Penentuan Lokasi Pengembangan SMK Pertanian Terhadap Upaya Mencapai Bonus Demografi Melalui Peningkatan Kualitas SDM Pertanian Di Kabupaten Simalungun

(1)

PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN SMK PERTANIAN

TERHADAP UPAYA MENCAPAI BONUS DEMOGRAFI

MELALUI PENINGKATAN KUALITAS SDM PERTANIAN

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Oleh

ROSALIN FEIBE BETRIX PURBA

077003050/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN SMK PERTANIAN

TERHADAP UPAYA MENCAPAI BONUS DEMOGRAFI

MELALUI PENINGKATAN KUALITAS SDM PERTANIAN

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magíster Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Konsentrasi Perencanaan Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSALIN FEIBE BETRIX PURBA

077003050/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN SMK

PERTANIAN TERHADAP UPAYA MENCAPAI BONUS DEMOGRAFI MELALUI PENINGKATAN KUALITAS SDM PERTANIAN DI KABUPATEN SIMALUNGUN Nama Mahasiswa : Rosalin Feibe Betrix Purba

Nomor Pokok : 077003050

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi : Perencanaan Pendidikan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D) Ketua

(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Drs. Rujiman, MA) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 31 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D Anggota : 1. Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Drs. Rujiman, MA 3. Drs. Ami Dilham, M.Si 4. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si


(5)

PERNYATAAN

PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN SMK PERTANIAN

TERHADAP UPAYA MENCAPAI BONUS DEMOGRAFI

MELALUI PENINGKATAN KUALITAS SDM PERTANIAN

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2009


(6)

ABSTRAK

ROSALIN FEIBE BETRIX PURBA. NIM 077003050. Judul Penelitian: “Penentuan

Lokasi Pengembangan SMK Pertanian Terhadap Upaya Bonus Demografi Melalui Peningkatan Kualitas SDM Pertanian di Kabupaten Simalungun”. Komisi

Pembimbing : Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. Ph.D (Ketua), Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE (Anggota) dan Drs. Rujiman, MA (Anggota).

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk perencanaan strategi pendidikan berbasis potensi wilayah yang bertujuan untuk : 1) mengamati dan menganalisa hubungan antara pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua, tanggungan orangtua, status tempat tinggal siswa, jarak tempuh ke sekolah, waktu tempuh ke sekolah dan fasilitas sekolah terhadap minat siswa dalam memilih program studi; 2) mengkaji struktur demografi Kabupaten Simalungun; dan 3) mengkaji bagaimana pengembangan SMK pertanian terintegrasi untuk mewujudkan SDM pertanian yang berkualitas di Kabupaten Simalungun dalam rangka upaya mencapai bonus demografi di masa yang akan datang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan korelasi, statistik deskriptif dan metode analisa statistik nonparametris dengan uji Chi Square atau Chi Kuadrat. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang keluarga, seperti : pekerjaan orangtua merupakan variabel independen yang paling utama mempengaruhi minat siswa dalam memilih sekolah atau program studi pilihan kejuruan. Dominan siswa di Kecamatan Raya berasal dari keluarga petani dan cenderung melanjutkan studi ke SMK dengan memilih program studi pertanian. Minat siswa yang dipengaruhi latar belakang keluarga ini kemungkinan berasal sedari kecil yang telah terbiasa hidup dalam lingkungan pertanian sehingga menanamkan jiwa dan bakat dalam bentuk minat dan keinginan untuk menekuninya dengan serius di bangku sekolah.

Potensi pertanian yang dimiliki dan penduduk yang dominan hidup dari sektor pertanian di Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa SMK pertanian layak untuk dikembangkan dan menjadi prioritas pembangunan pendidikan berbasis potensi wilayah. Keberhasilan pembangunan pendidikan kejuruan pertanian akan membawa Kabupaten Simalungun mencapai tujuan seperti yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Simalungun tahun 2005-2025, sehingga di masa yang akan datang besar kemungkinan Kabupaten Simalungun dapat mencapai bonus demografi

melalui peningkatan kualitas SDM pertanian.

Kata Kunci :Minat Siswa, Latar Belakang Keluarga, Pembangunan Pendidikan Berbasis Potensi Wilayah


(7)

ABSTRACT

ROSALIN FEIBE BETRIX PURBA. NIM 077003050. Research Title is "Determination of Location Development SMK Agriculture To Effort of Demography Bonus Through/Passing Make-Up Of Quality SDM Agriculture in Regency Simalungun", Counsellor Commission are : Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd. Ph.D (Chief), Prof. Dr.Lic.Rer.Reg. Sirojuzilam, SE (Member) And Drs. Rujiman, MA (Member)

This research represent one of form of planning education strategy base on the region potency which aim to : 1) perceiving and analysing relation between old fellow work, old fellow production, old fellow responsibility, status of student residence, travelled distance to school, time go through to school and school facility to student enthusiasm in chosening school or study program 2) studying structure of demography of Regency Simalungun; and 3) studying how integrated development SMK agriculture to realize the SDM agriculture which with quality in Regency Simalungun in order to effort reach the demography bonus in the future .

Research method by using method survey with the correlation approach, descriptive statistical and statistical analysis method of nonparametris with the test of Chi Square. Research’s data are primary data and sekunder data.

Result of research indicate that the family background, like : work of old fellow represent the most important independent variable influence the student enthusiasm in chosening school or program the vocational choice study. Student in Great Subdistrict come from farmer family and tend to continue the study to SMK by chosening program of agriculture study. Student enthusiasm influenced by the this family background is possibility come from minimizing which have accustomed live in the agriculture environment so that inculcate the soul and talent in the form of enthusiasm and desire to elaborate it seriously in school bench.

Agriculture potency owned and dominant resident live by agricultural sector in Regency Simalungun indicate that the competent SMK agriculture to be developed and become the priority of education development base on the regional potency. Vocational education development efficacy of agriculture will bring the Regency Simalungun reach the target such as those which there are in Long-Range Development Plan of Area ( RPJPD) of Regency of Simalungun year 2005-2025, so that big in the future possibility of Regency Simalungun can reach the demography bonus of through/passing make-up of quality of SDM agriculture.

Keyword : The student enthusiasm, Family background, Education development base on the regional potency


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena kasih karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini berjudul Penentuan Lokasi Pengembangan SMK Pertanian Terhadap Upaya Mencapai Bonus Demografi Melalui Peningkatan Kualitas SDM Pertanian Di Kabupaten Simalungun.

Penulis menyadari dalam proses penulisan tesis ini sangat terbantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Aldwin Surya, SE. M.Pd, Ph.D; Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE; dan Bapak Drs. Rujiman, MA selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian, saran dan waktu hingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si; Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si; dan Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si selaku komisi pembanding dan penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara. 7. Bapak/Ibu dosen pengajar dan staf di Program Studi Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Pedesaan Konsentrasi Perencanaan Pendidikan Universitas Sumatera Utara.

8. Pemerintah Republik Indonesia c.q Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian tesis ini berdasarkan DIPA Sekretariat Jendral Depdiknas Tahun Anggaran 2007 sampai dengan 2009.

9. Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam hal ini Bapak Bupati Simalungun, Drs.T. Zulkarnaen Damanik, MM atas ijin belajar dan bantuan yang diberikan. 10. Pihak instansi Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.

11. Pihak instansi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun. 12. Pihak sekolah dan siswa-siswa SMK Negeri, SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2

yang ada di Kecamatan Raya atas informasi dan waktu yang diberikan dalam proses pelaksanaan penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : ayahanda M.R Hasiholan Purba, SH dan ibunda Rosmadiana Sumbayak, SH; Romulo Aritonang, SE, S.Kom dan Lenny Mei Purba, S.Sos (kakak); adik-adikku tercinta


(10)

(Marganda Purba, S.Sos; Tripadukan Purba, S.Hut; dan Krisna Deviana Purba, SP); sepupuku tersayang (Yeni Hadasha Damanik, SH; Swika M.D Damanik, dll); keponakanku yang lucu dan imut Tristan Timothy Aritonang; keluarga besar Purba dan Sumbayak; yang terkasih teman terbaikku Uda Raja Damanik, SH; dan teman-teman seangkatan yang telah memberikan dorongan moril maupun materil selama mengikuti kuliah dan dalam proses pembuatan tesis ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut andil dan memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga proses penelitian ini dapat diselesaikan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan atas segala saran dan kritik untuk penyempurnaan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2009 Penulis,

Rosalin F.B Purba Nim. 077003050


(11)

RIWAYAT HIDUP

Rosalin Feibe Betrix Purba dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 23

Februari 1979. Anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan M.R. Hasiholan Purba, SH dan Rosmadiana Sumbayak, SH. Riwayat pendidikan penulis adalah sebagai berikut : menyelesaikan pendidikan TK Putra Yani Panti Pematang Siantar pada tahun 1985, SD Kalam Kudus Pematang Siantar pada tahun 1991, SMP Negeri 1 Pematang Siantar pada tahun 1994 dan SMA Negeri 2 Pematang Siantar pada tahun 1997. Pada tahun 2003, memperoleh gelar Sarjana Perikanan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Pada tahun 2004, penulis pernah bekerja sebagai karyawan di PT. Sumatic Otomasi Indonesia - Bekasi. Penulis diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemda Kabupaten Simalungun pada tahun 2005 dan sampai sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun.

Pada tahun 2007, penulis memperoleh beasiswa Konsentrasi Perencanaan Pendidikan untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara - Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Sumber Daya Manusia Sebagai Unsur Pengembangan Wilayah ... 10

2.2 Hubungan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2.3 Perencanaan Pendidikan Dalam Konteks Pengembangan Wilayah... 16

2.3.1 Perencanaan Strategi (Strategic Planning) ... 16

2.3.2 Pendidikan ... 18

2.3.3 Perencanaan Pendidikan Dalam Memilih Lokasi Sekolah ... 21

2.3.4 Pendidikan Kejuruan ... 23

2.4 Bonus Demografi ... 26

2.4.1 Bonus Demografi Sebagai Proses Transisi Demografi ... 26

2.4.2 Hubungan Bonus Demografi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 28

2.4.3 Kondisi Demografi Indonesia Di Masa Depan ... 37


(13)

2.5 Penelitian Sebelumnya ... 41

2.6 Kerangka Berpikir... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 45

3.1 Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 45

3.2 Metode Penelitian ... 45

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 45

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data Penelitian... 47

3.5 Teknik Analisis Data... 48

3.6 Defenisi dan Batasan Operasional Penelitian ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Deskriptif Wilayah Penelitian ... 51

4.1.1 Profil SMK Pertanian Negeri di Kecamatan Raya... 51

4.1.2 Kondisi Umum Pendidikan Kabupaten Simalungun ... 53

4.1.3 Kebijaksanaan Pembangunan Kabupaten Simalungun ... 54

4.1.4 Kondisi Umum Kependudukan Kabupaten Simalungun ... 61

4.1.4.1 Distribusi, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk... 61

4.1.4.2 Struktur Penduduk Menurut Umur ... 63

4.1.4.3 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 65

4.1.4.4 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 66

4.1.4.5 Struktur Penduduk Menurut Angkatan Kerja ... 67

4.1.5 Kondisi Umum Pertanian Kabupaten Simalungun ... 70

4.2 Minat Siswa Dalam Memilih Sekolah/Program Studi Di Kecamatan Raya.. 72

4.3 SDM Pertanian Sebagai Modal Manusia Dalam Mencapai Bonus Demografi Di Kabupaten Simalungun... 81

4.4 Kriteria Penentuan Lokasi Pengembangan SMK Pertanian Di Kabupaten Simalungun ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 90


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Simalungun

Tahun 2000 – 2007 (Dalam Milyar Rupiah)... 5

2. Standar Jarak Dalam Kota... 23

3. Populasi Penelitian ... 46

4. Sampel Penelitian ... 46

5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Simalungun Tahun 1998 – 2008... 62

6. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Simalungun Tahun 1998 – 2008…... 63

7. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kabupaten Simalungun Tahun 2002 – 2008 ... 64

8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Simalungun Tahun 2001 – 2008 ... 65

9. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Di Kabupaten Simalungun Tahun 1999 – 2008 ... 66

10. Angka Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Kabupaten Simalungun Tahun 2001 – 2008... 67

11. Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Di Kabupaten Simalungun Tahun 2001 – 2008 ... 68

12. Persentase Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Di Kabupaten Simalungun Tahun 2001 – 2008 ... 69


(15)

13. Hubungan antara pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, tanggungan orang tua, status tempat tinggal, jarak dan waktu tempuh ke sekolah serta fasilitas sekolah terhadap minat siswa... 73 14. Jumlah Siswa yang Memilih Sekolah/Program Studi Berdasarkan

Pekerjaan Orang tua ... 75 15. Jumlah Siswa yang Memilih Sekolah/Program Studi Berdasarkan

Penghasilan Orang tua... 76 16. Jumlah Siswa yang Memilih Sekolah/Program Studi Berdasarkan

Status Tempat Tinggal ... 77 17. Jumlah Siswa yang Memilih Sekolah/Program Studi Berdasarkan

Jumlah Tanggungan Orang tua ... 78 18. Jumlah Siswa yang Memilih Sekolah/Program Studi Berdasarkan Jarak dan Waktu Tempuh ke Sekolah ... 79 19. Jumlah Siswa yang Memilih Sekolah/Program Studi Berdasarkan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Rasio Ketergantungan 0-14, 65+, total... 34 2 Demografi Indonesia Tahun 1950-2030... 38 3 Kerangka Berpikir Penelitian... 44


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Peta Daerah Kabupaten Simalungun... 97 2. Kuisioner Penelitian ... 98 3. Hasil Olahan Data Dengan Menggunakan SPSS.12.0 ... 101 4. Jumlah sekolah, guru dan murid (SLTA, SLTP dan SD Negeri) Di

Kabupaten Simalungun ... 107 5. Banyaknya RT Pertanian, RT Pertanian Pengguna Lahan, RT Pertanian Bukan Pengguna Lahan dan RT Petani Gurem... 108 6. Luas Lahan Sawah dan Luas Lahan Bukan Sawah Di Kabupaten


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat dilimpahkan kepada daerah untuk menangani urusannya masing-masing. Di Indonesia otonomi daerah tidak dilaksanakan secara frontal untuk segala urusan, tetapi sebagian urusan daerah tidak lagi diintervensi oleh pemerintah pusat. Mengingat kondisi ini, maka diharapkan dapat mendorong kemajuan daerah berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki.

Penataan otonomi daerah yang seluas-luasnya akan mempengaruhi penataan institusi dan berdampak pada manajemen berbagai sumber daya yang ada di daerah. Apabila otonomi daerah dikonsentrasikan di wilayah kota atau kabupaten, maka provinsi tidak lagi sebagai pemerintah otonom, tetapi bersifat koordinatif. Wewenang penyelenggaraan segala urusan berada pada tingkat kota atau kabupaten. Hal ini akan membawa dampak pada penataan sistem pendidikan, termasuk organisasi penyelenggara, kurikulum, penataan Sumber Daya Manusia (SDM), pendanaan, sistem manajemen, sarana prasarana, dan pengembangan pendidikan daerah.


(19)

Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada suatu wilayah. Keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah terletak pada sejauhmana sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut mampu mengelola sumber daya alam yang ada dan mengembangkan wilayah tersebut menjadi maju. Maju tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh peran SDM yang ada pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan program-program pembangunan sumber daya manusia secara lokal di suatu wilayah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan melalui perencanaan pembangunan pendidikan yang terarah dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini. Keberhasilan pembangunan pendidikan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat setempat. Perencanaan pembangunan pendidikan yang baik adalah perencanaan yang dapat menjawab masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan serta mampu mengantisipasi hal-hal negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pentingnya pemilikan SDM berkualitas juga dirasakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun.

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun termasuk dalam kawasan dataran tinggi Sumatera Utara yang dikenal dengan wilayah Dataran Tinggi Bukit Barisan.


(20)

Pada dasarnya kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara merupakan wilayah yang memiliki potensi dan sektor unggulan di bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata.

Oleh karena Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian. Pendidikan kejuruan pertanian merupakan suatu proses pembentukan sumber daya manusia pertanian yang berkualitas, terampil dan mandiri serta mempunyai daya saing yang tangguh untuk menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi pada masa era globalisasi saat ini serta mengantisipasi hal-hal negatif di masa yang akan datang.

Permasalahan yang harus dipikirkan pada saat ini adalah bagaimana agar sektor pertanian di Kabupaten Simalungun mengalami kemajuan dan bukan menjadi sektor yang ditinggalkan oleh karena tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Selama ini sektor pertanian cenderung ditinggalkan dan banyak daerah yang mencoba beralih ke sektor industri yang dianggap lebih maju dan memiliki prospek yang cerah. Yang menjadi poin penting adalah biarlah daerah yang berpotensi sebagai daerah pertanian tetap menjaga citra dirinya sebagai daerah pertanian tetapi juga dapat membenahi diri untuk tetap bisa eksis dan menjadi basis pertanian yang menjanjikan kemajuan dan pengembangan wilayahnya.


(21)

Jika pembangunan pertanian di Kabupaten Simalungun tidak dimulai dari pembangunan SDM pertanian melalui suatu perencanaan pendidikan yang berorientasi untuk menciptakan SDM pertanian yang berkualitas, maka di masa yang akan datang Kabupaten Simalungun tidak akan mampu bersaing dan dapat menjadi daerah yang tertinggal. Selama ini latar belakang pendidikan SDM pertanian khususnya petani pada umumnya hanya lulusan SD ataupun tidak lulus SD. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun untuk dapat memberikan perhatian terhadap pengembangan, pembangunan dan peningkatan SDM pertanian di Kabupaten Simalungun.

Saat ini Kabupaten Simalungun hanya memiliki satu unit Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Negeri yang berlokasi di Kecamatan Raya. Dengan wilayah yang begitu luas dan potensi pertanian yang dimiliki telah memberikan kontribusi terbesar dalam sumbangannya ke PDRB Kabupaten Simalungun dari tahun ke tahun (Tabel 1), maka sudah selayaknya jika sekolah menengah kejuruan (SMK) pertanian menjadi salah satu fokus perencanaan pendidikan lokal yang layak untuk dikembangkan menjadi beberapa unit di beberapa lokasi kecamatan yang tepat sebagai sekolah pertanian selain yang ada di Kecamatan Raya, agar secara aksesibilitas pemerataan dan distribusi peluang masyarakat usia sekolah untuk mendapatkan kesempatan sekolah di SMK pertanian dapat tercapai.


(22)

Tabel 1. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Simalungun Tahun 2000 – 2007 (Dalam Milyar Rupiah)

Tahun

No Lapangan

Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Rata - rata

1 Pertanian 2,275 2,331 2,389 2,436 2,494 2,546 2,662 2,785 2,213

2 Pertambangan 13 13 13 14 15 15 17 18 13

3 Industri 703 714 724 727 730 739 745 757 649

4 Listrik, Gas &

Air 15 16 17 18 19 18 20 22 16

5 Bangunan 61 65 71 72 73 76 78 81 64

6 Perdagangan 325 329 339 346 352 361 371 388 312

7 Pengangkutan 83 86 90 94 103 112 115 119 89

8 Bank &

Lembaga 65 68 74 69 72 76 77 86 65

9 Jasa-jasa 238 303 305 353 383 426 490 564 340

Jumlah 3,778 3,925 4,022 4,129 4,241 4,369 4,575 4,820

Laju Pertumbuhan PDRB

3.90 2.48 2.62 2.72 3.11 4.76 5.31

Sumber : Simalungun Dalam Angka 2000-2008

Perencanaan strategis dalam bidang pendidikan di suatu wilayah sangat diperlukan untuk merencanakan pendidikan lokal yang efektif dalam menyongsong masa depan wilayah dan dalam menghadapi tantangan yang terjadi di era globalisasi. Era globalisasi memberikan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat mengakibatkan permasalahan dan tantangan yang berat di berbagai sektor. Salah satu cara yang efektif dalam menyikapinya adalah dengan cara membenahi SDM yang ada dengan cara memberikan pendidikan yang berkualitas. Perhatian yang intensif terhadap bidang pendidikan merupakan kebijakan strategis yang perlu ditinjau dan direncanakan dengan sebaik-baiknya.


(23)

Perencanaan pengembangan pendidikan berbasis potensi wilayah dalam hal strategi pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian di Kabupaten Simalungun merupakan salah satu jawaban untuk mempersiapkan dan meningkatkan SDM pertanian yang berkualitas dalam rangka upaya mencapai bonus demografi di masa yang akan datang.

Bonus demografi yang juga dikenal dengan istilah the window of oppurtunity atau jendela kesempatan merupakan suatu kesempatan yang hanya akan terjadi satu kali saja atau dalam arti tidak terjadi selamanya, hanya tersedia dalam satu atau dua dekade saja. Para ahli demografi memperkirakan peluang emas ini akan terjadi di Indonesia pada tahun 2015 – 2030, bahkan ada juga ahli demografi yang menyatakan bahwa tahun-tahun setelah itu masyarakat pedesaan dan sektor pertanian tetap menjadi fokus perhatian pembangunan di Indonesia.

Apabila diproyeksikan lebih lanjut ke tahun 2020 atau tahun 2030, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa tidak kurang dari 44 – 45 persen penduduk Indonesia akan tetap bekerja dalam bidang pertanian di pedesaan. Umumnya, antara 43 – 45 persen penduduk bekerja dalam usaha sendiri atau usaha yang dibantu oleh anggota keluarganya. Penduduk Indonesia yang lebih dari 50 – 60 persen akan tinggal di daerah urban, nampaknya urban pada tahun 2020 – 2030 itu juga masih dominan di bidang pertanian.

Oleh karena itu, dalam rangka memanfaatkan jendela kesempatan tersebut Kabupaten Simalungun masih mempunyai kesempatan waktu 6-21 tahun lagi untuk


(24)

mempersiapkan modal manusianya agar bisa memanfaatkan peluang emas tahun 2015 – 2030 tersebut. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menanamkan investasi modal manusia dalam hal ini adalah SDM pertanian Kabupaten Simalungun untuk menggantikan angkatan kerja lapangan usaha pertanian yang berpendidikan rendah dengan angkatan kerja lapangan usaha pertanian yang baru dengan latar belakang pendidikan dan keterampilan dalam bidang pertanian yang lebih tinggi.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa dalam memilih sekolah/program studi dan mengkaji bagaimana struktur demografi dan potensi pertanian di Kabupaten Simalungun dalam rangka upaya mencapai bonus demografi di masa yang akan datang melalui peningkatan SDM pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian disajikan sebagai berikut :

1. Apakah hubungan latar belakang keluarga (seperti : pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua, tanggungan orangtua), status tempat tinggal siswa, jarak dan waktu tempuh ke sekolah, serta fasilitas sekolah terhadap minat siswa dalam memilih sekolah/program studi.


(25)

2. Apakah struktur demografi dan potensi pertanian di Kabupaten Simalungun memberi kontribusi terhadap pengembangan SMK Pertanian yang terintegrasi untuk mewujudkan SDM pertanian yang berkualitas dalam upaya mencapai bonus demografi di masa yang akan datang.

3. Bagaimana strategi perencanaan pengembangan SMK pertanian di Kabupaten Simalungun sebagai salah satu bentuk perencanaan pendidikan berbasis potensi wilayah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai salah satu bentuk perencanaan strategi pendidikan berbasis potensi wilayah, yaitu untuk :

1. Mengamati dan menganalisa hubungan pekerjaan orangtua, penghasilan orangtua, tanggungan anak, jarak tempat tinggal, waktu tempuh ke sekolah, dan fasilitas sekolah terhadap minat siswa dalam memilih sekolah/program studi.

2. Mengkaji struktur demografi Kabupaten Simalungun, dan

3. Mengkaji bagaimana pengembangan SMK Pertanian terintegrasi untuk mewujudkan SDM pertanian yang berkualitas di Kabupaten Simalungun dalam rangka upaya mencapai bonus demografi di masa yang akan datang.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi dan menjadi input : 1. Kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun dalam rangka pengambilan

kebijakan perencanaan pengembangan pendidikan berbasis potensi wilayah untuk tingkat SLTA.

2. Kepada Instansi Dinas Pendidikan Dan Pengajaran serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / SLTA sederajat.

3. Kepada peneliti lain yang ingin melakukan kajian tentang bonus demografi di wilayah dan kegiatan lainnya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Daya Manusia Sebagai Unsur Pengembangan Wilayah

Menurut Miraza (2006), wilayah mempunyai berbagai pengertian tergantung darimana kita melihatnya. Jika dilihat dari sudut administrasi pemerintahan maka wilayah bermakna daerah seperti provinsi, kabupaten atau kota. Wilayah merupakan daerah yang telah terbagi-bagi berdasarkan administrasi pemerintahan dan sama sekali tidak memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi. Jika dilihat dari fungsinya maka wilayah berupa kawasan seperti kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam hal ini, wilayah dibagi berdasarkan daerah produktif dan daerah non produktif. Pada dasarnya wilayah merupakan kumpulan berbagai daerah sehingga tingkat keluasannya lebih luas.

Pembahasan mengenai pengembangan wilayah tidak dapat dilepaskan dari unsur wilayah itu sendiri, wilayah secara umum diartikan sebagai area, daerah tertentu dengan batasan-batasan yang jelas. Subroto dalam Alkadrie (2001) memberikan pengertian dari wilayah adalah suatu sistem dan merupakan tempat manusia bermukim serta mempertahankan hidupnya. Dalam penataan ruang yang paling utama diwujudkan adalah meningkatkan kinerja dan kualitas wilayah untuk penyediaan produksi dan jasa yang cukup, pemukiman yang sehat, dan kelestarian


(28)

lingkungan hidup. Oleh karena itu, hal mendasar di dalam penataan ruang melalui pendekatan wilayah adalah memadukan unsur-unsur pembentuk wilayah agar kinerja wilayah meningkat dalam lingkungan yang tetap lestari dan kondusif terhadap pengembangan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.

Subroto dalam Alkadrie (2001) menyatakan bahwa tujuan pengembangan wilayah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya yang tersebar di wilayah Indonesia guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk itu, arah dan kebijaksanaan pengembangan wilayah adalah : 1.) pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperkukuh kesatuan dan ketahanan nasional serta mewujudkan Wawasan Nusantara; 2.) pembangunan sektoral dilakukan dengan cara saling memperkuat untuk meningkatkan pertumbuhan, pemerataan, dan kesatuan wilayah nasional serta pembangunan yang berkelanjutan; 3.) perkembangan wilayah diupayakan saling terkait dan menguatkan sesuai dengan potensi wilayah.

Subroto dalam Alkadrie (2001) juga menyatakan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah antara lain ditetapkan bahwa daerah berwenang mengelola sumberdaya nasional yang tersedia diwilayahnya, yang meliputi : sumber daya alam, sumber daya buatan, dan sumber daya manusia yang tersedia di daerah dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Aturan ini secara tegas telah menetapkan bahwa pada dasarnya seluruh kewenangan sudah berada pada


(29)

daerah kabupaten dan daerah kota. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah bekerjasama dengan masyarakat melaksanakan pengembangan wilayah dalam suatu keteraturan dan rambu-rambu yang telah ditentukan. Keberhasilan pembangunan wilayah dapat dilihat dari peningkatan pendapatan, kesejahteraan masyarakat serta pembangunan yang dilakukan pada wilayah tersebut.

Menurut Nachrowi dalam Alkadrie (2001) menyatakan bahwa unsur-unsur pengembangan wilayah terdiri dari 3 (tiga) unsur wilayah yaitu : sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi. Ketiga unsur tersebut dikenal dengan nama tiga pilar pengembangan wilayah. Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah yang terkait dan berinteraksi membentuk satu sistem. Hasil interaksi unsur tersebut mencerminkan kinerja dari suatu wilayah. Tiap-tiap wilayah memiliki kinerja yang berbeda-beda sehingga mendorong terciptanya spesialisasi spesifik wilayah.

Nachrowi dalam Alkadrie (2001) juga menyatakan bahwa pengembangan wilayah merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Suatu wilayah yang mempunyai sumber daya alam yang cukup kaya dan sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi, akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan wilayah yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup dan sumber daya manusia yang unggul.

Defenisi fungsional menurut Zen dalam Alkadri (2001) menyatakan bahwa perkataan sumber daya tidak mengacu kepada benda atau suatu substansi, melainkan


(30)

mengacu kepada suatu fungsi di mana suatu benda atau substansi tadi dapat berbuat dalam suatu kegiatan atau suatu operasi. Sumber daya merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan appraisal manusia yang berkaitan dengan suatu kegiatan atau suatu operasi.

Nachrowi dalam Alkadrie (2001) menyatakan bahwa salah satu pilar yang cukup penting adalah sumber daya manusia (SDM), karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh sumber daya wilayah yang ada. Berbeda dengan sumber daya alam yang mempunyai keterbatasan, semakin lama semakin berkurang dan habis. Di samping itu, SDM mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan, dapat sebagai obyek maupun subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan, SDM berperan sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, konsep pembangunan itu sesungguhnya adalah pembangunan manusia (human development) yaitu pembangunan yang berorientasi kepada manusia (people center development), di mana manusia dipandang sebagai sasaran sebagai pelaku pembangunan.

Mengingat pentingnya SDM dalam pengembangan wilayah maka sangat diperlukan usaha-usaha peningkatan kualitas/mutu dari sumber daya manusia yang ada pada suatu wilayah. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan, kesehatan dan keamanan tanpa mengabaikan investasi fisik, sarana dan


(31)

prasarana serta dari segi pembiayaannya. Mutu modal manusia yang meningkat akan mengakibatkan produktivitas dan kinerja juga meningkat.

2.2 Hubungan Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling vital dari pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang mana juga merupakan sumber input bagi total fungsi produksi/ the aggregate production function (Todaro and Smith

dalam Hajizi, 2004). Menurut mereka, pendidikan selain merupakan tujuan

pembangunan juga merupakan prasyarat untuk meningkatkan produktifitas. Selain itu kemampuan untuk menyerap teknologi modern juga disebabkan oleh tingginya kemampuan sumber daya manusia sehingga mampu untuk semakin meningkatkan mesin-mesin ekonomi dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi.

McConnell dalam Hajizi (2004) mengatakan seseorang memiliki pendidikan yang semakin tinggi akan mendapatkan pendapatan yang semakin tinggi di masa yang akan datang. Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilan melalui pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang akan tetapi di pihak lain menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Di samping penundaan menerima


(32)

penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan sekolah harus membayar secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku-buku dan lainnya.

Misalnya seorang tamatan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) tidak melanjutkan sekolah dan langsung mencari dan memperoleh kerja. Tiap tahun dia akan memperoleh upah V(t). Misalnya, orang tersebut tamat dan memperoleh pekerjaan pada umur 20 tahun, dan tidak memperoleh penghasilan lagi pada umur 60 tahun atau sesudah 40 tahun bekerja. Maka jumlah penghasilan yang diterimanya seumur hidupnya dihitung dalam nilai sekarang atau Net Present Value adalah :

40

Y(sla) =

Ó

V(t)

t=0 (1 + r)t

Y(sla) adalah nilai sekarang atau net present value dari arus penghasilan seumur hidup, V(t) adalah besarnya penghasilan pada tahun t dan r adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menggambarkan time preference seseorang atas konsumsi barang saat sekarang dibandingkan dengan satu tahun yang akan datang.

Sedangkan menurut Adioetomo (2005), peningkatan jumlah penduduk usia kerja akan meningkatkan tersedianya modal manusia (human capital). Hal ini berlandaskan pada pemikiran Endogeneous Growth Theory yang berkembang tahun 1980-an dan Williamson yang mengemukakan bahwa initial factors of endowment, yang diukur dengan capital-labour ratio akan menentukan arah perubahan ekonomi. Dengan demikian jumlah penduduk dan pertumbuhannya merupakan faktor yang penting dalam menentukan proses perjalanan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi.


(33)

Tentang modal manusia (human capital), Ogawa dkk. dalam Adioetomo (2005) mengatakan bahwa di negara-negara di wilayah Pasific Rim termasuk Indonesia telah terjadi human capital deepening, yang berarti telah ada upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui investasi dan perluasan pendidikan dengan melibatkan komitmen yang cukup panjang dari negara-negara tersebut yang telah dimulai bahkan jauh sebelum adanya pertumbuhan ekonomi tinggi tahun 1970 – 1990-an.

2.3 Perencanaan Pendidikan dalam Konteks Pengembangan Wilayah 2.3.1 Perencanaan Strategi (Strategic Planning)

Conyers dkk. dalam Arsyad (1999), perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian tersebut, Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu : (1) merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, (3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan (4) perencanaan berorientasi ke masa depan.

Sirojuzilam (2007) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan perencanaan yaitu : (1) perencanaan adalah penyusunan tindakan yang akan


(34)

dilakukan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah sebuah status yang diinginkan, dan tindakan yang dimaksud adalah kegiatan atau kelakuan terhadap suatu obyek yang secara rasional diketahui akan mendekatkan pada status yang dinginkan; (2) sebuah cara berpikir yang berorientasi pada masa depan dengan sifat preskriptif menggunakan metode dan sistematika yang rasional; (3) perencanaan adalah penerapan metode ilmiah dalam pembuatan kebijakan publik; (4) perencanaan adalah upaya untuk mengaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan tindakan-tindakan dalam domain publik; (5) perencanaan adalah upaya sadar untuk memecahkan masalah dan mengendalikan rangkaian kejadian masa depan melalui pandangan jauh ke depan, pemikiran sistematik, penyelidikan dan pengkajian pilihan nilai-nilai di dalam memilih berbagai alternatif langkah tindakan.

Stonner dkk. dalam Nurdjannah (2006) secara defenitif memperkenalkan perencanaan strategis (strategic planning) sebagai proses pemilihan tujuan organisasi, penentuan kebijakan dan program yang diperlukan untuk mencapai sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan dan penetapan metode yang dibutuhkan guna menjamin agar kebijaksanaan dan program strategis tersebut dapat dilaksanakan. Defenisi ini dapat dipadatkan menjadi proses perencanaan jangka panjang yang bersifat formal untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi. Perencanaan strategis merupakan aktivitas dimana manajemen puncak harus terlihat lebih aktif.

Rangkutti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang


(35)

dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Jadi, analisis SWOT bidang pendidikan Kabupaten Simalungun adalah analisis yang membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) pendidikan di Kabupaten Simalungun.

2.3.2 Pendidikan

Menurut Sa’ud (2007), pendidikan merupakan upaya yang dapat

mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia.

Dictionary of Education dalam Sa’ud (2007), ada 2 poin penting pengertian

dari pendidikan yaitu : (a) merupakan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, (b) merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang optimum.


(36)

Menurut Culloh dalam Hajizi (2004) tentang pendidikan antara lain sebagai berikut : (1) pendidikan dapat dianggap sebagai investasi modal (capital invesment) dan (2) berapa banyak keterkaitan antara produktifitas akan sangat tergantung kepada aspek moral pendidikan itu (moral aspect of education).

Thomas Robert Malthus, ahli ekonomi klasik lainnya menaruh perhatian besar terhadap pendidikan negara (public education) dalam hubungannya dengan masalah-masalah kenegaraan dan tanggungjawab rakyat sebagai warga negara. Pendidikan kata Maltus dalam Hajizi (2004) sangat berjasa dalam pemberantasan buta huruf, meningkatkan kemampuan kerja, membangun keserasian sosial dan perdamaian ekonomi. Ringkasan pandangan Malthus tentang pendidikan termuat dalam poin-poin berikut ini :

a. Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam hal-hal seperti membaca, membuat pertimbangan dan argumentasi, meningkatkan kemampuan kerja pribadi dan memperlancar roda pemerintah. b. Pertumbuhan penduduk menuntut peran pendidikan yang lebih besar, oleh

karena tekanan penduduk dapat membuat frustasi pertumbuhan ekonomi. c. Pendidikan berperan dalam membangkitkan potensi-potensi ekonomi

eksternal.

Surya (2006) menyatakan bahwa generasi muda yang saat ini berada pada usia sekolah (6-23 tahun) adalah harta yang terpenting bagi bangsa dan negara. Sebagai harta, generasi muda harus diasuh, dirawat, diberi pendidikan dan akhlak, dan diberi


(37)

kebebasan untuk mengembangkan dirinya sendiri mengikut minat, keterampilan serta penguasaan ilmu dan teknologi. Sejak Indonesia merdeka, kesadaran membina generasi muda memang sudah berlangsung. Namun seiring perjalanan waktu, keprihatinan terhadap penurunan kualitas generasi muda semakin meningkat. Tidak heran sejak merdeka, para pemimpin nasional memberi perhatian besar pada pembentukan generasi muda yang kuat dan handal menghadapi perkembangan zaman.

Lebih lanjut Surya (2006) juga menyatakan bahwa mencetak generasi muda berkualitas memang bukan pekerjaan mudah. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya sehingga bersifat multi dimensi. Tapi upaya itu harus dilakukan sejak sekarang. Iklim kondusif terhadap pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia, idealnya disertai dengan komitmen pemerintah dan masyarakat bahwa pendidikan dalam arti luas sangat penting agar bangsa Indonesia menjadi kuat dan handal.

Seperti yang dikutip Media Indonesia dalam Wiyono (2007) di mana Presiden Yudhoyono meminta para pemimpin daerah untuk memperhatikan masalah pendidikan dan kesehatan. Presiden menegaskan bahwa otonomi daerah juga harus dipahami sebagai upaya pemerintah untuk memberikan kesejahteraan yang maksimal kepada masyarakat. Untuk itu, perlu mempercepat pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan.


(38)

2.3.3 Perencanaan Pendidikan Dalam Memilih Lokasi Sekolah

Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal dan berhubungan sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan yang lain (Sa’ud, 2007).

Perencanaan pendidikan selalu memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi, dan tujuan, keadaan perekonomian, keperluan penyediaan dan pengembangan tenaga kerja bagi pembangunan nasional serta memperhatikan faktor-faktor sosial dan politik merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan yang menyeluruh.

Menurut Sa’ud (2007), tujuan perencanaan pendidikan adalah menyusun

kebijaksanaan dan menggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah (menyusun alternatif dan prioritas kegiatan) yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa yang akan datang dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan pendidikan.

Pemilihan lokasi sekolah pada suatu wilayah merupakan salah satu bentuk dari suatu perencanaan pendidikan. Pemilihan lokasi sekolah pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan pemilihan lokasi bangunan lain seperti pemilihan lokasi perumahan, pertokoan, industri, dan lain-lain, dimana hal ini berkaitan dengan teori


(39)

lokasi. Pemilihan lokasi sekolah pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat aksesibilitas pendidikan (jarak dan waktu tempuh menuju sekolah), kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh jangkauan pelayanan sekolah, fasilitas yang memadai dan lingkungan yang kondusif.

Tarigan (2006) menyatakan bahwa teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.

Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini berkaitan dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut.

Teori lokasi mengemukakan bahwa salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana


(40)

penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

Menurut Jayadinata dalam Chevy (2008) menyatakan bahwa dalam suatu analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi (standard for

location requirement) atau standar jarak (Tabel 2). Standar yang digunakan harus

menggunakan jenis transportasi yang sama seperti pada Tabel 2, yang diukur berdasarkan waktu tempuh dengan berjalan kaki.

Tabel 2. Standar Jarak dalam Kota

No Prasarana Jarak dari tempat tinggal

(berjalan kaki)

1 Pusat tempat kerja 20 sampai 30 menit

2 Pusat kota (dengan pasar dan lain sebagainya) 30 sampai 45 menit

3 Pasar lokal ¾ km atau 10 menit

4 Sekolah Dasar (SD) ¾ km atau 10 menit

5 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 ½ km atau 20 menit 6 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 20 atau 30 menit 7 Tempat bermain anak-anak dan taman lokal ¾ km atau 20 menit 8 Tempat olah raga dan pusat lalita (rekreasi) 1 ½ km atau 20 menit 9 Taman untuk umum atau cagar (seperti kebun binatang,

dan sebagainya 30 sampai 60 menit

Sumber: Jayadinata dalam Chevy (2008)

2.3.4 Pendidikan Kejuruan

Rupert Evans dalam Wardiman (1999) mendefenisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Definisi ini mengandung pengertian


(41)

bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan, sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam daripada bidang studi lainnya dan kedalaman itu dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

United States Congress dalam Wardiman (1999) mengatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk pekerjaan tertentu atau untuk persiapan tambahan karier seseorang. Dalam hal ini terlihat bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk memasuki lapangan kerja dan diperuntukkan bagi siapa saja yang menginginkannya, yang membutuhkannya dan yang dapat untung darinya.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 55 ayat 1 menyatakan bahwa “Masyarakat berhak

menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat”.

Renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2009 menyatakan bahwa visi, misi dan tujuan dari pembangunan Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Nasional adalah sebagai berikut :

1. Visi Dikmenjur adalah : Terwujudnya lembaga pendidikan kejuruan yang

menghasilkan sumber daya manusia berkelas dunia serta perluasan layanan pendidikan berbasis keunggulan lokal.


(42)

2. Misi Dikmenjur sebagai berikut : a) Meningkatkan Profesionalisme dan

Akuntabilitas Lembaga Pendidikan Kejuruan sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi Berstandar Internasional; b) Melaksanakan sistem pendidikan kejuruan yang permeable dan flexible secara terintegrasi antar jalur dan jenjang pendidikan; c) Mengupayakan perluasan dan pemerataan layanan pendidikan kejuruan yang bermutu dan berbasis keunggulan lokal; d) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan; e) Meningkatkan

Capacity Building penyelenggaraan pendidikan kejuruan melalui sinkronisasi dan

koordinasi.

3. Tujuan Dikmenjur sebagai berikut : 1) Mewujudkan Lembaga Pendidikan

Kejuruan yang Akuntabel sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi Berstandar Internasional; 2) Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar Internasional; 3) Memberikan berbagai Layanan Pendidikan Kejuruan yang Permeable dan Flexible secara terintegrasi antar jalur dan jenjang Pendidikan; 4) Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan.


(43)

2.4 Bonus Demografi

2.4.1 Bonus Demografi Sebagai Proses Transisi Demografi

Perkembangan kebijakan kependudukan menunjukkan bahwa sejak beberapa dekade lalu kebijakan kependudukan memfokuskan perhatiannya pada beberapa perubahan-perubahan demografi, khususnya pada pertumbuhan penduduk yang tinggi. Dalam upaya menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk tersebut maka dilakukan upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah program keluarga berencana (Nachrowi dalam Alkadrie, 2001).

Pada Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo pada tahun 1994, menghasilkan program aksi yang mendukung strategi baru dalam kebijakan kependudukan yang menekankan adanya keterkaitan secara integral antara penduduk dan pembangunan di mana fokus perhatian diarahkan pada kesesuaian kepentingan individu antara laki-laki dan perempuan daripada pencapaian target-target demografi, seperti penurunan angka kelahiran dan kematian (Nachrowi

dalam Alkadrie, 2001).

Saddik dalam Nachrowi dalam Alkadrie (2001) juga menyatakan bahwa kunci dari pendekatan pembangunan adalah pemberdayaan perempuan (empowering

women) yaitu dengan memberinya lebih banyak akses pada bidang pendidikan,

pelayanan kesehatan, pengembangan keterampilan dan pekerjaan serta mengikutsertakan perempuan pada proses pengambilan keputusan di berbagai tingkatan.


(44)

Perubahan-perubahan demografi yang juga dikenal dengan istilah transisi demografi berlangsung secara berkelanjutan dan berjangka panjang. Teori transisi demografi berpendapat bahwa mula-mula tingkat mortalitas menurun oleh karena peningkatan teknologi terutama kesehatan dengan diketemukannya obat-obatan antibiotik. Peningkatan teknologi kesehatan dari negara maju ini kemudian dimanfaatkan oleh negara berkembang dan berdampak pada penurunan kematian terutama kematian bayi (Adioetomo, 2005).

Penurunan kematian bayi ini tidak langsung diikuti dengan fertilitas, sehingga menyebabkan lebih banyak bayi-bayi yang survive, dapat terus hidup mencapai usia yang lebih tinggi, berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Untuk sementara kelahiran masih tetap tinggi dan bersamaan dengan menurunnya kematian bayi, jumlah penduduk muda meningkat dengan pesat yang menyebabkan laju pertumbuhan penduduk juga meningkat (Adioetomo, 2005).

Setelah beberapa lama, tingkat fertilitas akhirnya menurun juga, intervensi pemerintah di negara berkembang seperti di Indonesia, melalui program Keluarga Berencana (KB), berakibat pada berkurangnya jumlah bayi yang lahir. Lima belas tahun kemudian bayi-bayi yang survive tersebut memasuki usia produktif dan penduduk perempuan memasuki usia reproduksi. Terjadilah pergeseran distribusi penduduk menurut umur yang menyebabkan menurunnya rasio ketergantungan penduduk usia non-produktif dan penduduk produktif. Khusus untuk bonus demografi, menurunnya rasio ketergantungan lebih disumbangkan dari penurunan


(45)

jumlah penduduk muda (youth dependency ratio) dibandingkan dengan penduduk tua (elderly dependency ratio). Hal ini disebabkan oleh karena perjalanan transisi demografi belum sampai meningkatkan harapan hidup di atas 65 tahun. Pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih pesat dibanding dengan pertumbuhan penduduk muda memberikan peluang untuk mendapatkan bonus demografi atau juga sering dikatakan dengan demographic dividend atau demographic gift (Adioetomo, 2005).

2.4.2 Hubungan Bonus Demografi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian bonus demografi menurut Adioetomo (2005) adalah : 1) keuntungan ekonomis yang disebabkan penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga ; 2) keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan sebagai hasil proses penurunan fertilitas jangka panjang.

Bongaarts maupun Bloom dkk. dalam Adioetomo (2005) menyatakan bahwa ada empat faktor yang penting dalam menjelaskan hubungan bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu : penawaran tenaga kerja (labour supply), peranan perempuan, tabungan (savings) dan modal manusia (human capital).


(46)

1. Penawaran Tenaga Kerja

Ada dua hal yang bias mempengaruhi penawaran tenaga kerja (labour

supply). Secara umum, adalah generasi baby-boom yang diiringi dengan penurunan

kematian bayi, makin lama akan menjadi dewasa dan mencapai usia kerja. Jumlahnya meningkat dengan pesat. Penurunan fertilitas yang kemudian mengikuti penurunan jumlah kematian bayi ini akan menyebabkan proporsi penduduk usia kerja akan semakin besar dibandingkan dengan proporsi penduduk usia muda. Mereka ini akan bekerja, dan pada usia prima yaitu antara 20-54 tahun, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi terlihat paling besar (Bloom dkk. dalam Adioetomo, 2005). Apabila mereka ini terserap dalam pasar kerja dan mempunyai pekerjaan yang produktif, maka produksi per kapita akan meningkat.

2. Peranan Perempuan

Penurunan fertilitas dan besarnya keluarga ideal akan memotivasi perempuan untuk masuk ke pasar kerja. Dengan masa melahirkan dan merawat anak menjadi lebih pendek, maka perempuan akan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan melahirkan dan merawat anak. Apabila perempuan ini dilahirkan dari generasi yang sudah menganut keluarga kecil, maka mereka cenderung memiliki keluarga kecil juga. Pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan biaya kesempatan yang hilang (opportunitty cost) terhadap waktu yang diluangkan untuk merawat anak. Jadi perempuan juga cenderung memilih untuk


(47)

mempunyai anak lebih sedikit dan masuk ke pasar kerja serta menyumbang pada peningkatan produksi per kapita.

3. Tabungan

Bonus demografi memicu pertumbuhan tabungan (savings) dan pada gilirannya akan meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Model-model ekonomi tentang tabungan yang berhubungan langsung dengan penduduk adalah

age-depedency model, dengan landasan pemikiran bahwa terhindarnya kelahiran seorang

bayi (a birth averted) akan menyebabkan menurunnya sejumlah konsumsi yang meningkatkan tabungan, dan menyebabkan terjadinya pembentukan kapital (Ogawa dkk. dalam Adioetomo, 2005).

Sedangkan Higgins dalam Bloom dkk. dalam Adioetomo (2005) mengatakan ada accounting effects dan behavioral effects. Penduduk muda dan penduduk lansia mengkonsumsi barang melebihi apa yang mereka bisa produksi. Sedangkan penduduk usia kerja cenderung mempunyai tingkat output ekonomi yang lebih tinggi dan cenderung mempunyai tingkat tabungan yang lebih tinggi pula. Hal ini sesuai dengan hipotesis Coale dan Hoover dalam Adioetomo (2005) yang menemukan bahwa penduduk mulai menabung lebih banyak pada usia 40-65 tahun pada saat mereka sudah tidak terbebani oleh pembiayaan anak-anak. Pada usia ini mereka juga mulai mempersiapkan masa pensiun. Bongaarts dalam Adioetomo (2005) juga mengingatkan bahwa tabungan ini akan menjadi pertumbuhan ekonomi apabila


(48)

diinvestasikan secara produktif dan ini menyangkut kebijakan pemerintah dalam menyediakan iklim kondusif untuk investasi.

4. Modal Manusia

Peningkatan jumlah penduduk usia kerja akan meningkatkan tersedianya modal manusia (human capital) dalam jumlah yang banyak. Berlandaskan pada pemikiran Endogeneous Growth Theory yang berkembang tahun 1980-an, Williamson dalam Adioetomo (2005) mengemukakan bahwa initial factors of

endowment, yang diukur dengan capital-labor ratio akan menentukan arah perubahan

ekonomi. Dengan demikian jumlah penduduk dan pertumbuhannya merupakan faktor yang penting dalam menentukan proses perjalanan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi. Transisi demografi juga menyebabkan terjadinya human capital deepening. Penurunan kematian dan meningkatnya harapan hidup manusia akan meningkatkan propensitas orangtua untuk menanamkan modal manusia dalam diri anak-anaknya. Perbaikan kesehatan dan penurunan kematian akan memicu akumulasi modal manusia (human capital accumulation). Peningkatan harapan hidup sampai usia 45 -55 tahun diperkirakan menjadi pemicu terkuat investasi modal manusia karena ini merupakan usia yang menentukan dimana investasi sumber daya manusia dapat terbayar kembali (pay-off).

Bloom dkk. dalam Adioetomo (2005) menambahkan bahwa peningkatan harapan hidup ini telah mengubah gaya hidup masyarakat pada segala aspek. Sikap dan perilaku masyarakat tentang pendidikan, keluarga, masa pensiun, peranan


(49)

perempuan dan pekerjaan semuanya mengalami pergeseran. Ini menyangkut perubahan sosial dan budaya, dimana akhirnya pandangan terhadap manusia lebih meningkat dan dihargai sebagai aset, bukan hanya faktor produksi. Dengan kemungkinan hidup yang lebih lama hasrat masyarakat terhadap investasi pendidikan anaknya tumbuh karena masyarakat meyakini akan hasilnya bagi hari tua anak-anaknya.

Akan tetapi keempat faktor yang menerangkan bonus demografi ini dan peranannya yang positif terhadap pertumbuhan penduduk, yakni penawaran tenaga kerja, peranan perempuan, tabungan/investasi, serta modal manusia hanya akan bisa terjadi jika kebijakan pemerintah memang kondusif untuk itu (Bongaarts dalam Adioetomo, 2005).

Menurut Bloom dkk. dalam Lilis (2007), untuk mewujudkan bonus demografi ada tiga mekanisme penting yaitu :

1) Pasokan tenaga kerja (labour supply)

Pengaruh transisi demografi pada pasokan tenaga kerja terjadi dengan dua cara, yaitu :

a) adanya pengaruh pertambahan usia dari generasi baby-boom yaitu ketika generasi tersebut berumur 15-64 tahun dan masuk ke pasar kerja maka rasio ketergantungan menjadi lebih rendah. Ketika generasi tersebut mencapai puncak usia kerja, yaitu usia 20-54 tahun maka pengaruh ini secara khusus menjadi sangat kuat;


(50)

b) adanya peningkatan penduduk perempuan masuk pasar kerja karena makin kecilnya ukuran keluarga. Kondisi ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mereka dilahirkan dari generasi yang sudah menganut keluarga kecil, sehingga mereka lebih berpendidikan dan pada gilirannya meningkatkan produktivitas saat masuk pasar kerja.

2) Tabungan (savings)

Bonus demografi memicu pertumbuhan tabungan (savings) dan pada gilirannya akan meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Penduduk muda dan penduduk tua mengkonsumsi lebih banyak dari yang bisa diproduksi. Sedangkan penduduk usia kerja cenderung mempunyai tingkat output ekonomi yang lebih tinggi dan cenderung mempunyai tingkat tabungan yang lebih tinggi pula. Kemampuan menabung yang lebih besar pada penduduk usia kerja terutama pada usia 40-an dimana support untuk anak sudah minimal. Pada akhirnya, kekuatan menabung secara kolektif dapat menjadi sumber daya untuk investasi yang dapat menggairahkan pertumbuhan ekonomi.

3) Sumber daya manusia (human capital)

Jumlah anak yang sedikit dapat mendorong kesehatan penduduk perempuan sehingga dapat meningkatkan partisipasi perempuan dalam pasar kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan status sosial dan kemandirian mereka. Mereka cenderung memiliki waktu dan energi lebih untuk berkontribusi baik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.


(51)

United Nations Population Division dalam Adioetomo (2005) menyatakan bahwa periode 2020-2030 merupakan the window of opportunity untuk Indonesia. Pada saat itu rasio ketergantungan penduduk Indonesia telah menurun menjadi 54 pada tahun 2000 dan akan menurun terus mencapai angka terendah pada tahun 2020, 2025 dan 2030, dimana angkanya berkisar sekitar 40 per 100 (Gambar 1). Setelah tahun 2030 rasio ketergantungan akan meningkat lagi, yang gilirannya disumbangkan oleh penduduk lansia 65 tahun ke atas.

Gambar 1. Rasio Ketergantungan 0-14, 65+, total

Kondisi tersebut merupakan saat yang ideal untuk melakukan pembangunan manusia dimana pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan penduduk muda sangat minimal. Tetapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni kalau tenaga kerja yang ada mendapatkan kesempatan kerja yang produktif, mempunyai tabungan yang


(52)

diinvestasikan serta tersedianya modal manusia yang mampu memanfaatkan the

window of opportunity tersebut. Untuk Indonesia masih ada waktu 15-25 tahun lagi

untuk mempersiapkan modal manusianya agar bisa memanfaatkan peluang emas periode 2020-2030 yakni dengan menanamkan investasi modal manusia untuk menggantikan angkatan kerja yang berpendidikan rendah dengan angkatan kerja baru yang mempunyai pendidikan dan ketrampilan yang lebih tinggi (Adioetomo, 2005).

Kesempatan berharga berupa bonus demografi itu terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh keberhasilan rakyat Indonesia menurunkan tingkat fertilitas, mortalitas dan pertumbuhan penduduk berkat keberhasilan program KB, kesehatan dan pembangunan lainnya. Apabila diproyeksikan lebih lanjut ke tahun 2020 atau tahun 2030, Badan Pusat Statistik memperkirakan bahwa tidak kurang dari 44 – 45 persen penduduk Indonesia akan tetap bekerja dalam bidang pertanian di pedesaan. Umumnya, antara 43 – 45 persen penduduk bekerja dalam usaha sendiri atau usaha yang dibantu oleh anggota keluarganya. Penduduk Indonesia yang lebih dari 50 – 60 persen akan tinggal di daerah urban, nampaknya urban pada tahun 2020 – 2030 itu juga masih dominan di bidang pertanian.

Secara demografis dapat diproyeksikan bahwa apabila perhatian terhadap masalah kependudukan, program KB, kesehatan dan pembangunan yang memberi arti kepada kehidupan penduduk pedesaan mendapat perhatian, ada kemungkinan Indonesia akan memperoleh bonus demografi yang bermakna. Tetapi apabila


(53)

perhatian terhadap masalah kependudukan mengendor, program KB kurang mendapat perhatian, program kesehatan tidak berhasil meningkatkan usia harapan hidup, dan pendidikan serta pembelajaran bagi penduduk terabaikan, bonus itu tidak akan pernah muncul. Bahkan bonus yang muncul akan tetap menjadi kendala pembangunan ekonomi karena beban ketergantungan bukan pada usia anak-anak, bukan pada usia tua, tetapi juga pada usia dewasa yang sesungguhnya sangat potensial menghasilkan produk yang secara ekonomi bermakna.

Oleh para ahli demografi tidak pernah ada penyebutan beban kebergantungan pada penduduk usia dewasa yang menganggur, tetapi bonus demografi yang mulai muncul dewasa ini, karena tingkat pendidikannya yang rendah, dan karena tidak bersekolah dan tidak bekerja, dengan jumlahnya yang membengkak sangat besar, sebenarnya telah berubah menjadi penyebab beban ketergantungan menganggur yang sangat tinggi, yang menghilangkan dampak positif bonus demografi yang mulai muncul sebagai akibat dari proses transisi demografi yang berkembang dengan baik. Jumlah penduduk dewasa dengan jumlah yang sangat besar dengan kualitas yang rendah, disertai pengangguran yang sangat besar menghilangkan dampak positif dari bonus demografi pada tingkat awal, bahkan juga bonus demografi pada kondisi yang sangat ideal di masa depan sekalipun.

Bonus demografi, atau juga the window of opportunity, hanya akan bermanfaat kalau mutu penduduk mendapat pemberdayaan yang memadai dan penyediaan lapangan kerja yang mencukupi. Perhatian terhadap masyarakat pedesaan


(54)

dengan dukungan pada upaya bidang pertanian tetap merupakan pilihan sampai tahun 2020 -2040 atau tahun-tahun sesudah itu (Suyono, 2005).

Upaya-upaya mandiri atau upaya yang dikerjakan dengan keluarga sendiri, dibanding dengan upaya manufaktur dengan padat modal dan padat teknologi masih merupakan kegiatan yang menyerap bonus demografi yang mungkin muncul di tahun-tahun sulit diawal abad ke 21 ini. Bonus demografi yang akan menghasilkan perubahan ekonomi secara drastis dalam bidang industri besar dan luar biasa nampaknya belum akan sanggup memberikan kesempatan kerja kepada munculnya bonus berupa banyak ledakan penduduk dewasa berupa angkatan kerja bermutu rendah di masa depan. Bonus demografi bahkan akan menjadi malapetaka yang mengerikan kalau ledakan penduduk usia dewasa yang diikuti dengan ledakan penduduk usia tua yang muncul sebagai akibat transisi demografi yang lebih cepat dan tidak bisa dibendung berubah menjadi kesengsaraan yang berkepanjangan (Suyono, 2005).

2.4.3 Kondisi Demografi Indonesia Di Masa Depan

Kondisi penduduk Indonesia apabila diproyeksikan pada tahun 2030 akan mencapai 285 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar ini merupakan sumber tenaga kerja dan sekaligus juga akan menjadi pasar yang potensial. Kondisi laju pertumbuhan penduduk yang terus menurun, dari 1,3 persen di dekade 2000-2010 menjadi 1,1 persen di dekade 2010-2020, dan menjadi 0,9 persen pada dekade


(55)

2020-2030. Sampai dengan tahun 2018, Indonesia masih akan menikmati Bonus

Demografi I. Bonus demografi I ini terjadi apabila dipicu oleh penurunan angka

kelahiran yang mengurangi beban keluarga. Dan sebagai akibatnya, terjadi penurunan proporsi konsumsi dalam pendapatan, dan selanjutnya meningkatkan potensi tabungan masyarakat (Gambar 2) (Tanjung dkk, 2007).

Kemudian kondisi setelah tahun 2018, angka ketergantungan akan naik sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup yang mencapai 74 tahun. Pada saat itu terbuka kesempatan untuk memperoleh Bonus Demografi II. Bonus demografi II terjadi apabila usia produktif dapat diperpanjang maka arus pendapatan tidak akan berhenti, sehingga potensi tabungan masih akan terus berlanjut. Kunci dari potensi ini dalah kelompok lanjut usia (lansia) yang sehat, berpendidikan dan produktif (Tanjung dkk, 2007).


(56)

Secara proporsional jumlah penduduk muda Indonesia lebih besar dibandingkan dengan negara maju lainnya. Hal ini merupakan potensi untuk mengisi kekurangan angkatan kerja di negara maju yang sudah mengalami penuaan penduduk (aging population). Mayoritas penduduk Indonesia (sekitar 70 persen) akan tinggal di daerah perkotaan, yang salah satunya terbentuk akibat tingginya mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk Indonesia diwarnai oleh fenomena circular migration, dimana penduduk yang terkonsentrasi di daerah perkotaan akan kembali ke kota asalnya pada saat-saat tertentu. Hal ini membutuhkan infrastruktur yang memadai seperti ketersediaan jalan yang merata di seluruh Indonesia dan akses pada berbagai infrastruktur dasar secara merata seperti perumahan, air bersih, listrik, transportsi dan komunikasi. Kesejahteraan masyarakat tidak saja direfleksikan oleh pendapatan per kapita yang tinggi dan infrastruktur yang memadai namun juga diwujudkan melalui perbaikan status pendidikan dan kesehatan (Tanjung dkk, 2007).

2.4.4 Pembangunan Pendidikan Untuk Menyongsong Bonus Demografi

Dalam rangka menyongsong bonus demografi di Indonesia, pembangunan pendidikan sebagai salah satu aspek peningkatan mutu sumber daya manusia perlu dipersiapkan agar jendela kesempatan (the window of opportunity) dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ada banyak hal yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan seperti hal-hal yang menitikberatkan pada perspektif kependudukan, informasi tentang kondisi pendidikan saat ini dan berbagai isu strategis yang


(57)

menyangkut pendidikan sehingga dapat menjadi arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan ke depan (Prihastuti, 2007).

Pembangunan pendidikan tidak terlepas dari penduduk sebagai target. Pendidikan menjadi salah satu agenda dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang disusun dalam Rencana Strategis (Renstra), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah serta dokumen lain yang memuat berbagai hal yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan pendidikan dengan mengacu pada RPJM dan RPJP Nasional. Sasaran RPJM bidang pendidikan antara lain adalah meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan (Prihastuti, 2007).

Oleh karena itu, untuk mencapai sasaran pembangunan pendidikan, perlu mempertimbangkan proyeksi jumlah penduduk dan perubahan struktur penduduk. Informasi jumlah penduduk khususnya penduduk usia sekolah di masa kini dan di masa depan penting untuk diketahui agar dapat dipersiapkan berbagai fasilitas pendidikan menyangkut sarana dan prasarana pendidikan termasuk tenaga pengajar yang dibutuhkan. Sehingga pendidikan tidak hanya bertumpu pada kuantitas namun juga kualitas anak didik sebagai persiapan memasuki dunia kerja (Prihastuti, 2007).


(1)

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square

10.193

ª

4 .037

Likelihood Ratio

10.452

4 .033

Linear-by-Linear Association

.003

1 .955

N of Valid Cases

145


(2)

Lampiran 4. Jumlah sekolah, guru dan murid (SLTA, SLTP dan SD Negeri) Di Kabupaten Simalungun

SLTA Negeri SLTP Negeri SD Negeri

No Kecamatan

Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid

1 Bandar 2 138 2,114 3 118 1,876 45 489 8,601

2 Bandar Huluan - - - 21 238 3,511

3 Bandar Masilam - - - 19 217 2,863

4 Bosar Maligas 1 29 349 2 48 786 41 379 5,966

5 Dolok Batu Nanggar 1 63 925 1 62 952 32 359 4,674

6 Dolok Panribuan 1 49 668 4 135 1,492 36 312 3,003

7 Dolok Pardamean 1 50 242 - - - 24 189 2,713

8 Dolok Silau - - - 1 23 165 24 199 312

9 Girsang Sipangan Bolon 1 35 843 2 65 121 17 189 2,448

10 Gunung Malela - - - 24 280 3,931

11 Gunung Maligas - - - 18 195 2,977

12 Haranggaol Horisan - - - 10 52 887

13 Hatonduhan - - - 1 22 296 24 197 3,702

14 Huta Bayu Raja - - - 3 89 1,389 42 404 4,540

15 Jawa Maraja Bah Jambi - - - 21 215 3,014

16 Jorlang Hataran - - - 2 88 1,154 19 240 2,459

17 Panei - - - 1 61 456 28 260 2,925

18 Panombeian Panei - - - 1 44 387 22 208 2,110

19 Pematang Bandar - - - 2 74 1,084 32 232 4,620

20 Pematang Sidamanik 1 12 537 - - - 23 197 2,725

21 Pematang Silimahuta - - - 11 55 1,234

22 Purba 1 34 342 2 80 132 26 194 3,141

23 Raya 1 31 547 4 147 2,187 55 431 4,561

24 Raya Kahean 1 28 245 2 49 655 24 227 2,737

25 Siantar 1 61 632 3 128 1,654 40 509 7,061

26 Sidamanik - - - 3 80 993 33 341 4,100


(3)

28 Silau Kahean 1 16 294 2 29 36 22 209 2,649

29 Tanah Jawa 1 63 750 3 140 1,897 46 456 6,923

30 Tapian Dolok - - - 2 79 724 27 270 3,998

31 Ujung Padang 1 15 224 1 23 276 27 244 4,506

Jumlah 16 662 9,340 47 1,661 19,725 850 8,126 111,515

Sumber : Simalungun Dalam Angka 2008

Lampiran 5. Banyaknya RT Pertanian, RT Pertanian Pengguna Lahan, RT Pertanian Bukan Pengguna Lahan

dan RT Petani Gurem

No Kecamatan Jlh RT RT Pertanian RT Pertanian Pengguna

Lahan

RT Pertanian Bukan

Pengguna Lahan RT Petani Gurem

1 Bandar 19,700 8,470 8,376 94 4,813

2 Bandar Huluan angka masih bergabung dengan Kecamatan Pematang Bandar

3 Bandar Masilam angka masih bergabung dengan Kecamatan Bandar

4 Bosar Maligas 9,737 4,113 4,110 3 2,399

5 Dolok Batu Nanggar 9,074 4,060 3,946 114 3,224

6 Dolok Panribuan 4,305 3,691 3,689 2 1,526

7 Dolok Pardamean 3,422 3,320 3,315 5 1,773

8 Dolok Silau 3,243 3,175 3,175 - 297

9 Girsang Sipangan Bolon 3,333 1,365 1,282 83 704

10 Gunung Malela angka masih bergabung dengan Kecamatan Siantar

11 Gunung Maligas angka masih bergabung dengan Kecamatan Siantar 12 Haranggaol Horisan*) angka masih bergabung dengan Kecamatan Purba

13 Hatonduhan*) angka masih bergabung dengan Kecamatan Tanah Jawa

14 Huta Bayu Raja 12,136 7,658 7,641 17 2,614

15 Jawa Maraja Bah Jambi angka masih bergabung dengan Kecamatan Huta Bayu Raja

16 Jorlang Hataran 4,376 3,442 3,438 4 1,991

17 Panei 10,475 7,914 7,911 3 4,121

18 Panombeian Panei angka masih bergabung dengan Kecamatan Panei


(4)

20 Pematang Sidamanik*) angka masih bergabung dengan Kecamatan Sidamanik 21 Pematang Silimahuta*) angka masih bergabung dengan Kecamatan Silimakuta

22 Purba 5,853 5,609 5,604 5 2,049

23 Raya 7,475 6,642 6,642 - 3,597

24 Raya Kahean 3,658 2,677 2,677 - 381

25 Siantar 25,761 9,787 9,767 20 7,256

26 Sidamanik 10,871 6,764 6,754 10 4,980

27 Silimakuta 4,921 4,449 4,445 4 1,082

28 Silau Kahean 3,813 3,274 3,273 1 659

29 Tanah Jawa 15,516 9,539 9,534 5 3,757

30 Tapian Dolok 7,774 3,298 3,298 - 2,448

31 Ujung Padang 9,373 5,544 5,520 24 3,495

Jumlah 188,750 113,354 112,931 423 57,749

Sumber : Statistik Tanaman Pangan & Penggunaan Lahan Kabupaten Simalungun-BPS, 2007 (Hasil sensus pertanian 2003)

Lampiran 6. Luas Lahan Sawah dan Luas Lahan Bukan Sawah Di Kabupaten Simalungun Tahun 2007 (Ha)

Luas Lahan Bukan Sawah (Ha)

No Nama

Kecamatan

Total Luas Lahan Sawah (Ha)

Ladang/ Huma

Tegal/

Kebun Perkebunan

Ditanami Pohon/

Hutan

Tambak

Kolam/ Tebat/ Empang

Padang Penggembalaan/

Rumput

Sementara Tidak diusahakan

Lainnya

Total Lahan Bukan Sawah

1 Bandar 940 2,825 1,391 2,849 805 0 4 0 0 1,528 9,402

2 Bandar

Huluan 760 2,136 1,320 5,035 0 0 0 0 0 490 8,981

3 Bandar


(5)

4 Bosar

Maligas 0 3,876 2,687 19,826 1,122 0 10 71 53 1,347 28,992

5 Dolok Batu

Nanggar 788 376 273 10,474 0 0 5 174 41 166 11,509

6 Dolok

Panribuan 3,457 628 1,134 1,765 4,888 0 31 771 1,289 635 11,141

7 Dolok

Pardamean 10 2,303 2,200 0 0 0 0 3,361 0 721 8,585

8 Dolok Silau 250 4,432 5,680 6,940 1,513 0 31 0 1,284 254 20,134

9

Girsang Sipangan Bolon

305 2,117 0 1,560 0 0 0 263 355 320 4,615

10 Gunung

Malela 3,912 182 330 4,103 150 0 93 130 13 832 5,833

11 Gunung

Maligas 807 536 316 2,526 200 0 36 150 11 850 4,625

12 Haranggaol

Horisan 0 660 1,011 0 65 0 14 0 0 70 1,820

13 Hatonduhan 2,754 1,008 3,005 8,300 1,900 0 0 508 7,742 1,340 23,803

14 Huta Bayu

Raja 5,031 3,375 4,405 804 0 0 0 0 248 770 9,602

15 Jawa Maraja

Bah Jambi 2,426 582 694 1,557 16 0 0 271 0 333 3,453

16 Jorlang

Hataran 2,369 605 795 3,676 582 0 0 0 0 623 6,281


(6)

Luas Lahan Bukan Sawah (Ha)

No Nama

Kecamatan Total Luas Lahan Sawah (Ha) Ladang/ Huma Tegal/

Kebun Perkebunan

Ditanami Pohon/ Hutan Tambak Kolam/ Tebat/ Empang Padang Penggembalaan/ Rumput Sementara Tidak diusahakan Lainnya Total Lahan Bukan Sawah

17 Panei 2,165 1,297 778 1,512 545 69 0 24 189 401 4,815

18 Panombeian

Panei 2,030 625 692 3,176 630 0 0 96 321 370 5,910

19 Pematang

Bandar 3,491 794 1,251 2,774 0 0 17 158 78 537 5,609

20 Pematang

Sidamanik 472 2,299 2,243 3,546 455 0 0 225 440 1,079 10,287

21 Pematang

Silimahuta 110 1,287 1,901 0 0 0 3 436 295 75 3,997

22 Purba 0 2,305 2,102 0 355 0 0 117 378 2,750 8,007

23 Raya 905 5,517 3,440 2,047 7,320 0 21 2,051 2,729 785 23,910

24 Raya Kahean 210 1,046 1,962 9,253 4,485 0 7 933 282 269 18,237

25 Siantar 2,058 386 151 3,182 922 0 0 93 15 50 4,799

26 Sidamanik 2,240 176 1,188 4,547 25 0 7 0 0 0 5,943

27 Silimakuta 155 1,848 3,411 0 0 0 3 257 294 100 5,913

28 Silau Kahean 0 2,055 1,971 7,912 1,937 0 20 311 643 316 15,165

29 Tanah Jawa 4,356 422 642 8,579 5,045 0 0 9 240 601 15,538

30 Tapian

Dolok 152 432 614 9,436 239 0 0 191 156 182 11,250

31 Ujung

Padang 1,398 2,370 3,820 9,910 0 0 10 246 1,743 804 18,903

Jumlah 43,934 49,536 53,815 139,990 33,199 69 312 10,846 18,839 19,164 325,770