Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, ROKAN HULU, RIAU

YAN PRATAMA NUGRAHA
A24090135

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Yan Pratama Nugraha
NIM A24090135

ii

ABSTRAK
YAN PRATAMA NUGRAHA. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Sei Kebun Air Hitam, Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh
ADOLF PIETER LONTOH.
Pelaksanaan kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan
pengalaman, membentuk sikap dan keterampilan kerja serta mampu menyelaraskan

antara ilmu teori dan ilmu praktek di lapang pada proses budi daya kelapa sawit. Tujuan
khusus dilaksanakan magang ini adalah untuk mempelajari panen tandan buah segar
baik secara teknis, analisis, pengelolaan sumber daya dan mampu mengatasi
permasalahannya. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana
Inti Sawit Perkasa I, Rokan Hulu, Riau dari bulan Februari hingga Juni 2013. Pengaruh
jumlah hari kerja panen, curah hujan dan hari hujan terhadap produktivitas kelapa sawit
menunjukkan korelasi yang positif. Produktivitas kelapa sawit yang baik juga
dipengaruhi oleh tingginya persentase efisiensi panen dan penentuan rotasi panen yang
sesuai. Permasalahan yang terdapat dalam kegiatan panen di Kebun Sei Air Hitam
adalah penentuan kriteria matang panen oleh pemanen, persentase mutu buah yang
dipanen dan ketidaksesuaian perhitungan taksasi produksi dengan standar perusahaan.
Kinerja dan pengawasan harus ditingkatkan sehingga kegiatan panen berjalan sesuai
standar perusahaan dan menghasilkan produktivitas tinggi dengan pemanfaatan biaya
secara efisien.
Kata kunci: efisiensi panen, mutu buah, produktivitas, taksasi produksi

ABSTRACT
YAN PRATAMA NUGRAHA. Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis
guineensis Jacq.) in Sei Air Hitam Estate, Rokan Hulu, Riau. Supervised by
ADOLF PIETER LONTOH.

Internship activity realization purposes are to increase knowledge and
experience, to built attitude and skill of work, also able to appropiate between theory
and practices in field on palm oil cultivation process. The other purpose in this activity
are to learn fresh fruit bunch right harvesting according to technique, analysis,
resources management and ability in problem solving. The internship was conducted
at Sei Air Hitam Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, Rokan Hulu, Riau from
February to June 2013. The effect of harvest work day quantity, rainfall and rainy day
to palm oil productivity shows positive correlation. A good palm oil productivity also
effected by the increase of harvest efficiency rate and compatibility of harvest rotation
determining. Harvesting activity problems in Sei Air Hitam Estate are determining of
ripe harvest criteria by harvester, harvested fruit quality rate and prediction of
production counting uncompatible with company standard. Skill of work and
supervision must get increase so the harvesting activity compatible with company
standard and to produce high productivity with efficiently in cost using.
Key words: fruit quality, harvesting efficiency, prediction of production, productivity

iii

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, ROKAN HULU, RIAU


YAN PRATAMA NUGRAHA
A24090135

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iv

Judul Skripsi : Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau

Nama
: Yan Pratama Nugraha
: A24090135
NIM

Disetujui oleh

olf Pieter Lontoh MS
Pembimbing

r

Tanggal Lulus:

1 2 0EC 2013

v

Judul Skripsi : Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau

Nama
: Yan Pratama Nugraha
NIM
: A24090135

Disetujui oleh

Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga kegiatan magang dan karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema kegiatan magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari
hingga Juni 2013 ini ialah panen kelapa sawit, dengan judul Manajemen Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, Rokan Hulu, Riau.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibunda Ir Putirah (Alm), Ayahanda Ir Agung Nugroho dan adik-adik
penulis, Ramadhan Dwi Nugraha dan Bagas Tri Cahya Nugraha, beserta
seluruh keluarga besar penulis yang memberikan doa dan dukungan selama
pendidikan penulis.
2. Dr Ir Eny Widajati MS, selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan do’a, dukungan dan nasehat.
3. Ir Adolf Pieter Lontoh MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan do’a, dukungan, nasehat dan arahan.
4. Atmojo Sri Winahyu SP (General Manager), Syaiful Azmi, SP (Field
Manager Rayon A), Adi Kusuma Purba Amd dan Aidil Harahap SP (Field
assistant afdeling I) serta seluruh staf dan karyawan PT PISP I yang telah
memberikan motivasi, fasilitas, dan arahan selama kegiatan magang.
5. Seluruh Direksi First Resources Ltd. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang.

6. Om M. Agusriana, Tante Detti Kustari dan M. Ilmam Haiban di Purwakarta
yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat.
7. Dirayati Nur Irsalina yang terus memberikan semangat, dukungan dan kasih
sayangnya di setiap perjuangan penulis demi meraih masa depan.
8. Teman-teman Iyoeh House atas kebersamaannya.
9. Sahabat-sahabat Socrates AGH 46, Warkop, Agrolina, dan Bala Kurawa di
Madiun yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat dan nasehat
selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Yan Pratama Nugraha

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh
Panen Kelapa Sawit
METODE
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kriteria Matang Panen
Taksasi dan Angka Kerapatan Panen
Rotasi Panen
Tenaga Kerja Panen
Kualitas Panen
Produksi dan Produktivitas
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii
1
1
2

2
2
4
4
5
5
5
6
7
7
7
7
8
8
9
10
10
21
24
24
25
26
27
29
31
32
32
33
33
35
45

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Produksi dan produktivitas Kebun SAH tahun 2007−2012
Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun SAH tahun 2013
Kriteria matang panen Kebun SAH
Persentase kesesuaian kriteria matang panen
Akurasi taksasi terhadap realisasi produksi bulan April 2013 di
Afdeling I Kebun SAH
Perbandingan rotasi panen standar dengan realisasi terhadap
pencapaian target produksi Afdeling I
Hasil uji korelasi antara faktor umur, tingkat pendidikan dan lama
kerja terhadap jumlah TBS
Perbandingan antara umur pemanen terhadap jumlah TBS rata-rata
Hasil pengamatan mutu buah di Afdeling I Kebun SAH
Efisiensi panen Afdeling I Kebun SAH
Hasil uji korelasi antara faktor jumlah HK panen, curah hujan dan
hari hujan terhadap produktivitas Kebun SAH

8
9
17
24
26
26
28
29
30
31
32

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Kegiatan pengendalian gulma menggunakan micron herby sprayer
Bagian “ekor kadal” pelepah pokok kelapa sawit
Kegiatan penguntilan di gudang pupuk
Pokok sawit dengan gejala defisiensi Fe tingkat berat
Kegiatan infus akar
Kegiatan panen TBS kelapa sawit
Pengangkutan TBS dari TPH

10
12
14
15
15
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL Kebun SAH
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Kebun
SAH
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping field assistant
Kebun SAH
Peta inti Kebun SAH
Data curah hujan Kebun SAH tahun 2005-2012
Struktur organisasi Kebun SAH

36
37
39
42
43
44

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan
utama di Indonesia yang sangat unggul. Ditjenbun (2013) menyatakan rata-rata laju
pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2007˗2012 sebesar 6.96%, sedangkan
produksi kelapa sawit meningkat rata-rata 6.02% per tahun. Pertumbuhan tersebut
menunjukkan hingga tahun 2012 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia telah
mencapai angka 9 074 621 ha dan telah memproduksi crude palm oil (CPO) sebesar
23 521 071 ton pada tahun 2012. Realisasi ekspor Indonesia tahun 2012 untuk CPO
dan minyak sawit lainnya mencapai volume 20.57 juta ton serta telah menghasilkan
devisa negara lebih dari US$ 17.6 milyar. Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit
telah menjadikan Indonesia sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia
dan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
GAPKI (2009) menyatakan bahwa minyak sawit dapat dimanfaatkan di
berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap.
Minyak sawit dapat diolah menjadi minyak goreng, shortening, margarine,
oleokimia, kosmetik, farmasi dan biodiesel. Keistimewaan minyak sawit selain
ketersediaannya yang melimpah yaitu: tingkat efisiensi minyak sawit cukup tinggi
dibandingkan minyak nabati lain, sehingga mampu menempatkan minyak sawit
menjadi sumber minyak nabati termurah serta dari segi produktivitas minyak sawit
lebih tinggi dari pada minyak nabati lain, yakni dapat mencapai 4.26 ton ha-1,
sedangkan minyak kedelai hanya sebesar 0.41 ton ha-1, kanola 0.66 ton ha-1 dan
bunga matahari 0.43 ton ha-1.
Salah satu usaha dalam pengembangan produksi tanaman kelapa sawit adalah
teknik budi daya yang baik, mulai dari pembukaan lahan sampai panen dan
penanganan pasca panen. Panen dan pasca panen tandan buah segar (TBS)
merupakan hal yang penting pada teknik budi daya kelapa sawit. Lubis (1992)
menyatakan bahwa baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan
tercermin dari panen dan produksi. Pekerjaan panen adalah memotong tandan
matang, mengumpulkan dan mengangkutnya ke pabrik untuk seterusnya diolah
mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas (ALB) rendah serta
memelihara kondisi tanaman tetap baik. Rawi et al. (2004) menambahkan bahwa
masalah utama di lapangan yang sering dialami oleh industri kelapa sawit adalah
tingginya ALB di dalam TBS kelapa sawit pada saat proses pemanenan.
Proses pemanenan TBS merupakan kegiatan yang sangat penting maka
sistem manajemen pemanenan yang baik harus dilaksanakan. Manajemen dapat
didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktivitas termasuk perencanaan dan
pengambilan keputusan (planning and decision making), pengorganisasian
(organizing), kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling) yang
diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan
informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efisien (Griffin 2002). Proses panen kelapa sawit yang baik harus menggunakan
prinsip-prinsip manajemen tersebut. Aktivitas perencanaan panen kelapa sawit
mencakup penghitungan taksasi panen sebagai acuan untuk mengambil keputusan
tentang sumber daya yang digunakan. Aktivitas pengorganisasian dilakukan dengan

2
cara membentuk struktur organisasi panen seperti pembagian kemandoran dan
hanca panen. Aktivitas kepemimpinan merupakan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab pimpinan kebun agar pelaksanaan teknis dan administrasi panen berjalan
lancar serta permasalahan pada kegiatan panen terselesaikan. Aktivitas pengawasan
panen dilakukan untuk memastikan semua proses dari kegiatan panen dan kualitas
panen sesuai dengan standar kerja perusahaan. Kegiatan magang ini
dilatarbelakangi oleh pentingnya sistem manajemen pemanenan TBS yang baik
tersebut.

Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan magang ini yaitu meningkatkan wawasan dan
pengetahuan, menambah pengalaman, membentuk sikap dan keterampilan kerja
serta mampu menyelaraskan antara ilmu teori dan ilmu praktek di lapang pada
proses budi daya kelapa sawit. Tujuan khusus dilaksanakan magang ini adalah
untuk mempelajari panen tandan buah segar (TBS) baik secara teknis, analisis dan
pengelolaan sumber daya yang ada serta mampu mengatasi permasalahannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman asli
Afrika. Famili dari tanaman ini adalah Aracaceae, yang dahulu disebut Palmaceae.
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil yang memiliki akar serabut,
batang silindris yang tegak dan tidak bercabang, tulang daun yang sejajar, tergolong
tanaman monoecious, serta buah memiliki bentuk lonjong (Buana 2000). Tipe atau
varietas kelapa sawit dibedakan berdasarkan tebal tipisnya cangkang (endocarp)
dan warna buah. Berdasarkan tebal tipisnya cangkang dikenal tipe Dura, Pisifera
dan Tenera. Berdasarkan warna buah dikenal tipe Nigrescens, Virescens dan
Abescens (Setyamidjaja 2006). Tipe Dura memiliki daging buah (mesocarp) yang
tebalnya 2-6 mm, sedangkan cangkangnya tebal (2-5 mm). Pisifera memiliki
daging buah yang tebal (5-10 mm) namun tidak memiliki cangkang. Hasil
persilangan Dura dan Pisifera disebut Tenera yang memiliki daging buah yang
tebal (3-10 mm) dan cangkang yang tipis dengan ketebalan 1-2.5 mm (Adiwiganda
2007).
Kelapa sawit memiliki empat jenis akar serabut yang biasa disebut feeder
roots. Akar primer, akar dengan diameter 4-10 mm yang tumbuh dari pangkal
batang pada kedalaman 20-60 cm di bawah permukaan tanah. Akar sekunder, akar
yang muncul dari akar-akar primer berdiameter 2-4 mm dan tumbuh vertikal
menuju permukaan tanah. Akar tersier, akar ini tumbuh pada akar sekunder yang
dekat permukaan tanah dengan diameter 1-2 mm dan panjang 10-15 cm dan tumbuh
secara horizontal. Akar kuarter, akar yang terletak paling dekat dengan permukaan
tanah berdiameter 0.5 mm dan panjang 2 cm yang berfungsi sebagai penyerap unsur
hara dan air dari tanah, keempat akar tersebut bersama-sama dengan akar lain
membentuk semacam anyaman (Sunarko 2009).

3
Batang kelapa sawit berbentuk silindris dan memiliki diameter batang yang
bervariasi, yaitu antara 35-75 cm. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai panjang
maksimum 30 m. Awal pertumbuhan kelapa sawit, bagian batang tidak menunjukan
pertambahan panjang (internodia). Batang kelapa sawit menunjukan pertambahan
panjang setelah berumur empat tahun (Sastrosayono 2003). Batang kelapa sawit
memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur pendukung daun, bunga, dan
buah; sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar
serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah; serta berfungsi juga sebagai
organ penimbun zat makanan (Pahan 2006).
Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung. Terdapat tiga
tahap perkembangan daun kelapa sawit, yaitu: Lanceolate, daun awal berupa
helaian utuh yang keluar pada masa pembibitan; Bifurcate, bentuk daun dengan
helaian yang sudah pecah tetapi bagian ujung daun belum terbuka; dan Pinnate,
bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna (Tim Pengembangan
Materi LPP 2010).
Bagian pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di
kedua sisinya. Anakan daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua hingga ujung
daun. Terdapat lidi pada setiap bagian tengah anakan daun. Tanaman kelapa sawit
mengeluarkan dua daun setiap bulan. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya
akan membentuk sudut 135o. Anakan daun pada daun normal berjumlah 80˗120
helai. Kelapa sawit memiliki kedudukan daun (phytotaxis) tiga per delapan yang
artinya dalam tiga putaran terdapat delapan helai daun. Letak daun kesembilan tepat
berada pada satu garis dengan daun pertama. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit
mampu mengeluarkan 20-24 helai daun (Sastrosayono 2003).
Susunan bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina pada
satu tanaman, tetapi letaknya berada pada ketiak daun (satu ketiak daun terdapat
satu bunga jantan atau bunga betina). Bunga muncul setelah kelapa sawit berumur
lebih dari tiga tahun. Tipe penyerbukan pada kelapa sawit adalah penyerbukan
silang (cross polination). Masa reseptif bunga betina adalah 72 jam sedangkan pada
bunga jantan masa untuk membuahi bunga betina adalah 24 jam. Perbandingan
bunga jantan dan bunga betina atau sex ratio tanaman kelapa sawit tergantung pada
pupuk dan ketersediaan air (bulan basah dan bulan kering), jika bulan basah lebih
banyak dari bulan kering dan ketersediaan pupuk banyak maka akan
mengakibatkan lebih banyak terbentuk bunga betina (Sunarko 2009).
Buah kelapa sawit menempel pada tandan dengan bentuk oval dan memiliki
empat lapisan, yaitu eksokarp, mesokarp (crude), endokarp (batok), dan
endosperma/inti (kernel). Buah yang baru terbentuk mesokarpnya berwarna hijau
pucat, semakin tua umur buah maka warnanya akan berubah menjadi kuning.
Sedangkan warna eksokarpnya berubah dari warna ungu tua hingga hitam (karena
didominasi antosianin) menjadi jingga kemerah (didominasi oleh karoten) setelah
berumur enam bulan (Sastrosayono 2003). Kematangan buah dibedakan menjadi
dua, yaitu matang morfologis (buah telah sempurna bentuknya serta kandungan
minyaknya optimal) dan matang fisiologis (kematangan buah sudah lebih lanjut dan
telah siap untuk tumbuh dan berkembang, biasanya satu bulan setelah matang
fisiologis). Pahan (2006) menyatakan bahwa kriteria kematangan buah yang sangat
penting dalam proses pemanenan ditentukan berdasarkan jumlah brondolan yang
jatuh ke piringan, yaitu satu sampai dua brondolan per kilogram tandan buah.

4
Syarat Tumbuh
Produksi minyak kelapa sawit sangat bergantung kepada faktor genetiknya,
selain itu agar kelapa sawit menghasilkan minyak yang berkualitas baik dan
memiliki produktivitas tinggi maka tanaman kelapa sawit mempunyai lingkungan
tumbuh yang tersendiri atau biasa disebut sebagai syarat tumbuh. Syarat tumbuh
optimal bagi kelapa sawit antara lain lahan dengan topografi datar hingga
bergelombang, ketebalan solum 60−80 cm, ketinggian maksimumnya adalah 400
m di atas permukaan laut, memiliki curah hujan minimum 2 000−2 500 mm/tahun
dan terbagi merata sepanjang tahun, suhu optimal 26 °C, lama penyinaran 5−7
jam/hari, kelembaban rata-ratanya 75%, dapat tumbuh pada bermacam-macam
jenis tanah yang gembur, aerasi dan drainasenya baik, kaya akan humus dan tidak
mempunyai lapisan padas, serta pH tanah antara 5.5−7.0 (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit 2007).

Panen Kelapa Sawit
Produksi minyak kelapa sawit sangat erat hubungannya dengan proses
pemanenan. Teknik budi daya ini sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa
sawit yang dihasilkan. PPKS (2007) menyatakan bahwa pengertian panen adalah
pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Pahan
(2006) menambahkan bahwa pekerjaan panen merupakan pekerjaan utama di
perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi
perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit
(PKO). Tugas utama dalam panen kelapa sawit adalah mengambil buah pada
tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan
waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi
(ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi
(kandungan ALB). Lubis (1992) mengungkapkan bahwa kegiatan panen juga harus
memperhatikan kelestarian tanaman agar tetap terjaga dengan baik.
Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp)
meningkat cepat. Penyebabnya adalah proses konversi karbohidrat menjadi lemak
dalam buah. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari
tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga
dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi
(Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2.5 tahun dan masak 5.5 bulan
setelah penyerbukan. Panen dapat dilaksanakan jika tanaman telah berumur 31
bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan
buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang
lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya
ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu
ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang
dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman
berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15−20 butir.
Produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton ha-1 tahun-1 TBS atau sekitar
4-5 ton minyak sawit pada kondisi optimal (Kiswanto et al. 2008).

5
Cara memanen tandan buah kelapa sawit adalah dengan memotong tangkai
tandan buah menggunakan dodos jika tanaman masih pendek dan menggunakan
egrek jika tanaman sudah tinggi. Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan
rotasi antar blok yang rutin (Sunarko 2009). Sistem panen kelapa sawit dapat
menghasilkan minyak sawit bermutu baik jika sistem panen memenuhi standar
tertentu. Standar sistem panen yang ditentukan adalah tidak ada buah mentah yang
dipanen, tidak meninggalkan buah matang, semua brondolan dikumpulkan dan
dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dalam kondisi bersih, membrondolkan
buah yang terlalu matang, memotong tangkai tandan yang terlalu panjang dan
membentuknya seperti cangkem kodok (mulut kodok), serta cabang harus dipotong
dengan baik (Sastrosayono 2003).
Pengangkutan TBS dalam industri perkebunan kelapa sawit merupakan hal
yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi, sehingga pengangkutan
juga menjadi yang terpenting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan
Winahyu 1991). Pengangkutan tandan dibagi atas dua bagian yaitu pengangkutan
dari pohon yang dipanen ke TPH dan pengangkutan dari TPH ke pabrik kelapa
sawit (PKS). Pengangkutan dari pohon ke TPH merupakan tugas pemanen dan
masih termasuk dalam kegiatan panen sedangkan pengangkutan dari TPH ke PKS
dilakukan oleh petugas transportasi. Pengangkutan ke TPH dapat dilakukan secara
sederhana yaitu tandan dipikul dan brondolan diangkut menggunakan karung
plastik (Soepadiyo dan Haryono 2005). Pengangkutan buah dari TPH ke PKS harus
dilakukan secepat mungkin. Buah kelapa sawit yang dipotong hari ini harus diolah
langsung agar ALB tidak tinggi. Panen puncak terjadi ketika hujan turun setiap hari,
sarana dan prasarana transportasi harus diperhatikan karena biasanya pengangkutan
buah hasil panen akan berlangsung selama 24 jam (Sastrosayono 2003).

METODE
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH), PT Perdana
Inti Sawit Perkasa I, First Resources Ltd., Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan
Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Kegiatan magang ini
dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2013 sampai tanggal 10 Juni 2013.

Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan magang yang telah dilaksanakan adalah melakukan
pekerjaan secara langsung di lapang produksi dengan berbagai tingkat jabatan atau
level manajerial. Pelaksanaan magang pada bulan pertama difokuskan pada
kegiatan karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan yang dilakukan selama magang
sebagai KHL adalah pengendalian gulma, pemupukan, penunasan (pruning), leaf
sampling unit (LSU) dan panen (Lampiran 1). Kegiatan pada bulan kedua adalah
magang sebagai pendamping mandor, baik mandor perawatan, mandor panen,
kerani produksi maupun kerani afdeling (Lampiran 2). Kegiatan magang sebagai
pendamping mandor mulai dari perencanaan setiap kegiatan budi daya yang akan

6
dilaksanakan sampai pengawasan kinerja KHL di lapang produksi. Kegiatan
lainnya adalah dilaksanakannya kegiatan administrasi seperti pembuatan laporan
berkala mandor atau kerani. Pelaksanaan kegiatan magang pada dua bulan terakhir
adalah sebagai pendamping field assistant (Lampiran 3). Kegiatan magang di
Kebun SAH lebih diarahkan kepada aspek khusus yaitu manajemen panen kelapa
sawit.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi diperoleh dengan menggunakan dua
metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk
data sekunder. Pengamatan dan pengumpulan data primer diperoleh melalui
pengamatan, diskusi dan wawancara secara langsung di lapang. Fokus utama
pengumpulan data primer adalah kegiatan panen yaitu pengamatan tentang kualitas
panen. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari rekapitulasi laporan manajemen
berupa kondisi umum dan data manajerial perusahaan. Data kondisi umum
perusahaan yang dikumpulkan meliputi letak geografis, topografi, iklim, curah
hujan, luas areal, tata guna lahan, produksi dan produktivitas selama 6 tahun
terakhir. Data manajerial perusahaan yang dikumpulkan meliputi data struktur
organisasi dan manajemen kebun serta peraturan atau norma baku kebun.
Pengamatan yang dilakukan adalah: (1) Kriteria matang panen, menghitung
jumlah brondolan setelah pelepah penyangga TBS diturunkan dan sebelum TBS
diturunkan. Pengamatan dilakukan pada 14 pemanen contoh dengan mengambil 10
pokok contoh untuk masing-masing pemanen. (2) Taksasi dan angka kerapatan
panen, dilakukan pada areal yang akan dipanen hari berikutnya dengan menghitung
angka kerapatan panen pada areal contoh seluas ± 12 ha dan didukung oleh data
dari mandor panen. (3) Rotasi panen, pengambilan data diperoleh dari buku mandor
panen. (4) Tenaga kerja panen, dilakukan pengamatan terhadap jumlah TBS yang
dipanen oleh 15 pemanen contoh selama bulan Maret 2013 dan dilakukan
wawancara terhadap pemanen tersebut untuk mendapatkan data umur, tingkat
pendidikan dan lama kerja. (5) Kualitas panen, pengamatan mutu buah dilakukan
pada 15 pemanen contoh dengan mengambil 10 buah contoh pada setiap pemanen
contoh serta dilakukan sebanyak 3 ulangan pada masing-masing pemanen.
Pengamatan mutu buah dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah mentah,
kurang matang, matang, lewat matang, janjangan kosong dan tandan busuk.
Pengamatan mutu hanca panen dilakukan dengan cara menghitung sumber
kehilangan hasil oleh 15 pemanen contoh dengan mengambil 10 pokok contoh pada
setiap pemanen serta dilakukan sebanyak 3 ulangan pada masing-masing pemanen.
(6) Produksi dan produktivitas, dilakukan pengamatan pada data produksi,
produktivitas, jumlah hari kerja, curah hujan dan hari hujan dari rekapitulasi laporan
manajemen kebun.

7
Analisis Data dan Informasi
Pengamatan dan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil kegiatan
magang dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan peraturan atau
norma yang berlaku di Kebun SAH. Analisis secara deskriptif dilakukan untuk
mencari nilai rata-rata dan persentase yang diperoleh di lapangan kemudian
dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang ditentukan oleh
perusahaan serta literatur atau pustaka yang mendukung. Uji korelasi dan uji tstudent digunakan untuk menganalisis data-data yang bersifat kuantitatif. Uji
korelasi digunakan untuk menganalisis keeratan dan arah hubungan terhadap tolok
ukur yaitu jumlah tandan yang dipanen dan produktivitas. Uji t-student digunakan
untuk mengetahui perbedaan antara data realisasi dan standar yang ditetapkan
perusahaan pada aspek rotasi panen serta digunakan untuk membandingkan antar
umur pemanen terhadap jumlah tandan yang dipanennya.

KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Kebun Sei Air Hitam (SAH) merupakan nama perkebunan kelapa sawit milik
PT Perdana Inti Sawit Perkasa I. Perusahaan ini dahulu tergabung dalam Ciliandra
Perkasa Group, kemudian pada tahun 2010 diakuisisi oleh First Resources Ltd.,
sebuah perusahaan perkebunan swasta asing yang berasal dari Singapura. Kebun
SAH terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan
Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan perjalanan darat
selama 5−6 jam dari Kota Pekanbaru.
Peta wilayah administratif Kebun SAH dapat dilihat pada Lampiran 4. Batasbatas wilayah geografis Kebun SAH yakni, sebelah utara dan barat berbatasan
dengan PT Panca Surya Agrindo, sebelah selatan berbatasan dengan kebun plasma
dan KKPA, sebelah timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS.

Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan rata-rata tahunan Kebun SAH dalam kurun waktu 8 tahun
terakhir (2005-2012) yaitu 2 616.79 mm per tahun dan memiliki pola penyebaran
yang merata dengan jumlah hari hujan rata-rata 119.13 hari per tahun. Rata-rata
bulan basah (BB) selama 8 tahun terakhir menunjukkan angka 10.25 bulan
sedangkan rata-rata bulan kering (BK) yaitu 0.37 bulan. Menurut klasifikasi iklim
oleh Schmit-Ferguson, kondisi iklim di Kebun SAH termasuk dalam tipe iklim A
yaitu sangat basah. Data mengenai curah hujan, hari hujan, BB dan BK selama 8
tahun terkahir dapat dilihat pada Lampiran 5.
Lahan Kebun SAH memiliki jenis tanah yang tergolong ke dalam ordo
entisol, hasil dari endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi dua sub grup yaitu
Humic Dystrudepts (1 062 ha) dan Typic Dystrudepts (1 414 ha). Jenis tanah
didominasi oleh tanah mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation–
kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na.

8
Topografi lahan Kebun SAH berkisar antara 1−3% dan memiliki derajat
kemasaman tanah (pH) 4.37−5.12 dengan suhu rata-rata tahunan berkisar antara
28−31 oC. Areal SAH memilki faktor pembatas utama yaitu rawan terjadi banjir
pada beberapa titik lahan. Areal Kebun SAH tergolong dalam kelas kesesuaian
lahan tingkat S2 (sesuai/suitable). Berdasarkan klasifikasi kelas kesesuaian lahan
tersebut, maka areal Kebun SAH sesuai untuk digunakan sebagai lahan perkebunan
kelapa sawit, namun harus ada tindakan atau penanganan khusus untuk mengurangi
faktor-faktor pembatasnya sehingga peroses budi daya berjalan dengan lancar dan
menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Hak guna usaha (HGU) Kebun SAH memilki total luas lahan 2 476 ha. Luas
lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 2 384.26 ha dengan kondisi
pertanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan (TM). Berdasarkan UndangUndang Nomor 18 Tahun 2004, kemitraan yang digunakan oleh Kebun SAH
dengan masyarakat sekitar adalah pola perkebunan inti rakyat (PIR-Trans) dan
plasma kredit koperasi primer kepada anggota (KKPA). Luas kebun PIR-Trans
mencapai 8 694.27 ha, sedangkan kebun plasma KKPA mencapai 1 758.73 ha.
Kebun SAH memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) yang mampu mengolah TBS
hingga 60 ton per jam. Kebun SAH sebagai perkebunan inti dibagi menjadi 3
afdeling, yaitu afdeling I (755.06 ha) yang terbagi atas 25 blok, afdeling II (770.86
ha) terbagi atas 26 blok, dan afdeling III (858.34 ha) terdiri dari 28 blok.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Kebun Sei Air Hitam adalah
varietas D × P Marihat (Tenera). Jarak tanam yang digunakan 9.35 m × 9.35 m ×
9.35 m dengan jarak antar barisan 8.09 m dan jarak dalam barisan 9.35 m sehingga
populasi tanaman per hektar yaitu 132 pokok. Kenyataan di lapangan menunjukkan
adanya perbedaan jumlah pokok per hektar yang disebabkan oleh jarak tanam yang
berbeda-beda, serangan hama dan penyakit, serta lahan berawa sehingga terdapat
pokok kelapa sawit yang tumbang. Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1992
dengan tahun tanam 1993, 1994, 1995, 1998, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan
dengan tahun tanam 2008 dan 2010. Pokok kelapa sawit Kebun SAH merupakan
TM yang telah berproduksi (Tabel 1).

Tabel 1 Produksi dan produktivitas Kebun SAH tahun 2007−2012
Tahun

Produksi (ton)

Produktivitas (ton ha-1 tahun-1)

2007
2008
2009
2010
2011
2012

68599.58
64163.88
65237.31
60512.29
70383.59
76784.60

28.77
26.91
27.36
25.38
29.52
32.20

Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun SAH (2013)

9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun SAH dipimpin oleh seorang general manager dan dibantu oleh kepala
administrasi, asisten HR, humas regional (HUMREG), asisten teknik, field
manager, mill manager dan kepala satpam. Areal perkebunan inti SAH dipimpin
oleh seorang field manager, dalam melaksanakan pekerjaannya field manager
dibantu oleh tiga field assitant yang mengelola jalannya sistem budi daya kelapa
sawit pada tiga afdeling. Struktur organisasi Kebun SAH dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Seorang field assistant dibantu oleh dua orang mandor panen, dua orang
mandor perawatan, dua orang kerani produksi dan seorang kerani afdeling. Mandor
bertugas mengawasi kegiatan pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan
standar mutu dan norma yang telah ditentukan perusahaan. Kerani produksi
bertanggungjawab untuk memastikan hasil produksi sesuai standar dan
mengirimnya ke PKS. Kerani afdeling bertugas membantu field assistant dalam
menyusun dan melaporkan hasil pekerjaan di lapangan serta administrasi afdeling.
Status karyawan di Kebun SAH terdiri atas staf dan non staf. Karyawan staf
meliputi general manager, mill manager, field manager, field assistant, mill
assistant, asisten HR, humas regional, asisten teknik, kepala administrasi dan
kepala satpam. Karyawan non staf meliputi pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan
harian tetap (KHT) dan karyawan harian lepas (KHL) atau karyawan dengan surat
perintah kerja lokal (SPKL). Jumlah staf dan non-staf dapat dilihat pada Tabel 2.
Keseluruhan jumlah karyawan yang dibutuhkan oleh suatu perkebunan harus
berdasarkan indeks tenaga kerja (ITK) standar. ITK Kebun SAH adalah 0.16 orang
per ha (Tabel 2), hal tersebut kurang sesuai dengan pernyataan Pahan (2006) bahwa
ITK standar yang dibutuhkan oleh perkebunan kelapa sawit yaitu 0.2 orang per ha.
Tabel 2 Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun SAH tahun 2013
Status karyawan
Jumlah (orang)
Karyawan staf
29
Karyawan non staf
Pegawai bulanan tetap
85
Karyawan harian tetap
269
Karyawan harian lepas
12
Total
395
Indeks tenaga kerja (orang per ha)
0.16
Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun SAH (2013)

10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi
yang tidak diinginkan. Gulma dapat menjadi pesaing bagi tanaman sehingga
keberadaannya dapat menyebabkan kerugian. Kerugian tersebut terjadi karena
dalam pertumbuhannya, gulma bersaing dengan tanaman kelapa sawit dalam
memperebutkan unsur hara, ruang, air dan cahaya. Keberadaan gulma harus
dikendalikan sehingga tetap berada di bawah batas ambang ekonomi. Pahan (2006)
menyatakan bahwa pengendalian gulma harus memperhatikan konsep ambang
ekonomi yaitu ketika kerugian yang ditimbulkan oleh gulma lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan untuk pengendaliannya.
Kebun SAH memiliki beberapa jenis gulma dominan yang tergolong dalam
jenis rumput-rumputan, jenis paku-pakuan dan jenis daun lebar. Jenis rumputrumputan yang dominan seperti Centotheca lappacea, Cynodon dactylon,
Axonopus sp. dan Eleusine indica. Jenis paku-pakuan yang dominan seperti
Neprolephis biserata, Stenochlaena palustris, Diterus arida, dan Gleichenia
linearis, namun gulma Neprolephis biserata juga menjadi inang alternatif untuk
mengendalikan hama ulat api (Setora nitens). Jenis daun lebar yang dominan seperti
Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Clidemia hirta, dan
Melastoma malabathricum.
Pengendalian gulma di Kebun SAH dilakukan dengan dua cara yaitu secara
manual dan kimia. Pengendalian gulma secara manual dibagi atas beberapa jenis
pekerjaan yaitu garuk piringan, babat gawangan, babat bahu jalan dan dongkel anak
kayu. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan alat
semprot controlled droplet application atau di pasaran lebih dikenal dengan nama
micron herby sprayer (MHS) dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra
low volume) (Gambar 1).

Gambar 1 Kegiatan pengendalian gulma menggunakan
micron herby sprayer
Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di piringan dan pasar
pikul adalah herbisida purna tumbuh sistemik dengan bahan aktif Isopropil Amina
Glyfosat. Dosis yang digunakan untuk aplikasi semprot herbisida menggunakan alat

11
MHS adalah 400 ml ha-1. Sebelum diaplikasikan, dilakukan pencampuran dengan
perbandingan 1:1. Pencampuran larutan herbisida dengan air bertujuan untuk
menghindari agar larutan tersebut tidak dapat dijual lagi. Selain itu, ditambahkan
juga metafuron (Methil Metsulfuron) dengan dosis 20 g ha-1. Campuran tersebut
kemudian dilarutkan lagi pada 6 200 ml air dan menghasilkan 7 liter larutan untuk
luasan semprot 1 ha serta waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aplikasi yaitu
40 menit ha-1.
Dosis glifosat dan metafuron dalam satu tangki MHS mempunyai rincian
untuk masing-masing penggunaan di piringan dan pasar pikul. Piringan disemprot
menggunakan dosis 250 ml ha-1 glifosat dan 12.5 g ha-1 metafuron sedangkan pada
pasar pikul disemprot menggunakan dosis 150 ml ha-1 glifosat dan 7.5 g ha-1.
Penyemprotan gulma di piringan dan pasar pikul dengan menggunakan MHS
dilakukan oleh tenaga kerja borongan atau SPKL yang terdiri dari 7 orang tenaga
kerja dan 1 orang mandor. Penyemprotan dilakukan blok per blok untuk semua
afdeling di Kebun SAH dengan standar kerja yang ditetapkan kebun sebesar 5 ha
HK-1 dengan upah Rp 12 500 ha-1 atau Rp 8 000 ha-1 untuk semprot piringan dan
Rp 4 500 ha-1 untuk semprot pasar pikul. Rotasi penyemprotan adalah tiga kali
dalam satu tahun.
Kendala-kendala yang dihadapi pada alat MHS adalah tetesan air sering
menyebabkan rusaknya sistem kelistrikan MHS dan metafuron sering menggumpal
dan menghambat nozel sehingga larutan herbisida sulit keluar.
Leaf Sampling Unit (LSU)
Leaf sampling unit (LSU) merupakan sistem pengambilan daun di lapangan
untuk mendukung kegiatan analisis unsur hara daun yang dilakukan di
laboratorium. Analisis daun tersebut merupakan salah satu alat untuk mengetahui
kebutuhan tanaman terhadap status unsur hara. Analisis daun yang akurat harus
ditunjang dengan sistem LSU yang tepat, jujur, benar dan teliti. Hasil LSU dan
analisis daun yang akurat akan memberikan rekomendasi pemupukan yang baik
sesuai kebutuhan tanaman kelapa sawit untuk tahun yang akan datang. Pemupukan
yang tepat dan sesuai akan memberikan unsur hara yang mampu memaksimalkan
produksi tanaman kelapa sawit. Hal tersebut menjadikan pengetahuan tenaga
pengamat dan sistem pengawasan yang benar mutlak diperlukan dalam LSU.
Kegiatan LSU harus dilaksanakan pada areal yang mempunyai kondisi yang
relatif seragam dalam umur tanaman (tahun tanam), tipe tanah, tindakan agronomis,
drainase, topografi dan bahan tanamnya. Pokok yang diambil daunnya sebagai
sample harus memenuhi persyaratan. Ciri-ciri pokok yang tidak memenuhi syarat
sebagai pokok contoh adalah:
a) Pokok yang terletak di pinggir jalan, rel kereta api, sungai, parit ataupun
perumahan.
b) Pokok sisipan.
c) Pokok kerdil.
d) Pokok steril.
e) Pokok yang terserang hama dan penyakit.
f) Pokok yang tumbuh miring ditanah datar.
g) Pokok yang pelepah ke 17 tidak ada atau rusak.
h) Pokok abnormal.

12
Jika pokok contoh terpilih tidak memenuhi syarat sebagai pokok contoh LSU
maka dilakukan pemindahan pokok di depannya. Perhitungan untuk pokok
selanjutnya tetap dihitung dari pokok yang asli tersebut.
Masing-masing blok diambil ± 30 pokok contoh. Pelaksanaan pengambilan
contoh daun dilakukan dengan sistem “perhitungan tertentu” tergantung luasan
blok, misalnya sistem 12 × 11, 12 × 10, 8 × 7 (baca: 12 (baris) × 11 (pokok) artinya
barisan yang dipilih setiap 12 baris, dan sebagai pokok contoh diambil setiap 11
pokok). Titik awal pelaksanaan LSU dimulai dari arah Barat-Utara. Pokok pertama
(permulaan hitungan) adalah pokok pada baris ke-3 dari arah Barat blok dan masuk
pada pokok ke-5 dari pinggir blok atau dari arah Utara blok. Pohon kedua mengikuti
baris ketiga tersebut setiap beberapa pokok tergantung sistem yang telah ditentukan.
Misalnya sistem 12 × 11, pokok kedua adalah 11 pokok setelah pokok contoh
pertama atau pohon ke-16 dari pinggir awal masuk. Pokok ketiga dan seterusnya
mengikuti cara seperti perhitungan pokok kedua hingga menembus jalan atau batas
blok. Perhitungan pokok masuk baris pengamatan kedua dan seterusnya dilanjutkan
hitungannya dari pokok sample pada baris sebelumnya.
Pengambilan contoh daun dilakukan oleh dua orang tenaga kerja. Seorang
pekerja memotong pelepah yang akan dijadikan contoh, sedangkan seorang lagi
mengambil contoh daun dan mengidentifikasi pokok sehat, gejala defisiensi unsur
hara (N, K, NK, Mg, Fe, B dan Cu), pokok sakit dan pokok dengan pelepah patah.
Kegiatan pengambilan contoh daun dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul
11.00 WIB dan apabila tidak memungkinkan maka dapat dilaksanakan hingga
pukul 12.00 WIB. Pokok contoh harus diberi tanda yang jelas dan nomor urut untuk
masing-masing LSU karena pokok yang sama akan dipakai untuk tahun berikutnya.
Tanda pohon yang biasa digunakan adalah tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda
masuk. Tanda panah ke samping ( ) sebagai tanda perpindahan baris. Nomor
pohon contoh ditulis angka, misal (15). Pelaksanaan LSU tidak boleh dilaksanakan
pada hari hujan > 20 mm, jika CH < 20 mm maka pengambilan contoh daun dapat
dilaksanakan setelah 1 jam hujan berhenti dengan syarat setelah titik hujan tidak
terlihat dipermukaan daun yang diambil.
Prosedur pengambilan contoh daun yaitu dengan memotong pelepah ke-17
(pelepah sampel yang mewakili penentuan kandungan unsur hara tanaman),
kemudian sampel daun diambil dari bagian tengah pelepah yaitu daun yang berada
pada posisi peralihan dari sisi tebal pelepah ke sisi runcing pelepah yang ditandai
dengan “ekor kadal” (Gambar 2).

Gambar 2 Bagian “ekor kadal” pelepah pokok kelapa sawit

13
Contoh daun yang diambil sebanyak 4 helai (2 helai sebelah kiri, 2 helai
sebelah kanan) ke arah pangkal pelepah di dekat “ekor kadal”. Daun dibagi menjadi
3 bagian yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Bagian tengah ± 15 cm diambil sebagai
sampel. Helaian daun yang telah dipisahkan dengan lidinya dimasukkan ke dalam
kantong plastik bersih dan diberi label. Sebelum daun diserahkan kepada petugas
pengeringan daun, daun harus dibersihkan atau dilap dan dimasukkan kedalam
plastik lagi beserta label dan form pendukung LSU.
Pemupukan Anorganik
Winarna et al. (2007) menyakatan bahwa perbaikan sifat fisik tanah dan
tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan antara lain dengan aplikasi bahan organik
(janjang kosong dan limbah cair), penanaman tanaman kacangan penutup tanah,
dan pemupukan yang berimbang. Pemupukan yang berimbang merupakan prinsip
penggunaan pupuk anorganik. Pupuk anorganik digunakan secara berimbang agar
tidak menimbulkan residu yang berbahaya untuk kelestarian lingkungan namun
tetap dapat digunakan oleh tanaman secara optimal.
Prinsip pemupukan yang berimbang untuk aplikasi pupuk anorganik
membuat kegiatan pemupukan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
Pengelolaan sumber daya yang ada harus diatur sebaik mungkin. Kegiatan
pemupukan diawali dengan perancanaan seperti menentukan jenis dan dosis pupuk
yang akan diaplikasikan, waktu aplikasi pupuk, peralatan dan perlengkapan kerja
yang digunakan, kebutuhan tenaga kerja, kesiapan lahan yang akan dipupuk, serta
kelengkapan administrasi. Prinsip ini sering disebut prinsip 4 tepat (tepat jenis, tepat
dosis, tepat waktu, dan tepat cara). Jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan
merupakan hasil rekomendasi dari First Resources Research and Development.
Rekomendasi tersebut berdasarkan hasil analisia kimia daun, status hara tanah,
curah hujan dan evaluasi produksi.
Kegiatan pemupukan yang dipelajari dan dilaksanakan adalah kegiatan
pemupukan Urea, Kiesrite dan Rock phosphat (RPH) untuk pemupukan dengan
unsur hara makro serta infus akar (FeSO4) untuk pemupukan dengan unsur hara
mikro. Pemupukan RPH dan Kiesrite dilakukan dalam jangka waktu satu tahun
sekali aplikasi, sedangkan pupuk Urea dilakukan dua kali selama satu tahun. RPH
memiliki kandungan P2O5 sebesar 29-30% dan CaO sebesar 45%. Urea memiliki
kandungan N sebesar 46%, sedangkan Kiesrite memiliki kandungan MgO sebesar
28% dan S sebesar 21%. Dosis pupuk yang digunakan di Kebun SAH adalah 1.75
kg RPH per pokok, 1.5 kg Urea per pokok dan 1.5 kg Kiesrite per pokok serta
dikemas dalam sebuah karung. Pengemasan ini disebut penguntilan sedangkan
karung yang berisi pupuk disebut untilan.
Penguntilan bertujuan untuk memudahkan tenaga pemupuk untuk melakukan
tugasnya, pupuk yang diberikan agar tepat dosis dan menghindari pencurian dalam
pembagian pupuk. Penguntilan dilaksanakan satu hari sebelum aplikasi pupuk
dilaksanakan (Gambar 3). Sebelum pemupukan dilaksanakan untilan diambil dari
gudang pupuk dan diecer di pasar koleksi blok tersebut. Tempat pengeceran
tersebut dinamakan supply point. Setelah berada di supply point pupuk dilangsir ke
dalam blok tersebut. Setiap untilan pupuk diatur untuk enam pokok sehingga dalam
satu untilan berisi 10.5 kg RPH, 9 kg Urea dan 9 kg Kiesrite.

14

Gambar 3 Kegiatan penguntilan di gudang pupuk.
Pupuk yang telah berada di dalam blok tersebut akan ditabur oleh tenaga
pemupuk dengan cara menaburkan di areal piringan sejauh 1−2 meter dari pokok
tersebut. Penaburan pupuk harus menggunakan prinsip 3M (merata, melebar dan
menipis) serta harus membentuk huruf U membelakangi gawangan mati (U-shape).
Kegiatan pelangsiran, pengeceran dan penaburan pupuk terdiri dari 6−9 pekerja
dengan standar kerja mencapai 8 ha per HK.
Aplikasi pupuk Urea, Kiesrite, dan Rock phosphat (RPH) ditabur berbentuk
U-shape dengan tujuan untuk mendapatkan akar yang paling berpotensial untuk
menyerang pupuk tersebut. Akar potensial atau akar aktif ini berada pada daerah
yang jarang terdapat aktivitas manusia diatasnya. Penaburan berbentuk U-shape
dimaksudkan untuk menghindari penaburan di pasar pikul. Pasar pikul merupakan
daerah yang sangat sering terdapat aktivitas manusia diatasnya sehingga
menyebabkan tanah sering terinjak dan akar tidak dapat berkembang dengan baik
menjadi akar aktif. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemupukan adalah cuaca
hujan sehingga tidak dapat melakukan pemupukan, alat pelindung diri (APD) yang
kurang lengkap seperti masker dan kacamata dan penguntilan pupuk yang kurang
pas serta alat penabur pupuk (mangkok) yang tidak ada takarannya sehingga
dosisnya menjadi tidak sesuai.
Infus akar adalah metode pemupukan anorganik yang bertujuan untuk
mengurangi dan menghilangkan defisiensi unsur hara Fe pada tanaman kelapa
sawit. Prinsip kerja yang digunakan dalam infus akar adalah mencari akar aktif
tanaman kelapa sawit kemudian menambahkan bahan FeSO4 yang sudah dilarutkan
dengan asam sitrat dan air sesuai dengan dosisnya pada akar tersebut. Pedoman
pada pencampuran pupuk ini adalah 1 kg FeSO4 ditambahkan 0.066 kg asam sitrat
dan 2.5 liter air akan menghasilkan 3 liter larutan pupuk.
Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara Fe (Gambar 4)
ditandai dengan ciri-ciri daun muda berwarna hijau kekuningan untuk defisiensi
ringan dan akan terus menguning apabila tingkat defisinensi semakin berat
kemudian patah dari pangkal pelepah daun muda tersebut. Tindakan dalam
mengurangi defisiensi Fe diberikan larutan FeSO4 yang sudah dicampur dengan
asam sitrat dan air dengan dosis 60 ml per pohon (20 g FeSO4) untuk defisiensi
ringan, 120 ml per pokok (40 g FeSO4) untuk defisiensi sedang dan 180 ml per
pohon (60 g FeSO4) untuk defisiensi berat. Alat dan bahan dalam yang digunakan
dalam infus akar adalah dodos kecil, plastik, karet, dan larutan FeSO4.

15

Gambar 4 Pokok sawit dengan gejala defisiensi Fe tingkat berat
Sebelum aplikasi infus akar, seorang pemupuk menuliskan terlebih dahulu
kode status defisiensi di pokok tersebut.
1. Defisiensi kelas ringan
= Fe R tanggal-bulan-tahun
2. Defisiensi kelas sedang
= Fe S tanggal-bulan-tahun
3. Defisiensi kelas berat
= Fe B tanggal-bulan-tahun
Akar aktif dicari menggunakan dodos kecil lalu akar aktif tersebut dibungkus
dengan plastik dan ditambahkan larutan FeSO4 (Gambar 5). Plastik yang digunakan
untuk aplikasi infus akar adalah plastik es lilin. Plastik tersebut mampu
memudahkan kegiatan ini karena dalam satu plastik dapat menampung larutan
sebanyak 60 ml. Jadi, dalam aplikasinya, tenaga pemupuk tidak perlu mengukur
ulang volume larutan. Cara kerja yang digunakan yaitu apabila defisiensi Fe pokok
dalam status ringan maka hanya perlu satu plastik es lilin, defisiensi sedang
membutuhkan dua plastik dan defisiensi berat membutuhkan tiga plastik.
Tenaga kerja infus akar berstatus SPKL dan dipimpin oleh seorang mandor.
Tenaga kerja ini menggunakan sistem upah sesuai status defisiensi pokok tersebut.
1. Defisiensi ringan
= Rp. 700 per pokok
2. Defisiensi sedang
= Rp. 800 per pokok
3. Defisiensi berat
= Rp. 900 per pokok
Kendala dalam infus akar diantaranya adalah menemukan akar aktif, terutama
tanaman kelapa sawit yang terletak di sebelah parit atau jalan yang tidak rata
sehingga akar aktif sulit dicari. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang
sangat berpengaruh terhadap kelestarian tanaman hingga administrasi perusahaan.
Kegiatan ini hampir menyerap 40-60% biaya pengeluaran selama tanaman tersebut
dibudidayakan.

Gambar 5 Kegiatan infus akar

16
Penunasan (Pruning)
Pekerjaan penunasan adalah pengelolaan jumlah pelepah (canopy
management) di perkebunan kelapa sawit. Prinsip penunasan adalah satu sistem
pengelolaan pelepah tanaman kelapa sawit sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan kerugian terutama dalam memenuhi kebutuhan sinar matahari untuk
tanaman dalam pelaksanaan panen

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Indeks Keragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) di Kebun Rambutan

1 58 50

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 26 52

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Tambusai PT. Panca Surya Agrindo, First Resources Ltd., Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

0 11 125

Manajemen Tenaga Kerja Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Perdana Intisawit Perkasa, Kebun SEI Air Hitam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

1 17 156

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Intisawit Perkasa, Rokan Hulu, Riau

1 3 53

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, First Resources Ltd., Riau

1 7 54

Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Sei Air Hitam, Pt. Perdana Intisawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau

2 17 58