Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Dasar Pengenaan Pajak dan Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

1 Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. 2 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis dengan itu. 3 Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. 4 Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 5 Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

5. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan, tarif yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5 lima persepuluh persen.

6. Dasar Pengenaan Pajak dan Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP. Dalam Pasal 1 Ayat 3 UU PBB No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah dirubah dengan UU PBB No. 12 Tahun 1994, NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP Pengganti. 22 Dasar perhitungan pajak: a. Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak NJKP yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 dan setinggi-tingginya 100 dari NJOP. b. Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2000 Tanggal 26 Juni 2000 yang diberlakukan mulai tahun 2001 adalah: 1 Sebesar 40 dari NJOP a Objek Pajak perkebunan b Objek Pajak kehutanan c Objek Pajak lainnya, apabila NJOP Rp 1.000.000.000 satu miliar rupiah atau lebih, sebagai contoh perumahan. 2 Sebesar 20 dari NJOP a Objek Pajak pertambangan b Objek Pajak lainnya, a pabila NJOP kurang dari Rp 1.000.000.000 satu miliar rupiah. Cara menghitung Pajak Bumi dan Bangunan Terutang: PBB Terutang = Tarif Pajak x NJKP x NJOP untuk perhitungan pajak 22 Waluyo, Perpajakan Indonesia, hal. 476. Contoh perhitungan PBB: • Tuan Abadi mempunyai Objek Pajak berupa: a. Tanah seluas 1.000 m 2 dengan harga jual Rp 400.000,- per m 2 b. Bangunan seluas 400 m 2 dengan nilai jual Rp 350.000,- per m 2 c. Taman mewah seluas 200 m 2 dengan nilai jual Rp 100.000,- per m 2 d. Pagar mewah sepanjang 150 m dan tinggi rata-rata pagar 1,5 m dengan nilai jual Rp 200.000,- per m 2 • Penghitungan Nilai Jual Kena Pajak: a. Tanah 1.000 x Rp 400.000,- = Rp 400.000.000,- b. Bangunan 400 x Rp 350.000,- = Rp 140.000,000,- c. Taman mewah 200 x Rp 100.000,- = Rp 20.000.000,- d. Pagar mewah 150 x 1,5 x Rp 200.000,- = Rp 45.000.000,- + NJOP sebagai Dasar Pengenaan Pajak = Rp 605.000.000,- Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak = Rp 8.000.000,- NJOP untuk penghitungan pajak = Rp 597.000.000,- • PBB Terutang = 0,5 x 20 x Rp 597.000.000,- = Rp 597.000,- 7. Karakteristik Pajak Bumi dan Bangunan a. PBB termasuk pajak objektif dimana yang dipentingkan adalah objeknya, sehingga keadaan atau status subjek pajak tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak. b. Sistem pemungutan PBB menggunakan official assessment dimana pajak dipungut dengan surat ketetapan pajak yang dikeluarkan tiap tahun atau disebut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT. c. PBB merupakan pajak langsung yang dipikul sendiri oleh wajib pajak. d. PBB merupakan Pajak Pemerintah Pusat yang hasilnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

BAB III SISTEM PERPAJAKAN DALAM EKONOMI ISLAM

A. lam Secara Umum

Ekonomi Is 1. Pengertian Ekonomi Islam Ekonomi Islam didefinisikan secara beragam oleh para pakar ekonomi Islam, diantaranya adalah Muhammad Abdul Mannan. Ia berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ekonomi Islam adalah pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. 1 Adapun menurut Yusuf Qardhawi ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiah, karena titik berangkatnya dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah dan cara-caranya tidak bertentangan dengan syariat-Nya. Kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran, dan distribusi, diikatkan pada prinsip Ilahiah dan pada tujuan Ilahi. 2 Ekonomi Islam yang dikemukakan oleh Umer Chapra adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan. 3 1 M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, h. 19 2 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakarta: Robbani Press, 1997, hal. 25. 3 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,Jakarta: Kencana, 2007, hal. 16