Analisis Daya TarikPenentuan LokasiSMK Berbasis Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun

(1)

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK

BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Oleh :

NUR AINI

117003043/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013


(2)

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK

BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NUR AINI

NIM : 117003043

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013


(3)

Judul : Analisis Daya TarikPenentuan LokasiSMK Berbasis Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun Nama Mahasiswa : Nur Aini

Nomor Pokok : 117003043

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP Dr. Rujiman, MA

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 08 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP

Anggota

: 1. Dr. Rujiman, MA

2. Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

3. Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D.Ak

4. Agus Suriadi, S.Sos. M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ Analisis Daya Tarik Penentuan Lokasi SMK Berbasis Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapa pun sebelumnya. Sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2013 Yang membuat Pernyataan


(6)

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Selain itu dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei perlu juga pembangunan pendidikan berorientasi industri. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Alasan pemilihan ketiga kecamatan tersebut sebagai lokasi penelitian disebabkan Kecamatan Silimakuta memiliki potensi yang besar di sektor pertanian yang merupakan kawasan startegis kabupaten (KSK) agropolitan dan merupakan pusat kegiatan agropolitan di Kabupaten Simalungun. Kecamatan Bosar Maligas memliki potensi yang besar di sektor industri karena keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei yang merupakan kawasan strategis nasional (KSN). Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki potensi yang besar di sektor pariwisata yang memiliki tempat wisata Danau Toba yang merupakan kawasan strategis kabupaten (KSK) budaya, lingkungan dan pariwisata tentang analisis daya tarik penentuan lokasi SMK berbasis pengembangan wilayah di Kabupaten Simalungun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ dan analisis gravitasi dengan jumlah sampel responden 100 orang dari 68.222 orang jumlah populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari hasil penelitian dperoleh bahwa potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis

Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2,2226. Daya tarik Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun berdasarkan analisis interaksi (gravitasi), yaitu menggunakan variabel jumlah siswa SMP dan jarak suatu wilayah kecamatan ke wilayah kecamatan lainnya menunjukkan bahwa Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki daya tarik rendah. Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Panei merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Simalungun yang memiliki daya tarik tinggi untuk penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun.


(7)

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian disarankan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. Pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas. Pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison.

Kata kunci: lokasi SMK, potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata, daya tarik kecamatan


(8)

ANALYSIS OF ATTRACTION SMK LOCATION DETERMINATION BASED REGIONAL DEVELOPMENT IN THE DISTRICT SIMALUNGUN

ABSTRACT

Simalungun is an area that has excellent potential in agriculture and tourism, then it is fitting for planning education in Simalungun more oriented on agriculture and tourism. In addition to the special economic zone in Sei Mangkei need also development-oriented education industry. The research was conducted in Simalungun taking place Silimakuta District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon. The third reason for the selection of the district as the study site because Silimakuta district has great potential in the agricultural sector, which is a strategic area of the district (CWC) Agropolitan and is the center of activity in Simalungun Agropolitan. Maligas Bosar districts possess a great potential in the industrial sector due to the presence of Special Economic Zones Sei Mangkei which is a national strategic area (KSN). Girsang districts Sipangan Bolon has great potential in the tourism sector which has tourist attractions of Lake Toba is a strategic area of the district (CWC) culture, environment and tourism appeal of the siting analysis based vocational development in the region Simalungun. The method of analysis used in this study is an analysis of LQ and gravity analysis with a sample of 100 respondents from a population of 68 222 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that potential-based vocational potential areas in the District Silimakuta, Bosar Maligas District, and District Girsang Sipangan Bolon based on the Location Quotient (LQ) the number of workers per sector in 2011 can be identified that Simalungun Silimakuta district is the base on agriculture with values 1.1867 LQ. Maligas Bosar districts are the basis for the industrial sector has the largest LQ value than other districts in the amount of 6.9196 Simalungun. Girsang districts Sipangan Bolon is the base in the tourism sector with a value of 2.2226 LQ. Silimakuta appeal District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon in determining the location of SMK in Simalungun based interaction analysis (gravity), which uses a variable number of junior high school students and a distance districts to other districts showed that District Silimakuta, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon has low appeal. Airport District, Causeway Airport District, District and Sub Soil Java Panei districts in an area that has a fascination Simelungun high for location determination in Simalungun SMK. Determination of location-based vocational potential agricultural areas in the District Panei suggested, this is due to be on the order of rank 1 (first), an agricultural sector basis, have high appeal and yet have SMK. Establishment potential of location-based vocational industrial areas can be performed in the District Bosar Maligas. Establishment potential of location-based vocational tourism region can be performed in the District Haranggaol Harison.

Keywords: SMK locations, potential areas of agriculture, industry and tourism, thedrag districts


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Daya Tarik Penentuan Lokasi SMK Berbasis Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan USU Medan

3. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP, selaku Ketua Komisi Pembimbing, yang dengan penuh ketulusan telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan petunjuk ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi penulis dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak Dr, Rujiman, MA, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.


(10)

6. Bapak Ir. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.

7. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Angkatan 2011 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

8. Abangda Frits Ueki Damanik selaku Kasubbag Program Bappeda Kabupaten Simalungun yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data-data yang berkaitan dengan penyusunan tesis ini.

9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahnda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini. Akhirnya atas segala kekurangan dalam penyusunan tesis, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Amiin.

Medan, Juli 2013 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nur Aini lahir di Kota Medan, tanggal 08 Desember 1977, dari pasangan H. Zainal Abidin dengan Lamsihar Br. Sinaga, dan merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1989 di SD Negeri 060816 Medan. Pada tahun 1992 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Swasta Taman Siswa Medan dan tahun 1995 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Swasta ERIA Medan. Pada Tahun 2001 menyelesaikan Sarjana S-1 di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Saat ini penulis bekerja dilingkungan pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan ditugaskan sebagai staf di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR... iv

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. Penelitian Terdahulu... 10

2.2. Perencanaan Wilayah... 14

2.3. Teori Pusat Pertumbuhan... 19

2.4. Teori Lokasi... 21

2.5. Analisis Interaksi atau Gravitasi... 23

2.6. Pendidikan dalam Konteks Pengembangan Wilayah... 25

2.6.1. Pengertian Pendidikan... 25

2.6.2. Pendidikan Kejuruan... 29

2.6.3. Perencanaan Pendidikan Dalam Memilih Lokasi Sekolah. 31 2.7. Pengembangan Wilayah... 33

2.8. Hubungan Antara Pengembangan Wilayah dan Pendidikan... 35


(13)

BAB III METODE PENELITIAN...41

3.1. Lokasi Penelitian... 41

3.2. Jenis Penelitian ... 41

3.3. Populasi dan Sampel ... 42

3.4. Jenis dan Sumber Data... 43

3.5. Teknik Analisis Data... 43

3.6. Definisi Variabel Operasional Penelitian... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...47

4.1. Hasil Penelitian ... 47

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Simalungun... 47

4.1.1.1. Letak Geografis dan Administrasi... 47

4.1.1.2. Kondisi Fisik Wilayah... 48

4.1.1.2.1. Kemiringan Lereng... 48

4.1.1.2.2. Ketinggian Lahan... 54

4.1.1.3. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia... 54

4.1.1.3.1. Struktur Penduduk... 56

4.1.1.3.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk... 57

4.1.1.4. Potensi Ekonomi Wilayah... 60

4.1.1.4.1. Produk Domestik Regional Bruto...60

4.1.1.5. Lapangan Usaha... 61

4.1.1.6. Kondisi Pariwisata... 62

4.1.1.7. Potensi dan Permasalahan Ekonomi dan Sektor - Unggulan... 65

4.1.1.8. Kondisi Prasarana dan Sarana Kabupaten... 66

4.1.1.8.1. Prasarana Jalan... 66

4.1.2. Tanggapan Responden... 69

4.1.3. Sebaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di - Kabupaten Simalungun ... 72

4.1.4. Analisis Penentuan SMK Berbasis Potensi Wilayah - (Sektor Basis) ... 76


(14)

4.1.5. Analisis Penentuan Lokasi SMK di Kabupaten Simalungun

Berdasarkan Daya Tari...78

4.2. Pembahasan... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...96

5.1. Kesimpulan...96

5.2. Saran ...97


(15)

DAFTAR TABEL

4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun Tahun 2010.51 4.2. Luas Kabupaten Simalungun Menurut Penyebaran Lereng Tahun 2009...52 4.3. Ketinggian dari atas Permukaan Laut... 55 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten

Simalungun Tahun 2010... 56 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Simalungun 2005-2010... 56 4.6. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga

Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010... 57 4.7. Luas Wilayah, Jumlah Desa, Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2010... 58 4.8. PDRB Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2005-2009... 60 4.9. PDRB Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan Tahun

2005-2009... 61 4.10. Jumlah Tenaga Kerja Kabupaten Simalungun berdasarkan Lapangan

Usaha Tahun 2011... 62 4.11. Jenis dan Jumlah Objek Wisata Menurut Kecamatan di Kabupaten

Simalungun Tahun 2009... 63 4.12. Objek Wisata Menurut Kecamatan dan Lokasinya... 64 4.13. PDRB Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009.... 66 4.14. Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jalan di Kabupaten

Simalungun Tahun 2011... 67 4.15. Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan dirinci Menurut

Kecamatan Tahun 2011... 68 4.16. Cita-cita yang diharapkan bagi anak/siswa setelah selesai sekolah... 69 4.17. Pelajaran yang paling anak/siswa sukai... 69 4.18. Pengetahuan anak/siswa mengenai kemana rencana sekolah lanjutan

Yang dituju anak/siswa setelah lulus dari SMP... 70 4.19. Dorongan anak/siswa yang diperoleh untuk melanjutkan ke SMK... 70


(16)

4.20. Minat anak/siswa melanjutkan ke SMK... 71 4.21. Program pilihan anak/siswa bila melanjutkan ke SMK... 71 4.22. Jumlah Unit SMK Negeri dan SMK Swasta di Kabupaten Simalungun

Pada Tahun 2011... 74 4.23. Hasil Perhitungan indeks Location Quotient (LQ) Kabupaten

Simalungun berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja per Sektor Tahun 2011... 77 4.24. Daya Tarik Tiap Kecamatan dengan Menggunakan Variabel Siswa

SMP dan Jarak di Kabupaten Simalungun Tahun 2010... 80 4.25. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam

Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di Kabupaten Simalungun... 84 4.26. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di

Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan... 85 4.27. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam

Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di Kabupaten Simalungun... 87 4.28. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di

Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan... 88 4.29. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam

Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di Kabupaten Simalungun... 90 4.30. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di

Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan... 91


(17)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 40

4.1. Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Simalungun terhadap Provinsi Sumatera Utara... 49

4.2. Peta Administrasi Kabupaten Simalungun... 50

4.3. Peta Topografi Kabupaten Simalungun... 53

4.4. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Simalungun... 59

4.5. Peta Sebaran SMK di Kabupaten Simalungun... 75

4.6. Grafik Daya Tarik Tiap Kecamatan dengan Menggunakan Variabel Siswa SMP di Kabupaten Simalungun Tahun 2011... 81


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian ... 102 2. Jumlah Lapangan Kerja Kabupaten Simalungun berdasarkan Lapangan

Usaha tahun 2011 ... 104 3. Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Kabupaten Simalungun

Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja per Sektor Tahun 2011... 105 4. Perhitungan Nilai Interaksi antar Kecamatan di Kabupaten Simalungun.106


(19)

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

ABSTRAK

Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Selain itu dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei perlu juga pembangunan pendidikan berorientasi industri. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Alasan pemilihan ketiga kecamatan tersebut sebagai lokasi penelitian disebabkan Kecamatan Silimakuta memiliki potensi yang besar di sektor pertanian yang merupakan kawasan startegis kabupaten (KSK) agropolitan dan merupakan pusat kegiatan agropolitan di Kabupaten Simalungun. Kecamatan Bosar Maligas memliki potensi yang besar di sektor industri karena keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei yang merupakan kawasan strategis nasional (KSN). Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki potensi yang besar di sektor pariwisata yang memiliki tempat wisata Danau Toba yang merupakan kawasan strategis kabupaten (KSK) budaya, lingkungan dan pariwisata tentang analisis daya tarik penentuan lokasi SMK berbasis pengembangan wilayah di Kabupaten Simalungun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ dan analisis gravitasi dengan jumlah sampel responden 100 orang dari 68.222 orang jumlah populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari hasil penelitian dperoleh bahwa potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis

Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2,2226. Daya tarik Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun berdasarkan analisis interaksi (gravitasi), yaitu menggunakan variabel jumlah siswa SMP dan jarak suatu wilayah kecamatan ke wilayah kecamatan lainnya menunjukkan bahwa Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki daya tarik rendah. Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Panei merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Simalungun yang memiliki daya tarik tinggi untuk penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun.


(20)

Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian disarankan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. Pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas. Pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison.

Kata kunci: lokasi SMK, potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata, daya tarik kecamatan


(21)

ANALYSIS OF ATTRACTION SMK LOCATION DETERMINATION BASED REGIONAL DEVELOPMENT IN THE DISTRICT SIMALUNGUN

ABSTRACT

Simalungun is an area that has excellent potential in agriculture and tourism, then it is fitting for planning education in Simalungun more oriented on agriculture and tourism. In addition to the special economic zone in Sei Mangkei need also development-oriented education industry. The research was conducted in Simalungun taking place Silimakuta District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon. The third reason for the selection of the district as the study site because Silimakuta district has great potential in the agricultural sector, which is a strategic area of the district (CWC) Agropolitan and is the center of activity in Simalungun Agropolitan. Maligas Bosar districts possess a great potential in the industrial sector due to the presence of Special Economic Zones Sei Mangkei which is a national strategic area (KSN). Girsang districts Sipangan Bolon has great potential in the tourism sector which has tourist attractions of Lake Toba is a strategic area of the district (CWC) culture, environment and tourism appeal of the siting analysis based vocational development in the region Simalungun. The method of analysis used in this study is an analysis of LQ and gravity analysis with a sample of 100 respondents from a population of 68 222 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that potential-based vocational potential areas in the District Silimakuta, Bosar Maligas District, and District Girsang Sipangan Bolon based on the Location Quotient (LQ) the number of workers per sector in 2011 can be identified that Simalungun Silimakuta district is the base on agriculture with values 1.1867 LQ. Maligas Bosar districts are the basis for the industrial sector has the largest LQ value than other districts in the amount of 6.9196 Simalungun. Girsang districts Sipangan Bolon is the base in the tourism sector with a value of 2.2226 LQ. Silimakuta appeal District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon in determining the location of SMK in Simalungun based interaction analysis (gravity), which uses a variable number of junior high school students and a distance districts to other districts showed that District Silimakuta, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon has low appeal. Airport District, Causeway Airport District, District and Sub Soil Java Panei districts in an area that has a fascination Simelungun high for location determination in Simalungun SMK. Determination of location-based vocational potential agricultural areas in the District Panei suggested, this is due to be on the order of rank 1 (first), an agricultural sector basis, have high appeal and yet have SMK. Establishment potential of location-based vocational industrial areas can be performed in the District Bosar Maligas. Establishment potential of location-based vocational tourism region can be performed in the District Haranggaol Harison.

Keywords: SMK locations, potential areas of agriculture, industry and tourism, thedrag districts


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat dilimpahkan kepada daerah untuk menangani urusannya masing-masing. Di Indonesia otonomi daerah tidak dilaksanakan secara frontal untuk segala urusan, tetapi sebagian urusan daerah tidak lagi diintervensi oleh pemerintah pusat. Mengingat kondisi ini, maka diharapkan dapat mendorong kemajuan daerah berdasarkan potensi dan sumber daya

yang dimiliki.

Penataan otonomi daerah yang seluas-luasnya akan mempengaruhi penataan institusi dan berdampak pada manajemen berbagai sumber daya yang ada di daerah. Apabila otonomi daerah dikonsentrasikan di wilayah kota atau kabupaten, maka provinsi tidak lagi sebagai pemerintah otonom, tetapi bersifat koordinatif. Wewenang penyelenggaraan segala urusan berada pada tingkat kota atau kabupaten. Hal ini akan membawa dampak pada penataan sistem pendidikan, termasuk organisasi penyelenggara, kurikulum, penataan Sumber Daya Manusia (SDM), pendanaan, sistem manajemen, sarana prasarana, dan pengembangan pendidikan daerah.


(23)

Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada suatu wilayah. Keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah terletak pada sejauhmana sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut mampu mengelola sumber daya alam yang ada dan mengembangkan wilayah tersebut menjadi maju. Maju tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh peran SDM yang ada pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan program-program pembangunan sumber daya manusia secara lokal di suatu wilayah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan melalui perencanaan pembangunan pendidikan yang terarah dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini. Keberhasilan pembangunan pendidikan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat setempat. Perencanaan pembangunan pendidikan yang baik adalah perencanaan yang dapat menjawab masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan serta mampu mengantisipasi hal-hal negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pentingnya pemilikan SDM berkualitas juga dirasakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun.

Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur (Matondang, 2010). Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan dalam pengembangan suatu wilayah sebagai strategi pembangunan nasional ada tiga pilar yang mempunyai hubungan yang erat dan harus saling berinteraksi yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan


(24)

teknologi. Suatu wilayah yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi akan cepat berkembang dibanding wilayah lain.

Agar pendidikan tersebut berkualitas dan berdampak bagi suatu pengembangan wilayah maka perlu dilakukan perencanaan pendidikan yang melibatkan kegiatan multidisipliner yang memperhatikan masalah-masalah demografi, ekonomi, keuangan, pemerintah, pedagogi, statistic persekolahan, lingkungan, sosial budaya dan aspek lainnya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perencanaan pendidikan (Enoch, dalam Matondang, 2009). Artinya perencanaan pendidikan dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek sehingga pendidikan itu dapat berfungsi dengan baik menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas secara menyeluruh. Menyeluruh dalam pengertian semua warga negara mendapatkan kesempatan untuk belajar sehingga masing-masing memiliki kemampuan untuk mendukung pembangunan suatu wilayah ataupun negara. Karenanya suatu wilayah dalam proses pembangunannya sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu wilayah.

Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan perencanaan yang komprehensif dengan melibatkan indikator-indikator ekonomi, kependudukan, kependidikan maupun potensi sumber daya alam. Sejalan dengan hal itu, strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia diarahkan pada kemampuan


(25)

kecakapan/keterampilan hidup (life skill) para peserta didik. Pendidikan kecakapan hidup ini sangat relevan dengan pengembangan pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UU Sisdiknas No: 20. 2003). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu subsistem dari sistem pendidikan nasional dengan tugas utamanya adalah mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja, mengisi keperluan tenaga terampil tingkat menengah. Dipertegas melalui PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3 bahwa, Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.

Dengan sekolah kejuruan diharapkan dapat menyiapkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun termasuk dalam kawasan dataran tinggi Sumatera Utara yang dikenal dengan wilayah Dataran Tinggi Bukit Barisan. Pada dasarnya kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara merupakan wilayah yang memiliki potensi dan sektor unggulan di bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata.

Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah


(26)

perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Selain itu dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei perlu juga pembangunan pendidikan berorientasi industri.

Potensi pertanian terdapat di Kecamatan Silimakuta karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Simalungun yang berpusat di Nagori Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta. Kawasan ini merupakan pusat kegiatan agropolitan yang pengembangan dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan pertanian off farm, yang saat ini telah dilengkapi dengan sub terminal agribisnis (STA).

Potensi pariwisata terdapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) budaya, lingkungan dan pariwisata. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan KSK budaya, lingkungan dan pariwisata yang berpusat di Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, yang potensinya antara lain : a ) memiliki keunggulan wisata alam (danau dan pemandangan alam) yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana wisata yang memadai. Dimana, direncanakan akan dibangun pelabuhan fery untuk memudahkan wisatawan mengunjungi kawasan ini, dan b) memiliki potensi lingkungan berupa hutan maupun satwa yang unik (Parherekan di Sibatuloting).

Potensi industri terdapat di Kecamatan Bosar Maligas karena merupakan Kawasan strategis Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Kawasan Sei Mangkei ini merupakan kawasan perdagangan dan industri sebagai pusat kegiatan


(27)

strategis untuk pengembangan wilayah Simalungun bagian timur dan juga keberadaannya yang berbatasan dengan Kabupaten Batubara.

Pendidikan kejuruan pertanian, pariwisata, dan industri merupakan suatu proses pembentukan sumber daya manusia pertanian, pariwisata, industri yang berkualitas, terampil dan mandiri serta mempunyai daya saing yang tangguh untuk menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi pada masa era globalisasi saat ini serta mengantisipasi hal-hal negatif di masa yang akan datang.

Permasalahan yang harus dipikirkan pada saat ini adalah bagaimana agar sektor pertanian, pariwisata dan industri di Kabupaten Simalungun mengalami kemajuan dan bukan menjadi sektor yang ditinggalkan oleh karena tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Selama ini sektor pertanian, pariwisata dan industri cenderung ditinggalkan dan banyak daerah yang mencoba beralih ke sektor ekonomi yang dianggap lebih maju dan memiliki prospek yang cerah, yang menjadi poin penting adalah biarlah daerah yang berpotensi sebagai daerah pertanian, pariwisata dan industri tetap menjaga citra dirinya sebagai daerah pertanian, pariwisata dan industri tetapi juga dapat membenahi diri untuk tetap bisa eksis dan menjadi basis pertanian, pariwisata dan industri yang menjanjikan kemajuan dan pengembangan wilayahnya.

Jika pembangunan pertanian, pariwisata dan industri di Kabupaten Simalungun tidak dimulai dari pembangunan SDM pertanian melalui suatu perencanaan pendidikan yang berorientasi untuk menciptakan SDM pertanian, pariwisata dan industri yang berkualitas, maka di masa yang akan datang Kabupaten Simalungun tidak akan mampu bersaing dan dapat menjadi daerah yang


(28)

tertinggal. Selama ini latar belakang pendidikan SDM pertanian, pariwisata, dan industri khususnya petani pada umumnya hanya lulusan SD ataupun tidak lulus SD. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun untuk dapat memberikan perhatian terhadap pengembangan, pembangunan dan peningkatan SDM pertanian di Kabupaten Simalungun.

Perencanaan pengembangan pendidikan berbasis potensi wilayah dalam hal strategi pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian, Pariwisata dan Industri di Kabupaten Simalungun merupakan salah satu jawaban untuk mempersiapkan dan meningkatkan SDM pertanian, pariwisata dan industri yang berkualitas di masa yang akan datang.

Pengembangan sekolah kejuruan dewasa ini masih dilakukan berdasarkan animo masyarakat dengan jurusan yang sedang tren, sehingga lulusan sekolah kejuruan cenderung memilih untuk mencari kerja di daerah perkotaan pada sektor formal. Kondisi seperti ini menjadikan perkembangan daerah menjadi lambat karena tenaga-tenaga terampil yang mestinya bisa diarahkan untuk membangun daerahnya malah memilih untuk bekerja di daerah lain. Mungkin akan berbeda kondisinya jika pengembangan sekolah kejuruan diarahkan pada pengembangan potensi wilayah, dengan kata lain pengembangan sekolah kejuruan berbasis pengembangan wilayah.

Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Hal ini sudah pasti harus memperlihatkan aspek lingkungan dalam hal ini perlu diperhatikan aspek kebutuhan, situasi, keadaan, lokasi, keadaan perekonomian dan


(29)

juga aspek social politik. Maka perencanaan pendidikan yang dilakukan harus komprehensif, menyeluruh dan terpadu. Permasalahannya adalah pembangunan sekolah baru tanpa disertai dengan analisis lokasi yang memadai. Lokasi sekolah di bangun tanpa mempertimbangkan dimana sebenarnya sekolah tersebut dikehendaki calon murid.

Untuk itu perlu adanya keselarasan antara kebijakan pengembangan wilayah dan pengembangan potensi wilayah serta di dukung pula dengan peningkatan SDM. Penerapan kebijakannya adalah memprioritaskan adanya sekolah kejuruan yang dapat menampung penduduk usia sekolah menengah untuk memperoleh pendidikan sekolah kejuruan dan selanjutnya lulusan sekolah kejuruan tersebut dapat mengembangkan wilayah dan melakukan pembangunan di Kabupaten Simalungun.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, penulis ingin membahas potensi wilayah Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam penentuan lokasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan memperhatikan faktor daya tarik yang ada.di Kabupaten Simalungun, dalam hal ini mengambil judul “Analisis Daya Tarik Penentuan Lokasi SMK Berbasis Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi masalah di dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun.


(30)

2. Bagaimana daya tarik Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun.

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis potensi SMK berbasis potensi wilayah Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun.

2. Menganalisis daya tarik Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam merumuskan kebijakan pendidikan kejuruan di Kabupaten Simalungun.

2. Sebagai sarana pengembangan ilmu dan pengetahuan yang secara teori telah dipelajari di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Sebagai bahan pengembangan penelitian lebih lanjut yang sejenis dengan metode penelitian yang berbeda.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Pohan (2012) dalam studi penelitiannya mengenai “Analisis Lokasi Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar Dalam Rangka Meraih Bonus Demografi”. Variabel yang diteliti adalah sebaran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis potensi wilayah dan penentuan lokasi pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis location quotient (LQ) dan analisis gravitasi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jumlah unit SMK di Kota Pematangsiantar sebanyak 36 unit SMK yang terdiri dari 3 SMK Negeri dan 33 SMK Swasta, dengan tingkat penyebaran tidak merata yaitu 4 unit SMK di Kecamatan Siantar Marihat; 4 unit SMK di Kecamatan Siantar Marimbun, 7 unit SMK di Kecamatan Siantar Selatan, 7 unit SMK di Kecamatan Siantar Barat, 5 unit SMK di Kecamatan Siantar Utara, 7 unit SMK di Kecamatan Siantar Timur., 1 unit SMK di Kecamatan Siantar Martoba, dan 1 unit SMK di Kecamatan Siantar Sitalasari. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar dan diprioritaskan dalam


(32)

pengembangan SMK berbasis potensi wilayah sektor basis, dengan sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai prioritas pertama karena memiliki nilai rata-rata LQ paling tinggi di antara sektor basis yang lain. Penentuan lokasi pendirian SMK di Kota Pematangsiantar dalam rangka meraih bonus demografi berdasarkan analisis interaksi atau gravitasi dalah kecamatan memiliki nilai daya tarik rendah yaitu Kecamatan Siantar Sitalasari karena memiliki luasan wilayah kecamatan terluas di Kota Pematangsiantar dan hanya memiliki 1 SMK Swasta.

Sokib dan Wiraawan (2010) dalam studi penelitiannya mengenai “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengembangan Komptenesi Keahlian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Gresik”. Variabel yang diteliti adalah program pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja maka perlu penentuan Kopetensi Keahlian yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di Wilayah Gresik dan juga perlu ditentukan keberadaannya untuk dapat melayani warga di wilayah tersebut. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kebutuhan SMK untuk mengetahui kebutuhan SMK kelompok teknologi dan industri. Untuk menentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu AHP untuk menentukan nilai pembobotan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi Kompetensi keahlian SMK, analisis Super Impose (GIS) untuk mengetahui lokasilokasi yang sesuai untuk pendirian SMK dan Analisis Scoring untuk mentukan lokasi Kompetensi keahlian SMK paling ideal. Hasil analisis menunjukkan bahwa di Gresik Selatan kekurangan 4 Lokasi kompetensi keahlian SMK Kelompok Teknologi Industri. Adapun lokasi empat kompetensi keahlian SMK tersebut adalah


(33)

2 Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Driyorejo yaitu di Desa Banjaran dan Desa Petikan. Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Wringinanom yaitu di Desa Sumberame. Satu Lokasi kompetensi keahlian SMK di Kecamatan Menganti yaitu di Desa Domas.

Karyono (2009) dalam studi penelitiannya “Penentuan Lokasi SMK di Banyuwangi Dengan Menggunakan Analisis Multi Kriteria AHP (Analytic Hierarchy Process )”. Variabel yang diteliti adalah sebaran sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA, serta SMK dengan menggunakan analisis spasial, analisis kurva kumulatif dan penentuan lokasi SMK dengan menggunakan analisis AHP (Analytic Hierarchy Process). Berdasarkan analisis spasial dan analisis kumulatif terhadap sebaran sekolah di Kabupaten Banyuwangi dapat disimpulkan bahwa sebaran sekolah tingkat Sekolah Dasar sudah merata, tingkat sekolah Menengah Pertama cukup merata, tingkat Skolah Menengah Atas cukup merata, sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan kurang merata. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process), maka diketahui bahwa ada 8 kriteria dominan yang mempengaruhi pemilihan lokasi pembangunan SMK. Kriteria tersebut secara berurut, yaitu : Angka Partisipasi Kasar (APK), Penduduk, Tingkat Pelayanan, Kedekatan Praktek, Aksesibilitas, Jumlah Lulusan, Ketersediaan Sarana, dan Kondisi Geografis. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan AHP dan Skoring tiap-tiap kecamatan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prioritas pembangunan SMK baru di Kabupaten Banyuwangi adalah di Kecamatan Banyuwangi, kemudian Kecamatan Muncar, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Sempu, dan Kecamatan Gambiran.


(34)

Miarsih (2009) dalam studi penelitiannya “Kajian Penentuan lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap Di Kabupaten Demak. Variabel yang diteliti adalah penentuan lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap di Kabupaten Demak. Kriteria yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah sesuai dengan pedoman pelaksanaan SD-SMP Satu Atap Tahun 2006 yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Metode pendekatan yang digunakan adalah ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan, pengaruh karakteristik penduduk terhadap tingkat partisipasi pendidikan dan persebaran pengguna sarana pendidikan dan aksesibilitas penduduk terhadap pelayanan sarana pendidikan. Analisis yang digunakan meliputi analisis ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan, analisis sebaran penduduk terhadap lokasi sarana pendidikan di Kabupaten Demak, analisis karakteristik penduduk dan analisis kesesuaian lokasi SD-SMP Satu Atap pada tiap kecamatan di Kabupaten Demak. Teknik analisis yang digunakan adalah alat analisis perbandingan dan analisis statistik deskriptif. Hasil dari studi ini adalah menentukan Desa Wedung Kecamatan Wedung sebagai lokasi yang memiliki ketersediaan sarana dan prasana yang cukup sesuai dengan standar minimal sarana prasarana untuk dijadikan lokasi SD-SMP Satu Atap.

Mirza (2008) dalam studi penelitiannya mengenai Pengembangan Sekolah Kejuruan Berbasis Potensi Pengembangan Wilayah di Kabupaten Brebesa. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah ; Mengidentifikasi potensi, kondisi dan masalah kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan kejuruan, kekuatan ekonomi wilayah dan kebutuhan angkatan kerja, menganalisis keseluruhan hasil identifikasi tersebut di atas sebagai dasar kelayakan penetapan lokasi dan jenis sekolah


(35)

kejuruan yang akan dikembangkan. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis kualitatif, menggunakan prinsip komponen analisis, merupakan reduksi data primer pendidikan dan data sekunder pendidikan. Metode yang dipakai untuk analisis pengembangan potensi wilayah adalah dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), pada analisis potensi pendidikan analisis yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA) dengan alat Software Statistik Minitab. Nilai skor kedua potensi tersebut dilakukan urutan prioritas kebutuhan sekolah kejuruan, Hasil temuan diperoleh adalah nilai kebutuhan terendah yaitu merupakan prioritas dibangunnya sekolah kejuruan baru dengan program jurusan yang sesuai dengan pengembangan potensi wilayah. Hasil penelitian disimpulkan dan direkomedasikan untuk dipakai sebagai dasar penetapan kebijakan program pembangunan bidang pendidikan selanjutnya dalam upaya peningkatan SDM yang sesuai dengan program pengembangan potensi wilayah melelui sekolah kejuruan.

2.2. Perencanaan Wilayah

Perencanaan pada hakekatnya adalah usaha secara sadar, terorganisasi dan terus-menerus dilakukan guna memilih alternatif-alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu (Conyers dalam Safi’i, 2007). Menurut Handayaningrat dalam Safi’i (2007) perencanaan adalah keputusan untuk waktu yang akan datang, apa yang akan dilakukan, bilamana yang akan dilakukan dan siapa yang akan melakukan. Sedangkan menurut Safi’i (2007) perencanaan adalah suatu proses untuk mempersiapkan secara sistematis dengan kesadaran penggunaan sumber daya yang terbatas akan tetapi diorientasikan untuk mencapai


(36)

tujuan secara efektif dan efisien, di mana untuk mencapai tujuan diperlukan perumusan kebijakan yang akurat.

Menurut Tarigan (2006) perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. Misalnya, dalam bentuk perencanaan pembangunan jangka panjang (25 tahun sampai dengan 30 tahun), perencanaan jangka menengah (5 tahun sampai dengan 6 tahun), dan perencanaan jangka pendek (1 sampai dengan 2 tahun). Kedua bentuk perencanaan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan bersifat saling mengisi. Tata ruang wilayah merupakan landasan dan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah.

Perencanaan pembangunan wilayah tidak terlepas dari apa yang sudah ada saat ini di wilayah tersebut. Pelaku pencipta kegiatan wilayah adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah itu. Dalam kelompok pelaku, termasuk di dalamnya pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, investor asing, pengusaha swasta dalam negeri, BUMN, BUMD, koperasi, dan masyarakat umum. Dalam membuat perencanaan pembangunan wilayah, pemerintah harus memperhatikan apa yang ingin atau akan dilakukan oleh pihakswasta dan masyarakat umum


(37)

Etzioni dalam Safi’i (2007) dalam teori perencanaan terdapat beberapa tipologi, antara lain rational planning model; incremental planning model; dan strategic planning model.

1. Pendekatan komprehensif (rational planning model) merupakan suatu kerangka pendekatan logis dan teratur, mulai dari diagnotis sampai kepada tindakan berdasarkan kepada analisis fakta yang relevan, diagnosis masalah yang dikaji melalui kerangka teori dan nilai-nilai, perumusan tujuan dan sasaran untuk memecahkan masalah, merancang alternatif cara-cara untuk mencapai tujuan, dan pengkajian efektivitas cara-cara tersebut. Pendekatan ini memerlukan survey yang komprehensif pada semua alternatif yang ada untuk mendapatkan informasi yang lengkap dalam pengambilan keputusan yang rasional.

2. Pendekatan inkremental (incremental planning model). Memilih diantara rentang alternatif yang terbatas yang berbeda sedikit dari kebijaksanaan yang ada. Pengambilan keputusan dalam pendekatan ini dibatasi pada kapasitas yang dimiliki oleh pengambil keputusan serta mengurangi lingkup dan biaya dalam pengumpulan informasi. Pengambil keputusan hanya berfokus terhadap kebijaksanaan yang memiliki perbedaan yang inkremental dari kebijaksanaan yang telah ada.

3. Pendekatan mixed-scanning (strategic planning model). Kombinasi dari elemen rasionalistik yang menekankan pada tugas analitik penelitian dan pengumpulan data dengan elemen inkremental yang menitikberatkan pada tugas interaksional untuk mencapai konsensus.


(38)

Proses yang tercakup dalam mixed scanning ini adalah strength, weakness, opportunity dan threat (SWOT) analisis yang hasilnya adalah berupa strategic planning yaitu proses untuk menentukan komponen-komponen yang dianggap prioritas atau utama dan yang tidak. Kemajuan yang diharapkan dalam proses ini adalah terjadinya efek bergulir (snowballing) dari komponen yang diprioritaskan tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah pendekatan perencanaan mixed scanning dengan melakukan analisis SWOT di sektor pertanian sebagai komponen strategis yang diharapkan dapat menimbulkan efek bergulir.

Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan (kontinu), berkelanjutan, sejak dari tahap survei hingga tahap pengamatan. Perencanaan fisik merupakan bagian atau alat organisasi masyarakat dan pengawasan atau kontrol penggunaan sumberdaya lahan. Pada kenyataannya proses perencanaan merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai, karena selalu memerlukan peninjauan ulang atau pengkajian , guna memberikan umpan balik dalam proses evaluasi. Dalam proses penentuan alternatif, pemilihan alternatif dan evaluasi diperlukan analisis yang seksama (Soemarno, 2004).

Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti suatu keadaan. Data informasi atau keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan dikaji hubungannya satu sama lain, diselidiki kaitan yang ada antara yang satu dengan yang lainnya. Analisis wilayah (regional) ialah cara melihat berbagai faktor perkembangan dalam skala wilayah. Dalam hal analisis daerah, daerah dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang batasannya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tujuan, sekala, dan proses. Tujuan sangat besar pengaruhnya terhadap proses perencanaan.


(39)

Pada setiap pembuatan perencanaan, perencana harus sudah mengetahui atau menetapkan tujuannya dan untuk siapa perencanaan dibuat. Dalam konteks ini, proses perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha memaksimumkan segala sumberdaya yang ada pada suatu wilayah atau negara untuk tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. Untuk dapat menerapkan asas memaksimumkan manfaat segala sumberdaya dengan meminimumkan dana masyarakat, diperlukan kemampuan analisis atas kedua faktor yang tidak saling menenggang tersebut (Soemarno, 2004).

Pada umumnya kita mempersoalkan perencanaan dalam skala nasional, wilayah dan setempat. Setiap cita-cita dan tujuan suatu negara dituangkan dalam rencana /rancangan nasional yang kemudian dipecah-pecah ke dalam rancangan wilayah. Dalam pelaksanaannya ke sasaran terakhir, rancangan wilayah diterjemahkan ke dalam rencana setempat. Dari sini terlihat, rancangan daerah merupakan jembatan antara rancangan nasional dan setempat (Soemarno, 2004).

Perencanaan wilayah di berbagai negara tidak sama, tergantung kepada kehidupan ekonomi dan masalah yang dihadapi. Secara historis setidaknya terdapat tiga pendekatan perencanaan wilayah (Jayadinata, 1999), yaitu :

1. Perencanaan wilayah yang memusatkan perhatiannya kepada masalah kota yang bersifat sosial. Pelaksanaannya meliputi perbaikan bagian kota yang keadaan yang telah rusak dan tidak memenuhi standar, pemugaran kota, pembuatan kota satelit untuk membantu meringankan kota industri yang terlalu padat penduduknya. Titik berat perencanaan wilayah semacam ini


(40)

ditujukan pada kota yang besar dan wilayah sekelilingnya (hinterland) yang dapat menunjang kota dalam perencanaan kota dan wilayah.

2. Perencanaan wilayah yang memusatkan perhatiannya kepada wilayah yang penduduknya banyak menganggur dan dalam keadaan stagnasi industri (wilayah khusus). Dalam wilayah seperti ini, pemerintah perlu mengatur intensif pembiayaan, pengaturan rangsangan untuk prasarana industri, pengaturan konsesi pajak dan sebagainya, sehingga industri tertentu dapat berlokasi di wilayah itu.

3. Perencanaan wilayah yang memperhatikan wilayah pedesaan, dengan pengembangan tanah bagi sektor pertanian dan rekreasi (perencanaan pedesaan dan wilayah). Hal ini dilakukan untuk memperkecil perbedaan kemakmuran antara pedesaan dan perkotaan.

Untuk meratakan pembangunan, harus digunakan pendekatan perwilayahan atau regionalisasi, yaitu pembagian wilayah nasional dalam satuan wilayah geografi, sehingga setiap bagian mempunyai sifat tertentu yang khas (dapat juga menurut satuan daerah tata praja atau daerah administrasi). Di samping itu, diperlukan desentralisasi yaitu kebijaksanaan yang diputuskan oleh pemerintah regional dan lokal. Dalam desentralisasi itu harus terdapat koordinasi yang baik.

Di sisi lain yang menjadi pokok perhatian dalam kerangka perencanaan wilayah adalah culture base yang mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang dan berakar dalam konteks kehidupan kemasyarakatan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen pembangunan yang


(41)

terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan teknologi (Sirojuzilam, 2005).

2.3. Teori Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannnya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (wilayah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang dating memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut (Tarigan, 2009).

Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) Theory growth poles adalah salah satu teori yang dapat menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus. Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah. Selain itu teori ini juga dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu.

Menurut Mercado (2002) konsep pusat pertumbuhan diperkenalkan pada tahun 1949 oleh Fancois Perroux yang mendefinisikan pusat pertumbuhan


(42)

sebagai “pusat dari pancaran gaya sentrifugal dan tarikan gaya sentripetal”. Menurut Rondinelli dan Unwin dalam Mercado (2002) bahwa teori pusat pertumbuhan didasarkan pada keniscayaan bahwa pemerintah di negara berkembang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dengan melakukan investasi yang besar pada industri padat modal di pusat kota. Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan pasar bebas melengkapi kondisi terjadinya trickle down effect (dampak penetesan ke bawah) dan menciptakan spread effect (dampak penyebaran) pertumbuhan ekonomi dari perkotaan ke pedesaan.

2.4. Teori Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2009). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input); dan permintaan luar (outside demand) (Hoover dan Giarratani dalam Miarsih, 2009)

Selain teori yang dikemukakan di atas, terdapat teori lokasi yang perlu untuk diketahui yaitu Central Place Theory. Teori ini dikembangkan oleh Christaller yang disempurnakan oleh August Losch. Kesimpulan yang dapat diambil dari teori ini adalah bahwa cara yang baik untuk menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan kepada penduduk adalah dengan menempatkan lokasi


(43)

kegiatan yang melayani kebutuhan penduduk pada tempat yang sentral. Hal tersebut merupakan landasan utama bagi setiap alokasi lokasi fasilitas pelayanan (Djojodipuro dalam Miarsih, 2009).

Tempat lokasi yang sentral yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat yang memungkinkan pertisipasi masyarakat secara maksimum, baik bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan, maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang atau jasa pelayanan yang dihasilkan. Tempat seperti itu, oleh Christaller dan Losch, diasumsikan sebagai titik simpul-simpul dari suatu bentuk yang heksagonal. Tempat-tempat tersebut memiliki kawasan pengaruh terhadap daerah di sekitarnya.

Berdasar pada asumsi Christaller bahwa “orang akan berjalan ke tempat yang paling dekat tempat tinggalnya untuk mendapatkan barang kebutuhan”, maka bagi orang-orang yang tinggal di kawasan pengaruh tempat-tempat sentral yang bertampalan, mereka akan pergi ke tempat sentral yang paling dekat.

Bourne dalam Mirza (2008) strategi yang dilakukan untuk menetapkan lokasi pada tingkat pelayanan umum sehingga dapat memberikan pelayanan secara optimal adalah :

1. Diperoleh gambaran yang tepat pada tingkat karakteristik target populasi konsumen yang telah teridentifikasi.

2. Menetapkan distribusi ruang dari target populasi yang telah di identifikasi. 3. Menetapkan area wilayah yang berpotensi untuk dialokasikan pada area

fasilitas.


(44)

Diperoleh manfaat dari teori tersebut di atas adalah: pergerakan kota merupakan aktivitas yang ada dalam ruang kota, baik ekononi maupun jasa pelayanan umum, termasuk diantaranya urban/penduduk kota dan keberadaan fasilitas sarana prasarana pendidikan.

Mengetahui karakteristik jenis kegiatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan suatu lokasi kegiatan. Menentukan lokasi sangat terkait dengan daerah pelayanan yang menjadi target pelayanan. Dari sini akan terlihat bahwa pelayanan umum yang lebih bersifat pelayanan publik akan berbeda dengan kegiatan ekonomi yang lebih berorientasi ekonomi.

Menurut Daldjoeni dalam (Miarsih, 2009) terdapat tiga konsep mengenai lokasi kegiatan:

1. Jangkauan (range), maksudnya seberapa jauh jarak yang mampu ditempuh untuk membeli barang dan jasa pada tingkat harga tertentu.

2. Batas ambang penduduk (treshold), biasanya jumlah penduduk minimal yang dibutuhkan/membutuhkan suatu fasilitas tertentu.

3. Tempat pusat (central place), yaitu suatu pusat yang melayani perkotaan dan perdesaan serta wilayah yang lebih besar lagi daripada wilayahnya sendiri dengan masing-masing tempat pusat tersebut menawarkan batas ambang populasi dan jangkauan fungsi untuk wilayah komplemen yang dilayani.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas perilaku lokasi dari kegiatan pada umumnya adalah memaksimalkan akses pada komunitas masyarakat (Rusthon


(45)

2.5. Analisis Interaksi atau Gravitasi

Interaksi adalah terjadinya kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih dan dari hasil kontak itu dapat timbul sesuatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu, maka apa yang sedang atau yang sudah terjadi. Menurut Bintarto (1989) interaksi dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, proses ekonomi, proses budaya ataupun proses politik dan sejenisnya dan lambat ataupun cepat dapat menimbulkan suatu realita atau kenyataan.

Menurut Roucek dalam Suprapta (2006) interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung. Sedangkan Short dalam

Suprapta (2006) mengatakan bahwa interaksi merupakan sistem perkotaan dan tatanan dari kota-kota kecil melalui aliran manusia, barang dan gagasan. Aliran ini merupakan dinamika sistem perkotaan dan merupakan daerah sistem pergerakan manusia dalam melakukan aktivitasnya yang berupa perjalanan ke tempat kerja, perjalanan belanja, kunjungan keluarga maupun perjalanan untuk rekreasi, tetapi alasan pergerakan pada umumnya adalah alasan ekonomi, penduduk cenderung bergerak apabila terdapat prospek pekerjaan dan gaji yang lebih baik disamping itu ada alasan dalam bentuk sosial, seperti kurangnya pelayanan sosial yang miskin dan kurang kebebasan individu.

Sistem wilayah adalah sistem yang rumit. Hanya sebagian saja yang dapat diamati oleh manusia, atau yang mampu diamati dengan mikroskop perencana, antara lain : hubungan antar manusia atau masyarakat, perusahaan industri, aparat pemerintahan dan lain-lain. Berbagai sistem pendekatan telah dilakukan dalam


(46)

usaha menghayati system wilayah yang rumit tersebut, misalnya dengan pendekatan analisis kependudukan, analisis ekonomi, analisis masukan-keluaran, program linier, dan sebagainya.

Interaksi antar wilayah merupakan suatu mekanisme yang menggambarkan dinamika yang terjadi di suatu wilayah karena aktivitas yang dilakukan oleh sumberdaya manusia di dalam suatu wilayah. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menduga besarnya interaksi antar wilayah adalah model gravitasi. Persamaan dalam model gravitasi ini bisa digunakan untuk menganalisis dan menduga pola interaksi spasial (Panuju, 2005).

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yang benar. Oleh karenanya model gravitasi berfungsi ganda, yaitu sebagai teori lokasi dan sebagai alat dalam perencanaan.

Interaksi bisa saja diukur dari banyaknya perjalanan (trip) dari penduduk kota A ke kota B atau sebaliknya. Besarnya interaksi antara kedua wilayah ditentukan oleh 2 (dua) faktor, yaitu : 1) banyaknya potensi kedua kota wilayah tersebut yang dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan (nilai tambah), jumlah/luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum dan lain-lain. Mungkin karena mudah mendapatkan datanya maka ukuran yang sering digunakan adalah jumlah penduduk. Penggunaan jumlah penduduk sebagai alat ukur karena jumlah penduduk sangat terkait langsung dengan berbagai


(47)

ukuran lain yang dikemukakan di atas ; dan 2) jarak antara kedua kota/wilayah tersebut. Jarak mempengaruhi keinginan orang untuk berpergian karena untuk menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan biaya. Makin jauh jarak yang memisahkan kedua lokasi, makin rendah keinginan orang untuk bepergian (Tarigan, 2009).

2.6. Pendidikan dalam Konteks Pengembangan Wilayah 2.6.1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi (Sirojuzilam, Abdiyanto, Bastari, Kadir dan Binsar, 2005).

Menurut Sa’ud (2007), pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, serta keimanan dan ketakwaan manusia. Sedangkan Lubis (2010), pendidikan merupakan agenda strategis dalam kehidupan dan pembangunan bangsa. Kenerhasilan pembangunan dan kemajuan suatu Negara biasanya diukur melalui beberapa indikator, termasuk potensi ekonomi, mutu sumber daya manusia (SDM). Kualitas manusia ditentukan oleh kualitas pendidikan, dan merupakan faktor penting penentu kemajuan bangsa. Pendidikan adalah salah satu bentuk investasi modal manusia (human investment) yang jika dikelola dengan benar akan berdampak peningkatan kesejahteraan.


(48)

Dictionary of Education dalam Sa’ud (2007), adan 2 poin penting pengertian dari pendidikan, yaitu : 1) merupakan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup; dan 2) merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang dating dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individual yang optimum.

Menurut Maltus dalam Hajizi (2004) pendidikan sangat berjasa dalam pemberantasan buta huruf, meningkatkan kemampuan kerja, membangun keserasian sosial dan perdamaian ekonomi. Ringkasan pandangan Malthus tentang pendidikan termuat dalam poin-poin berikut ini :

a. Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam hal-hal seperti membaca, membuat pertimbangan dan argumentasi, meningkatkan kemampuan kerja pribadi dan memperlancar roda pemerintah.

b. Pertumbuhan penduduk menuntut peran pendidikan yang lebih besar, oleh karena tekanan penduduk dapat membuat frustasi pertumbuhan ekonomi.

c. Pendidikan berperan dalam membangkitkan potensi-potensi ekonomi eksternal. Pendidikan merupakan upaya strategis untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mental sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat dibangun kualitas sumber daya manusia yang mampu membangun kemajuan suatu bangsa (Lumban Gaol, 2010). Sedangkan Ahadin (2009) menyatakan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang diharapkan mampu bersaing pada kehidupan global.


(49)

Menurut Supriadi (2010) pendidikan dikatakan bermutu, jika dapat menjawab tantangan yang ada di masyarakatnya sehingga dapat menghasilkan lulusan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat termasuk dunia industry sebagai pemakai lulusan serta sesuia dengan perkembangan Ipteks.

Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai yang ada dimasyarakat (Isbiayantoro dalam

Miarsih, 2009). Selanjutnya Rechey dalam Miarsih (2009) pendidikan diartikan sebagai suatu aktifitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, dan fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yaitu sekolah, yang tetap berhubungan dengan pendidikan di luar sekolah. Menurut Lodge dalam Miarsih (2009) dalam pengertian yang lebih sempit pendidikan berati, dalam praktiknya identik dengan “sekolah”, yaitu pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang di atur.

Menurut Isbiyantoro dalam Miarsih (2009) hubungan antara sekolah dengan masyarakat dapat dilihat dari dua segi yaitu:

1. Sekolah sebagai patner dari masyarakat di dalam melakukan fungsi pendidikan 2. Sekolah sebagai produser yang melayani pesanan pendidikan dari masyarakat

Hubungan tersebut terdapat tiga gambaran hubungan yang rasional; pertama, sekolah sebagai lembaga layanan masayarakat sehingga terdapat konsekuensi konseptual dan teknis, hal ini mengakibatkan terjadi kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kedua, target yang ditangani sekolah akan ditentukan oleh kejelasan formulasi kontrak antara sekolah dengan masyarakat. Ketiga, mengingat sekolah sebagai


(50)

pihak yang dikontrak masyarakat, sehingga akan dipengaruhi oleh ikatan obyektif antara keduanya seperti sarana dan prasarana yang ada.

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), dan dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Dikti dalam Mirza, 2008).

Pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. (Suprapto dalam Mirza, 2008).

Dari uraian di atas, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan dalam penelitian ini adalah : 1) Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan kondisi lingkungan; 2). Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya; 3). Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh seseorang atau masyarakat; dan 4). Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.

2.6.2. Pendidikan Kejuruan

Evans dalam Wardiman (1999) mendefenisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada


(51)

bidang-bidang pekerjaan lainnya. Definisi ini mengandung pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan, sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam daripada bidang studi lainnya dan kedalaman itu dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

United States Congress dalam Wardiman (1999) mengatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk pekerjaan tertentu atau untuk persiapan tambahan karier seseorang. Dalam hal ini terlihat bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk memasuki lapangan kerja dan diperuntukkan bagi siapa saja yang menginginkannya, yang membutuhkannya dan yang dapat untung darinya.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 55 ayat 1 menyatakan bahwa .Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat..

Renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 . 2009 menyatakan bahwa visi, misi dan tujuan dari pembangunan Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Nasional adalah sebagai berikut :

1. Visi Dikmenjur adalah : Terwujudnya lembaga pendidikan kejuruan yang menghasilkan sumber daya manusia berkelas dunia serta perluasan layanan pendidikan berbasis keunggulan lokal.


(52)

2. Misi Dikmenjur sebagai berikut : a) Meningkatkan Profesionalisme dan Akuntabilitas Lembaga Pendidikan Kejuruan sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi Berstandar Internasional; b) Melaksanakan sistem pendidikan kejuruan yang permeable dan flexible secara terintegrasi antar jalur dan jenjang pendidikan; c) Mengupayakan perluasan dan pemerataan layanan pendidikan kejuruan yang bermutu dan berbasis keunggulan lokal; d) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan; e) Meningkatkan Capacity Building penyelenggaraan pendidikan kejuruan melalui sinkronisasi dan koordinasi.

3. Tujuan Dikmenjur sebagai berikut : 1) Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang Akuntabel sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi Berstandar Internasional; 2) Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar Internasional; 3) Memberikan berbagai Layanan Pendidikan Kejuruan yang Permeable dan Flexible secara terintegrasi antar jalur dan jenjang Pendidikan; 4) Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan.

Menurut Slamet dalam Mirza (2008) teori pendidikan kejuruan yaitu : 1. Pendidikan Kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan jika tugas latihan

dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diterapkan di tempat kerja.

2. Pendidikan Kejuruan akan efektif jika individu dilatih secara langsung dan spesifik, dan


(53)

3. Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa akan terjadi hanya jika pelatihan dan pembelajaran yang diberikan berupa pekerjaan nyata dan bukan sekedar latihan.

2.6.3. Perencanaan Pendidikan Dalam Memilih Lokasi Sekolah

Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal dan berhubungan sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan yang lain (Sa’ud, 2007).

Perencanaan pendidikan selalu memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi, dan tujuan, keadaan perekonomian, keperluan penyediaan dan pengembangan tenaga kerja bagi pembangunan nasional serta memperhatikan faktor-faktor sosial dan politik merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan yang menyeluruh.

Menurut Sa’ud (2007), tujuan perencanaan pendidikan adalah menyusun kebijaksanaan dan menggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah (menyusun alternatif dan prioritas kegiatan) yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa yang akan datang dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan pendidikan.


(54)

Pemilihan lokasi sekolah pada suatu wilayah merupakan salah satu bentuk dari suatu perencanaan pendidikan. Pemilihan lokasi sekolah pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan pemilihan lokasi bangunan lain seperti pemilihan lokasi perumahan, pertokoan, industri, dan lain-lain, dimana hal ini berkaitan dengan teori lokasi. Pemilihan lokasi sekolah pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa factor seperti tingkat aksesibilitas pendidikan (jarak dan waktu tempuh menuju sekolah), kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh jangkauan pelayanan sekolah, fasilitas yang memadai dan lingkungan yang kondusif.

Tarigan (2009) menyatakan bahwa teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.

Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini berkaitan dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut.

Teori lokasi mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan,


(55)

tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

2.7. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (Mulyanto, 2008).

Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Pembangunan daerah atau pengembangan wilayah dilakukan melalui rangkaian tindakan atau kegiatan yang direncanakan dan dilangsungkan secara


(56)

terus menerus selama kurun waktu tertentu. Kegiatan pengembangan wilayah dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang di antaranya adalah pihak pemerintah, pihak swasta dan pihak masyarakat.

Menurut Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan bahwa unsur-unsur pengembangan wilayah terdiri dari 3 (tiga) unsur wilayah yaitu : sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi. Ketiga unsur tersebut dikenal dengan nama tiga pilar pengembangan wilayah. Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang terkait dan berinteraksi membentuk satu sistem. Hasil interaksi unsure tersebut mencerminkan kinerja dari suatu wilayah. Tiap-tiap wilayah memiliki kinerja yang berbeda-beda sehingga mendorong terciptanya spesialisasi spesifik wilayah.

Pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Suatu wilayah yang mempunyai sumber daya alam yang cukup kaya dan sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi, akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan wilayah yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup dan sumber daya manusia yang unggul.

Selanjutnya Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan bahwa salah satu pilar yang cukup penting adalah sumber daya manusia (SDM), karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh sumber daya wilayah yang ada. Berbeda dengan sumber daya alam yang mempunyai keterbatasan, semakin lama semakin berkurang dan habis. Di samping itu, SDM mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan, dapat sebagai obyek maupun


(57)

subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan, SDM berperan sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, konsep pembangunan itu sesungguhnya adalah pembangunan manusia (human development) yaitu pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people center development), di mana manusia dipandang sebagai sasaran sebagai pelaku pembangunan.

Mengingat pentingnya SDM dalam pengembangan wilayah maka sangat diperlukan usaha-usaha peningkatan kualitas/mutu dari sumber daya manusia yang ada pada suatu wilayah. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan, kesehatan dan keamanan tanpa mengabaikan investasi fisik, sarana danprasarana serta dari segi pembiayaannya. Mutu modal manusia yang meningkat akan mengakibatkan produktivitas dan kinerja juga meningkat

2.8. Hubungan Antara Pengembangan Wilayah dan Pendidikan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dibandingkan negara lain akan mencerminkan keberhasilan dalam memberdayakan rakyatnya. Apalagi IPM Indonesia terbilang rendah disbanding Negara-negara di dunia, karena itu upaya meningkatkan IPM dari mulai skala Kabupaten/Kota di seluruh nusantara patut dihargai dan mestinya terus dilakukan (Surya, 2012).

Upaya peningkatan kualitas hidup warga idealnya diawali dengan melihat akar masalah yang kemudian menimbulkan substansi mmasalah lainnya. Kasus beberapa kota metropolitan dan kota besar lain di Indonesia menunjukkan akar masalahnya bermuara pada peningkatan populasi penduduk dan sebaran yang tidak


(58)

merata. Kota metropolitan dan kota besar masih dilirik sebagai kota yang mampu member lapangan pekerjaan dengan pendapatan tinggi. Padahal persepsi seperti ini cenderung keliru, sebab lowongan pekerjaan formal hanya diperoleh oleh tenaga kerja dengan kualifikasi tinggi (Surya, 2012).

Pelayanan sosial kota dalam penyelenggaraannya memerlukan adanya penyediaan fasilitas sosial. Penyediaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan wilayah dan kota seharusnya tidak hanya berorientasi pada pembangunan fisik saja, melainkan juga pembangunan sumber daya manusianya. Konsep perencanaan wilayah pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengalokasikan sumber daya demi tercapainya tujuan yang lebih baik dimasa yang akan datang ( Tarigan, 2006).

Hal tersebut, berarti bahwa harus ada upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Masyarakat merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan, maka sudah seharusnya perlu diperhatikan kualitas masyarakat. Meningkatkan kualitas masyarakat, maka pemerintah perlu mengupayakan mutu pendidikan dan kesehatan bagi masyarakatnya. Pemerintah harus memberikan fasilitas dibidang kesehatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Peningkatan kualitas pendidikan paling mendasar dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas sarana pendidikan.

Berbagai problematik peningkatan mutu sarana pendidikan termasuk rehabilitasi kondisi fisik gedung-gedung yang bermasalah tentulah terkait dengan pengelolaan dan sistem pendidikan yang belum seperti diharapkan oleh kalangan


(1)

Sokib dan Wiraawan. 2010. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengembangan Komptenesi Keahlian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Gresik. Prosiding Seminar Nasional Sains 2010. Optimalisasi Sians Untuk Memberdayakan Manusia. Surabaya.

Surya, A. 2012. Membangun Kota Sarat Prestasi. Rubrik Opini, Harian Waspada Senin 9 Juli 2012.

Suprapta. 2006. Ketergantungan Wilayah Kecamatan Mranngen Terhadap Kota Semarang. Tesis Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan.

Supriadi, O. 2010. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pembiayaan Terhadap Mutu Pendidikan di Provinsi Banten.. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 01 Edisi Juli 2010.

Tarigan, R. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Tarigan, R. 2009. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Umar, H. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Grafindo Persada. Jakarta.

Wardiman Djojonegoro, 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penerbit : PT. Balai Pustaka.


(2)

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Petunjuk Pengisian 1. Pertanyaan isian

Jawabanlah singkat pada titik-titik yang telah tersedia. 2. Pada pertanyaan pilihan.

a. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat.

b. Beri tanda silang (X) pada hurup urutan depan jawaban yang anda pilih. c. Apabila tidak ada jawaban maka jawaban ditulis pada titik-titik yang telah tersedia.

Profil Responden. 1. Nama lengkap : 2. Tempat, tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : L/P

4. Jarak tempuh sampai sekolah : Km. / jam/ menit. Potensi Peserta Didik

1. Apakah cita-cita yang diharapkan bagi anak anda/siswa setelah selesai sekolah? a. Pegawai Negeri Sipil.

b. Karyawan swasta

c. Wirausaha bidang industri/jasa d. Perdagangan

e. Lainnya ...

2. Pelajaran apa yang paling anak anda/siswa sukai ? a. Kelompok IPA.

b. Kelompok IPS. c. Kelompok Bahasa. d. Kelompok Ketrampilan. e. Lainnya. ...

3. Apakah anak anda/siswa tahu kemana rencana sekolah lanjutan yang dituju anak/siswa setelah lulus dari SMP ?

a. Ya. b. Tidak.

c. Belum direncanakan. d. Tidak akan melanjutkan. e. Lainnya. ...

4. Darimanakah dorongan yang anak anda/siswa peroleh untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan ?

a. Diri sendiri.


(3)

b. Orang tua. c. Teman. d. Lingkungan.

e. Lainnya ...

5. Apakah anak anda/siswa berminat melanjutkan ke SMK ? a. Ya.

b. Tidak.

c. Belum direncanakan. d. Tidak akan melanjutkan. e. Lainnya. ...

6. Apabila melanjutkan ke SMK, Program pilihan apa yang anak anda/siswa inginkan di SMK nanti ?

a. Program Pertanian. b. Progam Teknik / Industri c. Program Ekonomi / Business. d. Program Jasa / Pariwisata. e. Lainnya ...


(4)

12 1 Jorlang Hataran Silimakuta 1017 1818 74 1848906 2 Jorlang Hataran Pematang Silimakuta 1017 99 79 100683

3 Jorlang Hataran Purba 1017 1277 59 1298709

4 Jorlang Hataran Haranggaol Horison 1017 230 70 233910

5 Jorlang Hataran Dolok Pardamean 1017 771 19 784107

6 Jorlang Hataran Sidamanik 1017 1647 7 1674999

7 Jorlang Hataran Pematang Sidamanik 1017 292 12 296964 8 Jorlang Hataran

Girsang Sipangan

Bolon 1017 1207 34 1227519

9 Jorlang Hataran Tanah Jawa 1017 3025 31 3076425

10 Jorlang Hataran Hatonduhan 1017 527 39 535959

11 Jorlang Hataran Dolok Panribuan 1017 1422 5 1446174

12 Jorlang Hataran Panei 1017 1236 22 1257012

13 Jorlang Hataran Panombeian Panei 1017 619 20 629523

14 Jorlang Hataran Raya 1017 2299 40 2338083

15 Jorlang Hataran Dolok Silou 1017 291 94 295947

16 Jorlang Hataran Silou Kahean 1017 773 167 786141

17 Jorlang Hataran Raya Kahaean 1017 999 70 1015983

18 Jorlang Hataran Tapian Dolok 1017 1205 56 1225485

19 Jorlang Hataran Dolok Batu Nanggar 1017 1925 64 1957725

20 Jorlang Hataran Siantar 1017 2231 10 2268927

21 Jorlang Hataran Gunung Malela 1017 1311 26 1333287

22 Jorlang Hataran Gunung Maligas 1017 351 31 356967

23 Jorlang Hataran Hutabayu Raja 1017 1629 46 1656693

24 Jorlang Hataran

Jawa Maraja Bah

Jambi 1017 815 35 828855

25 Jorlang Hataran Pematang Bandar 1017 1444 61 1468548

26 Jorlang Hataran Bandar Huluan 1017 775 52 788175

27 Jorlang Hataran Bandar 1017 2947 65 2997099

28 Jorlang Hataran Bandar Marsilam 1017 795 81 808515

29 Jorlang Hataran Bosar Maligas 1017 1675 80 1703475

30 Jorlang Hataran Ujung Padang 1017 925 107 940725

Jumlah


(5)

(6)