Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di Pasar ASEAN

(1)

ANALISIS DAYA SAING DAN PERMINTAAN

PARIWISATA INDONESIA DI PASAR ASEAN

ANINDITA SITA DEWI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di Pasar ASEAN adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Anindita Sita Dewi


(3)

ABSTRAK

ANINDITA SITA DEWI. Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di Pasar ASEAN. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pencipta lapangan kerja. Perkembangan perdagangan jasa pariwisata Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan yang berfluktuasi, dengan nilai lebih rendah dari beberapa negara ASEAN lainnya. Padahal, ASEAN merupakan pangsa pasar utama pariwisata Indonesia. Penelitian ini menganalisis daya saing pariwisata Indonesia di pasar ASEAN dengan analisis RCA, serta faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata Indonesia dari negara-negara ASEAN untuk periode 2000 sampai 2011 dengan metode panel data statis. Hasil analisis menunjukkan keunggulan komparatif ekspor jasa pariwisata Indonesia terus mengalami penurunan dan berada di urutan keenam dari sepuluh negara ASEAN. Adapun faktor yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan pariwisata adalah jumlah permintaan tahun sebelumnya, pendapatan negara asal, harga relatif, serta jumlah akomodasi dan infrastruktur di negara tujuan.

Kata Kunci: permintaan pariwisata, panel data, daya saing

ABSTRACT

ANINDITA SITA DEWI. Indonesian Tourism Competitivenes and Demand in ASEAN Market. Supervised by TANTI NOVIANTI.

Tourism sector holds an important role in Indonesian economy, both as an external income source and as vocations for local labor. The development of Indonesian tourism service trade has a fluctuating growth which is lower than some other ASEAN countries, whereas ASEAN is the biggest market segment for Indonesian tourism. This paper studies the tourism competitivenes index from each ASEAN countries using RCA analysis, and analyze factors influencing international tourism demand in Indonesia from ASEAN countries for the period 2000 until 2011 using a static panel data method. The result shows that Indonesian comparative advantage on tourism has a decreasing scale and rank sixth from ten countries. While tourism demand is significantly influenced by the number of tourism demand from the previous year, income of the origin country, relative price, accommodation in the destination country, and infrastructure in the destination country.


(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS DAYA SAING DAN PERMINTAAN

PARIWISATA INDONESIA DI PASAR ASEAN

ANINDITA SITA DEWI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di Pasar ASEAN

Nama : Anindita Sita Dewi

NIM : H14090010

Disetujui oleh

Tanti Novianti, M.Si. Pembimbing

Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. Ketua Departemen


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala berkah dan karunia yang diberikan sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang diambil dalam penelitian ini adalah perdagangan jasa pariwisata, dengan judul Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di Pasar ASEAN.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Tanti Novianti, M.Si. selaku dosen pembimbing, Widyastutik, M.Si. dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si. selaku dosen penguji, serta seluruh dosen Departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah banyak memberi pengetahuan dan masukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Djoko Sukrisno Riyanto, M.Sc., Ir. Asri Handayani Dewi, Ir. Bambang Irianto, Ir. Avianti Dwiantari, dan Ir. Tantri Wulandari M.M. yang telah banyak memberi saran, serta teman-teman IPB, khususnya Lintang Satrio, Aryanti Utami, Mayda Tyastika, dan Desi Irianty yang telah membantu dan memberi dukungan selama proses penulisan skripsi. Tidak lupa terima kasih disampaikan kepada seluruh keluarga besar atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pihak-pihak lain.

Bogor, Mei 2013 Anindita Sita Dewi


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DATAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 9

Ruang Lingkup Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 9

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis 16

METODE PENELITIAN 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Analisis 16

Revealed Comparative Advantage (RCA) 17

Data Panel 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Kondisi Umum Pariwisata Indonesia 23

Analisis Keunggulan Komparatif Pariwisata Indonesia 29 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemintaan Pariwisata Indonesia 31

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 41


(8)

DAFTAR TABEL

1. Nilai, pertumbuhan, dan urutan sumbangan devisa dari sektor pariwisata terhadap pendapatan negara Indonesia tahun

2004-2011 1

2. Kontibusi sektor pariwisata terhadap indikator-indikator makro

ekonomi Indonesia Tahun 2006-2010 2

3. Jumlah dan urutan pangsa pasar pariwisata Indonesia dari

negara-negara ASEAN dalam pasar dunia tahun 2006-2011 5 4. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara intra-ASEAN

berdasarkan negara tujuan tahun 2004-2009 6

5. Urutan daya saing pariwisata negara-negara ASEAN berdasarkan

TTCI 6

6. Rangkuman metode dan variabel dalam penelitian terdahulu 12 7. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia

berdasarkan tujuan kedatangan tahun 2006-2010 25 8. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara berdasarkan pintu

masuk tahun 2007-2011 26

9. Profil wisatawan mancanegara di Indonesia tahun 2006-2010 27 10. Rata-rata pengeluaran dan lama kunjungan wisatawan

mancanegara di Indonesia tahun 2006-2010 28

11. Presentase jenis pengeluaran wisatawan mancanegara di

Indonesia tahun 2006-2010 28

12. Indeks RCA untuk ekspor jasa pariwisata negara-negara ASEAN

6 tahun 2000-2011 30

13. Hasil estimasi model data panel dengan pendekatan fixed effect 32 14. Skor dan urutan indeks pariwisata Indonesia dalam 14 pilar TTCI

2011 34

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara

di Indonesia Tahun 1990-2011 3

2. Persentase pangsa pasar pariwisata Indonesia berdasarkan

wilayah negara asal tahun 2011 4

3. Grafik tingkat pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan

mancanegara di Indonesia tahun 2000-2011 7

4. Kerangka pemikiran 15

5. Alur analisis data panel 18

6. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Statistik deskriptif variabel yang digunakan 41

2. Hasil Uji Chow 41

3. Hasil Uji Normalitas 41

4. Korelasi antar variabel 42

5. Hasil estimasi data panel 42

6. Data variabel terikat dan variabel bebas 43


(10)

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Aktivitas perdagangan jasa pariwisata telah memberikan sumbangan besar bagi pendapatan negara, terutama melalui penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara (selanjutnya disebut wisman) dan melalui perluasan kesempatan kerja. Dalam dua dekade terakhir, pertumbuhan pariwisata di dunia maju dengan pesat. Berdasarkan studi oleh World Travel and Tourism Council, sektor pariwisata yang meliputi industri akomodasi, restoran, objek wisata, angkutan, dan jasa-jasa perjalanan wisata telah menjadi industri terbesar dunia dan pencipta lapangan kerja yang besar. Industri pariwisata di seluruh dunia diperkirakan menyumbang 3.8 triliun US$ kepada produk bruto dunia dengan 262 juta lapangan kerja pada tahun 1997. Dalam satu dekade, angka tersebut tumbuh menjadi 7.1 triliun US$ dengan 383 juta lapangan kerja. Pertumbuhan pariwisata meningkat hampir dua kali lipat lebih cepat dari produk bruto dunia (Pratomo 2009).

Di Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap perolehan devisa negara. Aktivitas pariwisata merupakan salah satu bentuk ekspor perdagangan jasa, dimana sektor pariwisata merupakan satu-satunya sektor yang secara konstan memberikan kontribusi positif dalam neraca perdagangan jasa Indonesia (Lumaksono et al. 2012). Sektor pariwisata juga merupakan satu-satunya sektor jasa yang termasuk dalam sepuluh komoditas ekspor dengan kontribusi terbesar terhadap penerimaan devisa negara. Komoditas ekspor unggulan lainnya adalah minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, karet olahan, pakaian jadi, alat listrik, tekstil, kertas dan barang dari kertas, makanan olahan, dan bahan kimia (Kemenparekraf 2012).

Dalam Tabel 1 disajikan nilai dan pertumbuhan devisa dari sektor pariwisata, serta urutannya dibandingkan sektor-sektor penghasil devisa tertinggi lainnya di Indonesia untuk tahun 2004 sampai 2010.

Tabel 1. Nilai, Pertumbuhan, dan Urutan Sumbangan Devisa dari Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Negara Indonesia Tahun 2004-2011 Tahun Nilai Devisa

(juta US$)

Pertumbuhan (%)

Urutan

2004 4797.88 18.85 2

2005 4521.90 - 5.75 3

2006 4447.98 - 1.63 6

2007 5345.98 20.19 5

2008 7347.60 37.44 4

2009 6297.99 - 14.29 3

2010 7603.45 20.73 4

2011 8554.00 12.50 5


(12)

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa sumbangan devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2004 sampai 2011 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004, sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa tertinggi kedua setelah minyak dan gas bumi yang menyumbangkan 15587.50 juta US$. Namun, pada tahun 2005 dan 2006, nilai devisa mengalami penurunan. Menurut Prabowo (2009), penurunan tersebut disebabkan adanya ancaman bom Bali dan kenaikan harga BBM di Indonesia yang menurunkan jumlah kedatangan wisatawan. Pada tahun 2007 dan 2008, devisa dan urutan dari sektor pariwisata mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, setelah terjadinya krisis global, nilai devisa menurun, tetapi urutannya meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata mampu bertahan walaupun dalam kondisi krisis ekonomi. Pada tahun 2010 dan 2011, terjadi penurunan dalam urutan penghasil devisa, tetapi mengalami peningkatan pada nilai sumbangan devisa.

Selain sebagai penghasil devisa, sektor pariwisata juga berkontribusi pada beberapa indikator makro ekonomi di suatu negara. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf 2012), sektor pariwisata berpengaruh terhadap lima indikator makro ekonomi, yaitu: produksi barang yang berkontribusi terhadap jumlah produksi nasional; nilai tambah sektoral yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB); upah dan gaji yang berkontribusi terhadap tingkat upah nasional; penciptaan pajak yang berkontribusi terhadap total pajak nasional; dan penciptaan kesempatan kerja yang berkontribusi terhadap jumlah lapangan kerja nasional.

Sektor pariwisata mampu memberikan dampak berganda (multiplier effect) pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena pada setiap kunjungan wisatawan, konsumsi yang dilakukan tidak hanya tertuju pada satu industri saja, melainkan kepada seluruh industri barang dan jasa yang dinikmatinya selama berada di daerah tujuan (Andriansyah 2008). Tabel 2 menunjukkan kontribusi sektor pariwisata terhadap indikator-indikator makro ekonomi di Indonesia. Tabel 2. Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Indikator-indikator Makro

Ekonomi Indonesia Tahun 2006-2010

Indikator Ekonomi Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Nilai (Triliun Rp) Persentase (%) Produksi Nasional 306.50

(4.62%) 362.10 (4.62%) 499.67 (5.06%) 504.69 (4.79%) 565.15 (4.73%)

PDB 143.62

(4.30%) 167.67 (4.29%) 232.93 (4.70%) 233.64 (4.16%) 261.06 (4.06%) Total Upah 45.63

(4.44%) 53.88 (4.43%) 75.45 (4.97%) 75.49 (4.70%) 84.80 (4.63%)

Pajak 5.40

(4.12%) 6.31 (4.09%) 8.41 (4.32%) 8.36 (4.19%) 9.35 (4.13%) Nilai (juta Orang)

Persentase (%) Lapangan Kerja 4.44

(4.65%) 5.22 (5.22%) 7.02 (6.84%) 6.98 (6.68%) 7.44 (6.87%)


(13)

Berdasarkan data pada Tabel 2, terlihat bahwa kontribusi sektor pariwisata paling tinggi adalah dalam penciptaan lapangan kerja, dimana nilai dan persentasenya mengalami peningkatan antar tahun. Sedangkan, kontribusi terhadap indikator makro ekonomi lainnya relatif stagnan walaupun dengan nilai yang meningkat setiap tahun. Besarnya sumbangan sektor pariwisata terhadap devisa negara dan indikator-indikator makro ekonomi terutama dipengaruhi besarnya permintaan pada sektor pariwisata itu sendiri. Grafik pertumbuhan permintaan pariwisata Indonesia, yang digambarkan oleh jumlah kedatangan wisman, disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 1990-2011

Sumber: BPS (2012)

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa permintaan pariwisata Indonesia memiliki tren positif. Sejak tahun 1990 sampai 1997, permintaan pariwisata Indonesia terus mengalami pertumbuhan positif. Pada pertengahan tahun 1997 sampai 1998, sempat terjadi penurunan permintaan akibat krisis moneter di Indonesia yang menganggu stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan di wilayah Indonesia. Penurunan permintaan juga terjadi pada tahun 2003, 2005, dan 2006 akibat adanya ancaman teror bom Bali. Hal tersebut menurunkan keinginan wisman untuk datang ke Indonesia. Namun, sejak tahun 2007 sampai 2011, permintaan pariwisata kembali mengalami pertumbuhan positif. Bahkan, pada tahun 2011, pertumbuhan pariwisata Indonesia menghasilkan devisa yang meningkat sebesar 11.8 persen, dimana kenaikan ini melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di level 6.5 persen dan pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya berkisar 4.5 persen (Kemenparekraf 2012).

Sektor pariwisata, seperti halnya sektor perekonomian lainnya, memiliki peluang besar untuk semakin berkembang dengan adanya liberalisasi. Hal tersebut terjadi karena semakin mudahnya akses sarana transportasi antarnegara, semakin terbukanya penduduk melakukan perjalanan ke luar negeri, meningkatnya volume perdagangan internasional, dan masuk serta keluarnya investasi dari atau ke luar negeri. Maka, peranan sektor pariwisata akan semakin bertambah penting dalam era globalisasi (Lumaksono et al. 2012).

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 19 90 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 Ju m lah Wi sm an Tahun Jumlah Wisman


(14)

Dalam wilayah regional ASEAN, sektor pariwisata termasuk dalam dua belas sektor prioritas liberalisasi dalam rangka tercapainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. MEA merupakan suatu bentuk integrasi ekonomi regional yang terutama bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota dan memperkuat daya saing ekonomi kawasan menghadapi persaingan dari negara lainnya. Sektor pariwisata merupakan satu dari lima sektor jasa yang termasuk dalam prioritas liberalisasi, dimana liberalisasi jasa berarti dibukanya sektor dan subsektor jasa dengan menghilangkan hambatan akses pasar dan menerapkan perlakuan nasional (Winantyo et al. 2008).

Menurut Pangestu (2012), dalam rangka liberalisasi pariwisata, pemerintah negara-negara ASEAN sepakat akan mempermudah konektivitas antar negara ASEAN, salah satunya adalah melalui program ASEAN Framework Agreement for Visa Exemption yang memungkinkan adanya pelonggaran persyaratan pembuatan visa bagi warga ASEAN. Program ini akan mendorong peningkatan konsumsi pariwisata antar negara ASEAN. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pariwisata Indonesia, karena pangsa pasar pariwisata Indonesia paling banyak berasal dari negara ASEAN.

Pada tahun 2011, pangsa pasar pariwisata Indonesia dari negara-negara ASEAN mencapai 3284664 orang atau sebesar 43 persen. Pangsa pasar terbesar kedua adalah dari negara-negara di Asia Pasifik, tidak termasuk ASEAN, yang mencapai 2814616 orang atau 37 persen, didominasi oleh wisman dari Australia, Cina, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pangsa pasar terbesar ketiga adalah negara-negara Eropa yang mencapai 1045865 orang atau 14 persen, terutama yang berasal dari Inggris, Belanda, Perancis, dan Jerman. Negara-negara Amerika baru mencapai 4 persen dari total pangsa pasar atau sebanyak 297061 orang, yang didominasi oleh wisman Amerika Serikat. Negara-negara di Timur Tengah hanya mencapai 2 persen dari total pangsa pasar atau sebanyak 17885 orang. Sedangkan, wisman dari negara-negara di Afrika masih jarang ditemui, persentasenya hanya berkisar 0.4 persen dengan jumlah 31640 orang (BPS 2012). Gambar 2 menyajikan diagram persentase pangsa pasar pariwisata Indonesia berdasarkan wilayah regional negara asal pada tahun 2011.

Gambar 2. Persentase Pangsa Pasar Pariwisata Indonesia Berdasarkan Wilayah Negara Asal Tahun 2011

Sumber: BPS (2012)

4%

14%

2% 0%

43% 37%

Amerika

Eropa

Timur Tengah

Afrika

ASEAN


(15)

Negara-negara ASEAN menjadi pangsa pasar utama pariwisata Indonesia terutama disebabkan adanya kedekatan historis dan geografis, kemudahan keluar dan masuk wilayah, kekuatan mata uang, serta biaya perjalanan yang rendah. (Pratomo 2009). Berkembangnya industri penerbangan Low-Cost Carrier (LCC) menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan pariwisata antar negara dari segi penyediaan perjalanan berbiaya rendah. Industri penerbangan LCC menjalankan usaha yang berdasarkan sistem manajemen yang sederhana dan biaya operasi yang rendah dengan memfokuskan rute penerbangan jarak dekat. Berkembangnya LCC akan berdampak pada meningkatnya frekuensi penerbangan dan menurunnya biaya perjalanan, sehingga akan meningkatkan transportasi penduduk antar negara (Rey, B. et al. 2012).

Singapura dan Malaysia telah bertahun-tahun menjadi pangsa pasar terbesar pariwisata Indonesia. Philipina, Thailand, Brunei Darussalam, dan Vietnam belum menjadi pangsa pasar utama, tetapi termasuk pangsa pasar potensial. Sedangkan, Myanmar, Kamboja, dan Laos masing-masing masih sangat kecil pangsa pasarnya. Pada Tabel 3 disajikan jumlah serta urutan pangsa pasar pariwisata Indonesia dari negara-negara ASEAN dalam pasar dunia.

Tabel 3. Jumlah dan Urutan Pangsa Pasar Pariwisata Indonesia dari Negara-Negara ASEAN dalam Pasar Dunia Tahun 2006-2011

Negara Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah (orang) Urutan dalam pasar dunia

Singapura 1401804 1352412 1397056 1272862 1373126 1505588

(1) (1) (1) (1) (1) (1)

Malaysia 769988 891353 1117454 1179366 1277476 1302237

(2) (2) (2) (2) (2) (2)

Philipina 74982 137317 159003 162463 189486 223779

(14) (9) (9) (10) (9) (7)

Thailand 42155 68050 76842 109547 123825 141771

(19) (18) (17) (16) (16) (16)

Brunei Darussalam

8965 11209 12134 15709 39063 48193

(37) (34) (35) (35) (23) (22)

Vietnam 9229 9754 12215 14456 28196 36917

(36) (36) (34) (36) (28) (25)

ASEAN Lainnya

21222 19981 19903 18281 21113 26179

(30) (30) (30) (32) (32) (31)

Sumber: BPS (2012), (diolah)

Penerapan liberalisasi pariwisata antar negara ASEAN, selain akan meningkatkan potensi pangsa pasar, juga akan meningkatkan persaingan. Sama seperti Indonesia, negara-negara ASEAN lainnya juga menjadikan ASEAN sebagai pangsa pasar utama pariwisata di negaranya masing-masing. Pariwisata intra-ASEAN paling banyak dikuasai oleh Malaysia dengan nilai share 59.1 persen pada tahun 2009. Thailand dan Singapura masing-masing memegang share 12.9 persen dan 11.7 persen. Sedangkan, Indonesia hanya memegang share 5.1 persen (ASEAN Statistival Yearbook 2010). Pada Tabel 4 disajikan data jumlah kedatangan wisatawan mancanegara intra-ASEAN berdasarkan negara tujuan.


(16)

Tabel 4. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara Intra-ASEAN Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2004-2009

Negara Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah (ribu)

Malaysia 12282 12985 13857 15620 16637 18386

Thailand 2937 3100 3556 3756 4125 4008

Singapura 3099 3341 3556 3725 2571 3651

Indonesia 2413 2038 2307 1523 2775 1582

Laos 639 794 892 1273 1286 1611

Vietnam 330 470 572 661 516 319

Philipina 149 179 203 236 254 256

Kamboja 183 220 328 410 552 693

Brunei Darussalam 78 76 69 85 98 78

Myanmar 62 52 57 53 463 524

Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2010

Pada Tabel 4 terlihat bahwa tujuan utama wisman dalam pasar intra-ASEAN adalah pariwisata Malaysia. Jumlah kedatangan wisman ke Indonesia lebih rendah daripada Malaysia, Thailand, dan Singapura. Hal ini mengindikasikan bahwa daya saing pariwisata Indonesia dalam pasar ASEAN belum maksimal.

Dalam pasar dunia, daya saing pariwisata Indonesia juga masih tergolong rendah. Menurut World Economic Forum, berdasarkan The Travel & Tourism Competitive Index (TTCI) yang dikeluarkan sejak tahun 2007, daya saing pariwisata Indonesia berada di urutan ke-74 dari 139 negara pada tahun 2011. Urutan tersebut meningkat dari tahun 2009 yang berada di urutan ke-81 dan tahun 2008 di urutan ke-80. Berdasarkan penilaian terhadap variabel kerangka regulasi, infrastruktur dan lingkungan bisnis, serta sumber daya alam, budaya, dan manusia, posisi daya saing Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan Singapura di posisi ke-10, Malaysia di posisi ke-35, dan Thailand di posisi ke-39 Urutan daya saing pariwisata negara-negara ASEAN dalam pasar regional Asia Pasifik dan pasar dunia disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5.Urutan Daya Saing Pariwisata Negara-negara ASEAN Berdasarkan TTCI Negara

2011 2009

Urutan dalam pasar

regional

Urutan dalam pasar

dunia

Urutan dalam pasar

regional

Urutan dalam pasar

dunia

Singapura 1 10 2 10

Malaysia 7 35 7 32

Thailand 10 41 8 39

Brunei Darussalam 11 67 12 69

Indonesia 13 74 15 81

Vietnam 14 80 16 86

Philipina 18 94 17 89

Kamboja 21 109 21 108


(17)

Mengingat pentingnya peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian negara, kajian mengenai perdagangan jasa pariwisata menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Dalam rangka mengembangkan pariwisata, diperlukan program yang terarah dan tepat untuk meningkatkan jumlah kedatangan wisman ke Indonesia. Analisis daya saing pariwisata Indonesia dapat menunjukkan potensi yang dimiliki oleh Indonesia untuk mengembangkan sektor pariwisata. Setelah mengetahui keunggulan yang dimiliki, diperlukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata internasional Indonesia untuk menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan permintaan tersebut.

Perumusan Masalah

Besarnya peranan sektor pariwisata dalam perekonomian menuntut pertumbuhan yang positif dari perdagangan pariwisata, khususnya pariwisata internasional yang mendatangkan devisa. Permintaan pariwisata Indonesia memiliki tren yang positif, tetapi dengan tingkat pertumbuhan yang berfluktuasi. Bahkan, pada periode 1998, 2003, 2004, 2005, dan 2006, sektor pariwisata memiliki pertumbuhan yang negatif. Setelah tahun 2000, pertumbuhan sektor pariwisata memiliki fluktuasi yang tinggi dan seringkali negatif, padahal pada periode tersebut telah berkembang jasa penerbangan LCC yang meningkatkan frekuensi dan akses transportasi antar negara. Pada Gambar 3 disajikan grafik tingkat pertumbuhan jumlah kedatangan wisman ke Indonesia tahun 2000-2011.

Gambar 3. Grafik Tingkat Pertumbuhan Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 2000-2011

Sumber: BPS (2012), (diolah)

Berdasrkan Gambar 3, dapat terlihat grafik tingkat pertumbuhan pariwisata Indonesia yang berfluktuasi. Tingkat pertumbuhan yang berfluktuasi dapat mengindikasikan belum terdapat program atau kebijakan yang tepat dan sesuai untuk mengembangkan perdagangan sektor pariwisata. Untuk mengembangkan pariwisata, diperlukan informasi mengenai kondisi pariwisata yang mencakup variabel-variabel penting, seperti profil wisman, fasilitas yang banyak digunakan wisman, serta fasilitas yang ditawarkan di Indonesia. Hal lain yang cukup penting diteliti adalah pola konsumsi wisman selama perjalanan wisata serta jumlah uang yang dibelanjakan untuk keperluan akomodasi, makanan dan minuman, membeli

-20 -10 0 10 20 30

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ti

n

g

kat

Per

tu

m

b

u

h

an

Tahun


(18)

cinderamata, transportasi lokal, paket wisata lokal, hiburan, dan sebagainya (Retiyono 2006).

Pariwisata Indonesia, seperti telah disinggung sebelumnya, menghadapi persaingan yang tinggi di pasar ASEAN. Saat ini, dalam pasar intra-ASEAN, permintaan pariwisata Indonesia belum menunjukkan performa yang maksimal. Tingkat daya saing kompetitif pariwisata Indonesia berdasarkan TTCI 2011 berada di posisi ke-74 dari 139 negara di dunia dengan skor 4.00, sedangkan Singapura berada di posisi 10 dengan skor 5.23, Malaysia berada di posisi ke-35 dengan skor 4.59, Thailand berada di posisi ke-41 dengan skor 4.47, dan Brunei Darussalam berada di posisi ke-67 dengan skor 4.07.

Daya saing kompetitif pariwisata Indonesia tergolong rendah, padahal Indonesia memiliki daya tarik pariwisata yang tinggi, seperti kekayaan wisata alam dan budaya. Namun, Indonesia masih memiliki peluang untuk memfokuskan ekspor pariwisata di pasar ASEAN jika Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Maka, perlu dilakukan analisis keunggulan komparatif pariwisata Indonesia yang dibandingkan dengan negara-negara lainnya di pasar ASEAN.

Jumlah kedatangan wisman ke Indonesia memang memiliki pertumbuhan positif sejak tahun 2007, tetapi pertumbuhan tersebut belum mampu membuat sektor pariwisata Indonesia sebagai sektor yang unggul di pasar dunia maupun di pasar ASEAN. Pertumbuhan jumlah kedatangan wisman ke Indonesia tahun 2011 yang mencapai 8.5 persen masih berada di bawah pertumbuhan jumlah kedatangan wisman ke Thailand dengan pertumbuhan 19.8 persen, Vietnam dengan pertumbuhan 19.1 persen, Kamboja dengan pertumbuhan 14.9 persen, Singapura dengan pertumbuhan 13.2 persen, Brunei Darussalam dengan pertumbuhan 13.0 persen, dan Philipina dengan pertumbuhan 11.3 persen (ASEAN Statistical Leaflet 2012). Maka, diperlukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata Indonesia dari negara-negara ASEAN yang merupakan pangsa pasar utama dan potensial. Analisis yang dilakukan harus melibatkan faktor pendorong dari sisi permintaan wisman, faktor penarik dari sisi penawaran di negara tujuan, serta kondisi perekonomian secara umum yang memengaruhi aktivitas pariwisata.

Dari penjabaran tersebut, perumusan masalah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi umum pariwisata Indonesia?

2. Bagaimana kondisi daya saing pariwisata Indonesia di pasar ASEAN? 3. Faktor-faktor apa yang memengaruhi permintaan pariwisata Indonesia

dari negara-negara ASEAN?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kondisi umum pariwisata Indonesia.

2. Menganalisis keunggulan komparatif pariwisata Indonesia di pasar ASEAN tahun 2000-2011.

3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata Indonesia dari negara-negara ASEAN tahun 2000-2011.


(19)

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan masukan untuk perumusan kebijakan maupun program dalam rangka mengembangkan perdagangan jasa pariwisata Indonesia.

- Bagi pelaku industri pariwisata, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan kinerja industri pariwisata.

- Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian dapat menambah wawasan serta informasi mengenai pariwisata Indonesia, dan dapat dijadikan sumber acuan untuk penelitian lebih lanjut.

- Bagi penulis, diharapkan penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman sehingga mampu mengusulkan masukan maupun solusi untuk permasalahan perdagangan pariwisata yang dihadapi Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya membahas perdagangan jasa pariwisata internasional yang termasuk dalam moda 2, yaitu konsumsi luar negeri (consumption abroad), dimana terjadi penyediaan jasa di dalam suatu wilayah negara untuk melayani konsumen dari negara lainnya (Siregar 2008). Permintaan pariwisata dihitung berdasarkan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia (inbound tourism). Ruang lingkup penelitian adalah perdagangan pariwisata Indonesia dengan negara-negara ASEAN yang diwakili oleh Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina, dan Brunei Darussalam untuk periode 2000 sampai 2011. Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja tidak dimasukan dalam penelitian karena persentase kedatangan wisman dari masing-masing negara tersebut kecil dan tidak tersedia data yang lengkap. Periode 2000 sampai 2011 dipilih untuk menangkap efek dari munculnya jasa penerbangan LCC yang meningkatkan transportasi antar negara sejak tahun 2000, dan menghilangkan efek dari krisis moneter 1997 di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan pariwisata internasional adalah kegiatan perjalan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu di luar negaranya sendiri untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. (Kemenparekraf, 2012).


(20)

Daya saing ekspor pariwisata suatu negara dapat diukur berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatifnya. Keunggulan kompetitif umumnya diukur dengan kualitas dari penawaran pariwisata, sedangkan keunggulan komparatif diukur dengan efisiensi ekonomi dalam menyediakan penawaran tersebut. Kim dan Lee (2010) menganalisis keunggulan komparatif sektor pariwisata di pasar regional dengan indikator Revealed Comparative Advantage (RCA) berdasarkan Balassa (1965). Semakin tinggi indeks RCA suatu negara, maka semakin tinggi keunggulan komparatifnya, yang berarti negara tersebut dapat menyediakan penawaran jasa pariwisata secara lebih efisien daripada negara lainnya. Penawaran yang tinggi akan berdampak pada pemintaan yang tinggi di pasar.

Menurut Laurent Botti et al. (2006), berdasarkan teori dasar ekonomi, fungsi permintaan adalah fungsi yang terkait dengan variabel harga dan pendapatan (income). Dalam kasus perdagangan internasional, fungsi permintaan tidak hanya terkait dengan pendapatan negara yang melakukan perdagangan, tetapi juga dengan harga relatif, yakni rasio harga internasional terhadap harga domestik. Hal tersebut juga berlaku untuk perdagangan jasa pariwisata internasional. Maka, Botti et al. (2006), merumuskan persamaan permintaan pariwisata internasional di suatu negara, sebagai fungsi dari pendapatan per kapita negara asal dan harga relatif antara negara tujuan dengan negara asal.

Pada sebagian besar penelitian, permintaan pariwisata digambarkan oleh jumlah kedatangam wisman di negara tujuan, tetapi terdapat pula beberapa penelitian yang menggunakan pengeluaran wisman di negara tujuan atau total devisa dari wisman. Menurut Crouch dan Shaw (1992), hampir 70 persen penelitian permintaan pariwisata menggunakan jumlah kedatangan wisman sebagai variabel terikat. Model umum permintaan pariwisata dibentuk oleh variabel pendapatan nasional negara asal, harga relatif yang merupakan rasio tingkat harga di negara tujuan terhadap tingkat harga di negara asal, nilai tukar negara tujuan terhadap negara asal, biaya transportasi, dan faktor kualitatif di negara tujuan.

Pendapatan nasional (GDP) negara asal umumnya memiliki pengaruh positif terhadap permintaan pariwisata internasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pariwisata di negara tujuan merupakan barang mewah (luxury goods), dimana ketika GDP konsumen meningkat, konsumen akan meningkatkan konsumsinya terhadap pariwisata di negara tersebut. Sebaliknya, jika peningkatan pendapatan menurunkan permintaan pariwisata, maka pariwisata di negara tersebut merupakan barang inferior. Sedangkan, jika GDP tidak berpengaruh signifikan, maka pariwisata bersifat inealstis, yakni tinggi rendahnya tingkat pendapatan wisman tidak menjadi pertimbangan utama untuk melakukan pariwisata ke negara tersebut (Aslan et al. 2008).

Harga relatif merupakan variabel penting dalam perdagangan internasional karena memengaruhi daya beli konsumen untuk barang atau jasa yang berasal dari negara lain. Dalam perdagangan pariwisata, harga relatif umumnya merupakan rasio tingkat harga di negara tujuan terhadap tingkat harga di negara asal dikali nilai tukar antara kedua negara (Kulendran dan Wilson 2000; Proença dan Soukiazis 2005; Botti et al. 2006; Aslan et al. 2008). Harga relatif menunjukkan daya beli wisman, dimana jika harga relatif semakin meningkat, daya beli wisman akan menurun sehingga akan menurunkan permintaan pariwisata.


(21)

Beberapa penelitian menggunakan pendekatan gravity model untuk menganalisis permintaan pariwisata internasional. Penggunaan gravity model dapat menghasilkan estimasi yang mampu menjelaskan permintaan pariwisata dengan baik, tetapi seringkali justru menghasilkan estimasi yang bias karena teknik pengolahan yang tidak tepat. Dalam pendekatan ini, persamaan permintaan pariwisata dibentuk oleh variabel GDP per kapita negara asal, harga relatif, perdagangan bilateral antara negara asal dan negara tujuan, total populasi di negara asal, dan jarak geografis (Hafiz et al. 2011).

Perdagangan bilateral yang tinggi, menunjukkan tingginya keterbukaan perdagangan antar kedua negara sehingga membuka peluang tejadinya perpindahan warga negara untuk melakukan pariwisata. Namun, keterkaitan perdagangan bilateral dengan pariwisata masih menjadi bahan kajian bagi beberapa peneliti. Populasi negara asal yang tinggi, menunjukkan pangsa pasar yang besar sehingga dapat meningkatkan pariwisata. Namun, banyak peneliti yang tidak memasukan variabel populasi dalam analsis dikarenakan adanya korelasi yang tinggi dengan variabel GDP per kapita (Leitao 2009). Variabel jarak, menurut teori gravitasi, akan mengurangi perdagangan akibat biaya transportasi yang tinggi. Namun, dalam penelitian di Romania (2011), jarak geografis tidak berpengaruh signifikan terhadap perdagangan jasa pariwisata. Pengaruh jarak terutama berdampak pada tinggi rendahnya biaya transportasi, sehingga variabel yang lebih berpengaruh adalah biaya transportasi, bukan jarak geografis (Surugiu et al. 2011).

Biaya transportasi umumnya diukur dengan menggunakan harga minyak dunia, karena data harga transportasi secara tepat, seperti harga tiket penerbangan atau kapal laut, tidak tersedia. Dalam penelitian Fransico et al. (1999), biaya transportasi diukur dengan harga minyak dunia relatif dari masing-masing negara, yakni harga minyak dunia dalam satuan US$ dikali nilai tukar dari masing-masing negara asal terhadap US$. Hasil estimasi dalam penelitan Ledesma et al. (1999) serta Brida dan Risso (2009) menunjukkan pengaruh negatif dari kenaikan biaya transportasi terhadap permintaan pariwisata. Sedangkan, dalam penelitian Rey B. et al. (2012), harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan, dengan penjelasan bahwa munculnya industri penerbangan LCC mampu menjaga biaya perjalanan relatif konstan dan terjangkau.

Selain analisis variabel dari sisi permintaan negara asal, banyak peneliti yang juga memasukan variabel dari sisi penawaran di negara tujuan, seperti kapasitas akomodasi dan infrastruktur di negara tujuan. Kapasitas akomodasi diukur dengan jumlah usaha yang menyediakan jasa tempat tinggal bagi wisman di negara tujuan. Sedangkan, infrastruktur merupakan variabel yang lebih umum, yang diantaranya mencakup infrastruktur transportasi udara, laut, darat, jalan raya, dan telekomunikasi. Pendekatan yang sering digunakan antara lain adalah rasio investasi publik terhadap GDP (Proença dan Soukiazis 2005; Aslan et al. 2008), dan panjang jalan (Rey B. et al. 2012).

Jumlah akomodasi akan berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata karena meningkatkan penawaran pelayanan jasa bagi wisman. Infrastruktur juga diduga akan berpengaruh positif, tetapi banyak penelitian justru menunjukkan tanda negatif. Menurut Proença dan Soukiazis (2005), infrastuktur berpengaruh negatif dan tidak signifikan karena wisman tidak terlalu memedulikan barang publik keseluruhan di negara tujuan melainkan lebih memedulikan akomodasi


(22)

yang dinikmatinya secara langsung. Sedangkan, menurut Aslan et al. (2008), pembangunan infrastruktur banyak difokuskan di saat musim liburan, sehingga pembangunan tersebut justru mengganggu kenyamanan wisman. Sedangkan, dalam penelitian Rey B. et al. (2012), infrastruktur tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan pariwisata.

Terdapat berbagai metode untuk mengalisis permintaan pariwisata internasional suatu negara. Penggunaan metode data panel banyak digunakan untuk menganalisis permintaan secara lebih luas dari beberapa negara asal terhadap suatu negara tujuan. Metode data panel dinamis lebih banyak digunakan untuk menghindari masalah instabilitas struktural dan regresi semu. Namun, metode data panel statis juga dapat dilakukan. Beberapa penelitian memasukan variabel lag terikat, yakni jumlah wisman tahun sebelumnya, dalam metode data panel statis untuk memasukan efek dinamis dalam fungsi permintaan dan untuk menangkap efek perilaku persisten wisatawan mancanegara. Secara umum, wisatawan bersifat risk averse atau menghindari risiko, dimana wisatawan akan lebih memilih tempat pariwisata yang sudah mereka ketahui atau sering mereka dengar dari kerabatnya (Stabler et al. 2010). Menurut Aslan et al. (2008), pengaruh lag dapat menggambarkan efek word-of-mouth dalam pariwisata, yakni wisman akan menceritakan pengalaman pariwisatanya kepada orang-orang di negara asalnya sehingga akan memengaruhi keinginan mereka untuk melakukan pariwisata. Disamping itu, wisman yang puas dengan pariwisatanya di suatu negara cenderung akan kembali lagi pada waktu yang akan datang.

Rangkuman metode dan variabel yang digunakan dalam beberapa penelitian terdahulu terkait permintaan pariwisata disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rangkuman Metode dan Variabel dalam Penelitian Terdahulu Judul Penelitian, Penerbit,

Nama Peneliti, dan Tahun Penelitian

Metode Analisis

Variabel yang Digunakan dan Tanda Koefisien Hasil

Estimasi Panel Data and Tourism

Demand: The Case of Tenerife (Fedea)

Oleh:

Ledesma-Rodríguez F, Navarro-Ibáñez M, Pérez-Rodríguez J. (1999)

Data Panel - GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif (-) - Nilai Tukar (+)

Demand for Tourism in Portugal: A Panel Data Approach

(Discussion paper no.29. Portugal)

Oleh:

Proença S, Soukiazis E. (2005)

Data panel - GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif* - Jumlah akomodasi di

negara tujuan (+) - Infrastruktur di negara


(23)

(Lanjutan Tabel 6)

Judul Penelitian, Penerbit, Nama Peneliti, dan

Tahun Penelitian

Metode Analisis

Variabel yang Digunakan dan Tanda Koefisien Hasil

Estimasi An Econometric Model of

Tourism Demand in France (MPRA)

Oleh:

Laurent Botti, Nicolas Peypoch, Rado Randriamboarison,

Bernardin Solonandrasana (2006)

OLS - GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif (-)

International Tourism Demand for Turkey: A Dynamic Panel Data Approach (MPRA) Oleh:

Alper Aslan, Muhittin Kaplan, Ferit Kula

(2008)

GMM - GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif (-) - Jumlah Akomodasi di

negara tujuan (+) - Infrastruktur (-)

- Dummy untuk kejadian gempa (+)

- Dummy untuk kejadian 11 September (-)

A Dynamic Panel Data Study of The German Demand for Tourism in South Tyrol (Tourism and Hospitality Research) Oleh:

Brida J, Risso W. (2009)

Data panel - Jumlah permintaan tahun sebelumnya (+)

- GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif (-) - Harga minyak dunia (-) GMM - Jumlah permintaan tahun

sebelumnya (+)

- GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif (-) - Harga minyak dunia (-) Bilateral Trade and Tourism

Demand (World Applied Sciences Journal)

Oleh:

Hanafiah Mohd H, Harun Mohd F, Jamaluddin Mohd R.

(2010)

Data panel - GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif (-)

- Perdagangan Bilateral (+) - Populasi negara asal (+) - Jarak geografis (-)


(24)

(Lanjutan Tabel 6)

Judul Penelitian, Penerbit, Nama Peneliti, dan

Tahun Penelitian

Metode Analisis

Variabel yang Digunakan dan Tanda Koefisien Hasil

Estimasi A Panel Data Modelling of

International Tourism Demand: Evidences for Romania

(Ekonomska istraživanja) Oleh:

Camelia Surugiu, Nuno Carlos Leitão, Marius Rãzvan Surugiu (2011)

Data panel - GDP per kapita negara asal (+)

- Perdagangan Bilateral (+) - Populasi negara asal (+) - Jarak geografis*

- Harga Relatif (-)

Mixed Effects of Low-Cost Airlines on Tourism in Spain: A Dynamic Panel Data Model (Journal of Air Transport Management)

Oleh:

Rey B, Rafael M, Asun G (2012)

Data panel - GDP per kapita negara asal (+)

- Harga Relatif (-) - Harga minyak dunia* - Persentase wisman yang

datang menggunakan LCC*

- Infrastruktur di negara tujuan*

- Jarak geografis* GMM - Permintaan tahun

sebelumnya (+)

- GDP per kapita negara asal*

- Harga Relatif (-)

- Harga minyak dunia (+) - Persentase wisman yang

datang menggunakan LCC (+)

- Infrastruktur di negara tujuan*

- Jarak geografis*

Keterangan: *tidak signifikan

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian terdahulu, analisis daya saing dilakukan dengan indikator RCA, sedangkan analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata dilakukan dengan persamaan regresi. Variabel bebas yang selalu digunakan dalam regresi adalah GDP per kapita negara asal dan harga relatif, yang menunjukkan bahwa keduanya merupakan faktor utama yang memengaruhi permintaan pariwisata. Faktor lain yang banyak memengaruhi permintaan


(25)

pariwisata adalah biaya transportasi, jumlah akomodasi, dan infrastruktur. Penelitian-penelitian terdahulu dalam Tabel 6 menjadi rujukan untuk penyusunan kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran yang digunakan disajikan pada Gambar 4.

Keterangan:

memengaruhi terdiri atas alat analisis

variabel bebas yang dianalisis dengan regresi variabel bebas yang tidak dianalisis dengan regresi

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

Daya Saing

Analisis RCA

Alternatif Kebijakan

Liberalisasi Globalisasi

Estimasi Panel Data

Objek Wisata

Transportasi Biro Wisata Akomodasi Restoran

Biaya Transportasi

Harga Relatif Pendapatan Negara Asal

Infrastruktur

Permintaan Pariwisata (Jumlah Wisman)

Industri Pariwisata


(26)

Gambar 4 menunjukkan kerangka pemikiran yang mencakup variabel-variabel yang dianalisis serta alat analisis yang digunakan. Pengaruh globalisasi dan liberalisasi mendorong pertumbuhan pada industri pariwisata, dimana industri pariwisata mencakup industri akomodasi, restoran, objek wisata, transportasi, dan biro wisata. Keseluruhan industri pariwisata serta infrastruktur di negara tujuan merupakan faktor penarik bagi wisman untuk berkunjung ke suatu negara. Dari sisi permintaan, pendapatan wisman, harga relatif, dan biaya transportasi merupakan faktor pendorong bagi wisman untuk melakukan pariwisata. Jumlah permintaan pariwisata juga dipengaruhi oleh daya saing, dimana daya saing dianalisis dengan indikator RCA. Dalam penelitian ini, variabel yang dianalisis sebagai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata adalah permintaan pariwisata tahun sebelumnya, pendapatan negara asal, harga relatif, biaya tranportasi, jumlah akomodasi di negara tujuan, dan infrastruktur di negara tujuan. Analisis tersebut dilakukan dengan estimasi data panel.

Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka, hipotesis yang ditarik untuk faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata internasional di suatu negara serta pengaruhnya adalah sebagai berikut:

1. Permintaan pariwisata tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata.

2. Pendapatan nasional dari negara asal, yang diwakili oleh GDP per kapita, berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata.

3. Harga relatif, yang merupakan rasio tingkat harga di negara tujuan terhadap tingkat harga di negara asal dikali nilai tukar antara kedua negara, berpengaruh negatif terhadap permintaan pariwisata.

4. Biaya transportasi berpengaruh negatif terhadap permintaan pariwisata. 5. Jumlah akomodasi di negara tujuan berpengaruh positif terhadap permintaan

pariwisata.

6. Pembangunan infrastruktur berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dan kualitatif dengan analisis ekonometrika menggunakan data sekunder, serta analisis deskriptif berdasarkan studi pustaka. Data yang digunakan adalah data panel, yakni gabungan data deret waktu (time series) dan data kerat lintang (cross section). Data time series yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2000 sampai 2011. Data cross section yang digunakan adalah lima negara ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina, dan Brunei Darussalam.


(27)

Data jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan akomodasi di Indonesia didapat dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf). Data GDP per kapita riil berdasarkan harga dasar tahun 2000 dan data-data untuk harga relatif, yaitu Indeks Harga Konsumen dan nilai tukar, didapat dari World Bank. Data harga minyak dunia didapat dari Energy Information Administration (EIA). Data infrastruktur, yaitu panjang jalan beraspal di Indonesia, didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan, data ekspor untuk analisis RCA didapat dari World Development Indicators, World Bank. Data-data lainnya yang digunakan untuk pembahasan didapat dari berbagai sumber, seperti ASEAN Statistical Yearbook, TTCI Report 2011, dan penelusuran internet serta literatur terkait.

Metode Analisis

Analisis dalam panelitian ini dilakukan menggunakn dua metode, yaitu metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis daya saing, dan metode data panel statis untuk menganalisis factor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata.

Revealed Comparative Advantage (RCA)

RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif suatu komoditas di suatu wilayah. Metode RCA paling sering digunakan untuk mengukur daya saing kinerja ekspor, karena kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia (Kemendag 2008). Indeks RCA atau indeks Balassa menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap pasar. Nilai indeks RCA yang lebih besar dari satu menunjukkan daya saing yang kuat, berarti negara tersebut mempunyai keunggulan komparatif di atas rata-rata pasar (Balassa 1965 dalam Ragimun 2012). Indeks RCA dihitung dengan persamaaan berikut:

Dimana: Xij = nilai eskpor komoditi i dari negara j (US$) Xj = nilai total ekspor dari negara j (US$) Xiw = nilai ekspor komoditi i dari pasar w (US$) Xw = nilai total ekspor dari pasar w (US$) Data panel

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata Indonesia dari negara-negara ASEAN dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode data panel statis, seperti dalam Ledesma et al. (1999), Proença dan Soukiazis (2005), Hanafiah et al. (2010), dan Surugiu et al. (2011). Menurut Baltagi (2005),


(28)

metode data panel memiliki beberapa keunggulan, yaitu: dapat mengontrol heterogenitas individu; menyajikan data yang lebih informatif, variatif, memiliki kolinearitas antar variabel yang rendah, dan memiliki derajat kebebasan yang tinggi sehingga lebih efisien; baik digunakan untuk mempelajari dinamika penyesuaian (dynamics of change); lebih mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat diukur oleh data time series murni atau cross section murni; dapat merumuskan dan menguji model yang lebih kompleks; dan analisis pada level mikro dapat meminimisasi atau menghilangkan bias yang terjadi akibat agregasi data ke level makro. Langkah analisis data panel yang dilakukan terdiri atas perumusan model, pemilihan metode estimasi, uji kriteria, dan analisis hasil estimasi. Alur analisis data panel disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Alur Analisis Data Panel

Perumusan Model

Pemilihan Metode Estimasi

Uji Chow

Pooled Least Square Fixed Effect Random Effect

Uji Hausmann Uji LM

Uji Kriteria

Uji Ekonometrika

1. Koefisien Determinasi (R2) 2. Uji-F

3. Uji-T

Uji Statistik Uji Ekonomi

1. Normalitas

2. Heteroskedastisitas 3. Autokorelas 4. Multikolinearitas

Analisis Hasil Estimasi

Kesesuaian tanda dengan teori


(29)

a. Perumusan Model

Perumusan model yang digunakan berdasarkan pada model umum permintaan pariwisata dengan elaborasi yang mengacu pada model dalam penelitian Ledesma et al. (1999), Brida dan Risso (2009), Sara dan Soukiazis (2005), Aslan et al. (2008), dan Rey, B. et al. (2012). Model permintaan pariwisata internasional Indonesia dirumuskan sebagai berikut.

TOURit = f(TOURit-1, GDPit, RPit, TCit, At, It) dengan:

TOUR = jumlah kedatangan wisman dari negara asal i (orang)

TOUR it-1 = jumlah kedatangan wisman dari negara asal i tahun sebelumnya (orang)

GDP = GDP per kapita riil negara asal (US$)

RP = harga relatif negara tujuan terhadap negara asal

TC = biaya transportasi relatif terhadap nilai tukar negara asal A = jumlah akomodasi di negara tujuan (buah)

I = infrastruktur panjang jalan beraspal di negara tujuan (km)

Model yang dirumuskan menggunakan beberapa variabel yang merupakan hasil kalkulasi dari beberapa data. Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

- Harga Relatif (RP)

Harga relatif merupakan rasio tingkat harga negara tujuan terhadap negara asal dikali dengan nilai tukar antara kedua negara (Proenca dan Soukiazis 2005; Botii et al. 2006; Aslan et al. 2008). Variabel dibentuk dari persamaan berikut:

Dengan IHKj dan IHKi merupakan Indeks Harga Konsumen di negara tujuan dan Indeks Harga Konsumen di negara asal, dan Erij merupakan nilai tukar negara tujuan relatif terhadap negara asal.

- Biaya Transportasi (TC)

Biaya transportasi relatif merupakan harga minyak dunia (OP) dalam satuan US$ dikali nilai tukar masing-masing negara terhadap US$ (Brida dan Risso 2009; Rey, B. et al. 2012). Secara matematis, biaya transportasi dituliskan sebagai berikut:

TC = OPt * ERit

Model diestimasi dalam bentuk logaritma linear. Menurut Oum (1989) dalam Botti et al. (2006), keuntungan dari model log-linear adalah: koefisien yang dihasilkan sekaligus merupakan elastisitas dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat; fungsi log-linear mampu memodelkan efek non-linear; dan membuat nilai random error dalam persamaan menjadi tersebar normal. Sebagian besar penelitian menggunakan model loglinear dalam estimasi untuk membuat data menyebar normal. Maka, persamaan yang diestimasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(30)

LnTOURi,t = β o+ β1 LnTOURi,t-1+ β2 LnGDPi,t+ β3 RPi,t+ β4 LnTCi,t +

β5 LnAt+ β5 LnIt + ε i,t

b. Pemilihan Metode Estimasi

Menurut Gujarati (2006), terdapat tiga pendekatan untuk mengestimasi regresi data panel, yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect atau Least Square Terikatt Variable (LSDV), dan Random Effect.

- Pendekatan Model Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

PLS merupakan metode yang paling sederhana dalam pengolahan data panel. Pada prinsipnya, pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga terdapat N x T observasi, dimana N merupakan jumlah cross section dan T merupakan jumlah time series. Model yang digunakan adalah:

Yit= αi+ βXit + uit

Dimana : Yit = variabel terikat

Xit = variabel bebas

α = intersep

β = slope u = error

Pada metode ini, asumsi yang digunakan menjadi terbatas karena model mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap individu yang diobservasi. Maka, penggunaannya kurang sesuai untuk data panel. Selain itu, dugaan parameter β akan bias karena model ini tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, serta tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda (Firdaus 2011).

- Pendekatan Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Metode fixed effect digunakan ketika antara efek individu dan variabel penjelas memiliki korelasi dengan variabel Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Metode ini mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan adanya perubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy (D) ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square). Model yang digunakan adalah:

Yit= Σ αiDi+ βXit + uit

Estimasi metode fixed effect dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weighted) atau dengan pembobot (cross section weight) yang biasa disebut General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati 2006).

- Pendekatan Model Efek Acak (Random Effect)

Dalam metode random effect atau error component model, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Persamaan umum dalam model random effect yaitu :

Yit= αi+ βXit+ it it = uit + Vit + Wit


(31)

Dimana : uit ~ N (0,δu2) = komponen cross section error Vit ~ N (0,δv2) = komponen time series error Wit ~ N (0,δw2) = komponen combinations error

Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak saling berkorelasi, begitu pula dengan error kombinasinya.

Tahap pemilihan metode estimasi dilakukan untuk menentukan model pendekatan yang terbaik, yakni menggunakan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji LM. Ketiga uji tersebut dijelaskan sebagai berikut.

- Uji Chow

Uji Chow atau Uji F-statistic merupakan pengujian statistik untuk dasar pemilihan menggunakan model Pooled Least Square atau model Fixed Effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis berikut:

H0: Pooled Least Square Model H1: Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan nilai F-statistik. Jika nilai F-stat hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. Nilai F-stat didapat dari persamaan berikut:

- Fα(N-1,NT-N-K) Dimana: RRSS = residual sum square hasil pendugaan model PLS

URSS = residual sum square hasil pendugaan model fixed effect N = jumlah data cross section

T = jumlah data time series K = jumlah variabel penjelas - Uji Hausmann

Uji Hausmann merupakan pengujian statistik untuk dasar pemilihan menggunakan model fixed effect atau model random effect. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis berikut:

H0: Random Effect Model H1: Fixed Effect Model

Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan menggunakan nilai statistik Hausmann dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai statistik-H lebih besar dari X2 (k), maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. Nilai statistik-H didapat dari persamaan berikut:

H = (βREM–βFEM) (MFEM– MREM)-1 ~ X2 (k)

Dimana: βREM = vektor statistik variabel random effect

βFEM = vektor statistik variabel fixed effect

MFEM = matriks kovarians untuk dugaan model fixed effect

MREM = matriks kovarians untuk dugaan model random effect


(32)

- Uji LM (Breush-Pagan)

Uji LM merupakan pengujian statistik untuk dasar pemilihan menggunakan model random effect atau model Pooled Least Square. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis berikut:

H0: Pooled Least Square Model H1: Random Effect Model

Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan menggunakan nilai statistik LM dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai statistik LM lebih besar dari X2 tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model yang digunakan adalah random effect, begitu pula sebaliknya. c. Kriteria Uji

Setelah mendapatkan parameter estimasi yang dianggap sesuai, maka dilakukan tiga uji kriteria terhadap parameter tersebut, yakni uji statistik, uji ekonometrika, dan uji ekonomi.

- Uji Statistik

Uji Statistik digunakan untuk menganalisis kesesuaian model regresi yang diperoleh. Uji statistik terdiri atas nilai koefisien determinasi, uji-F, dan uji-T. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian dapat menjelaskan keragaman variabel terikat. Nilai R2 berkisar 0< R2<1, dimana semakin mendekati satu, maka model semakin baik.

Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah:

H0 : β1= β2= ... = βk = 0 H1 : minimal ada satu βk ≠ 0

Jika F-statistic > F α(k-1,NT-N-K) atau Prob(F-statistic) < taraf nyata (α), maka tolak H0, yang berarti dengan tingkat kepercayaan 1-α dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan memengaruhi variabel terikat, begitu pula sebaliknya.

Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujiannya adalah:

H0 : βk = 0 H1 : βk ≠ 0

Jika nilai t-statistic > t α/2(NT-K-1), maka tolak H0, yang berarti dengan tingkat kepercayaan 1-α dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ke-k secara parsial memengaruhi variabel terikat, begitu pula sebaliknya.

- Uji Ekonometrika

Uji Ekonometrika dilakukan untuk memastikan model estimasi regresi linear yang dihasilkan bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).


(33)

Berdasarkan Gujarati (2006), estimator yang bersifat BLUE berarti estimator merupakan fungsi linear atas sebuah variabel terikat yang stokastik, estimator tidak bias atau nilai ekspektasi sesuai dengan nilai sebenarnya, dan estimator memiliki varians yang minimum sehingga bersifat efisien. Untuk memastikan estimator bersifat BLUE, maka harus dilakukan uji asumsi yang memastikan estimator menyebar normal dan bebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas.

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Jarque Bera dengan hipotesis berikut:

H0: α = 0 (error term terdistribusi normal) H1: α ≠ 0 (error term tidak terdistribusi normal)

Jika nilai Jarque Bera < X2 df2 atau probabilitas (p-value) > taraf nyata (α), maka terima H0 yang berarti residual error (error term) terdistribusi normal.

Uji asumsi homoskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah varians setiap unsur error adalah suatu angka konstan yang sama dengan δ2 atau var(ui) = 2.

Jika uji asumsi terpenuhi, maka hasil estimasi terbebas dari masalah heteroskedastisitas, yakni varians error tidak konstan. Jika nilai sum square resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square resid pada Unweighted Statistics maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Uji asumsi autokorelasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadi korelasi antar error dari periode waktu (time series) yang berbeda. Suatu model dapat dikatakan terbebas dari masalah autokorelasi jika nilai statistik Durbin-watson (DW) terletak di area non-autokorelasi, yaitu diantara dua nilai titik kritis batas atas (dU) dan batas bawah (dL). Selang nilai statistik DW dan keputusannya adalah

sebagai berikut (Gujarati 2006):

0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4

Autokorelasi positif

Tidak ada keputusan

Tidak ada autokorelasi

Tidak ada keputusan

Autokorelasi negatif Uji multikolinearitas dilakukan untuk memastikan tidak terdapat hubungan linier antar variabel bebas. Indikasi terjadinya multikolinearitas adalah jika koefisien parameter dari t-statistik banyak yang tidak signifikan sementara F-statistiknya signifikan. Masalah ini dapat diatasi dengan cara menghilangkan variabel yang tidak signifikan, mentransformasikan data, dan menambah variabel. - Uji Ekonomi

Uji ekonomi dilakukan dengan mencocokan tanda dan besaran dalam model dengan teori ekonomi. Jika model dan besaran hasil estimasi sesuai dengan teori ekonomi mengenai pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel terikat, maka model dapat dikatakan baik.


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Pariwisata Indonesia

Kepariwisataan Indonesia diatur dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang menggantikan UU No. 9 Tahun 1990. Dalam melakukan pembangunan pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS), yakni dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode lima belas tahun. Pembangunan dan pengembangan yang dilakukan juga mengikuti Kode Etik Kepariwisataan Dunia yang disepakati oleh Organisasi Kepariwisataan Dunia (World Tourism Organization) pada 1 Oktober 1990 (Kemenparekraf 2012).

Indonesia memiliki daya tarik pariwisata yang tinggi karena keragaman kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya. Di Indonesia terdapat ribuan objek wisata yang tersebar di berbagai pulau, baik berupa objek wisata komersial, maupun objek wisata peninggalan bersejarah. Berdasarkan Statistik Infrastruktur Indonesia 2011, Indonesia memiliki 3939 objek wisata peninggalan bersejarah (historical heritage), yang terdiri atas 953 bangunan bersejarah, 203 jembatan bersejarah, 246 candi, 62 pelabuhan bersejarah, 115 stasiun kereta api bersejarah, dan 2360 tempat spiritual bersejarah. Indonesia juga memiliki 3672 objek wisata komersial, yang terdiri atas 51 kebun binatang, 558 wisata tirta, 188 agrowisata, 393 wisata budaya, 985 taman rekreasi, dan 1497 wisata alam. Sebagian besar objek wisata tersebut dikelola oleh pihak swasta atau non-pemerintah. Lokasi objek wisata peninggalan bersejarah paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan objek wisata komersial paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (BPS 2012).

Objek wisata Indonesia yang paling terkenal di dunia adalah Pulau Bali, dimana pulau Bali terkenal sebagai wisata alam dengan pantai yang indah dan budaya tradisional yang menarik bagi wisatawan asing. Berdasarkan hasil survei oleh Tripadvisor (2013), sepuluh objek wisata Indonesia yang paling diminati wisatawan mancanegara selama tahun 2012 adalah Waterbom Bali di Kuta Bali, Komplek Candi Prambanan di D.I. Yogyakarta, Bali Safari & Marine Park di Gianyar Bali, Candi Borobudur di Jawa Tengah, Pura Tanah Lot di Canggu Bali, Pusat Pertunjukkan Tari Kecak Api dan Trance di Ubud Bali, Gunung Bromo Jawa Timur, Gunung Merapi Yogyakarta, Gunung Rinjani Lombok, dan Saung Angklung Udjo di Bandung.

Dengan banyaknya objek wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan, sudah selayaknya Indonesia memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan sektor pariwisata. Terlebih, sebagian besar wisman yang berkunjung ke Indonesia, datang dengan dengan maksud untuk berlibur. Dalam UU No. 10, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Hasil survei Pusdatin Kemenparekraf menunjukkan bahwa wisman yang datang dengan tujuan liburan mencapai lebih dari 50 persen. Jumlah kedatangan wisman berdasarkan tujuan kedatangan disajikan pada Tabel 7.


(35)

Tabel 7. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Berdasarkan Tujuan Kedatangan Tahun 2006-2010

Tujuan Kedatangan

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Junlah (orang)

Liburan 2753740 3195373 3627861 3788341 4148046

Bisnis 1863881 1976142 2115607 1978434 2182880

Konvensi 68118 89770 190970 205037 236082

Dinas 58885 68919 98474 104197 108592

Pendidikan 20037 26075 28079 29532 42282

Lainnya 106690 149480 173506 218189 285062

Sumber: Pusdatin Kemenparekraf (2012)

Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah wisman yang datang untuk tujuan liburan jauh lebih tinggi daripada tujuan lainnya. Tujuan kedatangan wisman memengaruhi waktu kedatangan wisman per bulan ke Indonesia. Waktu kunjungan wisman yang paling ramai umumnya adalah pada bulan Juli dan Desember. Bulan Juli bertepatan dengan musim panas di sebagian besar negara sehingga merupakan waktu berlibur bagi para wisatawan. Sedangakan bulan Desember merupakan akhir tahun yang bertepatan dengan libur panjang Natal dan tahun baru sehingga menjadi waktu yang juga banyak digunakan untuk berlibur bagi para wisatawan. Jumlah kedatangan wisman berdasarkan bulan dari tahun 2008 sampai 2012 disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Berdasarkan Bulan Tahun 2008-2012

Sumber: BPS (2012) (diolah).

Sebagian besar wisman datang ke Indonesia melalui jalur udara. Persentase kedatangan wisman berdasarkan sarana transportasi pada tahun 2011 adalah 0.72 persen menggunakan transportasi darat, 28.08 persen menggunakan transportasi laut, dan 71.20 persen menggunakan transportasi udara (Kemenparekraf 2012).

438 465 502 459 509 529 567 600 501 529 524 610 473 422 511 487 522 551 593 567 494 547 532 625 494 523 594 556 600 613 658 587 560 595 578

644 549 568 598 608 600 674

745 621

650 656 655 725 653 593 659 626 651

696 701 634 684 688 694 767

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

2012 2011 2010 2009


(36)

Penggunaan jalur darat jarang digunakan karena aksesnya yang sangat terbatas, yakni hanya melalui Pulau Kalimantan. Wisman yang datang dengan transportasi laut didominasi oleh wisatawan dari negara-negara ASEAN. Pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan melalui laut pada tahun 2011 adalah sebesar 9.87 persen. Di Indonesia, terdapat 25 pelabuhan internasional, yang ditujukan untuk pengangkutan penumpang dan kargo (Kemenhub 2010). Pelabuhan utama yang menjadi pintu masuk wisman ke Indonesia adalah Pelabuhan Tanjung Uban di Batam, Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun di Riau, serta Tanjung Priok di Jakarta.

Wisman yang datang dengan transportasi udara sebagian besar berasal dari negara Asia. Pertumbuhan kedatangan wisman melalui udara pada tahun 2011 adalah sebesar 10.25 persen. Indonesia memiliki 27 bandara internasional, dengan lima bandara utama, yaitu Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Ngurah Rai di Denpasar, Juanda di Surabaya, Polonia di Medan, dan Sultan Hassanudin di Makasar (Kemenhub 2009). Kedatangan wisman ke Indonesia paling banyak adalah melalui Bandara Ngurah Rai.

Pesawat udara menjadi transportasi pilihan utama wisman karena waktu tempuh perjalanan yang singkat dan kondisi perjalanan yang nyaman. Selain itu, saat ini, biaya perjalanan dengan pesawat udara relatif terjangkau, terutama dengan adanya industri penerbangan. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur transportasi udara, seperti bandara, penting untuk dikembangkan. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas. Indonesia memiliki bandara internasional dengan jumlah terbanyak di Asia Tenggara, namun pemanfaatannya belum maksimal dan merata. Selain dari bandara, pembangunan infrasturktur transportasi laut, seperti pelabuhan, juga perlu dikembangkan. Jumlah kedatangan wisman di Indonesia berdasarkan pintu masuk disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pintu Masuk Tahun 2007-2011

Pintu Masuk Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah (orang)

Ngurah Rai 1741935 2081786 2384819 2546023 2788706

Soekarno-Hatta 1153006 1464717 1390440 1823636 1933022

Batam 1077306 1061390 951384 1007446 1161581

Tanjung Uban 325215 318113 296229 313945 337353

Polonia 116614 130211 148193 162410 192650

Juanda 140438 156726 158076 168888 185815

Husein Sastranegara 19972 62766 78998 90278 115285

Tanjung Pinang 119574 123505 102487 97954 106180

Tanjung Balai Karimun

164082 136234 101632 100908 104397

Tanjung Priok 68735 67886 59212 63859 65171

Adi Sumarno 18628 19022 16489 22350 23830

Lainnya 452032 445538 424870 427521 441846


(37)

Wisman yang datang ke Indonesia, seperti telah dijelaskan sebelumnya, sebagian besar berasal dari Singapura dan Malaysia. Sepuluh besar negara pangsa pasar terbesar pariwisata Indonesia adalah Singapura, Malaysia, Australia, China, Jepang, Korea, Philipina, Taiwan, Amerika Serikat, dan Inggris. Berdasarkan profil wisman, sebagian besar wisatawan berjenis kelamin laki-laki. Kelompok usia yang paling banyak ditemui adalah wisman berusia sekitar dua puluh lima sampai empat puluh lima tahun. Sedangkan, profesi wisman yang paling banyak berkunjung ke Indonesia adalah profesional, karyawan, dan manajer. Profesi tersebut menjelaskan besarnya jumlah wisman yang datang untuk tujuan bisnis. Data profil wisman di Indonesia tahun 2006 sampai 2010 disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Profil Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 2006-2010

Karakteristik Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah (orang) Jenis Kelamin

Laki-laki 3206890 3562010 4119986 4210706 4724416 Perempuan 1664461 1943749 2114511 2113024 2278528 Kelompok Usia

< 15 173831 236579 163436 129026 218262

15 – 24 273662 339237 390908 415740 619244 25 – 34 1370995 1488823 1679831 1660580 1928808 35 – 44 1400942 1547316 1809668 1828268 1788136 45 – 54 989526 1199824 1355229 1420819 1320773 55 – 64 410993 449375 516912 531007 664783 > 64 251402 244605 318513 338290 462938 Jenis Pekerjaan

Profesional 1653481 1723193 2136150 2295858 2536340 Manager 987219 1079946 1222216 1344390 1661967 Karyawan 1254930 1385339 1315288 1262577 1032455 Pelajar 265413 317958 428092 594349 708337 Ibu rumah tangga 204259 250456 291688 358486 449411

Militer 44173 58673 59189 102414 -

Pegawai negeri 50014 55770 62986 91619 -

Lainnya 411862 634424 718888 274037 614434

Sumber: Pusdatin Kemenparekraf dan BPS (2012)

Rata-rata wisman berkunjung ke Indonesia selama tujuh sampai sembilan hari. Pengeluaran per hari wisman umumnya lebih dari 100 US$, dimana besarnya pengeluaran tersebut mengalami peningkatan setiap tahun. Rata-rata pengeluaran per kunjungan sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 yang disebabkan lama kunjungan yang menurun. Penurunan tersebut banyak dipengaruhi krisis global sehingga wisman mengurangi konsumsinya untuk jasa pariwisata. Dampak dari penurunan lama kunjungan wisman adalah menurunnya total pengeluaran wisman yang merupakan salah satu sumber devisa negara.


(38)

Tabel 10. Rata-rata Pengeluaran dan Lama Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 2006-2010

Tahun Total

Pengeluaran (juta US$)

Rata-rata Pengeluaran per Kunjungan

(US$)

Rata-rata Pengeluaran

per Hari (US$)

Rata-rata Lama Kunjungan

(hari)

2006 4447.98 913.09 100.48 9.09

2007 5345.98 970.98 107.70 9.02

2008 7347.60 1178.54 137.38 8.58

2009 6297.99 995.93 129.57 7.69

2010 7603.45 1085.75 125.01 8.04

Sumber: Passenger Exit Survei, Kemenparekraf

Berdasarkan jenis pengeluaran yang dilakukan, pengeluaran terbesar wisman adalah untuk akomodasi. Berdasarkan Kemenparekraf, usaha akomodasi adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Persentase jenis pengeluaran wisman selama berada di Indonesia disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Persentase Jenis Pengeluaran Wisatawan Mancanegara di Indonesia

Jenis Pengeluaran Tahun

2008 2009 2010 2011

Persentase (%)

Akomodasi 36.46 43.61 42.81 44

Makanan Dan Minuman 19.57 17.68 18.59 19.15

Souvenir 10.71 9.39 9.57 8.8

Belanja 11.19 8.47 9.4 8.41

Transportasi Lokal 5.21 5.41 5.1 5.05

Hiburan 4.2 4.29 4.14 3.09

Penerbangan Domestik 2.86 3.25 2.48 1.72

Pesiar 2.19 2.17 2.13 2.67

Paket Tur Lokal 2.07 1.62 1.82 2.3

Kesehatan dan Kecantikan 2.12 1.87 1.85 2.43

Pemandu Wisata 0.16 0.43 0.48 0.31

Lainnya 2.56 1.63 1.34 0.87

Sumber: BPS (berbagai tahun)

Pada Tabel 11, terlihat bahwa pengeluaran terbesar wisman selama berada di Indonesia adalah untuk akomodasi. Hal ini wajar mengingat selama berada di tempat tujuan, wisman membutuhkan tempat tinggal. Persentase pengeluaran untuk akomodasi yang sangat tinggi dibandingkan pengeluaran lainnya juga menunjukkan bahwa wisman rela mengeluarkan biaya cukup tinggi demi kenyamanan selama berada di tempat tujuan. Adapun jumlah akomodasi di Indonesia mengalami pertumbuhan setiap tahun. Pada tahun 2007, di Indonesia terdapat 13584 akomodasi yang terdiri atas 1045 hotel berbintang dan 12539


(1)

47

Negara i Philipina

njut

an

L

ampi

ra

n 6

)

Infrastruktur. Panjang Jalan Beraspal (Km) I 203214 212879 212531 214308 206144 216714 223343 250280 258744 271230 277755 283102 Jumlah Akomodasi di Negara Tujuan A 10125 10375 10393 10435 10861 11350 11461 13584 13751 13932 14587 15283 Biaya Transportasi. Harga Minyak Dunia (US$ Per

Barrel) TC 49.40879 43.82553 44.74680 50.26199 64.66814 90.82617 103.53490 109.17444 137.38014 89.80511 108.54899 139.95540 Price Ratio PR 0.0001320 0.0001248 0.0001574 0.0001767 0.0001733 0.0001715 0.0001959 0.0001962 0.0001870 0.0001859 0.0002086 0.0002060 Gdp per kapita

Negara Asal (Harga Konstan 2000. US$) GDP 18350.13 18441.35 18749.58 18896.53 18609.15 18311.88 18745.80 18416.91 17722.66 17092.46 17225.32 17301.34 Jumlah Wisman Tahun Sebelumnya TOURt-1 7378 12787 14526 15310 11408 14146 16234 8965 11209 12134 15709 39063 Jumlah Wisman TOUR 12787 14526 15310 11408 14146 16234 8965 11209 12134 15709 39063 48193 Tahun t 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011


(2)

Indonesia

2000 4975 67621.17 28913 513740.24 1.307

2001 5277 62625.87 29758 474724.63 1.344

2002 5797 63956.80 31613 493211.57 1.414

2003 4461 71553.14 29491 550506.75 1.164

2004 5226 82744.35 37953 667433.23 1.111

2005 5094 97387.62 40195 772794.80 1.006

2006 4890 113143.43 49741 894104.52 0.777

2007 5831 127226.10 64427 1021982.28 0.727

2008 8150 152095.15 68750 1155302.01 0.900

2009 6054 130357.77 60178 1033370.15 0.797

2010 7618 174323.24 73361 1253518.62 0.747

2011 8994 222948.76 89122 1454034.12 0.658

Rata-rata 0.996

Singapura

2000 5142 184495.29 28913 513740.24 0.495

2001 4641 171202.75 29758 474724.63 0.432

2002 4458 170980.37 31613 493211.57 0.407

2003 3842 193655.72 29491 550506.75 0.370

2004 5327 239739.12 37953 667433.23 0.391

2005 6209 283664.91 40195 772794.80 0.421

2006 7536 324724.22 49741 894104.52 0.417

2007 9066 366679.76 64427 1021982.28 0.392

2008 10714 402639.87 68750 1155302.01 0.447

2009 9368 395487.56 60178 1033370.15 0.407

2010 14133 441593.36 73361 1253518.62 0.547 2011 17990 500852.90 89122 1454034.12 0.586

Rata-rata 0.443

Malaysia

2000 5873 112369.21 28913 513740.24 0.929

2001 7627 102435.79 29758 474724.63 1.188

2002 8084 109221.05 31613 493211.57 1.155

2003 6799 117854.21 29491 550506.75 1.077

2004 9183 143927.63 37953 667433.23 1.122

2005 10389 162047.46 40195 772794.80 1.233

2006 12280 182517.33 49741 894104.52 1.209

2007 17948 205492.25 64427 1021982.28 1.385 2008 18553 229832.30 68750 1155302.01 1.357 2009 17231 184891.73 60178 1033370.15 1.600 2010 18315 231384.63 73361 1253518.62 1.353 2011 19593 263627.85 89122 1454034.12 1.213


(3)

Rata-rata 1.235

(lanjutan Lampiran 7)

Negara Tahun

Ekspor Pariwisata (juta US$)

Total Ekspor (juta US$)

Ekspor Pariwisata

ASEAN (juta US$)

Total Ekspor ASEAN (juta US$)

Indeks RCA

Xij Xi Xwj Xw

Thailand

2000 9935 81953.03 28913 513740.24 2.154

2001 9378 76088.35 29758 474724.63 1.966

2002 10388 81447.79 31613 493211.57 1.990

2003 10456 93686.92 29491 550506.75 2.083

2004 13054 114062.47 37953 667433.23 2.013

2005 12102 129738.09 40195 772794.80 1.793

2006 16614 152514.49 49741 894104.52 1.958

2007 20623 181341.47 64427 1021982.28 1.804 2008 22497 208371.01 68750 1155302.01 1.814 2009 19814 180251.07 60178 1033370.15 1.888 2010 23809 227335.96 73361 1253518.62 1.790 2011 30926 265972.38 89122 1454034.12 1.897

Rata-rata 1.929

Philipina

2000 2334 41622.64 28913 513740.24 0.996

2001 2011 35101.00 29758 474724.63 0.914

2002 2018 38032.27 31613 493211.57 0.828

2003 1821 39568.64 29491 550506.75 0.859

2004 2390 44381.43 37953 667433.23 0.947

2005 2755 47551.53 40195 772794.80 1.114

2006 4019 56923.38 49741 894104.52 1.269

2007 5520 64614.29 64427 1021982.28 1.355

2008 3024 64080.24 68750 1155302.01 0.793

2009 2853 54257.86 60178 1033370.15 0.903

2010 3228 69463.70 73361 1253518.62 0.794

2011 3796 69718.86 89122 1454034.12 0.888

Rata-rata 0.972

Brunei Darussalam

2000 n/a n/a n/a n/a 0.000

2001 155 3894.18 29758 474724.63 0.635

2002 113 3922.15 31613 493211.57 0.449

2003 124 4543.53 29491 550506.75 0.509

2004 181 5416.09 37953 667433.23 0.588

2005 191 6688.04 40195 772794.80 0.549

2006 224 8227.33 49741 894104.52 0.489

2007 233 8310.40 64427 1021982.28 0.445

2008 242 11269.69 68750 1155302.01 0.361

2009 254 7811.36 60178 1033370.15 0.558

2010 n/a n/a n/a n/a n/a


(4)

Xij Xi Xwj Xw

Vietnam

2000 n/a n/a n/a n/a n/a

2001 n/a n/a n/a n/a n/a

2002 n/a n/a n/a n/a n/a

2003 1400 23452.27 29491 550506.75 1.114

2004 1700 29862.57 37953 667433.23 1.001

2005 2300 36702.95 40195 772794.80 1.205

2006 2850 44835.43 49741 894104.52 1.143

2007 3750 54607.52 64427 1021982.28 1.089

2008 3930 70982.72 68750 1155302.01 0.930

2009 3050 66374.60 60178 1033370.15 0.789

2010 4450 82513.45 73361 1253518.62 0.922

2011 5620 107551.68 89122 1454034.12 0.853

Rata-rata 1.005

Laos

2000 114 521.02 28913 513740.24 3.888

2001 108 503.85 29758 474724.63 3.419

2002 110 516.63 31613 493211.57 3.322

2003 77 600.64 29491 550506.75 2.393

2004 122 723.00 37953 667433.23 2.967

2005 143 934.40 40195 772794.80 2.942

2006 160 1394.91 49741 894104.52 2.062

2007 190 1456.88 64427 1021982.28 2.069

2008 280 1742.94 68750 1155302.01 2.700

2009 271 1801.28 60178 1033370.15 2.583

2010 385 2552.47 73361 1253518.62 2.577

2011 413 3126.60 89122 1454034.12 2.155

Rata-rata 2.757

Kamboja

2000 345 1821.40 28913 513740.24 3.366

2001 429 2093.24 29758 474724.63 3.269

2002 509 2374.30 31613 493211.57 3.345

2003 441 2632.86 29491 550506.75 3.127

2004 673 3395.18 37953 667433.23 3.486

2005 929 4032.88 40195 772794.80 4.429

2006 1109 4989.82 49741 894104.52 3.995

2007 1169 5643.62 64427 1021982.28 3.286

2008 1280 6784.93 68750 1155302.01 3.170

2009 1208 5119.91 60178 1033370.15 4.052

2010 1332 6080.13 73361 1253518.62 3.743


(5)

Rata-rata 3.623

(lanjutan Lampiran 7)

Negara Tahun

Ekspor Pariwisata (juta US$)

Total Ekspor (juta US$)

Ekspor Pariwisata

ASEAN (juta US$)

Total Ekspor ASEAN (juta US$)

Indeks RCA

Xij Xi Xwj Xw

Myanmar

2000 195 2139.42 28913 513740.24 1.620

2001 132 2929.49 29758 474724.63 0.719

2002 136 2847.12 31613 493211.57 0.745

2003 70 2958.83 29491 550506.75 0.442

2004 97 3181.39 37953 667433.23 0.536

2005 83 4046.92 40195 772794.80 0.394

2006 59 4834.20 49741 894104.52 0.219

2007 97 6609.98 64427 1021982.28 0.233

2008 80 7503.18 68750 1155302.01 0.179

2009 75 7017.02 60178 1033370.15 0.184

2010 91 8197.94 73361 1253518.62 0.190

2011 n/a n/a n/a n/a n/a


(6)

ke SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bogor dan lulus tahun 2009.

Kemudian, penulis diterima sebagai mahasiwa Departemen Ilmu Ekonomi,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, melalui jalur PMDK.

Selama di IPB, penulis tergabung dalam UKM Lingkung Seni Sunda Gentra

Kaheman divisi tari dan beberapa kali tampil sebagai pengisi acara di dalam

maupun luar kampus, diantaranya dalam

workshop

internasional The 8th

QS-APLLE di Nusa Dua Bali tahun 2012. Penulis juga tergabung dalam Bina Desa

BEM KM IPB sebagai bendahara divisi Komunikasi dan Infomasi pada tahun

2009, dan sebagai bendahara umum pada tahun 2010. Di tingkat fakultas, penulis

tergabung dalam BEM FEM Kabinet Progresif sebagai bendahara Departemen

Pendidikan tahun 2011. Penulis merupakan

runner up

1

FEM

Ambassador

2010,

dan Mahasiswa Berprestasi Departemen Ilmu Ekonomi 2011 dengan IPK 3.93

pada semester 7. Di luar bidang akademik, penulis merupakan Juara 1 Lomba

Aerobik tingkat TPB pada tahun 2009, Juara 2 Lomba Aerobik tingkat IPB dan

tingkat fakultas pada tahun 2010, dan Juara 1 Lomba Aerobik tingkat IPB tahun

2011.