut tidak terjadi secara ekslusif selama episode anorexia nervosa.

DSM-IV juga mengklasifikasikan menjadi dua subtipe penderita bulimia

nervosa (Brown, 2005 dalam Hapsari, 2009). Kedua subtipe tersebut, yaitu:

1) Purging type

Selama episode bulimia nervosa, penderita secara reguler melakukan muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema.

2) Nonpurging type

Selama episode anoreksia nervosa, penderita secara reguler melakukan perilaku kompensasi lainnya seperti berpuasa atau latihan fisik secara berlebihan. Namun tidak secara reguler melakukan muntah yang disengaja, penyalahgunaan laksatif, diuresis atau enema.

Remaja yang menderita bulimia nervosa juga mempunyai obsesi tentang tubuh dan makanannya, seperti halnya penderita anorexia nervosa. Namun remaja penderita bulimia nervosa ini masih dapat mengontrol asupan makanan dan berat badannya yaitu dengan cara siklus binge-purge, yaitu dorongan untuk makan dengan porsi makanan yang besar untuk kemudian diikuti dengan memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya dengan menggunakan obat pencahar diuretik (Proverawati, 2010).

2. Penyebab

Penyebab terjadinya bulimia nervosa tidaklah tunggal namun terdiri dari beberapa faktor, antara lain adanya faktor body image yang rendah, faktor harga diri yang rendah, faktor makanan, faktor penampilan berorientasi pada


(45)

profesi, adanya perubahan hidup yang besar (stress) dan faktor biologis (Proverawati, 2010).

3. Dampak

1) Otak : terjadi depresi, ketakutan terhadap peningkatan berat badan, cemas, pusing, rasa malu, harga diri rendah.

2) Pipi : bengkak dan sakit.

3) Mulut : gigi berlubang, lapisan enamel gigi terkikis, penyakit gusi, gigi sensitif terhadap makanan yang panas atau dingin.

4) Tenggorokan dan kerongkongan : luka, iritasi, sobek dan rupture, keluar darah saat muntah.

5) Otot : mudah lelah.

6) Perut : bisul, luka, dapat rupture, pengosongan lambung tertunda. 7) Kulit : luka berat, kulit kering.

8) Darah : anemia.

9) Jantung : denyut jantung tidak beraturan, otot jantung melemah, gagal jantung, tekanan darah dan nadi rendah.

10)Cairan tubuh : dehidrasi, kadar potassium, magnesium dan sodium rendah. 11)Intestinal : konstipasi, gerakan usus besar menjadi tidak teratur, kembung,

diare, kram perut.


(46)

2.4.3Binge Eating Disorder

1. Pengertian

Binge Eating Disorder merupakan suatu kondisi dimana seseorang

makan dalam jumlah yang sangat banyak dan merasakan bahwa periode makan tersebut tidak dapat dikontrol oleh dirinya (Brown, 2005 dalam Erdiantono 2009).

Pada banyak kasus, kebiasaan banyak makan yang berkembang menjadi binge eating berawal dari masa kanak-kanak, kadang-kadang juga efek dari kebiasaan makan keluarganya. Normalnya, makanan berhubungan dengan hal pengasuhan dan cinta kasih. Namun beberapa keluarga mungkin terlalu berlebihan menggunakan makanan sebagai suatu cara untuk menenangkan atau menyenangkan anak. Sehingga anak-anak berkembang dengan kebiasaan banyak makan untuk menenangkan mereka manakala perasaan mereka tertekan oleh karena mereka tidak mendapatkan cara yang lebih sehat untuk memperlakukan stres tersebut (Proverawati, 2010).

Menurut DSM-IV (Wardlaw & Hampl, 2007 dalam Erdiantono, 2009) kriteria diagnosis untuk para penderita BED, yaitu:

1) Adanya episode binge eating yang berulang kali. Episode tersebut ditandai dengan dua kriteria berikut:

a. Makan dengan periode waktu yang tetap (contoh: tiap 2 jam) dengan porsi yang jelas lebih besar daripada porsi makan kebanyakan orang dalam periode dan situasi yang sama.


(47)

b. Adanya perasaan tidak dapat mengendalikan porsi makan saat episode tersebut berlangsung (contoh: merasa tidak dapat berhenti makan, atau tidak dapat mengendalikan pada atau berapa banyak porsi yang dimakan).

2) Adanya 3 atau lebih dari 5 gejala berikut: a. Makan lebih cepat daripada biasanya.

b. Makan hingga merasa tidak nyaman karena kekenyangan.

c. Makan dalam porsi yang besar walaupun secara fisik merasa tidak lapar.

d. Makan sendirian karena merasa malu akibat jumlah porsi yang

dimakan.

e. Merasa jijik/muak, tertekan atau bersalah terhadap diri sendiri setelah episode binge-eating tersebut.

3) Merasa sangat kecewa karena tidak mampu mengendalikan porsi makan.

4) Episode binge-eating berlangsung setidaknya 2 hari seminggu dalam 6 bulan.

5) Episode ini tidak terjadi selama riwayat anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.

2. Penyebab

Faktor resiko timbulnya Binge Eating Disorder kemungkinan adalah adanya faktor makanan, faktor psikologis, pelecehan seksual dan pegaruh media (Proverawati, 2010).


(48)

3. Dampak

Penderita binge eating disorder cenderung mengalami overweight. Hal ini akan menyebabkan komplikasi bagi kesehatan tubuhnya. Seperti terjadinya depresi, kecemasan, kepanikan, penyalahgunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi, diabetes tingkat II, penyakit jantung, stroke, dll (Proverawati, 2010).

2.4.4Nocturnal Eating Syndrome

1. Pengertian

Nocturnal Eating Syndrome merupakan salah satu perilaku makan

menyimpang, dimana seseorang mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar ketika dalam keadaan tidak lapar, saat larut malam dan sulit tidur. Keadaan ini semakin meningkat frekuensinya dan seringkali terjadi. Dia mengkonsumsi makanan yang tidak menyehatkan, makanan yang tidak disukainya, atau makanan yang belum selesai dimasak (Proverawati, 2010).

2. Penyebab

Penyebab gangguan perilaku makan ini belum dikatehui. Kemungkinan faktor yang berperan dalam gangguan makan ini adalah kombinasi dari faktor biologis, genetik dan faktor emosional (Proverawati, 2010).

3. Dampak


(49)

2.5Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Menyimpang

Beberapa ahli menyatakan bahwa penyimpangan perilaku makan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah :

2.5.1Jenis Kelamin

Perilaku makan menyimpang tidak hanya terjadi pada perempuan karena laki-laki juga dapat mengalami perilaku makan menyimpang. Kejadian tersebut dikarenakan adanya ketidakpuasan terhadap tubuh yang umumnya banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Bagi perempuan tubuh yang kurus, kecil dan langsing merupakan bentuk tubuh sempurna (Markey, 2005 dalam Andea, 2010), sedangkan pada laki-laki akan lebih puas ketika tubuhnya menjadi lebih besar, lebih tinggi dan berotot (Evans, 2008 dalam Andea,2010).

Fairburn dan Hill (2005) dalam Erdiantono (2009) memperkirakan insiden

anoreksia pada wanita sebesar 8 kasus per 100.000 populasi, sedangkan untuk

laki-laki kurang dari 0,5 kasus per 100.000 populasi per tahun. Dari hasil ini terlihat bahwa anoreksia nervosa lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan rasio prevalensi kasus pada laki-laki-laki-laki:perempuan sebesar 1:6 sampai dengan 1:10. Selain itu sebuah penelitian juga mendapatkan hasil bahwa anoreksia

nervosa lebih banyak muncul pada wanita dibandingkan pria, perbandingannya

sekitar 9 dari 10 penderita anoreksia nervosa adalah perempuan.

2.5.2Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra


(50)

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009) dapat dilihat responden dengan pengetahuan tinggi banyak yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang sebesar 37,5% dan 31,9% berpengetahuan rendah. Hasil uji statistik

memperlihatkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan

kecenderungan perilaku makan menyimpang.

2.5.3Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri erat kaitannya dengan citra tubuh. Citra tubuh merupakan persepsi seseorang tentang penampilan fisiknya. Sedangkan rasa percaya diri adalah persepsi seseorang tentang dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, perasaan seseorang tentang nilai dirinya sebagai seorang manusia. Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan pada citra tubuh dan citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah rasa percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat berpengaruh pada perilaku makan seseorang. Rasa percaya diri yang rendah juga merupakan salah satu karakteristik primer dari remaja wanita yang mengalami penyimpangan perilaku makan. Mereka merasa jika mereka tidak dapat mencapai apa yang diinginkan oleh lingkungan sekitarnya kemudian mereka menjadi ekstrim


(51)

untuk berusaha menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan sekitar (Eating

Disorders Venture, 2006 dalam Erdiantono, 2009).

2.5.4Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan sebuah persepsi seseorang mengenai tampilan fisik tubuhnya seperti ukuran tubuhnya, bentuk dan beratnya. Mendukung pengantar tersebut, selama masa remaja citra tubuh dan rasa percaya diri sangatlah berkaitan, oleh karena itu kepedulian terhadap citra tubuh jangan dilihat sebagai sesuatu yang wajar dan normatif bagi para remaja. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh kemungkinan menjadi faktor penyebab menjalani perilaku diet, kelainan perilaku makan dan penyimpangan perilaku makan. Story dan koleganya menemukan dari 36.000 remaja di Minnesota hanya kurang dari 40% remaja wanita yang puas terhadap berat badanya. (Brown, 2005 dalam Erdiantono, 2009).

2.5.5Pengaruh Keluarga

Dinamika keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak telah diajukan sebagai salah satu penyebab penyimpangan perilaku makan. Penelitian mengindikasikan remaja yang mempersepsikan bahwa kepedulian dan ekspektasi orang tua yang rendah terhadapnya memiliki risiko untuk mengalami penyimpangan perilaku makan. Pengaruh ibu juga diargumentasikan sebagai faktor yang berkontribusi secara negatif. Seorang ibu yang menyampaikan perhatiannya tentang berat badan dan bentuk tubuh dengan bertindak sebagai role model, dengan langsung mengkritik atau dengan interaksi makan yang tidak sesuai


(52)

menambah kemungkingan timbulnya kejadian penyimpangan perilaku makan (Fairburn dan Hill dalam Geissler dan Powers, 2005 dalam Putra, 2008).

2.5.6Pengaruh Teman Sebaya

Penerimaan oleh teman memiliki suatu peran yang penting khususnya pada waktu remaja dan dewasa muda. Untuk menghindari penolakan atau ketidaknyamanan penerimaan sosial, remaja dan dewasa muda seringkali mengikuti nilai-nilai penting penerimaan dan tren di golongan tersebut. Akibatnya, mereka mulai berpikir agar dirinya dapat diterima di kalangan teman-temannnya tersebut maka dia harus memiliki tubuh yang kurus dan ideal. Sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang kurus akan memudahkan mereka mencari teman dan pasangan (McComb, 2001 dalam hapsari, 2009).

2.5.7Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007 dalam Putra, 2008). Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan penyimpangan perilaku makan baik pada perempuan kulit putih maupun pada perempuan kulit hitam.

Sebuah studi menunjukkan pelecehan seksual pada wanita muda memiliki resiko lebih tinggi mengalami perilaku makan menyimpang (McComb, 2001 dalam Hapsari, 2009).


(53)

2.5.8Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam terbentuknya perilaku makan menyimpang. Sebuah studi yang dilakukan oleh Fairburn dan rekan (1999) menemukan bahwa kekerasan fisik yang pernah berulang kali yang dialami oleh perempuan berhubungan secara signifikan sebagai salah satu faktor risiko anoreksia nervosa. Perempuan yang pernah mengalami kekerasan fisik berisiko 4,9 kali lebih tinggi untuk menderita anoreksia nervosa dan kemudian resiko meningkat menjadi 14,9 kali pada perempuan yang mengalami kekerasan fisik yang parah secara berulang kali. Penelitian Moore, et al (2002) melaporkan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita BED mengalami kekerasan fisik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan yang sehat.

2.5.9Pengaruh media

Media membombardir kita dengan gambar model yang ideal dan ide bahwa orang yang berpenampilan baik memiliki hidup yang lebih baik dan banyak keuntungan. Hal tersebut sangatlah tidak representatif terhadap kenyataan yang ada. Keterpaparan terhadap kesan yang ideal secara terus menerus dapat manimbulkan rasa ketidakpuasan pada bentuk tubuh sendiri yang pada akhirnya dapat menyebabkan gejala penyimpangan perilaku makan (Fairburn & Hill, 2005 dalam Erdiantono, 2009).


(54)

2.6Kerangka Teori

Banyak penelitian yang telah mencoba mengupas penyebab timbulnya penyimpangan perilaku makan, tetapi secara umum penyimpangan perilaku makan belum diketahui secara pasti. Teori Krummel (1996) menyatakan bahwa terdapat dua faktor predisposisi yang mempengaruhi timbulnya penyimpangan perilaku makan, yaitu faktor lingkungan dan individu. Dalam menyusun kerangka konsep dari penelitian ini digunakan kerangka teori utama yang diadaptasi dari kerangka teori Krummel tetapi beberapa variabel ada yang dimodifikasi berdasarkan teori- teori dan hasil penelitian terdahulu. Adapun kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Krummel (1996), Thompson (2004), Mazzeo (2002), Neumark (1996) Faktor Individu :

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan

4. Pangetahuan

5. Rasa Percaya diri 6. Citra Tubuh

Faktor Lingkungan :

1. Anggota keluarga

bermasalah

2. Masalah keluarga

3. Pengaruh keluarga

4. Pelecehan seksual 5. Kekerasan fisik

6. Pengaruh teman sebaya

7. Pengaruh media

8. Ejekan seputar berat badan 9. Bullying oleh teman sebaya

Perilaku Makan Menyimpang


(55)

32 3.1Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang ada, peneliti membuat sebuah kerangka konsep penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecenderungan perilaku makan menyimpang, sedangkan variabel independennya adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang. Faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang diantaranya adalah citra tubuh dan pengaruh keluarga yang diadopsi dari Krummel (1996). Faktor rasa percaya diri diadopsi dari Thompson (2004). Faktor pelecehan seksual dan kekerasan fisik diadopsi dari Mazzeo (2002). Faktor jenis kelamin, pengaruh teman dan media diadopsi dari Neumark (1996).

Adapun beberapa faktor yang tercantum dalam kerangka teori seperti faktor perilaku diet, usia, pekerjaan, bullying, ejekan seputar berat badan, anggota keluarga bermasalah dan masalah keluarga tidak diteliti dikarenakan faktor perilaku diet merupakan sudah menjadi bagian dari PMM. Faktor usia dan pekerjaan bersifat homogen. Faktor bullying tidak diteliti karena dianggap sudah termasuk kedalam pengaruh teman sebaya. Faktor anggota keluarga bermasalah dan masalah keluarga juga tidak diteliti karena dianggap sudah termasuk kedalam variabel pengaruh keluarga. Faktor ejekan seputar berat badan tidak diteliti karena ejekan seputar berat badan bisa masuk ke pengaruh keluarga dan teman sebaya. Kerangka konsep dari penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1.


(56)

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian Kekerasan fisik

Pengaruh media

Perilaku Makan Menyimpang Pangetahuan

Jenis kelamin

Pengaruh teman sebaya Pengaruh keluarga Citra Tubuh Rasa Percaya diri


(57)

3.2Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 : Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Kecenderu ngan perilaku makan menyimpa ng

Kebiasaan pola makan yang abnormal yang ditandai dengan dipenuhinya tiga atau lebih dari kriteria yang mengarah kepada penyimpangan perilaku makan (seperti adanya ketakutan kenaikan berat badan, adanya riwayat

binge eating, adanya

perilaku kompensasi seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, menggunakan obat pencahar/diuresis, melewatkan waktu makan dan olahraga berlebihan).

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1. Memiliki PMM

2.Normal (Stice, et al., 2000 dalam Hapsari, 2009)

Ordinal

Jenis Kelamin

Perbedaan yang dilihat berdasarkan perbedaan biologis.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1. Laki-Laki 2.Perempuan

(Umar, 2011)

Nominal

Pengetahu an

Hasil dari tahu mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan gizi dan PMM.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1.Kurang, (jika skor > median 2.Baik, (jika skor

< median) (Aini, 2009)


(58)

Tabel 3.1

Definisi Operasional (Lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Rasa

percaya diri

Persepsi seseorang tentang dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, perasaan seseorang tentang nilai dirinya sebagai seorang manusia.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1. Rendah

(<median) 2. Tinggi (>median)

(Rosenberg, 1979 dalam Hapsari, 2009) Ordinal Citra tubuh

Persepsi seseorang mengenai bentuk tubuh dan tampilan fisik tubuhnya.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1.Merasa gemuk

2.Tidak merasa gemuk (Field, et al., 1999)

Ordinal

Pengaruh keluarga

Kritik dari orang tua

responden, baik ayah maupun ibu yang terkait dengan bentuk tubuh serta adanya keterlibatan responden dalam konflik keluarga yang

memicu timbulnya PMM.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1. Pernah 2. Tidak pernah

(Field, et al., 2001)

Ordinal

Pengaruh teman sebaya

Kritik, sindiran atau ejekan ataupun tekanan dari teman sebaya responden yang berkaitan dengan bentuk tubuh dan berat badan responden.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1. Pernah 2. Tidak pernah

(Field, et al., 2001)

Ordinal

Pelecehan seksual

Pengalaman/riwayat seksual yang tidak diinginkan yang melibatkan kontak verbal atau fisik yang berkaitan dengan seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang cenderung menyebabkan ketidaknyamanan pada diri responden.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1.Pernah 2.Tidak pernah

(Moore, et al., 2002)


(59)

Tabel 3.1

Definisi Operasional (Lanjutan)

3.3Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor individu (jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri dan citra tubuh) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

2. Ada hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa di FKIK UIN Jakarta tahun 2012.

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 3.

Kekerasan fisik

Pengalaman atau riwayat kontak fisik yang tidak diinginkan yang menyebabkan memar atau luka fisik ringan maupun berat yang menyebabkan trauma pada responden.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1.Pernah 2.Tidak pernah

(Moore, et al., 2002)

Ordinal

Pengaruh media

Frekuensi responden mengakses media massa yang dominan menyajikan tren, gaya hidup atau mode baik media cetak maupun elektronik.

Pengisian sendiri oleh responden

Kuisioner 1.Tidak pernah 2.Jarang (< 1

kali/minggu) 3.Sering (> 1

kali/minggu) (Field, et al., 1999)


(60)

37 4.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain cross sectional study. Pengertian kata cross-sectional adalah memotong suatu benda secara horizontal atau melintang untuk melihat isi atau apa saja yang terdapat di dalam benda tersebut. Studi cross-sectional sering juga disebut studi prevalensi atau survei, dan merupakan studi yang paling sederhana. Studi cross-sectional digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu penyakit dan variabel atau karakteristik yang terdapat di masyarakat pada suatu saat tertentu (Chandra, 2008). Penelitian cross-sectional merupakan penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan model pendekatan point time. Variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama (Sumantri, 2011).

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada bulan Juni - Desember 2012.


(61)

4.3Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga. Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri, 2009). Populasi yang diamati pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIK UIN Jakarta angkatan 2009 s\d 2012 yang berjumlah 1345 orang, sedangkan yang akan dijadikan sampel merupakan bagian dari seluruh mahasiswa yang ada di FKIK UIN Jakarta. Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998) adalah :

n = {Z1-α/2√2P(1-P) + Z1-β√P1(1-P1) +P2 (1-P2)}2 x deff (P1 - P2)2

Keterangan :

n : jumlah sampel

Z1-α/2 : tingkat kemaknaan pada α = 5% (Z1-α/2 = 1,96) Z1-β : kekuatan uji pada 1-β = 90% (Z1-β = 1,28)

P1 : proporsi penderita PMM terhadap perilaku diet tidak baik pada penelitian sebelumnya yaitu 99,3% (Putra, 2008)

P2 : proporsipenderita PMM terhadap perilaku diet baik pada penelitian sebelumnya yaitu 76,4% (Putra, 2008)

P : P1+ P2/2 Deff : 2

Maka besar sampel yang dihasilkan adalah :

n = {1,96√2.0,88(1-0,88) + 1,28√0,993(1-0,993) +0,764 (1-0,764)}2 x 2 (0,993- 0,764)2

n = 84 orang


(62)

Berdasarkan perhitungan, maka besar minimal sampel yang dibutuhkan sebanyak 168 orang. Dengan demikian, untuk mengantisipasi adanya missing jawaban dari respoden maka peneliti menambahkan jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga jumlah seluruh sampel yang diambil sebanyak 185 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster sampling (area sampling) atau sampling daerah 2 tahap. Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok-kelompok (Nasution, 2003).

Teknik pengambilan sampel pada tahap pertama menentukan kelompok (kelas) yang akan dijadikan sampel pada tiap prodi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terdiri dari empat prodi diantaranya Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, Farmasi dan Kedokteran. Pada tahap kedua, kelompok (kelas) pada tiap prodi yang terpilih akan diambil lagi beberapa mahasiswa yang ada dalam kelompok-kelompok kecil (kelas) tersebut dengan menggunakan sampel acak dan mahasiswa dalam kelas tersebut yang terpilih itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sampel.

4.4Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan kuisioner. Kuisioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2011).


(63)

4.5Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuesioner untuk penelitian ini diadopsi dari penelitian Aini (2009) yang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang kecenderungan perilaku makan menyimpang, jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, perilaku diet, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, pelecehan seksual, kekerasan fisik dan keterpaparan terhadap media. Data kecenderungan perilaku makan menyimpang dikategorikan kedalam empat kriteria diantaranya anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder, nocturnal eating syndrome. Dengan demikian, semua pertanyaan yang mengarah kepada anorexia nervosa dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A1 s\d A4 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu, untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada bulimia nervosa dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A5, A6 dan A14 s\d A17 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu, untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada binge eating disorder dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A7 s\d A9 dan A11 s\d A13 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu dan untuk semua pertanyaan yang mengarah kepada nocturnal eating syndrome dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan A10 dengan jawaban kadang-kadang dan selalu. Hasilnya ketika diskoring maka didapatkan nilai median. Jika > median responden mengalami kecenderungan PMM dan jika < median responden tidak mengalami PMM.


(64)

Data pengetahuan dapat dilihat dari total skor jawaban responden benar. Pengetahuan kurang jika skor > dari median dan pengetahuan baik jika skor < median. Data percaya diri dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden dengan percaya diri rendah jika skor < dari median dan percaya diri tinggi jika skor > median. Data citra tubuh dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden merasa gemuk jika skor < dari median dan tidak merasa gemuk jika skor > median. Data pengaruh keluarga dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden yang dipengaruhi keluarga jika skor > dari median dan tidak dipengaruhi keluarga jika skor < median. Data pengaruh teman sebaya dapat dilihat dari total skor jawaban responden. Responden yang dipengaruhi teman sebaya jika skor > dari median dan tidak dipengaruhi teman sebaya jika skor < median. Data pengaruh media dapat dilihat dari jawaban responden antara tidak pernah, jarang dan sering. Responden yang menjawab jarang dan sering dikategorikan sebagai pernah melihat media massa. Responden yang pernah melihat media massa jika skor > dari median dan tidak pernah melihat media massa jika skor < median.

4.6Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap diantaranya :

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuisioner,


(1)

f.

PTS*PMM

kat_PTS * Kat_PMM Cros stabulation

27 58 85

31.8% 68.2% 100.0%

73 25 98

74.5% 25.5% 100.0%

100 83 183

54.6% 45.4% 100.0% Count

% w ithin kat_PTS Count

% w ithin kat_PTS Count

% w ithin kat_PTS pengaruh PTS

tdk pengaruh PTS kat_

PTS

Total

pmm tdk pmm Kat_PMM

Total

Chi-Square Te sts

33.526b 1 .000

31.824 1 .000

34.543 1 .000

.000 .000

33.343 1 .000

183 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (1-s ided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 38. 55.

b.

Risk Estim ate

.159 .084 .304

.426 .306 .595

2.675 1.851 3.865

183 Odds Ratio f or kat_

PTS (pengaruh PTS / tdk pengaruh PTS) For cohort Kat_PMM = pmm

For cohort Kat_PMM = tdk pmm

N of Valid Cases

Value Low er Upper

95% Confidence Interval


(2)

g.

PS*PMM

riw ayat pelecehan s eksual * Kat_PMM Crosstabulation

19 16 35

54.3% 45.7% 100.0%

81 67 148

54.7% 45.3% 100.0%

100 83 183

54.6% 45.4% 100.0%

Count

% w ithin riw ayat pelecehan seks ual Count

% w ithin riw ayat pelecehan seks ual Count

% w ithin riw ayat pelecehan seks ual pernah

tidak pernah riw ayat pelecehan

seksual

Total

pmm tdk pmm

Kat_PMM

Total

Chi-Square Te sts

.002b 1 .962

.000 1 1.000

.002 1 .962

1.000 .555

.002 1 .962

183 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (1-s ided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 15. 87.

b.

Risk Estim ate

.982 .469 2.058

.992 .708 1.390

1.010 .675 1.510

183 Odds Ratio f or riw ayat

pelecehan s eks ual (pernah / tidak pernah) For cohort Kat_PMM = pmm

For cohort Kat_PMM = tdk pmm

N of V alid Cases

Value Low er Upper

95% Conf idence Interval


(3)

h.

KF*PMM

pernah k ekerasan fisik * Kat_PMM Cross tabulation

15 8 23

65.2% 34.8% 100.0%

85 75 160

53.1% 46.9% 100.0%

100 83 183

54.6% 45.4% 100.0%

Count

% w ithin pernah kekerasan f isik Count

% w ithin pernah kekerasan f isik Count

% w ithin pernah kekerasan f isik ya

tidak pernah kekerasan

f isik

Total

pmm tdk pmm

Kat_PMM

Total

Chi-Square Te sts

1.186b 1 .276

.749 1 .387

1.209 1 .272

.371 .194

1.180 1 .277

183 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (1-s ided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 10. 43.

b.

Risk Estim ate

1.654 .664 4.120

1.228 .881 1.711

.742 .414 1.330

183 Odds Ratio for pernah

kekerasan f isik (ya / tidak) For cohort Kat_PMM = pmm

For cohort Kat_PMM = tdk pmm

N of Valid Cases

Value Low er Upper

95% Confidence Interval


(4)

i.

MAJALAH*PMM

Majalah_baru * k at_pm m Crosstabulation

43 54 97

44.3% 55.7% 100.0%

40 46 86

46.5% 53.5% 100.0%

83 100 183

45.4% 54.6% 100.0% Count

% w ithin Majalah_baru Count

% w ithin Majalah_baru Count

% w ithin Majalah_baru tidak pernah

pernah Majalah_baru

Total

tdk pmm pmm kat_pmm

Total

Chi-Square Te sts

.088b 1 .767

.022 1 .883

.088 1 .767

.882 .441

.087 1 .768

183 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (1-s ided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 39. 01.

b.

Risk Estim ate

.916 .511 1.641

.953 .693 1.310

1.041 .798 1.357

183 Odds Ratio f or

Majalah_baru (tidak pernah / pernah) For cohort kat_pmm = tdk pmm

For cohort kat_pmm = pmm

N of Valid Cases

Value Low er Upper

95% Confidence Interval


(5)

j.

TV*PMM

TV _baru * kat_pm m Crosstabulation

28 28 56

50.0% 50.0% 100.0%

55 72 127

43.3% 56.7% 100.0%

83 100 183

45.4% 54.6% 100.0% Count

% w ithin TV_baru Count

% w ithin TV_baru Count

% w ithin TV_baru tidak pernah

pernah TV_

baru

Total

tdk pmm pmm kat_pmm

Total

Chi-Square Te sts

.702b 1 .402

.458 1 .498

.701 1 .402

.424 .249

.699 1 .403

183 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (1-s ided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 25. 40.

b.

Risk Estim ate

1.309 .697 2.459

1.155 .831 1.604

.882 .652 1.194

183 Odds Ratio f or TV_baru

(tidak pernah / pernah) For cohort kat_pmm = tdk pmm

For cohort kat_pmm = pmm

N of Valid Cases

Value Low er Upper

95% Confidence Interval


(6)

k.

INTERNET*PMM

inte rnet_baru * kat_pm m Cross tabulation

35 34 69

50.7% 49.3% 100.0%

48 66 114

42.1% 57.9% 100.0%

83 100 183

45.4% 54.6% 100.0% Count

% w ithin internet_baru Count

% w ithin internet_baru Count

% w ithin internet_baru tidak pernah

pernah internet_baru

Total

tdk pmm pmm kat_pmm

Total

Chi-Square Te sts

1.288b 1 .256

.964 1 .326

1.287 1 .257

.285 .163

1.281 1 .258

183 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Ass ociation N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (2-s ided)

Exact Sig. (1-s ided)

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expec ted count is 31. 30.

b.

Risk Estim ate

1.415 .776 2.581

1.205 .878 1.654

.851 .639 1.133

183 Odds Ratio f or

internet_baru (tidak pernah / pernah) For cohort kat_ pmm = tdk pmm For cohort kat_ pmm = pmm N of Valid Cases

Value Low er Upper

95% Confidence Interval


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

9 149 181

faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makanan mahasiswa kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011

1 10 136

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Upper Limb Extremities Mahasiswa Ketika Proses Belajar Mengajar di Kelas di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012

2 20 174

Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education

9 134 137

Gambaran Pemenuhan Standar Pencahayaan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

3 48 115

Perilaku Konsumsi Serat pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2012

21 162 166

Upaya perpustakaan fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Islam negeri (fkik-UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat

0 5 104

Respon Pengunjung Terhadap Layanan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

0 5 72

Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan Tahun 2013

1 18 114

Analisis Kualitatif Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Berhenti Merokok

6 23 129