Analisis Kestabilan Daya Saing Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN Periode 2004-2013.

(1)

i

ANALISIS KESTABILAN DAYA SAING EKSPOR TEH INDONESIA KE PASAR ASEAN PERIODE 2004-2013

SKRIPSI

Oleh:

MADE HARDI SATRYANA NIM :1206105029

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(2)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal 21 Maret 2016

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Prof. Dr. I Made SuyanaUtama, SE., M.S. ...

2. Sekretaris : Ni Luh Karmini, SE., Msi. ...

3. Anggota : Drs. I Nengah Kartika, M.Si. ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing

Prof. Dr. I Made Suyana Utama, SE., MS Ni Luh Karmini, SE., Msi NIP. 19540429 198303 1 002 NIP.198101312006042002


(3)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 3 Februari 2016

Mahasiswa

Made Hardi Satryana 1206105029


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Kestabilan Daya Saing Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN Periode

2004-2013” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan

ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof.Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE, M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Prof. Dr. I Made Suyana Utama, SE., M.S., dan Bapak Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE., M.E., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. Dewa Nyoman Budiana, M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

5. Ibu Ni Luh Karmini, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing atas bimbingan, masukan serta motivasinya selama pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. I Made Suyana Utama, SE., M.S., selaku dosen pembahas skripsi atas waktu dan masukannya selama pengerjaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. I Nengah Kartika, M.Si., selaku dosen penguji skripsi atas waktu dan masukannya selama pengerjaan skripsi ini.


(5)

v

8. Dosen-dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan dan jurusan lain yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala ilmu, pengalaman, masukan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Orang tua tercinta Bapak Ketut Diatmika dan Ni Nyoman Niti, S.Pd., serta kakak tersayang Putu Evi Astra Wiyana, S.S. atas dukungan, materi, masukan, kasih saying dan doa yang tulus dan tiada hentinya.

10. Sahabat-sahabat saya di Grup Jonessick World EP 2012 antara lain: IB. Mulya Iswara, Guna Juliartha, SE., Dede Satrya Dharma, SE., IB Adi Sutrisna, Echa Andikha, A.A Aditya Mulya Putra, Komang Samaranatha, Angga Eka Putra, Agus Saputra, Widi Permana, Irvan, SE., weda karanata, Ogi Suparsa SE., Kadek Bina, Eddy Poltek yang selalu bersedia menemani disaat mengalami suka maupun duka, serta bersedia memberikan bantuan materi dan moral disaat kesusahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 3 Februari 2016


(6)

vi

Judul : ANALISIS KESTABILAN EKSPOR TEH INDONESIA KE PASAR ASEAN PERIODE 2004-2013

Nama : Made Hardi Satryana NIM : 1206105029

ABSTRAK

Indonesia memiliki banyak keunggulan didalam melakukan perdagangan internasional, salah satunya pada sektor perkebunan. Komoditi perkebunan yang diunggulkan antara lain, kelapa sawit, kopi, cokelat, cengkeh dan teh. Komoditi-komoditi tersebut perkembangannya cukup bagus tahun demi tahun sampai sekarang. Ada satu komoditi dengan perkembangan yang menurun yaitu teh. Memasuki perdagangan bebas, Indonesia harus memperbaiki kondisi tersebut agar komoditi unggulan Indonesia tidak hilang dan dapat bersaing khususnya di Pasar ASEAN.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya saing ekspor teh, pangsa pasar ekspor teh dan kestabilan daya saing ekspor teh Indonesia ke Pasar ASEAN. Objek penelitian ini adalah Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui website UNCOMTRADE. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, sedangkan teknik analisis yang digunakan yaitu analisis RCA, CMS dan Trend Linear.

Hasil analisis menunjukkan daya saing ekspor teh Indonesia di Pasar ASEAN kuat, CMSA menunjukkan pertumbuhan ekspor teh Indonesia yang bernilai positif, efek komposisi komoditas teh Indonesia bernilai negatif, efek distribusi pasar ASEAN bernilai positif serta nilai positif pada efek daya saing. Hasil trend linear menunjukkan daya saing ekspor teh Indonesia di Pasar ASEAN stabil.


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU ... 11

2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Perdagangan Internasional ... 11

2.1.2 Daya Saing ... 14

2.1.3 Ekspor ... 16

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Desain Penelitian ... 19

3.2 Lokasi Penelitian... 19

3.3 Objek Penelitian... 20

3.4 Identifikasi Variabel ... 20

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 21

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 23

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.8 Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 30

4.1 Gambaran Umum Perkembangan Teh Indonesia ... 30

4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 33

4.2.1 Daya Saing Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN ... 33

4.2.2 Pangsa Pasar Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN ... 35

4.2.3 Kestabilan Daya Saing Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN ... 37


(8)

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan... 42

5.2 Saran... 43

DAFTAR RUJUKAN ... 45


(9)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Tahun

2005-2014 ... 2 1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Indonesia Tahun

2000-2013 ... 3 1.3 Perkembangan Ekspor Teh Indonesia, Vietnam, Malaysia,

Singapura dan Thailand di Pasar ASEAN Tahun 2004-2013 (000

US Dollar) ... 6 1.4 Perkembangan Ekspor Total Indonesia, Vietnam, Malaysia,

Singapura dan Thailand di Pasar ASEAN Tahun 2004-2013 (000

US Dollar)... 7 4.1 Perkembangan Luas Areal Teh Menurut Status Pengusahaan

Tahun 2005-2014 ... 31 4.2 Perkembangan Produksi Teh Menurut Status Pengusahaan Tahun

2005-2014... 32 4.3 Tingkat Daya Saing Ekspor Teh Indonesia, Vietnam, Malaysia,

Singapura dan Thailand di Pasar ASEAN Tahun 2004-2013 ... 34 4.4 Pertumbuhan Ekspor Teh Indonesia di Pasar ASEAN Tahun

2004-2013... 37 4.5 Hasil Regresi Analisis Trend Daya Saing Ekspor Teh Indonesia ... 38 4.6 Hasil Proyeksi Trend Daya Saing Ekspor Teh Indonesia ke Pasar


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Lampiran Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 19 4.1 Batas-batas Penerimaan dan Penolakan H0 Pengujian Dua Sisi ... 39


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Uji RCA ... 49 2 Uji CMSA ... 50 3 Uji Trend Linear ... 51


(12)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menutupi kekurangan kebutuhan dalam negeri yang tidak bisa dipenuhi. Perdagangan internasional memiliki ketergantungan yang saling menguntungkan satu sama lain antar negara yang bersangkutan. Suatu negara yang memiliki keunggulan untuk memproduksi barang dengan efisien dan efektif akan melakukan ekspor ke negara yang membutuhkan barang tersebut. Kegiatan impor dilakukan jika suatu negara mendatangkan barang dari luar negeri untuk menutupi kekurangan barang tersebut di dalam negeri. Perdagangan internasional merupakan aspek penting didalam perekonomian dan membuktikan bahwa setiap negara tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan negara lain.

Kegiatan perdagangan internasional akan berdampak positif bagi suatu negara jika dalam neraca pembayaran Indonesia mengalami surplus yaitu lebih besar ekspor dibandingkan impor. Perdagangan internasional juga dapat mengalami defisit yaitu lebih besar impor dibandingkan dengan ekspor, sehingga pertumbuhan perekonomian pun terganggu. Indonesia harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada untuk diolah sebaik-baiknya agar bisa diekspor dengan baik dan mengimpor barang yang seperlunya dibutuhkan di dalam negeri.


(13)

2

Perkembangan nilai ekspor dan impor Indonesia tahun 2005-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2005-2014 Tahun Nilai Ekspor (000 US$) Nilai Impor (000 US$)

2005 85.659.948 57.700.881

2006 100.798.616 61.065.465

2007 114.100.873 74.473.429

2008 137.020.424 129.244.050

2009 116.509.992 96.829.163

2010 157.779.103 135.663.280

2011 203.496.619 177.435.550

2012 190.031.839 191.690.908

2013 182.551.754 186.628.631

2014 176.292.460 178.179.340

Sumber: UN COMTRADE, 2014

Perkembangan nilai ekspor dan impor Indonesia pada tahun 2005-2014 mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Peningkatan ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 45.717.516.000 US$. Penurunan ekspor terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 20.510.432.000 US$. Penurunan tersebut terjadi karena krisis finansial global. Peningkatan impor terbesar terjadi tahun 2008 sebesar 54.770.621.000 US$, karena adanya krisis moneter. Tahun 2009 terjadi penurunan impor tertinggi karena pasca krisis moneter yaitu sebesar 32.414.887.000 US$. Nilai impor tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 191.690.908.000 US$, karena meningkatnya impor non migas dan migas serta meningkatnya impor bahan baku dan barang modal. Pada tahun 2012-2014 nilai impor lebih tinggi dari nilai ekspor membuat Indonesia mengalami defisit pada neraca pembayaran (Briliant, 2013).

Perkembangan nilai ekspor Indonesia yang lebih dominan dibandingkan nilai impornya tidak lepas dari kontribusi ekspor nonmigas yang lebih besar


(14)

3

berkisar antara 73,53%-83,88% dibandingkan migas (Chalid, 2011). Perkembangan nilai ekspor non migas di Indonesia tahun 2000-2013 dapat diperhatikan pada Tabel 1.2 dibawah ini:

Tabel 1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Indonesia Tahun 2000-2013 Tahun Nilai Ekspor Non Migas (US$) Perkembangan (%)

2000 47757,4

2001 43684,6 -8,53

2002 45046,1 3,12

2003 47406,8 5,24

2004 55939,3 17,99

2005 66428,4 18,75

2006 79589,1 19,81

2007 92012,3 15,61

2008 107894,2 17,26

2009 97491,7 -9,64

2010 129739,5 33,08

2011 162019,6 24,88

2012 153043 -5,54

2013 145960 -4,63

Sumber: BPS, 2015

Perkembangan ekspor non migas di Indonesia tahun demi tahun mengalami fluktuasi yang dapat dilihat di Tabel 1.2. Perkembangan nilai ekspor non migas Indonesia mengalami penurunan tertinggi yaitu pada tahun 2009 sebesar 9,64 persen, karena Indonesia terkena dampak dari krisis financial global. Peningkatan tertinggi ekspor non migas Indonesia terjadi pada tahun 2010 sebesar 33,08, karena masa pemulihan pasca krisis finansial global (Anas dan Rahmawati, 2015).

Perkembangan ekspor non migas pada sektor pertanian menyumbang devisa lebih kecil yaitu sebesar 5.569.000.000 US$ dibandingkan dengan sektor industri sebesar 115.066.000.000 US$ periode tahun 2011-2015, sehingga sektor


(15)

4

pertanian harus lebih ditingkatkan (Kemendag, 2016). Sektor pertanian dalam arti luas meliputi tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, perikanan dan peternakan (Ekaputri, 2008). Sub sektor perkebunan adalah sub sektor yang lebih banyak menyumbang devisa bagi sektor pertanian karena selalu mengalami surplus dan dapat menutupi sub sektor lain yang mengalami defisit. Salah satu komoditas perkebunan yang diandalkan selain kelapa sawit, karet, kakao dan kopi yaitu teh (Ramadhani, 2013).

Teh merupakan salah satu produk unggulan pada sektor perkebunan di Indonesia dalam kegiatan ekspor maupun pasar dalam negeri (Teresia, 2012). Menurut Agrawal (2006) menjelaskan bahwa teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi karena rasanya serta pertimbangan biaya. Pemasarannya telah menembus pasar internasional seperti ke negara Turki, Belanda dan Maroko serta teh memiliki kedudukan hampir sama dengan kopi yang merupakan minuman terpopuler di dunia (Spillane,1992).

Indonesia merupakan pengekspor teh terbesar yang sempat menduduki peringkat kelima negara pengekspor teh terbesar didunia, setelah Sri Lanka, Kenya, Cina dan India (Wardani dan Sudirman, 2015). Industri teh memiliki peran penting bagi negara pengekspor teh karena dapat memberikan pemasukan yang besar bagi negara tersebut (Sivanesan, 2013). Peluang ini harus dapat dimanfaatkan dengan memasarkannya ke pasar internasional khususnya di Pasar ASEAN (Association Of South East Asian Nations). ASEAN merupakan organisasi regional yang awalnya beranggotakan lima negara pada tahun 1967. Anggota ASEAN semakin bertambah hingga sekarang menjadi sepuluh negara.


(16)

5

Organisasi ini memiliki tujuan yaitu meningkatkan kerjasama, saling membantu, perdamaian dan stabilitas antar negara anggota ASEAN.

Berkumpulnya beberapa Negara menjadi satu organisasi tentunya akan menimbulkan persaingan antar belah pihak untuk menjadi lebih dominan dengan menonjolkan keunggulannya masing-masing. Salah satu persaingannya yaitu dalam hal perdangangan internasional. Daya saing kuat yang dimiliki Indonesia akan meningkatkan ekspor sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat. Daya saing yang tidak kuat dalam perdagangan bebas akan menyebabkan penurunan harga akibat produksi dunia berlimpah yang dapat menimbulkan banjir impor (import surge) pada Indonesia (Saktyanu dkk, 2012).

Persaingan antar sesama negara ASEAN dapat dimenangkan oleh setiap negara yang memiliki tiga faktor penting, yaitu komposisi komoditi, distribusi pasar dan daya saing. Indonesia dapat mengkomposisikan komoditi yang diekspornya dengan baik dan tepat, mampu melihat peluang dan memilih negara tujuan ekspor yang memiliki pertumbuhan impor tinggi serta daya saing yang dimiliki lebih kuat dibandingkan dengan negara lain, maka Indonesia dapat bertahan menghadapi persaingan perdagangan internasiaonal di Kawasan ASEAN serta diharapkan mampu bersaing dalam ajang MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang akan diadakan pada awal tahun 2016, dimana anggota negara Asean diberikan kebebasan dalam kegiatan perdagangan antar negara sesama anggota ASEAN (Hadi dan Mardianto, 2004).

Negara anggota ASEAN yang melakukan kegiatan ekspor komoditas teh ke pasar internasional khususnya di ASEAN adalah Indonesia, Malaysia,


(17)

6

Vietnam, Singapura dan Thailand. Perkembangan ekspor teh Indonesia, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand di Pasar ASEAN tahun 2004-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.3. Penurunan tertinggi ekspor teh Indonesia di Pasar ASEAN terjadi pada tahun 2012 sebesar 2.935.000 US$. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 3.605.000 US$. Nilai ekspor teh Indonesia di Pasar ASEAN tahun 2004-2013 lebih besar dibandingkan Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand.

Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Teh Indonesia, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand di Pasar ASEAN Tahun 2004-2013 (000 US Dollar)

Tahun Indonesia Vietnam Malaysia Singapura Thailand 2004 12.894 2.951 1.479 1.602 138 2005 15.189 3.474 2.056 1.418 180 2006 16.297 5.688 1.721 1.496 420 2007 18.727 8.288 2.373 1.610 897 2008 21.683 9.116 3.059 2.157 993 2009 19.157 11.456 3.775 3.030 1.623 2010 22.039 12.190 5.021 2.781 1.201 2011 25.396 16.503 5.141 4.276 892 2012 22.461 21.249 5.548 6.580 1.530 2013 26.066 20.478 5.733 7.355 2.932 Sumber: UN COMTRADE, 2014

Perubahan ekspor teh masing-masing negara ternyata tidak mempengaruhi total ekspor masing-masing negara, karena teh merupakan salah satu dari sekian banyak produk yang diekspor oleh masing-masing negara tersebut. Tabel 1.4 menunjukkan perkembangan ekspor total Indonesia, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand di Pasar ASEAN tahun 2004-2013 mengalami penurunan pada tahun 2009, karena dimulainya krisis finansial global yang telah menimpa berbagai negara maju dan berkembang yang disusul anjloknya harga minyak dunia (ICN, 2008). Tahun 2012 dan 2013 Indonesia juga mengalami penurunan.


(18)

7

Ekspor total terbesar Indonesia terjadi pada tahun 2011 yaitu 42.098.910.000 US$. Vietnam, Thailand dan Malaysia terjadi penurunan tahun 2009, sedangkan Singapura pada tahun 2009 dan 2013. Nilai ekspor tertinggi Vietnam, Malaysia dan Thailand terjadi tahun 2013, sedangkan Singapura tahun 2012.

Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Total Indonesia, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Thailand di Pasar ASEAN Tahun 2004-2013 (000 US Dollar)

Tahun Indonesia Vietnam Malaysia Singapura Thailand 2004 12.995.365 4.046.455 31.657.624 62.650.201 21.177.856 2005 15.824.920 5.743.520 36.848.814 71.928.945 23.968.586 2006 18.483.087 6.409.685 41.886.933 83.864.103 27.231.062 2007 22.292.114 8.110.296 44.972.509 95.003.470 32.894.237 2008 27.170.819 10.337.717 51.004.511 108.458.305 39.655.838 2009 24.623.898 8.761.292 40.439.529 81.646.498 32.490.608 2010 33.347.509 10.364.659 50.498.029 106.634.053 44.333.936 2011 42.098.910 13.655.952 56.061.399 127.514.808 54.304.687 2012 41.831.096 17.426.527 60.919.762 129.831.250 56.732.360 2013 40.629.939 18.584.430 63.926.170 128.780.785 59.317.590 Sumber : UNCOMTRADE, 2014

Indonesia merupakan negara pengekspor teh terbesar ke lima, tetapi perkembangan ekspor teh Indonesia terus menurun sehingga peringkat indonesia menurun menjadi diposisi ke tujuh. Pasar utama teh yang dikuasai Indonesia telah diambil oleh negara-negara pesaingnya. Penurunan pangsa volume ekspor teh Indonesia tersebut kemungkinan karena lemahnya daya saing teh Indonesia di pasar dunia (Suprihatini, 2005). Teh sebagai produk minuman yang kepopulerannya hampir sama dengan kopi dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diandalkan untuk diekspor, diharapkan agar kondisi penurunan komoditi teh di pasar dunia ini tidak mempengaruhi daya saing ekspor teh Indonesia antar anggota ASEAN di Pasar ASEAN dalam menghadapi MEA.


(19)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana daya saing ekspor teh Indonesia ke Pasar ASEAN ? 2. Bagaimana pangsa pasar ekspor teh Indonesia ke Pasar ASEAN ?

3. Bagaimana kestabilan daya saing ekspor teh Indonesia ke Pasar ASEAN ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui daya saing ekspor teh Indonesia ke Pasar ASEAN. 2. Untuk mengetahui pangsa pasar teh Indonesia ke Pasar ASEAN.

3. Untuk mengetahui kestabilan daya saing ekspor teh Indonesia ke Pasar ASEAN.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, maka dapat diuraikan kegunaan penelitian ini menjadi 2 bagian yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperluas penelitian tentang teori perdagangan internasional khususnya mengenai daya saing, pangsa pasar dan kestabilan daya saing teh Indonesia di ASEAN. Serta diharapkan mampu menambah wawasan atau ilmu


(20)

9

pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi dalam menerapkan teori perdagangan internasional.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis penelitian ini diharapkan agar mengetahui bagaimana kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia agar tetap menjaga eksistensi ekspor teh di Pasar ASEAN.

1.5 Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masing-masing bab dapat diperinci sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitiannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam laporan ini penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan


(21)

10

sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung variabel pendapatan asli daerah, belanja tidak langsung, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Provinsi Bali.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan hasil uraian pembahasan pada bab sebelumnya, keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan dan saran atas penelitian yang dilakukan agar nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.


(22)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori perdagangan internasional

Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara dengan negara lain diluar batas wilayah negara tersebut (Amir, 2000). Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang munculnya perdagangan internasional antar negara, yaitu (Nopirin, 2012: 7-35):

1. Teori Klasik

a. Kemanfaatan absolut (Absolute Advantage: Adam Smith), teori ini sering disebut dengan teori murni (pure theory) perdagangan internasional karena teori ini lebih memusatkan pada variabel riilnya saja misalnya variabel tenaga kerja digunakan untuk mengukur besarnya nilai suatu barang. Tingginya nilai suatu barang menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan jumlahnya besar. b. Kemanfaatan relatif (Comparative Advantage: J.S Mill), teori ini

menyebutkan bahwa suatu negara akan melakukan ekspor jika memiliki comparative advantage terbesar atau biaya dalam menghasilkan suatu barang lebih murah. Sedangkan suatu negara akan melakukan impor jika memiliki comparative disadvantage lebih besar atau dalam menghasilkan suatu barang biaya yang dikeluarkan lebih besar. Menurut Archarya (2008) juga menyatakan bahwa suatu negara akan memiliki keunggulan komparatif apabila


(23)

12

dalam proses produksinya menghabiskan biaya rendah dibandingkan dengan negara lain.

c. Biaya relatif (Comparative Cost: David Ricardo), teori ini menjelaskan tentang nilai/value suatu barang tergantung pada banyaknya faktor produksi yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan didalam proses menghasilkan barang tersebut (labor cost value theory). Antar negara akan melakukan kegiatan perdagangan internasional jika masing-masing negara memiliki comparative cost yang paling kecil.

d. Kelemahan teori klasik

Teori klasik menjelaskan bahwa perdagangan internasional akan menguntungkan jika terdapat kemanfaatan relatif yang berbeda antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan adanya perbedaan kemanfaatan relatif tersebut karena adanya perbedaan fungsi produksi antara dua negara atau lebih. Jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja dan nilai produksinya akan sama sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Syarat timbulnya perdagangan antarnegara adalah adanya perbedaan fungsi produksi antar dua negara. Namun teori klasik tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan antara dua negara.


(24)

13 2. Teori Modern

a. Faktor Proporsi (Hecksher dan Ohlin)

Teori modern dimulai dengan menganggap bahwa fngsi produksi itu sama dan menjelaskan penyebab perbedaaan kemanfaatan relatif antara dua negara atau lebih adalah proporsi pemilikan faktor produksi. Sehingga kelemahan teori klasik dapat dijawab dengan meenggunakan teori proporsi. Teori ini menyatakan perbedaaan dalam kemungkinan biaya suatu negara dengan negara lain terjadi karena perbedaan jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari negara lain, sedangkan negara lain memiliki kapital dari negara tersebut. Sehingga terjadi pertukaran. Dalam teori ini secara mudah dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva Isocost dan Isoquant. b. Kesamaan harga faktor produksi

Teori ini menjelaskan perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa negara. Negara B memiliki lebih banyak faktor produksi kapital dengan semakin banyaknya produksi barang Y, permintaan kapital akan bertambah maka harganya cenderung naik. Sebaliknya semakin sedikit produksi barang X permintaan tenaga kerja juga berkurang sehingga harga cenderung rendah. sebelum berdagang upah lebih tinggi di B, tetapi harga kapital lebih tinggi di A.


(25)

14

Dengan berdagang tendensi upah dan harga kapital akan sama di kedua negara tersebut

c. Teori permintaan dan penawaran

Perdagangan antara dua negara pada prinsipnya terjadi karena adanya permintaan dan penawaran antara dua negara tersebut. Permintaan terjadi karena perbedaan pendapatan dan selera, sedangkan penawaran terjadi karena perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.

d. Kurva kemungkinan produksi dan indifference

Kurva kemungkinan produksi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan secara penuh untuk menghasilkan jumlah output tertentu. Bentuk kurva ini tergantung dari ongkos alternatif yang digunakan.

e. Offer Curve

Seorang ahli ekonomi dari Inggris bernama James Meade mengemukakan alat analisa offer curve untuk menjelaskan terjadinya keseimbangan harga internasional. Menentukan harga serta volume perdagangan dalam keadaan seimbang, offer curve dan trade indifference curve harus digabungkan.

2.1.2 Konsep daya saing

Asal mula konsep daya saing adalah dari konsep keunngulan komparatif oleh David Ricardo. Daya saing dapat dibagi sesuai tingkatannya yaitu negara,


(26)

15

industri dan perusahaan. Daya saing atau competitiveness berasal dari bahasa latin yaitu competer artinya keikutsertaan dan keterlibatan didalam suatu persaingan bisnis pada sebuah pasar yang menunjukkan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara (Ambastha dan Momaya, 2004). Daya saing merupakan kemampuan yang dimiliki komoditas suatu negara dapat memberikan keuntungan terus-menerus bagi negara tersebut serta dapat memperbaiki pangsa pasar (Martin et al. dalam Rifai dan Tarumun, 2005). Menurut Latruffe (dalam David, 2013) daya saing adalah kemampuan suatu negara untuk menawarkan produk dan layanan yang memenuhi standar kualitas, harga pasar dan nilai baik dalam negeri maupun luar negeri serta mendapatkan keuntungan yang memadai sebagai pengganti sumber daya yang digunakan dalam proses produksi mereka.

Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi suatu negara memiliki keunggulan pada komoditasnya adalah faktor alam (keunggulan absolute), manajemen produksi yang membuat biaya produksi menjadi rendah dan tingkat teknologi yang digunakan akan menimbulkan keunggulan komparatif. Daya saing dapat dianalisis menggunakan 2 pendekatan yaitu (Rifai dan Tarumun, 2005):

1. RCA (Revealed Comparative Advantage) dikembangkan oleh Ballasa, menunjukkan ekspor komoditas dari suatu negara terhadap total ekspor Negara tersebut dan total ekspor dunia. Kemudian, indeks spesialisasi perdagangan (net ekspor /total trade) menggambarkan keunggulan suatu negara terhadap komoditasnya yang menyatakan suatu negara sebagai eksportir atau importir. Menurut Erkan dan Saricoban (2014) menyatakan bahwa adanya keterkaitan antara keunggulan komparatif dengan RCA


(27)

16

yaitu EC > CA > TPC > RCA. Economic condition (EC) suatu negara akan menentukan comparative advantage (CA) secara internasional. Keadaan ini yang akan mengatur pola dari perdagangan, produksi dan konsumsi internasional antar negara (TPC) yang mendasari perbandingan RCA.

2. CMS (Constant Market Share) dikembangkan oleh Richardson untuk mengukur dinamika tingkat daya saing ekspor yang menunjukkan efek dari pertumbuhan ekspor, sehinggga dapat diketahui apakah ekspor komoditas yang diteliti mengalami peningkatan atau penurunan di pasaran dunia berdasarkan pada pangsa pasar periode tahun sebelumnya. Gambaran pertumbuhan ekspor pada CMS ini meggunakan 3 efek komposisi yaitu efek pertumbuhan standar (growth effect) menunjukkan keuntungan yang didapat suatu negara dari kegiatan ekspor komoditasnya akibat pertumbuhan perdagangan komoditas tersebut di pasar dunia, efek distribusi pasar (distribution market effect) menunjukkan kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan pasar ekspor komoditas dari suatu negara dan efek sisa (residual effect) menunjukkan daya saing komoditas suatu negara antar negara lain di pasar ekspor.

2.1.3 Konsep ekspor

Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa ke negara lain yang diselenggarakan oleh penduduk negara tersebut seperti pengangkutan dengan kapal, permodalan dan lain-lain yang berkaitan dengan ekspor tersebut (Winardi, 1986). Suatu negara dapat melakukan ekspor karena produksi barang negara


(28)

17

tersebut berlebihan atau pemenuhan kebutuhan barang tersebut telah terpenuhi di dalam negeri dan produksi barang tersebut lebih efektif dan efisien sehingga harganya lebih murah serta kualitas bagus dibandingkan negara lain pada persaingan perdagangan Internasional. Ekspor adalah salah satu sektor penting didalam perekonomian suatu negara melalui perluasan pasar antar negara yaitu perluasan pada sektor industri, sehingga mendorong industry-industi lainnya dan akhirnya akan mendorong sektor lainnya dari perekonomian (G.M. Meier dan Baldwin dalam Galih dan Setiawina, 2014).

2.2Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Pengkajian atas hasil – hasil penelitian sebelumnya akan sangat membantu peneliti-peneliti lainnya dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman komprehensif mengenai posisi peneliti. Beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu:

1. Menurut Rakhmadina dkk. (2013) dengan penelitiannya yang berjudul

“Analisis Tingkat Daya Saing Karet Indonesia” menggunakan teknik

analisis Uji Mann-Whitney, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata jumlah produksi karet alam dan sintesis; jumlah impor karet alam; jumlah ekspor karet alam dan sintesis; serta daya saing ekspor karet antara negara Indonesia dengan Thailand dari tahun 2007-2011. Jumlah konsumsi karet alam dan sintesis; jumlah impor karet sintesis antara Indonesia dengan Thailand tidak terdapat perbedaan yang nyata.


(29)

18

2. Menurut Ratnawati (2011) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekspor Karet Alam Indonesia Di Pasar Internasional”. Hasil dari penelitian tersebut adalah Indonesia memiliki peluang yang besar dalam ekspor karet alam karena nilai ECI Indonesia hingga tahun 2008 lebih kecil dari 1 dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand.

3. Menurut Ragimun (2007) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Daya

Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China”

menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor komoditas karet dan produk dari karet Indonesis selama tahun 2001-2010 terus mengalami peningkatan dan rata-rata kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 6 persen. Demikian juga nilai impornya mengalami tren naik, namun rata-rata impornya lebih rendah yaitu hanya 1 persen. Daya saingnya cukup tinggi yaitu tahun 2001-2010 rata-rata RCA diatas 4. Tahun 2010 RCA sebesar 5,17. Daya saing Indonesia terhadap China rata-rata RCAnya sangat tinggi yaitu diatas 6, sedangkan tahun 2010 sebesar 7,44. Dari hasil perhitungan ISP, rata-ratanya sebesar 0,70 atau mendekati 1. Artinya Indonesia masih dominan menjadi pengekspor karet dan produk dari karet. Untuk IKP nya menunjukkan rata-rata dibawah 0,30 selama 2001-2010 yang menunjukkan bahwa konsentrasi pasar komoditas karet dan produk dari karet Indonesia tidak seluruhnya terkonsentrasi di negara China.


(1)

2. Teori Modern

a. Faktor Proporsi (Hecksher dan Ohlin)

Teori modern dimulai dengan menganggap bahwa fngsi produksi itu sama dan menjelaskan penyebab perbedaaan kemanfaatan relatif antara dua negara atau lebih adalah proporsi pemilikan faktor produksi. Sehingga kelemahan teori klasik dapat dijawab dengan meenggunakan teori proporsi. Teori ini menyatakan perbedaaan dalam kemungkinan biaya suatu negara dengan negara lain terjadi karena perbedaan jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari negara lain, sedangkan negara lain memiliki kapital dari negara tersebut. Sehingga terjadi pertukaran. Dalam teori ini secara mudah dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva Isocost dan Isoquant. b. Kesamaan harga faktor produksi

Teori ini menjelaskan perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa negara. Negara B memiliki lebih banyak faktor produksi kapital dengan semakin banyaknya produksi barang Y, permintaan kapital akan bertambah maka harganya cenderung naik. Sebaliknya semakin sedikit produksi barang X permintaan tenaga kerja juga berkurang sehingga harga cenderung rendah. sebelum berdagang upah lebih tinggi di B, tetapi harga kapital lebih tinggi di A.


(2)

Dengan berdagang tendensi upah dan harga kapital akan sama di kedua negara tersebut

c. Teori permintaan dan penawaran

Perdagangan antara dua negara pada prinsipnya terjadi karena adanya permintaan dan penawaran antara dua negara tersebut. Permintaan terjadi karena perbedaan pendapatan dan selera, sedangkan penawaran terjadi karena perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas.

d. Kurva kemungkinan produksi dan indifference

Kurva kemungkinan produksi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan secara penuh untuk menghasilkan jumlah output tertentu. Bentuk kurva ini tergantung dari ongkos alternatif yang digunakan.

e. Offer Curve

Seorang ahli ekonomi dari Inggris bernama James Meade mengemukakan alat analisa offer curve untuk menjelaskan terjadinya keseimbangan harga internasional. Menentukan harga serta volume perdagangan dalam keadaan seimbang, offer curve dan trade indifference curve harus digabungkan.

2.1.2 Konsep daya saing

Asal mula konsep daya saing adalah dari konsep keunngulan komparatif oleh David Ricardo. Daya saing dapat dibagi sesuai tingkatannya yaitu negara,


(3)

industri dan perusahaan. Daya saing atau competitiveness berasal dari bahasa latin yaitu competer artinya keikutsertaan dan keterlibatan didalam suatu persaingan bisnis pada sebuah pasar yang menunjukkan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara (Ambastha dan Momaya, 2004). Daya saing merupakan kemampuan yang dimiliki komoditas suatu negara dapat memberikan keuntungan terus-menerus bagi negara tersebut serta dapat memperbaiki pangsa pasar (Martin et al. dalam Rifai dan Tarumun, 2005). Menurut Latruffe (dalam David, 2013) daya saing adalah kemampuan suatu negara untuk menawarkan produk dan layanan yang memenuhi standar kualitas, harga pasar dan nilai baik dalam negeri maupun luar negeri serta mendapatkan keuntungan yang memadai sebagai pengganti sumber daya yang digunakan dalam proses produksi mereka.

Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi suatu negara memiliki keunggulan pada komoditasnya adalah faktor alam (keunggulan absolute), manajemen produksi yang membuat biaya produksi menjadi rendah dan tingkat teknologi yang digunakan akan menimbulkan keunggulan komparatif. Daya saing dapat dianalisis menggunakan 2 pendekatan yaitu (Rifai dan Tarumun, 2005):

1. RCA (Revealed Comparative Advantage) dikembangkan oleh Ballasa, menunjukkan ekspor komoditas dari suatu negara terhadap total ekspor Negara tersebut dan total ekspor dunia. Kemudian, indeks spesialisasi perdagangan (net ekspor /total trade) menggambarkan keunggulan suatu negara terhadap komoditasnya yang menyatakan suatu negara sebagai eksportir atau importir. Menurut Erkan dan Saricoban (2014) menyatakan bahwa adanya keterkaitan antara keunggulan komparatif dengan RCA


(4)

yaitu EC > CA > TPC > RCA. Economic condition (EC) suatu negara akan menentukan comparative advantage (CA) secara internasional. Keadaan ini yang akan mengatur pola dari perdagangan, produksi dan konsumsi internasional antar negara (TPC) yang mendasari perbandingan RCA.

2. CMS (Constant Market Share) dikembangkan oleh Richardson untuk mengukur dinamika tingkat daya saing ekspor yang menunjukkan efek dari pertumbuhan ekspor, sehinggga dapat diketahui apakah ekspor komoditas yang diteliti mengalami peningkatan atau penurunan di pasaran dunia berdasarkan pada pangsa pasar periode tahun sebelumnya. Gambaran pertumbuhan ekspor pada CMS ini meggunakan 3 efek komposisi yaitu efek pertumbuhan standar (growth effect) menunjukkan keuntungan yang didapat suatu negara dari kegiatan ekspor komoditasnya akibat pertumbuhan perdagangan komoditas tersebut di pasar dunia, efek distribusi pasar (distribution market effect) menunjukkan kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan pasar ekspor komoditas dari suatu negara dan efek sisa (residual effect) menunjukkan daya saing komoditas suatu negara antar negara lain di pasar ekspor.

2.1.3 Konsep ekspor

Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa ke negara lain yang diselenggarakan oleh penduduk negara tersebut seperti pengangkutan dengan kapal, permodalan dan lain-lain yang berkaitan dengan ekspor tersebut (Winardi, 1986). Suatu negara dapat melakukan ekspor karena produksi barang negara


(5)

tersebut berlebihan atau pemenuhan kebutuhan barang tersebut telah terpenuhi di dalam negeri dan produksi barang tersebut lebih efektif dan efisien sehingga harganya lebih murah serta kualitas bagus dibandingkan negara lain pada persaingan perdagangan Internasional. Ekspor adalah salah satu sektor penting didalam perekonomian suatu negara melalui perluasan pasar antar negara yaitu perluasan pada sektor industri, sehingga mendorong industry-industi lainnya dan akhirnya akan mendorong sektor lainnya dari perekonomian (G.M. Meier dan Baldwin dalam Galih dan Setiawina, 2014).

2.2Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Pengkajian atas hasil – hasil penelitian sebelumnya akan sangat membantu peneliti-peneliti lainnya dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman komprehensif mengenai posisi peneliti. Beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu:

1. Menurut Rakhmadina dkk. (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Tingkat Daya Saing Karet Indonesia” menggunakan teknik analisis Uji Mann-Whitney, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata jumlah produksi karet alam dan sintesis; jumlah impor karet alam; jumlah ekspor karet alam dan sintesis; serta daya saing ekspor karet antara negara Indonesia dengan Thailand dari tahun 2007-2011. Jumlah konsumsi karet alam dan sintesis; jumlah impor karet sintesis antara Indonesia dengan Thailand tidak terdapat perbedaan yang nyata.


(6)

2. Menurut Ratnawati (2011) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Daya Saing Ekspor Karet Alam Indonesia Di Pasar Internasional”. Hasil dari penelitian tersebut adalah Indonesia memiliki peluang yang besar dalam ekspor karet alam karena nilai ECI Indonesia hingga tahun 2008 lebih kecil dari 1 dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand.

3. Menurut Ragimun (2007) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Daya Saing Karet Dan Produk Dari Karet Indonesia Terhadap China” menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor komoditas karet dan produk dari karet Indonesis selama tahun 2001-2010 terus mengalami peningkatan dan rata-rata kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 6 persen. Demikian juga nilai impornya mengalami tren naik, namun rata-rata impornya lebih rendah yaitu hanya 1 persen. Daya saingnya cukup tinggi yaitu tahun 2001-2010 rata-rata RCA diatas 4. Tahun 2010 RCA sebesar 5,17. Daya saing Indonesia terhadap China rata-rata RCAnya sangat tinggi yaitu diatas 6, sedangkan tahun 2010 sebesar 7,44. Dari hasil perhitungan ISP, rata-ratanya sebesar 0,70 atau mendekati 1. Artinya Indonesia masih dominan menjadi pengekspor karet dan produk dari karet. Untuk IKP nya menunjukkan rata-rata dibawah 0,30 selama 2001-2010 yang menunjukkan bahwa konsentrasi pasar komoditas karet dan produk dari karet Indonesia tidak seluruhnya terkonsentrasi di negara China.