Tinjauan tentang Hak Asasi Manusia

B. Tinjauan tentang Hak Asasi Manusia

1. Sejarah Hak Asasi Manusia Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa ada perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, dan karena itu bersifat asasi serta universal. Setelah dunia mengalami dua perang yang melibatkan hampir seluruh negara dan disadari bahwa hak asasi telah dilanggar, maka timbullah keinginan untuk merumuskan hak-hak asasi manusia dalam suatu naskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan diterima Universal Declaration of Human Rights pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia oleh negara- negara yang tergabung dalam perserikatan bangsa-bangsa. Dalam sejarah umat manusia telah tercatat banyak kejadian dimana seseorang atau segolongan manusia mengadakan perlawanan terhadap penguasa atau segolongan manusia mengadakan perlawanan terhadap penguasa atau golongan lain untuk memperjuangkan apa yang dianggap haknya. Kenyataan ini terjadi di beberapa negara di benua Eropa dan Amerika yang menginspirasi secara berangsur-angsur pembuatan naskah yang menjamin hak-hak yang bersifat asasi dan universal. Pembuatan naskah tersebut menurut Miriam Budiarjo adalah sebagai berikut: 43 1. Magna Charta Piagam Agung, 1215, suatu dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan oleh raja Jhon dari Inggris kepada beberapa bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Piagam ini menjadi pembatas kekuasaan raja. 43 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, hal 120-121 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Bill of rights Undang-Undang Hak, 1689, suatu undang-undang yang diterima oleh Parlemen Inggris sesudah berhasil dalm tahun sebelumnya mengadakan perlawanan terhadap raja James II, dalam suatu revolusi tak berdarah The Glorious Revolution of 1688 3. Declaration des droits de I’homme et du citoyen Pernyataan hak-hak manusia dan warga negara, 1789, suatu naskah yang dicetuskan pada permulaan Revolusi Perancis, sebagai perlawanan terhadap kesewenangan dari rezim lama. 4. Bill of rights Undang-Undang Hak, suatu naskah yang disusun oleh Rakyat Amerika dalam tahun 1789, dan yang menjadi bagian dari Undang-Undang Dasar pada tahun 1791. Naskah-naskah di atas sangat dipengaruhi oleh pengaruh Hukum Alam seperti yang dirumuskan oleh John Locke 1632-1714 dan Jean Jaques Rousseau 1712- 1778 yang terbukti bahwa naskah-naskah di atas hanya terbatas hak-hak politis saja seperti kesamaan hak, hak atas kebebasan, hak untuk memilih dan sebagainya. Pada Abad ke-20, naskah-naskah di atas masih dianggap kurang sempurna, sehingga muncullah hak-hak lain yang lebih luas lingkupannya. Yang sangat terkenal ialah empat hak yang dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D.Rossevelt pada permulaan Perang Dunia II ketika berhadapan dengan agresi Nazi-Jerman yang menginjak-injak hak asasi manusia. Hak-hak tersebut terkenal dengan istilah The Four Fredoms Empat Kebebasan, yaitu: 1. Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat freedom of speech 2. Kebebasan beragama freedom of religion 3. Kebebasan dari ketakutan freedom from far 4. Kebebasan dari kemelaratan freedom from want Adanya hak atas kebebasan dari kemelaratan menunjukkan bahwa hak-hak politik tidak cukup memberikan kesejahteraan bagi manusia. Karena ada UNIVERSITAS SUMATERA UTARA anggapan bahwa hak politik, yaitu hak memilih dalam pemilihan umum tidak ada artinya jika kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan, tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu, hak manusia tidak cukup hanya hak politik tetapi juga hak ekonomi, sosial, budaya. Atas dasar itu, Komisi hak-hak asasi Commission on Human Rights yang didirikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1946, yang ditugaskan merancang pernyataan hak –hak asasi manusia. Akhirnya, pada tahun 1948 Komisi ini menetapkan Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights yang di dalamnya merinci beberapa hak politik, dan juga hak ekonomi dan sosial. Pernyataan ini jauh lebih lengkap dari Declaration of Independence dan Declaration des droit de I’homme et du citoyen, namun pengaruh kedua Deklarasi itu sangat besar. Universal Declaration of Human Rights dianggap sebagai langkah awal untuk melaksanakan tindak lanjutnya, yaitu menyusun suatu perjanjian Covenant yang mengikat secara yuridis. Sehingga pada tahun 1966 dalam sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui Perjanjian tentang Hak-Ha Ekonomi, sosial, dan budaya Covenant on Economic, Social, and Cultural rights serta perjanjian tentang Hak-Hak Sipil dan Politik Covenant on Civil and Political Rights. Hak-Hak yang terdapat dalam dua perjanjian itu yang dikutip oleh Miriam Bidiarjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu politik adalah sebagai berikut : 44 1. Hak-Hak Sipil dan Politik : 1.1 Pasal 6 : Right to life- Hak atas hidup 44 Ibid, hal 126-127 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.2 Pasal 9 : Right to liberty and security of person- Hak atas kebebasan dan keamanan dirinya 1.3 Pasal 14 : Right to equality before the courts and tribunals- Hak atas kesamaan di muka badan-badan peradilan 1.4 Pasal 18 : Right to freedom of thought, consience and religion- Hak atas kebebasan berpikir, mempunyai conscience, beragama. 1.5 Pasal 19 : Right to hold opinions without interference- Hak untuk mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan. 1.6 Pasal 21 : Right to peaceful assembly- Hak atas kebebasan berkumpul secara damai. 1.7 Pasal 22 : Right to freedom of association- Hak untuk berserikat. 2. Hak- Hak Ekonomi, Sosial, dam Budaya mencakup antara lain: 2.1 Pasal 6 : Right to work- Hak atas pekerjaan. 2.2 Pasal 8 : Right to form trade unions- Hak untuk membentuk serikat kerja. 2.4 Pasal 9 : Right to social security- Hak atas pensiun 2.4 Pasal 11 : Right to an adequate standard of living for him self and his family, including adequate food, clothing and housing- Hak atas tingkat kehidupan yang layak bagi dirinya serta keluarganya, termasuk makanan, pakaian, dan perumahan yang layak. 2.5Pasal 13 : Right to education- Hak atas pendidikan. 2. Hak-Hak Asasi di Indonesia 2.1 Sejarah Perkembangan Hak asasi Manusia Di Indonesia, perdebatan pengaturan HAM dalam peraturan perundang- undangan berlangsung sejak berdirinya negara. Perdebatan ini dimulai sejak pembuatan naskah UUD 1945. Perdebatan yang terjadi bertitik pangkal pada apakah negara harus mengatur HAM ataukah tidak. Menurut soekarno, Indonesia harus dibangun sebagai negara kekeluargaan. Hal ini jelas dinyatakan dalam pidatonya di hadapan Sidang Kedua BPUPKI, pagi 15 Juli 1945. “Buanglah sama sekali faham individualisme itu, janganlah dimasukkan dalam Undang-Undang Dasar kita yang dinamakan ‘rights of the citizens’ sebagai yang dianjurkan oleh republic perancis itu adanya…Tuan-tuan yang terhormat Kita menghendaki keadilan social. Buat apa Grondwet menuliskan bahwa manusia bukan saja mempunyai hak kemerdekaan suara, kemerdekaan memberikan hal suara, mengadakan persidangan dan berapat, jikalau misalnya tidak ada social rechtvaardigheid yang demikian itu? Buat apa kita membikin grondwet, apa guna UNIVERSITAS SUMATERA UTARA grondwet itu kalau ia tak dapat mengisi perut orang yang hendak mati kelaparan. Grondwet yang berisi droit de ‘I home et du citoyen itu, tidak bisa menghilangkan kelaparannya orang miskin yang hendak mati kelaparan. Maka oleh karena itu, jikalau betul-betul hendak mendasar negara kita kepada paham kekeluargaan, paham tolong menolong, paham gotong royong dan keadilan social, enyahkanlah tiap-tiap pikiran, tiapa-tiap paham individualisme dan liberalisme padanya” 45 “UUD yang kami rancangkan, berdasar atas paham kekeluargaan, tidak berdasar atas paham perseorangan, yang telah kita tolak. Pernyataan berkumpul dan berserikat di dalam UUD adalah sistematik dari paham perseorangan, oleh karena itu dengan menyatakan hak bersidang dan berserikat di dalam UUD kita akan menantang sistematik paham kekeluargaan.” Pendapat Soekarno didukung Soepomo darinya kita mengenal negara kekeluargaan yang juga berpendapat tidak perlu memasukkan pengaturan mengenai HAM dalam Undang-Undang Dasar. 46 “Dalam sistem kekeluargaan sikap warga negara bukan sikap yang selalu bertanya : apakah hak-hak saya, akan tetapi sikap yang menanyakan: apakah kewajiban saya sebagai anggota keluarga besar, ialah negara Indonesia ini. Bagaimanakah kedudukan saya sebagai anggota keluarga darah familie dan sebagai anggota kekeluargaan daerah, misalnya sebagai anggota desa, daerah, negara, Asia Timur Raya dan Dunia itu? Inilah pikiran yang harus senantiasa diinsyafkan oleh kita semua.” Soepomo dengan sadar membenturkan paham kekeluargaan dan hak-hak warga negara yang disebut Soekarno sebagai bagian paham Liberal dan Individual. Akibatnya, dengan sendirinya hak-hak tersebut termasuk ke dalam ranah paham individualisme dan liberalisme. Lebih jauh Soepomo menambahkan bahwa. 47 Pandangan dan pendapat Soekarno dan Soepomo ditentang oleh M.Hatta dan M.Yamin yang menginginkan agar hak-hak manusia diatur dalam UUD. Kekhawatiran Hatta adalah bahwa tidak adanya jaminan atas hak tersebut dalam 45 Ibid., hal 22. 46 Ibid. 47 Ibid., hal 23. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UUD akan menjadikan negara yang baru dibentuk menjadi negara kekuasaan. Hatta mengatakan secara tegas dalam siding BPUPKI mengenai kekhawatirannya. “Memang kita harus menentang individualisme…Kita mendirikan negara baru diatas gotong royong dan hasil usaha bersama. Tetapi suatuhal yang saya kuatirkan, kalau tidak ada satu keyakinan atau satu pertanggungan kepada rakyat dalam UUD yang mengenai hak untuk mengeluarkan suara…Hendaklah kita memperhatikan syarat-syarat supaya negara yang kita bikin, jangan menjadi Negara Kekuasaan.” 48 “Supaya aturan kemerdekaan warga negeri dimasukkan ke dalam UUD dengan seluas-luasnya. Saya menolak segala alasan yang dimajukan untuk tidak memasukkannya…saya hanya minta perhatian betul-betul, karena yang kita bicarakan ini hak rakyat. Kalau hal ini tidak terang dalam hukum dasar, ada kekhilafan daripada grondwet;grondweetlijke fout, kesalahan undang-undang hukum dasar, besar sekali dosanya buat rakyat yang menantikan hak daripada republik; misalnya mengenai yang tertuju kepada warga negara yang akan mendapat hak, juga penduduk akan diperlindungi oleh republik ini.” Pendapat Hatta diperkuat M.Yamin dalam siding BPUPKI sehingga menimbulkan dua kutub pemikiran, yang terdiri atas paham kekeluargaan dan paham pencantuman hak asasi. Dalam pendapatnya Yamin menyatakan: 49 Pada tanggal 13 November 1998 Majelis Permusyawaratan Rakyat memutuskan Ketetapan MPR No. XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia . Ketetapan ini memuat salah satu naskah yaitu: Akhirnya, pada 16 juli 1945 perdebatan dalam BPUPKI menghasilkan kompromi sehingga diterima beberapa ketentuan dalam UUD. Dan sampai sekarang ketentuan mengenai HAM masih dipertahankan dalam konstitusi kita dan terus dijamin dengan membuat peraturan- peraturan, pengadilan HAM, bahkan telah membentuk Komisi Nasional HAM. 2.2 Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia 50 48 Ibid. 49 Ibid., hal 24. 50 Ketetapan MPR No. XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia A. Pendahuluan Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar yang disebut sebagai hak asasi. Tanpa perbedaan antar yang satu dengan yang lainnya. Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan, dan sumbangan bagi kesejahteraan manusia. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara, dalam mengembangkan diri, berperan dan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan hidup manusia, ditentukan oleh pandangan hidup dan kepribadiaan bangsa. Pandangan hidup dan kepribadiaan bangsa Indonesia sebagai kristalisasi nilai- nilai luhur bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabat makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan juga makhluk sosial, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa Indonesia menghormati setiap upaya suatu bangsa untuk menjabarkan dan mengatur hak asasi manusia sesuai dengan sistem nilai dan pandangan hidup masing-masing. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi dan menerapkan hak asasi manusia sesuai dengan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Sejarah dunia mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin, dan status sosial lainnya. Menyadari bahwa perdamaian dunia serta kesejahteraan merupakan dambaan umat manusia, maka hal-hal yang menimbulkan penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan serta yang dapat menurunkan harkat dan martabat manusia harus ditanggulangi setiap bangsa. Bangsa Indonesia, dalam perjalanan sejarahnya mengalami kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh penjajahan. Oleh sebab itu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Bangsa Indonesia bertekad ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dunia dan keadilan sosial yang pada hakikatnya merupakan pandangan kewajiban setiap bangsa Indonesia berpandangan bahwa hak asasi manusia tidal terpisahkan dengan kewajibannya. A. Landasan 1. Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai hak asasi manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. 2. Bangsa Indonesia sebagai anggota perserikatan bangsa-bangsa mempunyai tanggung jawab untuk menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal declaration of Human Rights dan berbagai instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA B. Sejarah, Pendekatan; Substansi 1. Sejarah Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia sejak awal perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia sudah menuntut dihormatinya hak asasi manusia. Hal tersebut terlihat jelas dalam tonggak-tonggak sejarah perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia melawan penjajahan sebagai berikut: A. Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, yang diawali dengan lahirnya berbagai pergerakan kemerdekaan pada awal abad 20, menunjukkan kebangkitan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa lain. B. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, membuktikan bahwa bangsa Indonesia menyadari haknya sebagai suatu bangsa yang bertanah air satu dan menjunjung satu bahasa persatuan Indonesia C. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia diikuti dengan penetapan Undang-Undang Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 yang dalam pembukaannya “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan aturan dasar yang sangat pokok, termasuk hak asasi manusia. D. Rumusan hak asasi manusia dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia secara eksplisit juga telah dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat dan undang-Undang Dasar Sementara 1950. Kedua konstitusi tersebut mencantumkan secara rinci ketentuan- ketentuan mengenai hak asasi manusia. Dalam sidang konstituante upaya untuk merumuskan naskah tentang hak asasi manusia juga telah dilakukan. E. Dengan tekad melaksanakan Unddang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka pada sidang umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Sementara Nomor XIVMPRS1966 tentang Pembentukan Panitia Ad hoc untuk menyiapkan Piagam Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak serta Kewajiban Warga Negara. Berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS tanggal 6 Maret 1967 Nomor 24B1967, hasil kerja Panitia ad hoc diterima untuk dibahas pada persidangan berikutnya. Namun pada Sidang Umum MPRS tahun 1968 Rancangan Piagam tersebut tidak dibahas karena sidang lebih mengutamakan masalah mendesak yang berkaitan dengan rehabilitasi dan konsolidasi nasional sete;ah terjadi tragedi nasional berupa pemberontakan G-30-SPKI pada tahun 1965, dan menata kembali kehidupan nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. F. Terbentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993, yang mendapat tanggapan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA positif masyarakat menunjukkan besarnya perhatian bangsa Indonesia untuk segera merumuskan hak asasi manusia menurut sudut pandang Indonesia. G. Kemajuan mengenai perumusan tentang hak asasi manusia tercapai ketika Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1998 telah tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara secara lebih rinci. 2. Pendekatan dan Substansi Perumusan substansi hak asasi manusia menggunakan pendekatan normatif, empirik, deskriptif, dan analitik sebagai berikut: A. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu- gugat oleh siapapun B. Masyarakat Indonesia yang berkembang sejak masih sangat sederhana sampai modern, pada dasarnya merupakan masyarakat kekeluargaan. Masyarakat kekeluargaan telah mengenal pranata sosial yang menyangkut hak dan kewajiban warga masyarakat yang terdiri atas pranata religius yang mengakui bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala hak dan kewajibannya; Pranata keluarga sebagai wadah manusia hidup bersama untuk mengembangkan keturunan dalam menjaga kelangsungan keberadaannya; pranata ekonomi yang merupakan upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan; pranata pendidikan dan pengajaran untuk mengembangkan kecerdasan dan kepribadian manusia; pranata informasi dan komunikasi untuk memperluas wawasan dan keterbukaan; pranata hukum dan keadilan untuk menjamin ketertiban dan kerukunan hidup; pranata keamanan untuk menjamin keselamatan setiap manusia. Dengan demikian substansi hak asasi manusia meliputi : hak untuk hidup; hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan; hak mengembangkan diri; hak keadilan; hak kemerdekaan; hak berkomunikasi; hak keamanan; dan hak kesejahteraan. C. Bangsa Indonesia menyadari dan mengakui bahwa setiap individu adalah bagian dari masyarakat dan sebaliknya masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai hak asasi serta hidup di dalam lingkungannya yang merupakan sumber daya bagi kehidupannya. Oleh karena itu tiap individu disamping mempunyai hak asasi, juga mengemban kewajiban dan tanggung jawab untuk menghormati hak asasi individu lain, tata tertib masyarakat serta kelestarian fungsi, perbaikan tatanan dan peningkatan mutu lingkungan hidup. C. Pemahaman Hak Asasi Manusia bagi Bangsa Indonesia. 1. Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada perbedaan. Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, maka pengertian hak asasi manusia adalah hak UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. 2. Setiap manusia diakui dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, agama, usia, pandangan politik, status sosial, dam bahasa serta status lain. Pengabaian atau perampasannya, mengakibatkan hilangnya harkat dan martabat sebagai manusia, sehingga kurang dapat mengembangkan diri dan perannanya secara utuh. 3. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia bersifat historis dan dinamis yang pelaksanaanya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2.3 Pengertian dan Bentuk-Bentuk Hak Asasi Manusia di Indonesia Di dalam undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dituliskan bahwa Hak asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Menurut C.S.T kansil dalam bukunya Sekitar Hak Asasi Manusia Dewasa Ini bahwa bentuk- bentuk hak asasi manusia dapat dibedakan menjadi: 51 1. Hak-hak asasi pribadi atau personal rights yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan sebagainya. 2. Hak-hak asasi ekonomi atau property rights, yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya. 3. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau yang biasa disebut Rights of legal equality 4. Hak-hak asasi politik atau political rights, yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, hak mendirikan partai politik, dan sebagainya. 5. Hak-hak asasi sosial, dan kebudayaan atau social and cultural rights, misalnya hak untuk memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan dan sebagainya. 51 C.S.T. Kansil,Sekitar Hak Asasi Manusia Dewasa Ini, Jakarta, Karya Unipress, 2003, hal 13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan atau tata cara peradilan dan perlindungan atau procedural rights, misalnya peraturan dalam hal penangkapan, penggeledahan, peradilan dan sebagainya. Pengaturan bentuk-bentuk hak asasi manusia menurut Ketetapan MPR No.XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia dalam naskah Piagam Hak Asasi Manusia menjelaskan bahwa Hak-Hak Asasi terdiri dari: 52 1. Hak untuk hidup 2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan 3. Hak mengembangkan diri 4. Hak keadilan 5. Hak kemerdekaan 6. Hak atas kebebasan informasi 7. Hak keamanan Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pengaturan hak- hak yang diatur dalam Ketetapan MPR No.XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia telah mengalami perubahan, adapun perubahan bentuk-bentuk hak-hak asasi manusia tersebut adalah: 1. Hak untuk Hidup pasal 9 2. Hak berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan pasal 10 3. Hak Mengembangkan Diri pasal 11-16 4. Hak Memperoleh Keadilan pasal 17-19 5. Hak atas Kebebasan Pribadi pasal 20-27 6. Hak atas Rasa Aman pasal 28-35 7. Hak atas Kesejahteraan pasal 36-42 8. Hak turut serta dalam Pemerintahan pasal 43-44 9. Hak Wanita pasal 45-51 10. Hak Anak pasal 52-66. 52 Ketetapan MPR No. XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

C. Tinjauan Tentang Negara Hukum.