Analisis Penentuan Komoditi Perkebunan Basis di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun

(1)

ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS

DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN

KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Oleh

NURMELY VIOLITA SITORUS 117039011/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS

DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN

KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURMELY VIOLITA SITORUS 117039011/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Analisis Penentuan Komoditi Perkebunan Basis di WilayahMasing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun

Nama : Nurmely Violita Sitorus

NIM : 117039011

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si)

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si)

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Ting Penguji pada 27 Agustus 2014.

Panitia Penguji

Ketua : Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si Anggota : 1. Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S 3. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, September 2014 Yang membuat pernyataan,

Nurmely Violita Sitorus NIM. 117039011/MAG


(6)

ABSTRAK

NURMELY VIOLITA SITORUS (117039011) dengan judul tesis “Analisis Penentuan Komoditi Perkebunan basis di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun”. Di bimbing oleh Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua dan Dr.Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si sebagai anggota.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan wilayah dan keseimbangan antar wilayah dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada perlu dilaksanakan. Seiring berjalannya otonomi daerah maka masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun memiliki kesempatan yang terbuka dalam menentukan kebijakan pembangunan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya sebagai upaya untuk dapat memajukan sub sektor perkebunan dalam pembangunan daerahnya dan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komoditi perkebunan yang menjadi basis, mengetahui pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis dan mengidentifikasi prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu analisis Location Quotient, analisis Shift Share, serta gabungan analisis Location Quotient dan Shift Share.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi yang menjadi basis di Kabupaten Simalungun yaitu karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau. Kecamatan yang paling banyak menghasilkan komoditi perkebunan basis adalah Kecamatan Sidamanik dan Panei yaitu sebanyak sembilan jenis komoditi perkebunan. Komoditi basis yang mempunyai pertumbuhan cepat di Kabupaten Simalungun yaitu: Karet, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, lada, pinang, vanili tembakau. Komoditi perkebunan basis yang berdaya saing adalah karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau. Komoditi perkebunan basis yang paling banyak menjadi prioritas utama yaitu komoditi pinang sebanyak 12 kecamatan, prioritas kedua adalah komoditi kopi, ada 16 kecamatan, prioritas ketiga yaitu kulit manis, kemiri dan aren.


(7)

ABSTRACT

NURMELY VIOLITA SITORUS. Analysis of Plantation Commodities base in each region Simalungun Sub District. Determination of Plantation. Supervised by Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si as chairperson and Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si as a member .

The research is motivated by the growth of the region and the balance between regions by optimizing the use of available resources need to be implemented. Over the autonomy of each district in Simelungun had an open chance in determining the development policy and develop new sources of revenue as revenue (PAD) was through the utilization of natural resources available in the region in an effort to advance the plantation sub-sector in the development of regional and community efforts to increase economic growth. This study aims to identify which are the basis of plantation commodities, knowing proportional growth and share growth of plantation commodities base region and identify priority development of plantation commodities in the base region of each district Simalungun. The data used are secondary data. Data analysis used the Location Quotient, shift share analysis, as well as the joint analysis of Location Quotient and Shift Share.

The results showed that the commodities which are the basis on which Simalungun rubber, oil palm, coffee, coconut, chocolate, cloves, cinnamon, pecan, pepper, sugar, nut, vanilla and tobacco. Districts that generated the most base of plantation commodities is the District Sidamanik and Panei as many as nine different types of plantation commodities. Commodity bases that have rapid growth in Simalungun namely: rubber, coffee, coconut, chocolate, clove, pepper, betel nut, vanilla tobacco. Plantation commodity competitive base is rubber, oil palm, coffee, coconut, chocolate, cloves, cinnamon, pecan, pepper, sugar, nut, vanilla and tobacco. Plantation commodity base most main priority commodity-nut as much as 12 districts, the second priority is the commodity of coffee, there are 16 districts, the third priority cinnamon, pecans and sugar.


(8)

RIWAYAT HIDUP

NURMELY VIOLITA SITORUS, lahir pada tanggal 28 Januari 1988 di Bandar Pasir Mandoge, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, anak kedua dari empat bersaudara, dari Ayahanda Kiman Sitorus dan Ibunda Raulina Tambunan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar Negeri Huta Bagasan No. 014732,

tamat tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama PTPN IV Bandar Pasir Mandoge, tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pematangsiantar, tamat tahun 2006.

4. Tahun 2006 malanjutkan Pendidikan S1 di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia, tamat tahun 2010.

5. Tahun 2012 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Adapun judul tesis ini adalah “Analisis Penentuan Komoditi Perkebunan basis di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tesis ini merupakan hasil penelitian deskriptif dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada : Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si sebagai Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis menyelesaikan tesis ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pegawai di Program Studi Magister Agribisnis yaitu Bapak Iskandar atas bantuan dan dukungan selama ini kepada penulis. Rekan-rekan mahasiswa angkatan VI Magister Agribisnis motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Kiman Sitorus dan Ibunda Raulina Tambunan atas doa, kasih, pengorbanan, nasehat dan dukungan yang diberikan kepada penulis, serta kakak penulis yaitu Indrawaty Sitepu, abang penulis yaitu Hendrianto dan adik-adik penulis yaitu Bahtiar dan Melvi Restina serta Jubelium Endro Marcopolo Siregar atas doa dan dukungan yang telah diberikan.


(10)

Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi penyempurnaan tesis ini. Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2013


(11)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DATAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sub Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun ... 7

2.2 Penelitian Terdahulu ... 8

2.3 Landasan Teori ... 12

2.3.1 Pembangunan Ekonomi Regional ... 12

2.3.2 Teori Ekonomi Basis ... 14

2.3.3 Analisis Shift – Share ... 17

2.3.4 Daya Saing ... 19

2.4 Kerangka Penelitian ... 20

2.5 Hipotesis ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.2 Metode Pemilihan Lokasi ... 25

3.3 Metode Analisis Data ... 25

3.4 Definisi dan Batasan Operasional ... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah atau Deskripsi Objek Penelitian ... 32


(12)

4.2.1. Identifikasi Komoditi Perkebunan Basis di Wilayah

Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun ... 37

4.2.2 Analisis Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun ... 40

4.2.3 Penentuan Prioritas Komoditi Perkebunan Basis di wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun ... 109

4.2.4 Perbandingan Antara Versi Penelitian dengan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun ... 114

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 116

5.2Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal. 1. Perkembangan dan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap

PDRB Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 (Persen) ... 2 2. Produksi Perkebunan di Kabupaten Simalungu (Ton ... 7 3. Kriteria Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditi

Perkebunan di Kabupaten Simalungun ... 29 4. Luas Daerah Kabupaten Simalungun Menurut Kecamatan ... 33 5. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten

Simalungun ... 34 6. Komoditi Perkebunan Basis Masing-masing Kecamatan diKabupaten

Simalungun Tahun 2005-2012 ... 38 7. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi

Perkebunan Basis di Kecamatan SilimahutaKabupaten Simalungun

Tahun 2005-2012 ... 44 8. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Pematang Silimahuta

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 47 9. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi

Perkebunan Basis di Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

Tahun 2005-2012 ... 50 10. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi

Perkebunan Basis di Kecamatan Haranggaol Harison Kabupaten

Simalungun Tahun 2005-2012 ... 52 11. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Haranggaol

Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 55 12. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Sidamanik


(14)

13. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Pematang

Sidamanik Simalungun Tahun 2005-2012 ... 60 14. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Girsang Sipangan

Bolon Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 62 15. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 64 16. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Hatonduan

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 66 17. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Dolok

Panribuan Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 68 18. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Jorlang

Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 71 19. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Panei

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 73 20. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Panombean

Panei Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 75 21. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Raya

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 77 22. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Dolok Silou

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 80 23. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Silou Kahean

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 82 24. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Raya Kahean


(15)

25. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Tapean

Dolok Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 87 26. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Dolok Batu

Nanggar Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 89 27. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Siantar

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 92 28. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Gunung Malela

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 94 29. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Gunung

Maligas Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012... 96 30. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Hutabayu

Raja Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 98 31. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Pematang

Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 100 32. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Bandar

Huluan Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 102 33. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Bandar

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 104 34. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Bandar

Masilam Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 106 35. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Bosar Maligas

Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012 ... 107 36. Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Komoditi Perkebunan Basis di Kecamatan Ujung Padang


(16)

37. Penentuan prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun Berdasarkan Analisis Location Quotient, Komponen Pertumbuhan Proporsional

dan Pertumbuhan Pangsa WilayahTahun 2005-2012 ... 110 38. Perbandingan Antara Komoditi Perkebunan yang Diprioritaskan


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal. 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 23


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal. 1. Produksi Tanaman Perkebunan Masing-masing Kecamatan

Kabupaten Simalungun ... 123 2. Total Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Simalungun ... 154 3. Rata-rata Location Quotient (LQ) Masing-masing Kecamatan

Kabupaten Simalungun ... 155 4. Komoditi Basis Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan

Pangsa Wilayah (PPW) Masing-masing Kecamatan Kabupaten


(19)

ABSTRAK

NURMELY VIOLITA SITORUS (117039011) dengan judul tesis “Analisis Penentuan Komoditi Perkebunan basis di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun”. Di bimbing oleh Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua dan Dr.Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si sebagai anggota.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan wilayah dan keseimbangan antar wilayah dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada perlu dilaksanakan. Seiring berjalannya otonomi daerah maka masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun memiliki kesempatan yang terbuka dalam menentukan kebijakan pembangunan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya sebagai upaya untuk dapat memajukan sub sektor perkebunan dalam pembangunan daerahnya dan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komoditi perkebunan yang menjadi basis, mengetahui pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis dan mengidentifikasi prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu analisis Location Quotient, analisis Shift Share, serta gabungan analisis Location Quotient dan Shift Share.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi yang menjadi basis di Kabupaten Simalungun yaitu karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau. Kecamatan yang paling banyak menghasilkan komoditi perkebunan basis adalah Kecamatan Sidamanik dan Panei yaitu sebanyak sembilan jenis komoditi perkebunan. Komoditi basis yang mempunyai pertumbuhan cepat di Kabupaten Simalungun yaitu: Karet, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, lada, pinang, vanili tembakau. Komoditi perkebunan basis yang berdaya saing adalah karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau. Komoditi perkebunan basis yang paling banyak menjadi prioritas utama yaitu komoditi pinang sebanyak 12 kecamatan, prioritas kedua adalah komoditi kopi, ada 16 kecamatan, prioritas ketiga yaitu kulit manis, kemiri dan aren.


(20)

ABSTRACT

NURMELY VIOLITA SITORUS. Analysis of Plantation Commodities base in each region Simalungun Sub District. Determination of Plantation. Supervised by Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si as chairperson and Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si as a member .

The research is motivated by the growth of the region and the balance between regions by optimizing the use of available resources need to be implemented. Over the autonomy of each district in Simelungun had an open chance in determining the development policy and develop new sources of revenue as revenue (PAD) was through the utilization of natural resources available in the region in an effort to advance the plantation sub-sector in the development of regional and community efforts to increase economic growth. This study aims to identify which are the basis of plantation commodities, knowing proportional growth and share growth of plantation commodities base region and identify priority development of plantation commodities in the base region of each district Simalungun. The data used are secondary data. Data analysis used the Location Quotient, shift share analysis, as well as the joint analysis of Location Quotient and Shift Share.

The results showed that the commodities which are the basis on which Simalungun rubber, oil palm, coffee, coconut, chocolate, cloves, cinnamon, pecan, pepper, sugar, nut, vanilla and tobacco. Districts that generated the most base of plantation commodities is the District Sidamanik and Panei as many as nine different types of plantation commodities. Commodity bases that have rapid growth in Simalungun namely: rubber, coffee, coconut, chocolate, clove, pepper, betel nut, vanilla tobacco. Plantation commodity competitive base is rubber, oil palm, coffee, coconut, chocolate, cloves, cinnamon, pecan, pepper, sugar, nut, vanilla and tobacco. Plantation commodity base most main priority commodity-nut as much as 12 districts, the second priority is the commodity of coffee, there are 16 districts, the third priority cinnamon, pecans and sugar.


(21)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses mulitidimensi yang mencerminkan perubahan stuktur masyarakat secara keseluruhan baik itu stuktur nasional, sikap masyarakat dan kelembagaan nasional. Perubahan tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan dan memberantas kemiskinan sehingga diharapkan terwujudnya kondisi kehidupan yang lebih baik secara material maupun spiritual (Todaro, 2000).

Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara karena sektor pertanian memberikan banyak kontribusi dalam pembangunan ekonomi.

Menurut Saragih (2001), pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi perekonomian negara. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional memiliki peran penting, karena sektor ini mampu menyerap sumber daya manusia atau tenaga kerja yang paling besar dan merupakan sumber pendapatan bagi mayoritas penduduk Indonesia secara umum.

Kabupaten Simalungun sebagai salah satu kabupaten yang memiliki daerah yang cukup luas di Provinsi Sumatera Utara, yaitu dengan luas wilayah 4.386,60 km2 menjadikannya sebagai daerah terluas ketiga setelah Kabupaten


(22)

Madina dan Langkat, serta dengan potensi kekayaan sumber daya yang melimpah, yakni daerah lahan pertanian yang luas.

Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Simalungun terdiri dari lima sub sektor pertanian, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Tabel 1. data perkembangan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Simalungun.

Tabel 1. Perkembangan dan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Simalungun Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 (Persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Tanaman bahan makanan 44,05 43,46 43,74 43,89 43,73 43,77 Tanaman perkebunan 47,87 46,64 46,35 46,42 48,81 47,22

Peternakan 5,18 4,81 4,67 5,06 5,02 4,95

Kehutanan 1,23 1,07 1,19 1,13 1,18 1,16

Perikanan 1,15 1,29 1,21 0,96 1,27 1,18

Sumber : BPS, Sumatera Utara 2010

Table menunjukkan bahwa kontribusi paling tinggi terhadap PDRB adalah sub sektor tanaman perkebunan dengan rata-rata 47,22 persen sedangkan kontribusi yang paling rendah adalah sub sektor kehutanan sebesar 1,16 persen. Dengan demikian tanaman perkebunan merupakan sub sektor yang menjadi andalan dibandingkan dengan sub sektor lainnya.

Dalam upaya meningkatkan perekonomian wilayah maka pemerintah Kabupaten Simalungun dapat mengembangkan sub sektor perkebunan sebagai

leading sub sector yaitu sub sektor pemimpin dengan harapan sub sektor

perkebunan akan dapat meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah (BPS, Sumatera Utara 2012).


(23)

Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Nahattands, 2014).

Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka di era otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah.

Melihat kekayaan sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang meyakinkan, atau dengan fakta pertumbuhan ekonomi yang rendah, yaitu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen berada dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,14 persen, maka sangat disayangkan jika potensi-potensi besar yang ada di Kabupaten Simalungun tidak bisa mendongkrak pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut ketingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.

Keberadaan potensi perkebunan yang dimiliki di Kabupaten Simalungun tidak terlepas dari potensi di tingkat wilayah yang lingkupnya lebih kecil yaitu


(24)

wilayah kecamatan. Kabupaten Simalungun secara administratif terbagi menjadi 31 kecamatan yaitu: Silimahuta, Pematang Silimahuta, Purba, Haranggaol Harison, Dolok Pardamean, Sidamanik, Pematang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon, Tanah Jawa, Hatonduan, Dolok Panribuan, Jorlang Hataran, Panei, Panombeian Panei, Raya, Dolok Silou, Silou Kahean, Raya Kahean, Tapian Dolok, Dolok Batu Nanggar, Siantar, Gunung Malela, Gunung Maligas, Hutabayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, Pematang Bandar, Bandar Huluan, Bandar, Bandar Masilam, Bosar Maligas, dan Ujung Padang yang masing-masing memiliki sumber daya alam yang berbeda (BPS. Sumatera Utara 2013).

Pertumbuhan wilayah dan keseimbangan antar wilayah dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada perlu dilaksanakan. Seiring berjalannya otonomi daerah maka masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun memiliki kesempatan yang terbuka dalam menentukan kebijakan pembangunan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya sebagai upaya untuk dapat memajukan sub sektor perkebunan dalam pembangunan daerahnya dan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Komoditi yang termasuk kedalam sub sektor perkebunan Kabupaten Simalungun meliputi karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, coklat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, tembakau, vanili dan pinang.

Maka dari itu setiap pemerintah daerah harus mengetahui komoditi-komoditi basis yang menjadi prioritas komoditas perkebunan dalam perekonomian daerah. Karena hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan pembangunan daerah dan strategi perencanaan yang matang.


(25)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Komoditi perkebunan apa saja yang menjadi basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.

2. Bagaimana pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.

3. Komoditi perkebunan basis apa saja yang menjadi prioritas pengembangan di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :

1. Mengidentifikasi komoditi perkebunan yang menjadi basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.

2. Mengetahui pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.

3. Mengidentifikasi prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.


(26)

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan-kegunaan sebagai berikut, yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai sarana menambah pengetahuan dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi pemerintah khususnya Kabupaten Simalungun penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pembangunan pertanian.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagai bahan pembanding untuk masalah yang sama.


(27)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.6Sub Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun

Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Simalungun yaitu perkebunan besar/negara dan perkebunan rakyat. Hasil perkebunan rakyat di Kabupaten Simalungun terdiri dari karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, coklat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau (BPS, Sumatera Utara 2012).

Table 2. Produksi Perkebunan di Kabupaten Simalungun (Ton)

No Komoditi Tahun

Rata-rata

2009 2010 2011 2012 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Karet Kelapa sawit Kopi Kelapa Cokelat Cengkeh Kulit manis Kemiri Lada Aren Pinang Vanili Tembakau Jumlah 11.027 493.315 8.830 1.838 4.845 28 83 788 14 627 300 8 - 521.700 11.010 504.544 9.604 1.855 1.045 35 83 788 14 627 300 8 - 529.911 11.073 507.949 9.436 1.855 5.509 35 84 788 14 632 304 8 - 537.688 11.263 509.145 10.650 1.986 5.581 204 213 674 36 598 302 9 166 540.827 11.434 516.136 11.731 1.945 5.535 39 71 672 17 599 301 9 246 548.735 11.161,6 506.218,0 10.050,4 1.895,8 4.502,6 68,2 106,4 74,2 18,8 616,8 301,4 8,4 82,4 535.772,8 Sumber : BPS, Sumatera Utara (diolah).

Tabel 2. Menunjukkan produksi komoditas perkebunan di Kabupaten Simalungun bervariasi. Produksi paling tinggi yaitu komoditi kelapa sawit dengan rata-rata 506.218 ton per tahun. Sedangkan produksi komoditi yang paling rendah adalah komoditi vanili dengan rata-rata 8,4 ton per tahun.


(28)

2.2 Penelitian Terdahulu

Ropingi dan Agustono (2007) dalam penelitiannya mengenai “Pembangunan Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditi Pertanian di Kabupaten Boyolali (Pendekatan Shift-Share Analisis)”, berdasarkan analisis LQ komoditi sektor pertanian yang menjadi basis ekonomi di Kabupaten Boyolali tahun 2005 di tiap-tiap kecamatan beragam jenis komoditinya. Kecamatan yang paling banyak jumlah komoditi sektor pertanian yang menjadi basis ekonomi adalah Kecamatan Mojosongo (25 jenis komoditi) sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Ampel (8 jenis komoditi).

Berdasarkan analisis Shift Share tahun 2004-2005 diketahui bahwa komoditi pertanian yang tumbuh cepat diantaranya komoditi bahan pangan penyedia karbohidrat adalah jagung, bahan pangan penyedia protein adalah kacang tanah, kedelai, komoditi peternakan adalah sapi potong, kambing, domba; komoditi sayur-sayuran adalah wortel, sawi, cabe, bawang merah, mentimun; komoditi buah-buahan adalah durian, pisang, jambu air, jeruk nesar, jeruk siam, dan komoditi perkebunan adalah jahe, kencur, teh, kopi arabika. Komoditi pertanian basis yang tergolong berdaya saing baik diantaranya komoditi bahan pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, ubi jalar; komoditi hortikultura adalah bawang merah, bawang daun, sawi, tomat, kubis, durian, pepaya, mangga, pisang; komoditi perkebunan adalah asem, kelapa, teh, kencur; komoditi peternakan adalah sapi perah, sapi potong, domba, kambing, ayam buras.

Jenis komoditi pertanian basis dan wilayah pengembangannya di Kabupaten Boyolali diantaranya sapi perah di Kecamatan Cepogo dan Boyolali,


(29)

komoditi padi di Kecamatan Teras, Sawit, Banyudono, Nogosari, dan Andong; Sapi potong di Kecamatan Ampel, Klego, Andong dan Juwangi; komoditi pepaya di Kecamatan Mojosongo, kopi robusta di Kecamatan Ampel, komoditi sayur-sayuran (wortel, kubis, bawang merah, bawang daun) di Kecamatan Selo; komoditi kencur di Kecamatan Simo, Klego dan Nogosari; komoditi kacang tanah di Kecamatam Sambi, Nogosari, Andong dan Juwangi.

Prihkhananto (2006) dalam penelitiannya mengenai “Penentuan Wilayah Basis Komoditi Pertanian Unggulan dalam Menghadapi Otonomi Daerah di Kabupaten Temanggung” menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan shift

share dalam penentuan komoditi pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung.

Berdasarkan analisis LQ, komoditi pertanian yang menjadi komoditi pertanian basis adalah jagung, bawang putih, lombok, kelengkeng, kopi arabika, kopi robusta, jahe, kunyit, tembakau, aren, domba, dan ayam buras. Untuk mengetahui kemampuan bersaing suatu komoditi perlu diketahui komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Berdasarkan analisis shift share, komoditi pertanian yang mampu bersaing dengan komoditi dari daerah lain adalah padi, kacang panjang, kubis, lombok, kelengkeng, pisang, kopi arabika, cengkeh, aren, dan sapi potong. Berdasarkan analisis gabungan LQ dan shift share diketahui bahwa komoditi lombok, kelengkeng, kopi arabika, dan aren merupakan komoditi pertanian unggulan untuk Kabupaten Temanggung karena komoditi tersebut mampu memenuhi kebutuhan kabupaten dan mengekspor ke daerah lain serta mempunyai kemampuan bersaing dengan komoditi pertanian lain.

Rachmat Hendayana (2003) meneliti tentang “Aplikasi metode Location Quotient (LQ) dalam penentuan komoditas unggulan nasional”. Tujuan dari


(30)

penelitian membahas penerapan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas pertanian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series tahun 1997–2001. Data yang dimaksud meliputi data areal panen tanaman pangan, holtikultura (sayuran dan buah–buahan), perkebunan dan populasi ternak. Dari hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi komoditas pertanian.

Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dianggap memiliki keunggulan komparatif karena basis. Komoditas pertanian yang tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu indikator komoditas unggulan dan mengingat perhitungan LQ baru didasarkan aspek luas areal panen maka keuggulan yang diperoleh baru mencerminkan keunggulan dari sisi penawaran, belum dari sisi permintaan.

Hasil dari penelitian Wibowo (2008), yang berjudul Analisis Ekonomi Basis dan Komponen Pertumbuhan Sektor Pertanian di Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pekalongan merupakan sektor basis. Selain sektor pertanian terdapat lima sektor lain yang merupakan sektor basis di Kabupaten Pekalongan, yaitu sektor jasa-jasa; sektor listrik, gas dan air minum; sektor bank dan lembaga keuangan; sektor konstruksi/bangunan; dan sektor pertambangan dan penggalian. Sub sektor pertanian yang menjadi sektor basis di Kabupaten Pekalongan adalah sub sektor peternakan dan sub sektor tanaman perkebunan.

Beberapa penelitian tersebut digunakan sebagai referensi dalam penelitian yang dilakukan, karena topik yang dikaji sama yaitu peranan sektor pertanian dalam perekonomian suatu daerah. Selain itu metode analisis yang digunakan


(31)

pada penelitian tersebut sebagian sama dengan metode analisis yang digunakan pada penelitian yang dilakukan, yaitu Analisis Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share.

Penelitian Ropingi dan Listiarini (2003) mengenai “Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Pati Berdasar Analisis LQ dan Shift Share”, menggunakan analisis gabungan LQ dan Shift Share untuk menentukan sektor-sektor yang benar-benar merupakan sektor-sektor unggulan di Kabupaten Pati yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sektor-sektor tersebut dinilai dari sisi basis atau nonbasis, keunggulan komparatif, dan laju pertumbuhannya.

Hasil dari gabungan kedua analisis tersebut memberikan usulan alternatif program pengembangan regional Kabupaten Pati sebagai berikut:

1. Pengembangan sektor prioritas pertama adalah sektor listrik, gas, dan air bersih.

2. Pengembangan sektor prioritas kedua, tidak ada sektor yang memenuhi. 3. Pengembangan sektor prioritas ketiga meliputi sektor industri dan jasa. 4. Pengembangan sektor prioritas keempat meliputi sektor pertambangan dan

penggalian, bangunan, perdagangan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

5. Pengembangan sektor prioritas pertama adalah sektor listrik, gas, dan air bersih.

6. Pengembangan sektor prioritas kelima, tidak ada sektor yang memenuhi. 7. Pengembangan sektor prioritas alternatif meliputi sektor pertanian dan


(32)

2.3Landasan Teori

2.3.1 Pembangunan Ekonomi Regional

Menurut Suryana (2000), keberhasilan suatu usaha pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari pengalaman pembangunan negara-negara yang sekarang sudah maju, keberhasilan pembangunan pada dasarnya dipengaruhi oleh dua unsur pokok yaitu unsure ekonomi (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, pembentukan modal dan teknologi) dan unsur non ekonomik (politik, sosial, budaya dan kebiasaan).

Pada umumnya pembangunan itu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik dan merata, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan dengan kesenjangan pendapatan dan kesejahteraan yang relatif kecil. Akan tetapi kenyataannya berbicara lain dimana pemerataan dan kesenjangan tersebut berbeda-beda (Ropingi, 2002).

Tiga tujuan pembangunan yang secara universal diterima sebagai prioritas dan mutlak untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar manusia di negara-negara sedang berkembang khususnya yaitu ketahanan pangan (food security), penghapusan kemiskinan/peningkatan kualitas hidup manusia (poverty

eradication/people livelihood improvement), dan pembangunan desa

berkelanjutan (sustainable rural development). Ketiga prioritas tujuan pembangunan tersebut saling berkaitan. Ketahanan pangan saling pengaruh mempengaruhi dengan kemiskinan maupun dengan pembangunan desa (Simatupang, 2004).


(33)

Ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi satu wilayah dengan wilayah lain. Ilmu ekonomi regional tidak membahas kegiatan individual melainkan menganalisis suatu wilayah (bagian wilayah) secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Tarigan, 2003).

Perekonomian regional menggeser fokus analisis dari pilihan lokasi dalam teori lokasi keproses yang terlibat dalam pengembangan ekonomi daerah subnasional. Berusaha untuk menjelaskan, mengingat distribusi kuantitatif dan kualitatif tertentu dalam ruang sumber daya dan kapasitas kegiatan sistem lokal suatu daerah, kota, provinsi, atau wilayah geografis dengan fitur ekonomi khusus untuk mengembangkan kegiatan ekonomi atau untuk menarik yang baru dari luar dan untuk menghasilkan kesejahteraan, kekayaan dan pertumbuhan (Capello, 2006).

Menurut Adisasmita (2008), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Perhatian terhadap pertumbuhna ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi


(34)

daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008).

2.3.2 Teori Ekonomi Basis

Dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara itu maupun ke luar negeri, tenaga kerja yang berdomisili di wilayah, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegitan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendapatkan uang dari luar wilayah karena kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous

(tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan) (Tarigan, 2003).

Semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis termasuk kedalam kegiatan/sektor service atau pelayanan, untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti service disebut saja sektor nonbasis, Sektor nonbasis (service) adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat.

Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan


(35)

ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut (Tambunan, 2001).

Inti dari model basis ekonomi (economic base model) adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga kerja, akan tetapi juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (immobile), seperti yang berhubungan dengan aspek geografi, iklim, peninggalan sejarah, atau daerah pariwisata. Sektor industri yang bersifat seperti ini disebut sektor basis. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau nonbasis dapat digunakan beberapa metode, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survei langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi metode ini dapat memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat hal tersebut di atas, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pengukuran tidak langsung yaitu: (1) metode melalui pendekatan asumsi (2) metode Location Quotient; (3) metode kombinasi (1) dan (2); dan (4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono,2005).

Lebih lanjut Budiharsono (2005), mengatakan bahwa metode pendekatan asumsi yaitu bahwa semua sektor industri primer dan manufaktur adalah sektor basis, sedangkan sektor jasa adalah sektor nonbasis. Metode Location Quotient

(LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan (tenaga kerja) total wilayah


(36)

dengan pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan (tenaga kerja) nasional. Metode kombinasi merupakan antara pendekatan asumsi dengan metode Location Quotient. Metode kebutuhan minimum melibatkan penyeleksian sejumlah wilayah yang sama dengan wilayah yang diteliti dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga kerja regional dan bukan distribusi rata-rata. Setiap wilayah pertama-tama dihitung persentase angkatan kerja yang dipekerjakan dalam setiap industri kemudian persentase itu dibandingkan dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kelainan, dan persentase terkecil dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum bagi industri tertentu. Persentase minimum ini digunakan sebagai batas dan semua tenaga kerja di wilayah lain yang lebih tinggi dari persentase ini dianggap sebagai tenaga kerja basis.

Apabila LQ suatu sektor (industri) ≥ 1 maka sektor (industri) tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor (industri) < 1 maka sektor (industri tersebut) merupakan sektor nonbasis. Asumsi model LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola permintaan wilayah yang sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi lainnya adalah bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain (Budiharsono, 2005).

Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi


(37)

(industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.

Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relavan digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi dan populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungan didasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan dalam populasi (ekor) (Hendayana, 2003).

2.3.3 Analisis Shift – Share

Analisis shift-share juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional. Akan tetapi, metode ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ, Metode LQ tidak memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode

shift-share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variable. Analisis ini

menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang menamakan model analisis ini sebagai


(38)

industrial mix analysis, karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhan wilayah tersebut. Artinya, apakah industri yang berlokasi di wilayah tersebut termasuk ke dalam kelompok industri yang secara nasional memang berkembang pesat dan bahwa industri tersebut cocok berlokasi di wilayah itu atau tidak (Tarigan, 2003).

Menurut Firdaus (2007), analisis shift share adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis data statistik regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data lainnya. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengamati struktur perekonomian daerah dan perubahannya secara deskriptif, dengan cara menekankan bagian-bagian dari pertumbuhan sektor atau industri di daerah, dan memproyeksikan kegiatan ekonomi di daerah tersebut dengan data yang terbatas.

Analisis shift share diartikan sebagai salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan tiga informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu: Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional (nasional growth effect) yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional (proporsional shift), yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional. Ketiga, pergeseran deferensial (diferential shift) yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang


(39)

dijadikan referensi. Jika pergeseran suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relatif lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran deferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif (Widodo, 2006).

2.3.4 Daya saing

Sebagian pakar mengemukakan bahwa konsep daya saing (ompetitivness) berpijak dari konsep keunggulan komparatif dari Ricardo yang merupakan konsep ekonomi. Namun, sebagian pakar lain mengemukakan bahwa konsep daya saing atau keunggulan komparatif bukan merupakan konsep ekonomi, melainkan konsep politik atau konsep bisnis yang digunakan sebagai dasar bagi banyak anlisis strategis untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Sudaryanto et al, (1993) konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Keunggulan kompetitif (revealed competitive adventage/RCA) merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual. Terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Sumber distorsi yang dapat menggunakan tingkat daya saing yaitu kebijakan pemerintah langsung (seperti regulasi); dan distorsi pasar, karena adanya ketidak sempurnaan pasar (market imperfetion).

Sudaryanto et al, (1993) mengemukakan bahwa konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan finansial adalah keunggulan kompetitif atau sering


(40)

disebut revealed competitive advantage yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual. Selanjutnya dikatakan suatu negara atau daerah yang memiliki keunggulan komparatif atau kompetitif menunjukkan keunggulan baik dalam potensi alam, penguasaan teknologi, maupun kemampuan managerial dalam kegiatan yang bersangkutan.

Untuk mengukur daya saing komoditi unggulan sektor pertanian maka digunakan alat Analisis Shift Share. Analisis shift share pada hakekatnya merupakan teknik yang sederhana untuk menganalisis perubahan struktur perekonomian suatu wilayah dan pergeseran struktur suatu wilayah.

2.4Kerangka Penelitian

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan meransang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999).

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk dapat membangun daerah dengan baik, khususnya pada era otonomi daerah, maka pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor apa saja yang dapat dijadikan sektor basis baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Pemerintah daerah sebaiknya memperhatikan potensi daerah apa yang dimiliki dalam pengambilan kebijakan-kebijakan yang ada. Potensi daerah ini bisa dilihat dengan mengidentifikasi sektor perekonomian mana yang produktif atau potensial untuk dikembangkan, dan mempunyai daya saing. Identifikasi ini penting dalam menentukan prioritas dalam pengambilan kebijakan pembangunan.


(41)

Kesempatan untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatan baru melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayahnya sebagai upaya untuk dapat memajukan sub sektor perkebunan dalam pembangunan daerahnya dan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Sub sektor perkebunan di Kabupaten Simalungun memiliki berbagai jenis komoditi yang dapat dikembangkan sehingga dapat mendukung kemajuan sektor tersebut. Komoditi perkebunan yang dapat mendukung pembangunan pertanian adalah komoditi basis yang mempunyai prioritas pengembangan. Dengan mengetahui prioritas pengembangan komoditi basis di Kabupaten Simalungun akan memudahkan pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunan wilayah berbasis komoditi perkebunan.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi prioritas pengembangan komoditi perkebunan adalah dengan menggunakan gabungan teori ekonomi basis dan analisis shift share. Pengidentifikasian komoditi perkebunan basis di Kabupaten Simalungun digunakan pendekatan Location Quotient (LQ), yaitu menghitung nilai LQ dari setiap komoditi perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun. Kriteria komoditi perkebunan yang menjadi basis adalah komoditi yang mempunyai nilai LQ > 1, artinya produksi komoditi perkebunan tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan dapat diekspor ke wilayah lain. Komoditi perkebunan dengan nilai LQ = 1 menunjukkan komoditi tersebut komoditi nonbasis, artinya produksi komoditi perkebunan tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain. Sedangkan komoditi perkebunan dengan nilai LQ < 1 menunjukkan komoditi


(42)

tersebut termasuk komoditi nonbasis, artinya produksi komoditi perkebunan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan kekurangannya dipenuhi dengan mengimpor dari luar wilayah.

Komoditi perkebunan yang menjadi basis (LQ > 1) di Kabupaten Simalungun dianalisis menggunakan Shift Share Analysis (SSA) untuk menentukan komponen pertumbuhannya. Komoditi perkebunan yang dianalisis komponen pertumbuhannya hanya komoditi perkebunan basis karena dalam penelitian ini untuk menentukan pertumbuhan didasarkan pada komoditi perkebunan basis, sehingga untuk komoditi perkebunan nonbasis tidak dianalisis pertumbuhannya. Analisis komponen pertumbuhan komoditi perkebunan basis di Kabupaten Simalungun dalam penelitian ini difokuskan pada komponen PP dan PPW.

Berdasarkan gabungan pendekatan Location Quotient (LQ), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) dapat diketahui prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di Kabupaten Simalungun. Komoditi perkebunan basis yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan adalah komoditi perkebunan dengan nilai LQ > 1, PP positif, dan PPW positif. Komoditi perkebunan basis yang menjadi prioritas kedua untuk dikembangkan adalah komoditi perkebunan dengan nilai LQ > 1, PP negatif, dan PPW positif atau komoditi dengan nilai LQ > 1, PP positif, dan PPW negatif. Sedangkan komoditi perkebunan basis dengan nilai LQ > 1, PP negatif, dan PPW negatif menjadi alternatif pengembangan. Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema pada Gambar 1 berikut di bawah ini.


(43)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kabupaten Simalungun

Sektor Perekonomian

Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian

Produksi Komoditi Perkebunan

Teori Ekonomi Basis

Metode Tidak Langsung

Location Quotient

LQ > 1 Komoditi Perkebunan

Basis LQ = 1

Komoditi Perkebunan

Non Basis LQ < 1

Komoditi Perkebunan

Non Basis

Prioritas Utama : LQ > 1, PP positif, PPW positif

Prioritas Kedua : LQ > 1, PP negatif, PPW positif atau LQ > 1, PP positif, PPW negatif Prioritas Ketiga : LQ > 1, PP negatif, PPW negatif

Prioritas Pengembangan Komoditi Perkebunan Basis di Kabupaten Simalungun

Analisa Shift Share

PP PPW

PP Positif Pertumbuhan Cepat

PP Negatif Pertumbuhan Lambat

PP W Positif Berdaya Saing PPW Negatif Tidak Berdaya Saing


(44)

2.5Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian serta kerangka penelitian maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Komoditi perkebunan yang menjadi basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun yaitu karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, coklat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau.

2. Komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun yang mempunyai pertumbuhan cepat dan mempunyai daya saing yaitu karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, coklat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau. 3. Komoditi perkebunan basis yang menjadi prioritas utama pengembangan

di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun yaitu karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, coklat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau.


(45)

III.

METODE PENELITIAN

3.5Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series berupa data produksi komoditi perkebunan Kabupaten Simalungun selama delapan tahun (2005-2012).

3.6Metode Pemilihan Lokasi

Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari daerah penelitian tersebut (Singarimbun, 1995) dan dalam penelitian ini adalah Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun dengan pertimbangan Kabupaten Simalungun pada tahun 2010 berada pada peringkat kedua memberikan kontribusi sektor pertanian sebesar 11,18 persen terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara dan kontribusi PDRB sektor pertanian Kabupaten Simalungun pada tahun 2006-2010 menduduki peringkat pertama dari sembilan jenis lapangan usaha lainnya.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:

1. Identifikasi komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.


(46)

Pengidentifikasian komoditi perkebunan yang menjadi basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun digunakan analisis

Location Quotient (LQ) (Tarigan R, 2003).

Secara matematis dirumuskan:

��=

��� �� � ���

�� � Keterangan:

LQ : Indeks Location Quotient komoditi perkebunan i pada tingkat kecamatan di Kabupaten Simalungun.

Kij : Produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun. Kj : Produksi total komoiti perkebunan di kecamatan j Kabupaten Simalungun. Kin : Produksi komoditi perkebunan i di Kabupaten Simalungun.

Kn : Produksi total komoditi perkebunan di Kabupaten Simalungun. Indikator:

a. LQ > 1, artinya komoditi perkebunan tersebut termasuk komoditi basis. Produksi komoditi perkebunan tersebut mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan dapat diekspor ke wilayah lain.

b. LQ = 1, artinya komoditi tersebut termasuk komoditi nonbasis. Produksi komoditi perkebunan tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain.

c. LQ < 1, artinya komoditi perkebunan tersebut termasuk komoditi nonbasis. Produksi komoditi perkebunan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan kekurangannya dipenuhi dengan mengimpor dari luar wilayah.


(47)

2. Analisis pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.

Pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun dianalisis menggunakan Shift Share Analysis

(SSA). Dalam penelitian ini, analisis pertumbuhan komoditi perkebunan basis difokuskan pada pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah.

Analisis Shift Share yang digunakan dalam penelitian ini secara matematis dirumuskan sebagai berikut: Lukas dan Primms dalam Mei (2010).

Δ Kij = PPij + PPWij

Atau

K’ij – Kij = Δ Kij = Kij (Ri – Ra) + Kij (ri – Ri) PPij = Kij x (Ri – Ra)

PPWij = Kij x (ri – Ri) Ra = (Y’... - Y...)/Y... Ri = (Y’I - Yi)/Y ri = (Y’

i

ij - Yij)/Y Keterangan:

ij

Δ Kij : Perubahan produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun.


(48)

Yij : Produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun pada tahun dasar analisis.

Y’ij

Yi : Produksi komoditi perkebunan i Kabupaten Simalungun pada tahun dasar analisis.

: Produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun pada akhir tahun analisis.

Y’I : Produksi komoditi sektor perkebunan I Kabupaten Simalungun pada akhir tahun analisis.

Y... : Produksi komoditi sektor perkebunan Kabupaten Simalungun pada tahun dasar analisis.

Y’... : Produksi komoditi sektor perkebunan Kabupaten Simalungun pada tahun akhir analisis.

Ri–Ra : Persentase perubahan produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun yang disebabkan komponen pertumbuhan proporsional.

ri–Ri : Persentase perubahan produksi komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun yang disebabkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah.

Indikator:

a. Apabila PPij positif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun pertumbuhannya cepat.

b. Apabila PPij negatif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun pertumbuhannya lambat.


(49)

c. Apabila PPWij positif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan i wilayah kecamatan lainnya atau dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut mempunyai keunggulan kompetitif untuk komoditi perkebunan i apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya.

d. Apabila PPWij negatif, maka komoditi perkebunan i di kecamatan j Kabupaten Simalungun tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan i wilayah kecamatan lainnya.

3. Penentuan prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun.

Penentuan prioritas pengembangan komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun dengan menggunakan gabungan analisis Location Quotient (LQ), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) dengan kriteria Tabel 3 (Wulandani, 2008).

Tabel 3. Kriteria Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditi Perkebunan di Kabupaten Simalungun

Prioritas Pengembangan LQ PP PPW

Utama >1 Positif Positif

Kedua >1

>1

Negatif Positif

Positif Negatif


(50)

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

1. Komoditi diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh suatu usaha/kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia di Kabupaten Simalungun.

2. Komoditi perkebunan adalah komoditi yang dihasilkan oleh suatu kegiatan di sektor perkebunan. Dalam penelitian ini, komoditi perkebunan karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, aren, tembakau, vanili dan pinang.

3. Produksi komoditi perkebunan adalah komoditi perkebunan dalam delapan tahun (2005-2012) yang dinyatakan dalam satuan ton.

4. Komoditi perkebunan basis adalah komoditi perkebunan yang mampu memenuhi kebutuhan di kecamatan itu sendiri serta dapat diekspor ke wilayah lain, yang ditunjukkan dengan nilai LQ > 1.

5. Komoditi perkebunan nonbasis adalah komoditi perkebunan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain, yang ditunjukkan dengan nilai LQ = 1. Atau dapat juga berarti komoditi perkebunan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya dan tidak dapat diekspor ke wilayah lain, yang ditunjukkan dengan nilai LQ < 1 di Kabupaten Simalungun.

6. Ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain di dalam negara maupun ke luar negeri. Dalam penelitian ini, ekspor adalah menjual komoditi perkebunan ke luar wilayah kecamatan baik di dalam wilayah Kabupaten Simalungun maupun ke luar wilayah Kabupaten Simalungun.


(51)

7. Pertumbuhan cepat adalah pertumbuhan komoditi di kecamatan tersebut positif artinya pertumbuhan komoditi di kecamatan tersebut layak untuk dikembangkan.

8. Pertumbuhan lambat adalah pertumbuhan komoditi di kecamatan tersebut negatif artinya pertumbuhan komoditi di kecamatan tersebut kurang layak untuk dikembangkan atau perlunya kebijakan pemerintah.

9. Daya saing merupakan keunggulan komoditi perkebunan di suatu wilayah. 10.Keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu komoditi perkebunan

karena mempunyai potensi atau memiliki daya saing dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya.

11.Surplus menunjukkan adanya kelebihan produksi komoditi perkebunan di wilayah tersebut.

12.Berspesialisasi yaitu suatu wilayah mempunyai spesialisasi komoditi tersebut.


(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah atau Deskripsi Objek Penelitian A. Keadaan Alam

1. Iklim

Suhu udara rata-rata di Simalungun tahun 2012 adalah 25’20C, dengan suhu terendah 21,80C. Penyinaran matahari rata 5,0 jam per hari dengan rata-rata kecepatan angin 0,25 m per detik dan penguapan 3,01 milimeter per hari serta kelembaban udara 84 persen. Suhu udara rata-rata naik dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,2 dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 25,00 2. Letak Geografis

C.

Simalungun letaknya diapit oleh 8 kabupaten yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara dan Kota Pematang Siantar. Letak astronomisnya antara 02036’-03018’ Lintang Utara dan 98032’-99035’ Bujur Timur dengan luas 4.386,60 km2

Kabupaten Simalunun terdiri dari 31 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Raya sedangkan terkecil adalah Kecamatan Haranggaol Harison dengan rata-rata jarak tempuh ke ibu kota kabupaten 51,42 km dimana jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Ujung Padang 113 km.

berada pada ketinggian 0-1.400 meter diatas permukaan laut dimana 75 persen lahannya berada pada kemiringan 0-15% sehingga Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terluas ke-3 setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada dikawasan wisata Danau Toba-Parapat.


(53)

Tabel 4. Luas Daerah Kabupaten Simalungun Menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)

1 Silimakuta 74.16 1.70

2 Pematang Silimahuta 79.68 1.82

3 Purba 172.71 3.95

4 Haranggaol Harison 40.97 0.94

5 Dolok Pardamean 103.04 2.36

6 Sidamanik 80.88 1.85

7 Pematang Sidamanik 137.80 3.15

8 Girsang Sipangan Bolon 129.89 2.97

9 Tanah Jawa 174.33 3.99

10 Hatonduan 336.26 7.69

11 Dolok Panribuan 148.62 3.40

12 Jorlang Hataran 93.70 2.14

13 Panei 77.96 1.78

14 Panombeian Panei 73.74 1.69

15 Raya 331.38 10.58

16 Dolok Silou 302.66 6.92

17 Silou Kahean 228.74 5.23

18 Raya Kahean 204.89 4.69

19 Tapian Dolok 119.89 2.74

20 Dolok Batu Nanggar 106.91 2.45

21 Siantar 73.99 1.69

22 Gunung Malela 96.74 2.21

23 Gunung Maligas 51.39 1.18

24 Hutabayu Raja 191.43 4.38

25 Jawa Maraja Bah Jambi 38.97 0.89

26 Pematang Bandar 88.16 2.02

27 Bandar Huluan 107.33 2.45

28 Bandar 100.69 2.30

29 Bandar Masilam 91.22 2.09

30 Bosar Maligas 285.88 6.52

31 Ujung Padang 228.49 2.23

Kabupaten Simalungun 4 372.50 100.00 Sumber : BPS, Sumatera Utara 2013

B. Penduduk dan Tenaga Kerja 1. Penduduk

Penduduk Simalungun tahun 2012 sebanyak 830.986 jiwa yang terdiri dari 413.871 laki-laki dan 417.115 perempuan dengan rasio jenis kelamin 99,22 jiwa, tersebar di 31 kecamatan dimana terkonsentrasi di Kecamatan Bandar 65,54 jiwa


(54)

sekaligus menempatkan Kecamatan Siantar menjadi daerah terpadat penduduknya yang mencapai 867 jiwa/km2 sementara jumlah penduduk yang terkeil di Kecamatan Haranggaol Harison yaitu 5.023 jiwa dan yang terjarang penduduknya di Kecamatan Dolok Silou hanya 46 jiwa/km2.

Tabel 5. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Simalungun

Sumber : BPS, Sumatera Utara 2013

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Silimakuta 7.291 7.105 14.396

Pematang Silimahuta 5.270 5.246 10.516

Purba 11.402 11.233 22.635

Haranggaol Harison 2.528 2.495 5.023

Dolok Pardamean 8.123 7.947 16.07

Sidamanik 13.414 13.857 27.271

Pematang Sidamanik 8.127 8.287 16.414

Girsang Sipangan Bolon 7.188 7.340 14.528

Tanah Jawa 5.270 23.976 46.945

Hatonduan 11.402 10.512 21.211

Dolok Panribuan 22.969 9.215 18.102

Jorlang Hataran 10.699 7.787 15.439

Panei 8.887 11.092 21.704

Panombeian Panei 7.652 9.567 19.313

Raya 10.612 15.589 31.378

Dolok Silou 9.746 6.918 13.969

Silou Kahean 15.789 8.554 17.199

Raya Kahean 7.051 8.684 17.55

Tapian Dolok 8.645 19.342 39.178

Dolok Batu Nanggar 8.866 19.705 39.83

Siantar 19.836 32.267 64.153

Gunung Malela 20.125 16.862 33.441

Gunung Maligas 31.886 13.389 26.813

Hutabayu Raja 16.579 14.961 29.37

Jawa Maraja Bah Jambi 13.424 10.558 20.709

Pematang Bandar 14.409 15.979 31.435

Bandar Huluan 10.151 12.978 25.998

Bandar 15.456 33.200 65.554

Bandar Masilam 13.020 12.373 39.557

Bosar Maligas 32.354 19.762 24.511

Ujung Padang 12.138 20.335 40.784


(55)

2. Tenaga kerja

Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional di Kabupaten Simalungun pada tahun 2012 sebesar 406.829 jiwa dengan tingkat partisipasinya sebesar 71,23%.

Pada umumnya penduduk Simalungun bekerja di sektor pertanian (61,13 persen) kemudian 20,38 persen disektor perdagangan, hotel dan restaurant sedangkan menurut pendidikan, angkatan kerja di Simalungun 82,94 persen berpendidikan tertinggi sampai dengan tingkat SMP, sedangkan berpendidikan SMA/SMK 13,99 persen dan selebihnya 3,07 berpendidikan diploma sampai dengan sarjana.

C. Sektor Pertanian

1. Tanaman Bahan Makanan

Kabupaten Simalungun menghasilkan padi sawah sebesar 440.992 ton dan padi ladang sebesar 40.189 ton selama tahun 2012. Berarti Kabupaten Simalungun menghasilkan padi sebesar 481.181 ton selama tahun 2012. Produksi padi sawah tertinggi berasal dari Kecamatan Tanah Jawa yaitu 51.527 ton dan Hutabayu Raja sebesar 44.204 ton. Sedangkan produksi padi sawah terendah berasal dari Kecamatan Pematang Silimahuta sebesar 141 ton dan Silimahuta sebesar 367 ton. Sementara produksi padi ladang tertinggi berasal dari Kecamatan Dolok Silou yaitu sebesar 3.060 ton dan terendah dari Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

Tanaman bahan makanan lainnya adalah jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Dari jenis tanaman palawija ini, produksi jagung merupakan salah satu komoditi andalan di Kabupaten Simalungun. Pada tahun 2012 produksi jagung sebesar 383.813 ton dengan tingkat produktivitas


(56)

59,37 ton/Ha. Penghasil jagung terbesar adalah Kecamatan Dolok Pardamean sebesar 27.037 ton, Pematang Sidamanik sebesar 23.357 ton dan Purba sebesar 21.906 ton. Sedangkan penghasil jagung terendah adalah Kecamatan Haranggaol Horison sebesar 398 ton selama tahun 2012.

2. Perkebunan

Sektor perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian Kabupaten Simalungun yaitu perkebunan besar/negara dan perkebunan rakyat. Hasil perkebunan rakyat di Kabupaten Simalungun terdiri dari karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau. Luas area perkebunan rakyat terbesar adalah tanaman kelapa sawit sebesar 28.950,61 Ha dan tanaman karet seluas 14.013,51 Ha.

3. Kehutanan

Kabupaten Simalungun memiliki luas kawasan hutan sebesar 138.741,72 Ha terdiri dari hutan produksi 98.200,48 Ha, hutan produksi/terbatas 10.841,74 Ha, hutan lindung 27.668,09 Ha dan hutan konservasi 2.031,41 Ha. Pada tahun 2012 hasil hutan Kabupaten Simalungun log rimba kayu bulat kecil 33.168,87 m3, kayu bulat 21.679,66 m3, dan Eucaliptus 36.903,60 m

4. Perikanan dan Peternakan

3.

Di Kabupaten Simalungun jumlah ternak besar yang dipotong selama tahun 2012 paling banyak adalah Babi 48.882 ekor. Populasi ternak unggas terbesar adalah ayam kampung 1.050.595 ekor, dan ayam pedaging 917.768 ekor. Sedangkan rumah tangga perikanan di Kabupaten Simalungun terdiri dari rumah tangga perikanan danau, sungai, kolam air deras, kolam air tenang, sawah, jaring


(57)

apung dan keramba. Area perikanan terluas adalah perikanan sawah 6.641,90 Ha dan jaring apung/keramba 6.191 Ha.

Produksi perikanan tertinggi berasal dari perikanan jaring apung dan keramba 10.318,6 ton dan perikanan kolam air deras 9.162,10 ton selama tahun 2012. Daerah penghasil perikanan yang apung dan keramba terbesar berasal dari Kecamatan Haranggaol Horison 8.123,2 ton dan penghasil perikanan kolam air deras terbesar dari Keamatan Gunung Malela 7.000 ton selama tahun 2012

4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan

4.2.1 Identifikasi Komoditi Perkebunan Basis Di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun.

Pengidentifikasian komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun digunakan pendekatan Location Quotient

(LQ), yaitu menghitung nilai LQ dari setiap komoditi perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Simalungun. Kriteria komoditi perkebunan yang menjadi basis adalah komoditi yang mempunyai nilai LQ > 1, sedangkan komoditi perkebunan yang termasuk non basis adalah komoditi perkebunan dengan nilai LQ < 1 dan LQ = 1.

Pengidentifikasian komoditi perkebunan yang diprioritaskan untuk dikembangkan masing-masing kecamatan di Kabupaten Simalungun difokuskan pada komoditi perkebunan basis, selanjutnya komoditi perkebunan basis masing-masing kecamatan ini akan dianalisis pertumbuhannya. Komoditi perkebunan basis di wilayah masing-masing kecamatan Kabupaten Simalungun tahun 2005-2012 berdasarkan hasil analisis LQ rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6. berikut.


(58)

Tabel. 6 Komoditi Perkebunan Basis di Wilayah Masing-masing Kecamatan Kabupaten Simalungun Tahun 2005-2012

Kecamatan Jumlah Komoditi

Komoditi Perkebunan Basis Silimakuta 7 Kopi, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Pinang,

Vanili, Tembakau.

Pematang Silimahuta 6 Kopi, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Pinang, Vanili.

Purba 7 Kopi, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Pinang, Tembakau.

Haranggaol Harison 5 Kopi, Cengkeh, Kemiri, Aren, Pinang.

Dolok Pardamean 7 Kopi, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Lada, Aren, Pinang.

Sidamanik 9 Kopi, Kelapa, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Lada, Aren, Pinang, Vanili.

Pematang Sidamanik 7 Kopi, Kelapa, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Vanili.

Girsang Sipangan Bolon 8 Karet, Kopi, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Pinang, Vanili.

Tanah Jawa 5 Kelapa, Kulit Manis, Kemiri, Aren. Hatonduan 1 Kelapa Sawit

Dolok Panribuan 7 Kopi, Cokelat, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Pinang.

Jorlang Hataran 6 Karet, Kopi, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Pinang.

Panei 9 Karet, Kopi, Kelapa, Cokelat, Cengkeh, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Pinang.

Panombeian Panei 8 Karet, Kopi, Kelapa, Cokelat, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Pinang.

Raya 7 Karet, Kopi, Cokelat, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Pinang.

Dolok Silou 6 Karet, Kelapa, Kulit Manis, Kemiri, Aren, Tembakau.

Silou Kahean 5 Karet, Cokelat, Kemiri, Aren, Pinang. Raya Kahean 5 Karet, Kelapa, Cokelat, Kulit Manis, Pinang. Tapian Dolok 8 Karet, Kelapa Sawit, Kopi, Kelapa, Cokelat, Kulit

Manis, Aren, Pinang.

Dolok Batu Nanggar 8 Karet, Kopi, Kelapa, Cokelat, Cengkeh, Kemiri, Pinang, Vanili.

Siantar 6 Karet, Kelapa, Cokelat, Kulit Manis, Lada, Pinang. Gunung Malela 4 Karet, Kelapa, Cokelat, Pinang.

Gunung Maligas 4 Karet, Kelapa, Cokelat, Pinang. Hutabayu Raja 4 Karet, Kelapa Sawit, Kelapa. Jawa Maraja Bah Jambi 0 Tidak ada komoditi basis Pematang Bandar 4 Karet, Kelapa, Cokelat, Pinang. Bandar Huluan 4 Karet, Kelapa, Cokelat, Pinang.

Bandar 6 Karet, Kelapa, Cokelat, Kemiri, Aren, Pinang. Bandar Masilam 4 Kelapa Sawit, Cokelat, Pinang.

Bosar Maligas 1 Kelapa Sawit

Ujung Padang 2 Kelapa Sawit, Pinang. Sumber : Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 3


(59)

Data komoditi perkebunan basis tiap kecamatan di Kabupaten Simalungun tahun 2005-2012 berdasarkan hasil analisis LQ rata-rata pada Tabel 6. menunjukkan bahwa komoditi perkebunan di Kabupaten Simalungun yang menjadi komoditi perkebunan basis adalah karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, cokelat, cengkeh, kulit manis, kemiri, lada, aren, pinang, vanili dan tembakau.

Kecamatan yang paling banyak memiliki komoditi perkebunan basis adalah Kecamatan Sidamanik dan Panei yaitu sebanyak sembilan jenis komoditi perkebunan, diikuti Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Panombeian Panei, Tapian Dolok dan Dolok Batu Nanggar yaitu masing-masing sebanyak delapan jenis komoditi perkebunan. Hal tersebut didukung oleh faktor alam Kecamatan Sidamanik dan Panei yang mendukung prospek budidaya beragam komoditi perkebunan. Total luas wilayah Kecamatan Sidamanik yaitu 8.962 Ha dimana penggunaan lahan di Kecamatan Sidamanik sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan sawah 2.391 Ha, lahan kering 5.463 Ha, halaman pekarangan 601 Ha dan lainnya 507 Ha sehingga di Kecamatan Sidamanik banyak ditanam pada lahan kering seperti komoditi perkebunan. Kecamatan Panei total luas wilayahnya yaitu 6.955 Ha dimana penggunaan lahan di Kecamatan Panei sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan sawah 2.488 Ha, lahan kering 3.818 Ha, halaman pekarangan 475 Ha dan lainnya 174 Ha sehingga di Kecamatan Sidamanik banyak ditanam pada lahan kering seperti komoditi perkebunan. Kecamatan yang tidak memiliki komoditi perkebunan basis adalah Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi hal ini dimungkinkan karena wilayah tersebut merupakan wilayah perkebunan negara, sehingga tidak begitu banyak petani rakyat yang membudidayakan komoditi perkebunan.


(1)

24. Kecamatan Hutabayu Raja

Komoditi Basis Y’ij Yij ri =(Y’ij-Yij)/Y

Y’i

ij

Yi Ri=(Y’i-Yi)/Yi Y’... Y...

Ra=(Y’...-Y...)/Y...

Karet 29.2 73.408 (0.60222) 11,434.28 10,831.55 0.05565 548,734.56 527,429.61 0.04039

Kelapa Sawit 18,511.39 20,574.25 (0.10026) 516,135.92 502,665.45 0.02680 548,734.56 527,429.61 0.04039

Kelapa 84.03 73.408 0.14470 1,945.00 1,732.68 0.12254 548,734.56 527,429.61 0.04039

Komoditi Basis

PP PPW

PPij (Ton) %Ppij Kriteria PPWij (Ton) %PPWij Kriteria

(Ri–Ra)Yij [(Ppij)/Yij] 100% (ri-Ri)Yij [(PPWij) / Yij] 100%

Karet 1.120 1.525 Cepat -48.29 -65.787 Tidak Berdaya Saing

Kelapa Sawit -279.724 -1.360 Lambat -2,614.21 -12.706 Tidak Berdaya Saing

Kelapa 6.030 8.214 Cepat 1.63 2.216 Berdaya Saing

25. Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Tidak ada komoditi perkebunan basis


(2)

26. Kecamatan Pematang Bandar Komoditi

Basis Y’ij Yij ri =(Y’ij-Yij)/Y

Y’i

ij

Yi Ri=(Y’i-Yi)/Yi Y’... Y... Ra=(Y’...-Y...)/Y...

Karet 160.76 3.64

43.

16484 11,434.28 10,831.55 0.05565 548,734.56 527,429.61 0.04039

Kelapa 36.95 7.02 4.26353 1,945.00 1,732.68 0.12254 548,734.56 527,429.61 0.04039

Cokelat 159.04 21.91 6.25879 5,534.50 2,648.52 1.08966 548,734.56 527,429.61 0.04039

Pinang 3.12 3.27 (0.04587) 301.00 269.94 0.11506 548,734.56 527,429.61 0.04039

Komoditi Basis

PP PPW

PPij (Ton) %Ppij Kriteria PPWij (Ton) %PPWij Kriteria

(Ri–Ra)Yij [(Ppij)/Yij] 100% (ri-Ri)Yij [(PPWij) / Yij] 100%

Karet 2.452 1.525 Cepat -8.95 -5.565 Tidak Berdaya Saing

Kelapa 0.577 8.214 Cepat 29.07 414.099 Berdaya Saing

Cokelat 22.989 104.926 Cepat 113.26 516.913 Berdaya Saing


(3)

27. Kecamatan Bandar Huluan

Komoditi Basis Y’ij Yij ri =(Y’ij-Yij)/Y

Y’i

ij

Yi Ri=(Y’i-Yi)/Yi Y’... Y...

Ra=(Y’...-Y...)/Y...

Karet 18.36 18.36 0.0000 11,434.28 10,831.55 0.05565 548,734.56 527,429.61 0.04039

Kelapa 36.95 12.680 1.91404 1,945.00 1,732.68 0.12254 548,734.56 527,429.61 0.04039

Cokelat 159.04 266.68 (0.40363) 5,534.50 2,648.52 1.08966 548,734.56 527,429.61 0.04039

Pinang 3.12 1.01 2.08911 301.00 269.94 0.11506 548,734.56 527,429.61 0.04039

Komoditi Basis

PP PPW

PPij (Ton) %Ppij Kriteria PPWij (Ton) %PPWij Kriteria

(Ri–Ra)Yij [(Ppij)/Yij] 100% (ri-Ri)Yij [(PPWij) / Yij] 100%

Karet 0.280 1.525 Cepat -1.02 -5.565 Tidak Berdaya Saing

Kelapa 1.042 8.214 Cepat 22.72 179.149936 Berdaya Saing

Cokelat 279.818 104.926 Cepat -398.23 -149.328744 Tidak Berdaya Saing


(4)

28. Kecamatan Bandar

Komoditi Basis Y’ij Yij ri =(Y’ij-Yij)/Y

Y’i

ij

Yi Ri=(Y’i-Yi)/Yi Y’... Y...

Ra=(Y’...-Y...)/Y...

Karet 38.13 402.989 (0.90538) 11,434.28 10,831.55 0.05565 548,734.56 527,429.61 0.04039

Kelapa 597.49 582.664 0.02545 1,945.00 1,732.68 0.12254 548,734.56 527,429.61 0.04039

Cokelat 1,663.39 1,655.355 0.00485 5,534.50 2,648.52 1.08966 548,734.56 527,429.61 0.04039

Kemiri 39.09 44.70 (0.12550) 672.11 779.23 -0.13747 548,734.56 527,429.61 0.04039

Aren 31.92 33.69 (0.05254) 599.13 609.62 -0.01721 548,734.56 527,429.61 0.04039

Pinang 46.56 39.28 0.18534 301.00 269.94 0.11506 548,734.56 527,429.61 0.04039

Komoditi Basis

PP PPW

PPij (Ton) %Ppij Kriteria PPWij (Ton) %PPWij Kriteria

(Ri–Ra)Yij [(Ppij)/Yij] 100% (ri-Ri)Yij [(PPWij) / Yij] 100%

Karet 6.146 1.525 Cepat -387.28 -96.103 Tidak Berdaya Saing

Kelapa 47.863 8.214 Cepat -56.57 -9.709 Tidak Berdaya Saing

Cokelat 1736.904 104.926 Cepat -1,795.74 -108.480 Tidak Berdaya Saing

Kemiri -7.950 -17.786 Lambat 0.53 1.197 Berdaya Saing

Aren -1.941 -5.760 Lambat -1.19 -3.533 Tidak Berdaya Saing


(5)

29. Kecamatan Bandar Masilam

Komoditi Basis Y’ij Yij ri =(Y’ij-Yij)/Y

Y’i

ij

Yi Ri=(Y’i

-Yi)/Y

Y’...

i

Y...

Ra=(Y’...-Y...)/Y...

Kelapa Sawit 55,804.22 50,714 0.10037 516,135.92 502,665.45 0.02680 548,734.56 527,429.61 0.04039

Cokelat 393.27 352.57 0.11544 5,534.50 2,648.52 1.08966 548,734.56 527,429.61 0.04039

Pinang 58.65 38.46 0.52496 301.00 269.94 0.11506 548,734.56 527,429.61 0.04039

Komoditi Basis

PP PPW

PPij (Ton) %Ppij Kriteria PPWij (Ton) %PPWij Kriteria

(Ri–Ra)Yij [(Ppij)/Yij] 100% (ri-Ri)Yij [(PPWij) / Yij] 100%

Kelapa Sawit -689.501 -1.360 Lambat 3,731.08 7.357 Berdaya Saing

Cokelat 369.939 104.926 Cepat -343.48 -97.422 Tidak Berdaya Saing


(6)

30. Kecamatan Bosar Maligas

Komoditi Basis Y’ij Yij ri =(Y’ij-Yij)/Y

Y’i

ij

Yi Ri=(Y’i-Yi)/Yi Y’... Y...

Ra=(Y’...-Y...)/Y...

Kelapa Sawit 56,609.09 53,799.89 0.05222 516,135.92 502,665.45 0.02680 548,734.56 527,429.61 0.04039

Komoditi Basis

PP PPW

PPij (Ton) %Ppij Kriteria PPWij (Ton) %PPWij Kriteria

(Ri–Ra)Yij [(Ppij)/Yij] 100% (ri-Ri)Yij [(PPWij) / Yij] 100%

Kelapa Sawit -731.455 -1.360 Lambat 1,367.46 2.542 Berdaya Saing

31. Kecamatan Ujung Padang

Komoditi Basis Y’ij Yij ri =(Y’ij-Yij)/Y

Y’i

ij

Yi Ri=(Y’i -Yi)/Y

Y’...

i

Y...

Ra=(Y’...-Y...)/Y...

Kelapa Sawit 40,987.17

426,336.81 (0.90386) 516,135.92 502,665.45 0.02680 548,734.56 527,429.61 0.04039

Pinang 30.97

29.29 0.05736 301.00 269.94 0.11506 548,734.56 527,429.61 0.04039

Komoditi Basis

PP PPW

PPij (Ton) %Ppij Kriteria PPWij (Ton) %PPWij Kriteria

(Ri–Ra)Yij [(Ppij)/Yij] 100% (ri-Ri)Yij [(PPWij) / Yij] 100%

Kelapa Sawit -5,796.41 -1.360 Lambat -396,774.65 -93.066 Tidak Berdaya Saing