Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Simalungun

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN

DISUSUN

O L E H

NURUL SABRINA 112204060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PENGEMBANGAN KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

DI KABUPATEN SIMALUNGUN

OLEH

NURUL SABRINA 112204060

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

Mukhtar S.E., S.Sos., S. Par, M.A Drs.Ridwan Azhar, M.Hum NIP. 19580615 198703 1 001 NIP.19550923 198203 1 001


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata

Di Kabupaten Simalungun.

Oleh : NURUL SABRINA

NIM : 112204060

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr.Syahron Lubis, M.A. NIP.19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Perkembangan pariwisata di Kabupaten Simalungun memiliki kawasan wisata yang sangat berpotensi. mulai dari alam, kebudayaan serta peninggalan pada zaman dahalu. Keunikan kawah putih Tinggi Raja sangat memiliki potensi yang luar biasa. Mulai dari sejarahnya, keunikan air kawahnya, serta lingkungan sekitarnya yang masih ditumbuhin pepohonan yang rindang. Kawasan kawah putih masih dibilang kawasan yang masih dilindungi karena merupakan kawasan cagar alam yang segala macam tanaman dan alamnya masih dalam pengawasan. Kini kawasan wisata kawah putih Tinggi Raja menjadi wisata yang populer dikalangan masyarakat maupun mancanegara. Dengan bertambahnya kawasan wisata di Kabupaten Simalungun akan menjadikan Kabupaten Simalungun menjadi “Surganya Wisata”.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan khadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Kertas karya ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah

“Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Simalungun”.

Penulis menyusun kertas karya ini untuk memberikan informasi yang penulis paparkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar pembaca mendapatkan informasi yang jelas dan semoga kertas karya ini bermanfaat memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca.

Dalam hal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara.

3. Bapak Solahuddin Nasution, S.E., MSP, selaku dosen Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Mukhtar, S.E., S.Sos., S. Par, MA, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

5. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M. Hum., selaku dosen pembaca yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

6. Seluruh staff / dosen Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

7. Teristimewah kepada orang tua tercinta, ayahanda Edyanto, dan Almarhumah Ibunda Triyanti atas segala yang telah diberikan selama ini, kasih sayang yang tak pernah henti, perhatian, dan pengorbanan yang diberikan buat anak mu ini. Tiada harga yang berharga didunia ini selain ayah dan bunda.

8. Khusus buat Bude tercinta Arwina De Weijer selaku penganti mama, yang telah terima kasih atas segala yang telah bude berikan kepada penulis, kasih sayang, perhatian, pengorbanan serta motivasi yang sangat mendukung penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

9. Kakak penulis yang tercinta Siti Wulandari. S.Psi, yang telah banyak membantu penulis, suka dan duka kita jalani bersama, telah menjadi teman serta mama. Serta adik-adik penulis Awi, Andeen, Revan, Ami, Airin, Arno, semoga kalian bisa menjadi seperti kakak ya adik-adik kakak, sayang kalian.

10. Buat Pakde Drs. Ridwan Azhar, M.Hum., dan Bude Suliyati beserta keluarga, yang telah banyak membantu penulis, menjaga serta memberikan perhatian yang lebih kepada penulis. Terima kasih buat semua jasa-jasa yang telah kalian berikan.


(7)

11. Buat kekasih hati Solehuddin, yang selama ini memberi dukungan, kasih sayang, semangat, perhatihan , waktu, dan semua yang kamu berikan buat penulis sangat berarti.

12. Buat semua sepupu kak Kiki, Debi, Putri, Tiara, Dila, Adit yang telah menemani hari-hari ku, rajin-rajin kalian sekolah ya.. Bang Prindo terima kasih atas bantuan yang telah abang berikan.

13. Buat seluruh keluarga besar, terima kasih buat semangat dan perhatiannya, serta nasehat-nasehat yang telah kalian berikan.

14. Buat teman-teman UW’11, begitu banyak kenangan yang kita lewati, sedih, senang, semua kita lewati. Terima kasih buat kenangan itu.

15. Buat teman-teman Perhotelan’11, terima kasih buat kenangan yang pernah dilewati.

16. Buat Nisa, Fida, Siska, Ririn, Maria, Cidha, Dame akhirnya kita bisa melewati semua ini. Dan buat kita sukses selalu.

17. Buat teman sahabat penulis SMA, Murni, Dara, Marlia, Siti, Indah, Budi, Erwin, Balak, Hari, Salindo, Fadli akhirnya teman mu ini wisuda juga hehe.. dikalahin sama Indah.

18. Buat keluarga besar PT. Angkasa Gapura, kak Aulia, kak Sem, bang Fajar, Tuah, Buk lena, dan yang lainnya terima kasih telah menerima kami dengan baik.

19. Buat keluarga besar PT. Anna Rajawali Tour & Travel , Ibu, Bapak, kak Tiara, kak Lia, terima kasih atas semua ilmu, saran, dan dukungan yang diberi.


(8)

Kertas karya ini masih belum sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kata maupun penyampaian informasi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan kertas karya ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Alhamdulillahirabil’alamin.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

Nurul Sabrina 112204060


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2Batasan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Metode Penelitian ... 7

1.5Sistematika Penulisan ... 7

BAB IIURAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata ... 10

2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata ... 13

2.3 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata ... 15

2.3.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata ... 15

2.3.2 Asas Pengembangan Objek Wisata ... 16


(10)

2.5 Prasarana dan Saran Pariwisata... 25

2.6 Cagar Alam... 27

2.7 Sapta Pesona Wisata... 28

BAB III GAMBARAN UMUM TINGGI RAJA 3.1 Letak dan Luas Daerah... 31

3.2Peruntukkan dan Manfaat Lahan... 33

3.3 Kondisi Sosial Ekonomi... 34

3.4 Keadaan Sosial Budaya... 34

3.5 Sarana dan Prasarana... 35

3.6 Visi dan Misi... 30

3.6.1 Visi Desa Dolok Marawa... 36

3.6.2 Misi Desa Dolok Merawa... 36

3.7 Tujuan dan Sasaran... 37

3.7.1 Tujuan... 37

3.7.2 Sasaran... 38

BAB IV UPAYA PENGEMBANGAN KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN 4.1 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja ... 39


(11)

4.3 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja Menjadi Tujuan Wisata ... 43

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan... ... 45

5.2 Saran... ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Masalah dan Potensi Desa Dolok Marawa... 32

Tabel 3.2 Pertuntukkan dan Manfaat Lahan... 33

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Desa...35


(13)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1 Simpang pos polisi menujuh Tinggi Raja... 50

Gambar 2 Tinggi Raja Desa Dolok Marawa... 50

Gambar 3 Objek wisata Kawah Putih... 51

Gambar 4 Sebagai kawasan yang dilindungi... 51

Gambar 5 Kawah Putih Tinggi Raja... 52

Gambar 6 Pemandangan Kawah Biru... 52

Gambar 7 Kawah Hijau paska kebakaran... 53

Gambar 8 Semburan air panas... 53

Gambar 9 Pemandangan stalaktit (endapan kapur yang menggantung... 54

Gambar 10 Pemandangan stalaktit menggalir di sungai Bah Balakbak... 54

Gambar 11 Pemandangan stalaktit menggalir di sungai Bah Balakbak... 55

Gambar 12 Lapangan parkir dan pondok yang tersedia... 55

Gambar 13 Kondisi jalan... 56


(14)

ABSTRAK

Perkembangan pariwisata di Kabupaten Simalungun memiliki kawasan wisata yang sangat berpotensi. mulai dari alam, kebudayaan serta peninggalan pada zaman dahalu. Keunikan kawah putih Tinggi Raja sangat memiliki potensi yang luar biasa. Mulai dari sejarahnya, keunikan air kawahnya, serta lingkungan sekitarnya yang masih ditumbuhin pepohonan yang rindang. Kawasan kawah putih masih dibilang kawasan yang masih dilindungi karena merupakan kawasan cagar alam yang segala macam tanaman dan alamnya masih dalam pengawasan. Kini kawasan wisata kawah putih Tinggi Raja menjadi wisata yang populer dikalangan masyarakat maupun mancanegara. Dengan bertambahnya kawasan wisata di Kabupaten Simalungun akan menjadikan Kabupaten Simalungun menjadi “Surganya Wisata”.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Sumber daya alam mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan lainnya sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan wisata alam dan budaya yang ada. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan negara.

Adapun definisi pariwisata menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Sedangkan definisi wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya dalam jangka waktu sementara (hukum.unsrat.ac.id).

Senada dengan ini, kegiatan pariwisata juga dapat dikatakan kegiatan lintas sektoral, sehingga dalam pengembangannya akan melibatkan sektor lain seperti pertanian, perhubungan, perdagangan dan jasa, industri dan lain-lain.

Pengembangan sektor pariwisata akan memberikan pengaruh pada perkembangan sektor-sektor lain dan akan memberikan pengaruh pada pengembangan kondisi perekonomian masyarakat. Menurut salah satu ahli, yaitu Alikodra (1994), kegiatan wisata alam dapat meningkatkan perekonomian sektor informal, begitu juga dengan perekonomian


(16)

masyarakat sekitar kawasan wisata. Masyarakat biasanya memanfaatkan kegiatan wisata tersebut untuk mencari nafkah seperti berdagang (repository.usu.ac.id oleh ZH. Nasution 2012).

Sejalan dengan itu, sektor pengembangan pariwisata juga dilakukan di provinsi Sumatera Utara tepatnya yang beribukotakan Medan. Di provinsi Sumatera Utara mempunyai beberapa wisata alam dengan daya tarik berupa fenomena alam. Wisata alam sendiri merupakan objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan alam dan tata lingkungannya seperti cagar alam Bukit Kapur atau Kawah Putih Tinggi Raja. Cagar alam ini harus dikembangkan karena fenomena alam yang ada tidak terdapat di semua tempat, sehingga cagar alam ini memberi suatu pesona alam yang luar biasa.

Cagar alam Tinggi Raja terletak di Desa Dolok Marawa Kecamatan Silou Kahean, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Untuk mencapai ke lokasi itu ada dua alternatif darat yaitu, ditempuh dengan jarak 110 km atau waktu tempuh 3 jam perjalanan dari Medan dan jarak tempuh 121 km dari Pematang Siantar. Cagar alam ini secara keseluruhan memiliki luas sekitar 202 hektar dan merupakan kawasan wisata alam yang terkenal dengan keasrian alam dan keunikan pemandian air panasnya. Semburan air panas dari perut bumi membentuk kawah kecil di hamparan batu kapur, terus mengalir menuju sungai Bah Balakbak. Lokasi semburan air panas itu berpindah-pindah. Uniknya terdapat juga danau kecil yang terbentuk dari kawah air panas berwarna putih, biru kehijau-hijauan akibat pantulan cahaya dari langit.

Ada beberapa pendapat mengatakan, jika kita mandi atau berendam di danau ini, maka yang namanya penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kurap dan lain-lain, akan segera hilang dikarenakan air panasnya yang mengandung zat belerang. Bukit Kapur Tinggi Raja adalah sebuah bukit kapur yang sangat putih seperti salju. Dan di bagian bawah bukit kapur ini terdapat air sungai Bah Balakbak yang sangat sejuk dan dingin dengan pemandangan


(17)

Stalaktit (endapan kapur yang menggantung). Potensi sumber air panas yang berasal dari endapan-endapan kapur yang terbentuk dari proses panas bumi yang mengandung belerang sehingga membentuk teras-teras tanah kapur berbukit, dengan luas mencapai 35 hektar.

Aliran air panas yang menyatu dengan air sungai sering dimanfaatkan untuk mandi-mandi karena airnya terasa hangat-hangat kuku. Fenomena alam yang cukup unik akibat adanya panas bumi yang aktif ini, dapat berpindah-pindah tempat. Bukit-bukit hasil endapan kapur yang terlihat sudah tidak aktif lagi, sewaktu-waktu dapat kembali aktif. Hal ini menunjukkan kondisi panas bumi dan bukit-bukti kapur tersebut tidak stabil.

Selain itu, cagar alam ini mempunyai cerita legenda asal mula terjadinya kawah putih tinggi raja. Berikut kutipan wawancara.

“dahulu Tinggi Raja itu adalah sebuah kampung tepatnya kampung marga Sitopu. Ada empat marga itu, Purba, Saragih, Sitopu dan Damanik. Tiba musim panen semua masyarakat yang ada dikampung sama rajanya itu pergi ke ladang. Disana mereka membuat pesta motong kambing. Tinggal lah mamaknya raja dan putri nya dirumah itu dijaga pengawal atau pembantu-pembantunya tinggal tidak ikut pergi. Tiba pesta disuruhlah para pengawal raja mengantar makanan kerumah untuk mamaknya dan putri nya. Tiba ditengah jalan dimakan pengawalnya makanan itu yang tersisa tulang-tulangnya dan ampas kelapa. Ketika para pelayan tiba mamak raja sangat senang menyambut para pelayan sambil membuka bungkusan. Sayangnya saat dibuka isi bungkusan ternyata tinggal tulang-tulang (holi-holi). Sang mamak merasa terpukul dengan perlakuan sang Raja. Mamak raja pun marah.

Diambilalah semua peralatan dapur, dandang, panci, kuali ditangkaplah kucing satu lalu dibuatlah peralatan dapur itu sebagai gendang seperti acara pesta. Sambil menari-nari mamaknya berkata manong-nong tinggi raja (tenggelam lah tinggi raja). Mamaknya raja mengatakan itu karena merasa terhina atas perbuatan anaknya. Akhirnya keluarlah dari tanah air mendidih yang lama kelamaan akan menenggelamkan kampung tersebut. Hingga pada akhirnya jadilah itu kawah air panas” (wawancara personal, 1 Agustus 2014).


(18)

“selain itu ada bunga dengan empat warna berbeda. Sekarang bunga itu masih ada tetapi sulit untuk ditemui. Cerita bunga itu, bunga itu adalah jelmaan. Dan ada ritualnya kalau mau melihat bunga itu, yaitu dengan membawa ayam dan meminta dengan hati yang tulus maka bunga itu akan muncul. Warna bunga tersebut merah, kuning, putih dan ungu. Arti dari warna bunga itu adalah merah sebagai boru Purba, putih boru saragih, kuning boru Damanik, dan ungu boru Sitopu “ (wawancara personal, 1 Agustus 2014).

Berdasarkan hasil wawancara informal di atas, dapat diketahui bahwa ada cerita legenda terjadinya kawah putih tersebut. Cerita tersebut tentang suku Simalungun diperkampungan itu. Didasarkan adanya cerita tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti cagar alam kawah putih.

Cagar alam kawah putih ini adalah kawah putih yang asal usulnya dari budaya Simalungun yang ada di Sumatera Utara. Maka dari itu cagar alam ini harus dikembangkan menjadi objek wisata yang memiliki keindahan yang khas sehingga harus adanya perbaikan jalan menuju objek wisata itu, dan melakukan pengawasan dan perawatan terhadap objek wisata itu sendiri agar terlestarikan keindahannya dan menjadi daya tarik para wisatawan mancanegara.

Berdasarkan hal itu dan data dari wawancara tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat kertas karya tentang “Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Simalungun”.

1.2 Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya pengembangan kawah putih menjadi objek wisata di Tinggi Raja? 2. Bagaimana objek wisata kawah putih menjadi tujuan wisata di Tinggi Raja?

3. Bagaimana upaya dalam pengembangan objek wisata Tinggi Raja menjadi salah satu tujuan wisata?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Kertas karya ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan kawah putih menjadi objek wisata di Tinggi Raja

2. Untuk mengetahui bagaimana objek wisata kawah putih menjadi tujuan wisata di Tinggi Raja.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam pengembangan objek wisata Tinggi Raja menjadi salah satu tujuan wisata?

4.

1.4 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan dua metode penelitian yaitu:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data secara teoritis yang diperoleh dari pustaka berupa buku-buku ilmiah, majalah dan internet yang ada hubungannya dengan pembahasan judul kertas karya ini.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara penelitian langsung di lapangan dengan mewawancarai orang yang terkait di lingkungan sekitar dan mengadakan observasi.


(20)

1.5 Sistematika Penulisan

Kertas karya ini terdiri dari lima bab, yang setiap bab mencakup hal-hal sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian tentang alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Uraian Teoritis Tentang Kepariwisataan

Berisikan uraian teoritis tentang kepariwisataan yang meliputi pengertian pengembangan pariwisata, pengertian pengembangan objek wisata, tujuan dan asas pengembangan objek wisata, pengertian objek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana pariwisata, cagar alam dan sapta pesona wisata.

Bab III : Gambaran Umum Tinggi Raja

Bab ini menguraikan tentang kondisi geografis desa, letak dan luas daerah, peruntukkan dan manfaat lahan, kondisi sosial budaya, sarana dan prasarana, visi dan misi desa, tujuan dan sasaran.

Bab IV : Upaya Pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Simalungun

Bab ini menguraikan, upaya Kawah Putih Tinggi Raja sebagai objek wisata, upaya objek wisata Tinggi Raja, upaya Kawah Putih Tinggi Raja menjadi tujuan wisata.


(21)

Bab V : Penutup

Bab ini berisikan tentang simpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002), pengertian pengembangan adalah: Pertama, pengembangan adalah hal, cara atau hasil mengembangkan. Kedua, pengembangan adalah proses atau cara, perbuatan mengembangkan ke sasaran yang dikehendaki. Ditambahkan oleh Darminta (2002 : 474) pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna. Pengembangan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses atau perbuatan pengembangan dari belum ada, dari yang sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik.

Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat diartikan sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu:

1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.

2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata.

3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.


(23)

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan pembangunan di sektor lainnya. Maka di dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu. Dari pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu proses atau cara yang terjadi secara terus menerus, untuk menjadikan sesuatu objek tersebut menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kebutuhkan masyarakat secara keseluruhan.

Pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif maupun dampak negatif, maka diperlukannya perencanaan untuk menekan sekecil kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan. Spillane (1994 : 51-62) menjelaskan mengenai dampak positif maupun dampak negatif dari pengembangan pariwisata.

Dampak positif, yang diambil dari pengembangan pariwisata meliputi:

1. Penciptaan lapangan pekerjaan, di mana pada umumnya pariwisata merupakan industri padat karya di mana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan.

2. Sebagai sumber devisa negara.

3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, di sini pariwisata secara wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata.

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata meliputi:


(24)

1. Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability), khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.

2. Banyak kebocoran yang sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan percontohan dari pariwisata dan lainnya.

3. Polarisasi spasial dari industri pariwisata di mana perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lainnya.

2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata dapat diartikan suatu usaha atau cara yang dilakukan untuk membuat segala sesuatunya lebih baik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga menimbulkan perasaan senang, dengan demikian akan menarik wisatawan untuk berkunjung.

Pengembangan suatu objek wisata harus dapat menciptakan product style yang baik, diantaranya adalah:

1. Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun dipelajari. 2. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lainnya.

3. Tersedianya fasilitas wisata.

4. Dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi, telekomunikasi, transportasi dan sarana pendukung lainnya.


(25)

Pengembangan objek wisata pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu:

1. Pembinaan produk wisata

Merupakan usaha meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai unsur produk pariwisata seperti jasa akomodasi, jasa transportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel serta pelayanan di objek wisata.

Pembinaan tersebut dilakukan dengan berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan dan latihan, pengaturan dan pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan agar tercipta iklim persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan pelayanan.

2. Pembinaan masyarakat wisata

Adapun tujuan pembinaan masyarakat wisata adalah sebagai berikut:

a. Menggalakkan pemeliharaan segi-segi positif dari masyarakat yang langsung maupun tidak langsung yang bermanfaat bagi pengembangan pariwisata.

b. Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan pariwisata.

c. Pembinaan kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata,

3. Pemasaran terpadu

Dalam pemasaran pariwisata digunakan prinsip-prinsip paduan pemasaran terpadu yang meliputi:

a. Paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti atraksi seni budaya, hotel dan restoran yang harus ditumbuhkembangkan sehingga mampu bersaing dengan produk wisata lainnya.


(26)

b. Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada produk wisata yang melibatkan biro perjalanan, penerbangan, angkutan darat dan tour operator.

c. Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang baik sehingga dapat memberikan informasi tentang tersedianya produk yang menarik.

d. Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang diberikan kepada wisatawan harus baik sehingga produk wisata akan baik pula.

2.3 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata 2.3.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Tujuan pengembangan dari objek wisata ini adalah:

1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam 2. Meningkatkan pengembangan objek wisata 3. Memberikan nilai rekreasi

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan 5. Meningkatkan keuntungan

Ada dua keuntungan ekonomi dalam pengembangan objek wisata yaitu:

a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah:

 Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat pengangguran

 Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah

 Meningkatkan popularitas daerah


(27)

b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata

 Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut

 Meningkatkan gaji pegawai pengelolah objek wisata

 Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata

 Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi daerah objek wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang dikelolah.

 Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek wisata.

 Serta meningkatkan mutu aksessibilitas dan bahan-bahan promosi dalam pengembangan suatu objek wisata (Universitas Sumatera Utara, http://google.com).

2.3.2 Asas Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata didasarkan atas sebagai berikut:

1. Asas Pelestarian

Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak dikembangkan dan diarahkan

bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta kebugaran udara di daerah objek wisata tersebut.

2. Asas Manfaat

Penyelengaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat dan dampak praktis baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan maupun lingkungan (Universitas Sumatera Utara, http://google.com).


(28)

2.4 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.

Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu.

Dalam Undang- undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, flora, dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan komplek hiburan.

Objek dan daya tarik wisata menurut Direktoral Jenderal Pemerintah di bagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Objek Wisata Alam

Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya.

Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu:


(29)

b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau.

c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.

d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan.

2. Objek Wisata Sosial Budaya

Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukkan, dan kerajinan.

3. Objek Wisata Minat Khusus

Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru di kembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dan lain-lain.

Suatu daerah untuk menjadi Daerah Tujuan Wisata yang baik harus dikembangkan tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu:

a. Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di objek tersebut.


(30)

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, rileks berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut sehingga bisa

 

d. dijadikan sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1985:164).

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur penting untuk daerah tujuan wisata dan pihak lain harus dipikirkan bagaimana produk yang telah disiap dipasarkan dapat dibeli oleh wisatawan, karena itu perlu adanya persiapan:

1. Persiapan perjalanan bagi calon wisatawan, yaitu: informasi, reservasi, tiket, voucher, traveller check, dan barang-barang bawaan selama dalam perjalanan.

2. Kenderaan yang akan membawanya ke daerah tujuan. 3. Akomodasi, seperti hotel, mess, dan lain-lain

4. Bar dan restoran

5. Sarana-sarana lain yang dapat menunjang kelancaran kedatangan wisatawan seperti Kantor Pos, Kantor Telpon, Bank, Money Canger, dan lain-lain sarana yang berkaitan (Yoeti, 1983:168).


(31)

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas:

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. 5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan,

sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara–upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peranan para pengelola kawasan wisata. Dalam Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung PSDS tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities).

1. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain. Dalam Yoeti (1997:172) tourism disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah:


(32)

a. Benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural Amenities. Termasuk kelompok ini adalah:

- Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.

- Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air

terjun, dan gunung api.

- Hutan belukar. ·Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah

perburuan.

- Pusat- pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan

mandi lumpur. Di mana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit.

b. Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama).

c. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)

d. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajian tangan.

e. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain-lain.

f. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.

2. Aksesibilitas (accesibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk


(33)

melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesbilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana meliputi jaln, jembatan, terminal, stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain.

Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.

3. Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan.

Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah sebagai berikut :

a. Akomodasi Hotel b. Restoran

c. Air Bersih d. Komunikasi e. Hiburan f. Keamanan.


(34)

2.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan menurut Yoeti (1994 : 184) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepariwisataan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

Sarana kepariwisataan tersebut adalah:

a. Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow dan lai-lain

b. Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

c. Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut.

d. Toko-toko penjual cenderamata khas dari objek wisata tersebut yang mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas objek tersebut e. Dan lain-lain (Yoeti, 1985, p.185-186)

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.

Prasarana tersebut antara lain:

a. Perhubungan jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut termial b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.


(35)

c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, warnet dan lain-lain.

d. Pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

e. Pelayanan keamanan, baik itu pos satpam, penjaga objek wisata, maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.

f. Pelayanan wistawan, baik itu berupa pust informasi ataupun kantor pemandu wisata. g. Pom bensin

h. Dan lain-lain

Dalam pengembangan sebuah objek wisata, sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabilasuatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata

2.6 Cagar Alam

Cagar alam adalah suatu suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sebagai bagian dari kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat (http://id.wikipedia.org/wiki/Cagar_alam).


(36)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990:

1. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan

terhadap keutuhan kawasan suaka alam (mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lainnya tidak asli).

2. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran akan dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 tahum dan denda paling banyak Rp. 200.000.000

3. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelangaran terhadap ketentuan dipidana

dengan dipidana kurungan paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000.

2.7 Sapta Pesona Wisata

Sapta pesona adalah unsur yang penting dalam mengembangkan suatu objek wisata. Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah atau objek wisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan dalam perwujudan sapta pesona daerah tersebut. Sapta pesona merupakan tujuh kondisi yang harus diwujudkan dan dibudayakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai salah satu upaya untuk memperbesar daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia

Berikut tujuh unsur Sapta Pesona Indonesia tersebut:

1. Keamanan

Bertujuan menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya.

2. Ketertiban

Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan.


(37)

3. Kebersihan

Menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari kotoran, sampah, limbah maupun penyakit dan pencemaran.

4. Kesejukan

Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa ”betah” bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang.

5. Keindahan

Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan,

sehingga mendorong promosi ke kalangan pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang.

6. Keramah-tamahan

Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di ”rumah sendiri” bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.

7. Kenangan

Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk berkunjung ulang.


(38)

Untuk mewujudkan sapta pesona tersebut maka perlu kebijakan serta peran dari masyarakat untuk bersama-sama menciptakan hidup bersih, sehingga dapat memberi kesan yang baik bagi wisatawan yang mengunjungi. Serta sapta pesona sangat penting untuk mengembangan objek wisata.


(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA TINGGI RAJA

3.1 Letak dan Luas Desa

Desa Dolok Marawa terbentuk dari 6 (enam) Dusun, memiliki luas 811, 5 Ha, dengan perincian sebagai berikut:

1. Dusun Dolok Marawa I : 164 Ha 2. Dusun Dolok Marawa II : 154 Ha

3. Dusun Bahoan I : 97 Ha

4. Dusun Bahoan II : 111 Ha 5. Dusun Buttu Siattar : 200,5 Ha 6. Dusun Nagori Kasian : 81 Ha

Desa Dolok Marawa termasuk kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun. Berjarak 8 Km Barat dari kantor Camat Silou Kahean, dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan kehutanan

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dolok Saribu Bangun 3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Nagori Dolok

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kehutanan.

Desa Dolok Marawa berada pada ketinggian antara 400 m - 600 m di atas permukaan laut terletak di jalur lintas antara Kecamatan Kerapuh dengan Kecamatan Dolok Silou.


(40)

Cuaca yang terjadi setiap tahunnya yang muncul pada waktu- waktu tertentu terjadi pada, musim pancaroba terjadi di bulan Maret, April, Mei. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus, September. Musim hujan terjadi bulam Oktober, November, Desember, Januari, dan Februari.

Masalah yang terjadi pada saat musim-musim di atas sebagai berikut:

Table 3.1

No MASALAH POTENSI

1. Pada musim kemarau: a. Lahan Kekeringan

b. Pertumbuhan tanaman terganggu c. Jalan Berdebu

- Ada saran air minum (Gravitasi)

2. Pada musim pancaroba banyak warga terserang penyakit

- Puskesmas Pembantu - Bides (Bidan Desa) 3. Pada Musim Hujan

a. Jalan Berlumpur dan longsor b. Air meluap dari parit pasangan Sumber: Pangulu Dolok Marawa

3.2Peruntukkan dan Manfaat Lahan

Sebagaian besar lahan yang ada di Desa Dolok Marawa dimanfaatkan penduduk untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara rinci pemanfaatan lahan Desa Dolok Marawa dapat terlihat pada tabel berikut:


(41)

Table 3.2

No Peruntukkan Lahan Luas Presentase

1. Persawahan (tersier) 35 Ha 4,31 %

2. Tegalan / Perladangan 507,5819 Ha 62,55 %

3. Hutan Lindung 167 Ha 20,57 %

4. Perumahan / Pemukiman 13 Ha 1, 67 %

5. Kolam / Perikanan 10, 5 Ha 1,29 %

6. Perkantoran / Sarana Sosial A. Kantor Kepala Desa B. Puskesmas Pembantu C. 3 unit Gereja

D. 2 Unit Sekolah Dasar E. 1 Unit Musholla F. Jalan Umum G. Pertapakan GMI H. Pertapakan Paud

I. SAM ( Sarana air minum) J. 3 lokasi tanah wakaf

0,018 Ha 0,04 Ha 0,27 Ha 1,5 Ha 0,13 Ha 72 Ha 0,036 Ha 0,018 Ha 0,0061 Ha 4,5 Ha 0,002 % 0,004 % 0,033 % 0, 18 % 0,003 % 8,9 % 0,004 % 0,002 % 0,0007 % 0,5513 %

Total 811, 5 Ha 100 %

3.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Dolok Marawa merupakan Desa pertanian, maka hasil ekonomi warga dan mata pencaharian Desa Dolo Marawa secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya antara Rumah Tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang, dan kaya. Hal ini disebabkan, karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-beda pula, sebagian besar di sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh tani, petani sawah tanah hujan, perkebunan karet


(42)

dan sawit dan sebagian kecil di sektor formal seperti PNS, Honorer, guru, tenaga medis, dan lain-lain.

3.4 Keadaan Sosial Budaya

Kehidupan masyarakat Desa Dolok Marawa sangat kental dengan tradisi, upacara-upacara adat yang berhubungan dnegan siklus hidup manusia (lahir–dewasa/berumah tangga – mati). Kegotong-royongan masyarakat masih kuat, kebiasaan menjenguk orang sakit (tetangga/sanak family) masih dilakukan masyarakat.

Sehingga tradisi- tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Dolok Marawa dan hal tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan- benturan antar kelompok masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat tergolong cukup baik, terutama setelah adanya puskesmas pembantu. Keberadaan balita kurang gizi mulai berkurang selaras dengan baiknya perekonomian rakyat.

3.5Saran dan Prasarana

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Dolok Marawa secara garis besar adalah sebagai berikut:

Table 3.3 SARANA/

PRASARANA JUMLAH/ VOLUME KETERANGAN

Jalan Desa 12 Km Diaspal/ berlobang

Jalan Dusun 1, 8 Km Pengerasan

Jembatan 5 Unit Rusak Parah

Kantor Kepala Desa 1 Unit Layak Guna

Puskesmas Pembantu 1 Unit Butuh Rahab


(43)

TK/ PAUD 1 Unit Menompang Ruangan

Musholla 1 Unit Darurat

Gereja 3 Unit Layak

Sumber: Pangulu Dolok Marawa

Jaringan listrik dan PLN sudah tersedia do Desa Dolok Marawa, sehingga hampir seluruh masyarakat menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan. Bebearapa rumah tangga menggunakan PAM (perusahaan air minum) untuk kebutuhan sehari-harinya. Sehingga masalah air bersih di Desa Dolok Marawa tidak ada masalah.

3.6 Visi dan Misi Desa 3.6.1 Visi Desa Dolok Marawa

Visi pembangunan desa Dolok Marawa, tersebut mengandung makna bahwa pemerintah desa bersama masyarakat berkeinginan 5 (lima) tahun kedepan kehidupannya lebih sejahtera dan baik secara lahir maupun batin.

Desa Dolok Marawa mempunyai visi “BAJAI”

BA adalah Bangun, JAI adalah Jalan, I adalah Kami. Visi Desa Dolok Marawa ialah “Bangun Jalan Kami”.

3.6.2 Misi Desa Dolok Marawa

Bangun :

- Melihat, berbuat/ bergerak mencegah segala potensi yang ada. - Meningkat kan pembangunan


(44)

Jalan :

- Tempat berjalan nya sarana informasi

- Menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat desa Dolok Marawa.

Kami:

- Melestarikan kebersamaan dan gotong royong

- Mengajak masyarakat desa untuk ikut serta dalam hal pembangunan desa.

3.7 Tujuan dan Sasaran 3.7.1 Tujuan

Dalam hal ini tujuan merupakan penjabaran merupakan pernyataan misi Pemerintahan desa bersama masyarakat. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 tahun. Oleh karena itu, tujuan yang akam dirumuskan perlu memperhatikan misi pembangunan desa.

Table 3.4

No Misi Tujuan

1. Membangun tata Pemerintahan Desa yang baik dengan bersendikan pada prinsip keterbukaan, tanggung jawab, saling percaya, dan partisipasi masyarakat.

1. Mewujudkan

penyelengaraan Pemerintahan Desa dan Pelayanan kepada masyarakat secara berkualitas dan terpecaya.

2. Mewujudkan pola

kemitraan dan kebersamaan antara Pemerintahan Desa, Badan Perwakilan Desa, dan warga masyarakat.

3. Meningkat kan peran serta masyarakat dalam proses Pemerintahan dan pembangaunan Desa.


(45)

2. Meningkatkan kualitas hidup menuju kesejahteraan masyarakat desa secara berkelanjutan dan berkeadilan

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Terutama di bidang pendidikan/ keterampilan, kesehatan, dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

3. Mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, terutama di sektor pertanian dan perkebunan

Meningkatkan dan memperluas sumber-sumber perekonomian rakyat dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan.

Sumber: Pangulu Dolok Marawa

3.7.2 Sasaran

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuai yang akan dicapai atau dihasilkan oleh Pemerintah Desa dalam rangka jangka waktu 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan, atau hanya dalam waktu 1 (satu) tahun.

Sasaran meletakkan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau kinerja pemerintah desa. Keberadaan sasaran menjamin keberhasilan pelaksanaan keseluruhan stakeholders desa.


(46)

BAB IV

UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA KAWAH PUTIH TINGGI RAJA SEBAGAI OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SIMALUNGUN

4.1 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja

Dalam upaya pengembangan kawah putih Tinggi Raja masih didalam tahap proses. Dimana kawah putih Tinggi Raja saat ini merupakan kawasan cagar alam. Yang artinya masih dilindungi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dan merupakan suaka margasatwa. Sehingga pihak Kecamatan maupun pihak Kabupaten tidak bisa menyentuhnya untuk dikelolah, dikerjakan, dan diolah menjadi kawasan wisata. Selain itu, melalui kepala desa Dolok Marawa sudah diusulkan bahwasannya meminta adanya pembebasan seluas lebih kurang 67 hektar dari luas sebesar 202 hektar. Semua usulan itu sudah disetujui oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan sudah sampai di Kementerian Kehutanan Republik Indonesia yang berada di Jakarta. Dengan tercapainya tujuan untuk pembebasan lahan kurang lebih 67 hektar, pihak Kecamatan dan Kabupaten Simalungun akan memperbaiki semua sarana dan prasarana yang ada.

Mulai dari kondisi jalan yang rusak, jalan kepemandian yang curam akan disemen, akan dibuat kamar mandi, kamar ganti dan sebagainya. Untuk saat ini yang berperan untuk pengembangan kawah putih Tinggi Raja adalah masyarakat setempat. Masyarakat setempat bersama-sama bergotong royong untuk membangun semua fasilitas yang ada di kawah putih Tinggi Raja yang 2(dua) tahun belakangan ini ramai dikunjungi. Fasilitas seadanya yang dibuat oleh masyarakat setempat semakin ramai dikunjungi para wisatawan local maupun


(47)

wisatawan asing. Puncak kepadatan yang mengunjungi kawah putih Tinggi Raja pada hari Sabtu dan Minggu, serta hari besar lainnya, seperti Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.

Fasilitas yang dibuat masyarakat setempat seperti tempat parkir, pemandu wisata, kamar ganti, kamar mandi, tempat berjualan, jembatan serta pondok-pondok untuk foto dan pondok untuk beristirahat. Apabila ada wisatawan yang datang dari negara lain, seperti Jepang, Francis, China, dan Belgia biasanya disambut oleh pemandu yang ada di sekitar objek wisata. Meskipun turis tersebut membawa Guide (pemandu wisata) sendiri, mereka harus memakai jasa pemandu wisata lokal. Karena pemandu wisata lokal lebih mengenal seluk beluknya kawah putih tersebut. untuk membayar jasa pemandu wisata lokal tergantung kita masing-masing memberikannya.

Dalam upaya kawah putih Tinggi Raja menjadi objek wisata yang kini berkembang pesat, tidak lepas dari campur tangan TNI yang rela memperbaiki jalan dan jembatan sehingga kini kawah putih Tinggi Raja terkenal, dan masyarakat juga sangat berperan penting dalam upaya ini.

4.2Upaya Objek Wisata Kawah Putih Tinggi Raja

Dalam dunia pariwisata faktor penunjang untuk menjadikan suatu objek menjadi suatu kawasan wisata adalah sarana dan prasarana yang ada di sekitar objek tersebut. Sarana dan prasarana dalam suatu objek wisata sangat mendukung untuk menjadikan kawasan itu menjadi objek yang diminati para wisatawan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu fasilitas pendukung agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung akan menambah nilai kunjungan wisatawan.


(48)

Sarana dan prasarana menujuh kawasan wisata kawah putih Tinggi Raja masih perlunya perbaikkan yang layak. Sarana dan prasarana di kawah putih Tinggi Raja baru 2 (dua) tahun belakangan ini berkembang karena karya bakti Tentara dan masyarakat yang bergotong-royong membangun kawasan wisata alam ini.

Sarana yang ada di sekitar objek hanya lah pondok-pondok sederhana serta Prasarana, seperti infrastruktur atau akses jalan menujuh kawah putih Tinggi Raja masih dikategorikan masih terjal. Apabila terjadi hujan akan terjadinya longsor karena didaerah tersebut masih alami dan masih banyak pepohonan serta kondisi tanah yang rawan akan longsor.

Bahkan bahaya untuk dilewati kendaraan roda empat. Sarana dan prasaran yang ada disekitar kawah putih masih seadanya. Karena kawah putih Tinggi Raja belum menjadi kawasan wisata dan belum bisa dikelolah. Karena kawah putih Tinggi Raja masih menjadi kawasan yang dilindungi keberadaannya. Sarana dan prasarana yang ada di Kawah Putih Tinggi Raja seperti: tempat parkir, kamar ganti, kamar mandi, pemandu wisata, tempat berjualan, serta pondok-pondok disekitar kawah putih hanya inisiatif masyarakat setempat untuk membuat sarana tersebut.

Biaya dari semua fasilitas cukup murah. Pengunjung akan dikenakan biaya kontribusi, biaya nya Rp.1000 perorangan, tempat parkir Rp.5000, kamar ganti dan kamar mandi Rp.2000, pondok keluarga Rp.10.000 sampai Rp.20.000, dan pondok untuk berfoto serta akses jembatan hanya membayar Rp.1000 perorang. Karena masih didalam kawasan yang masih dilindungi, masyarakat tidak bisa melakukan hal lebih.


(49)

Apabila sewaktu-waktu warung masyarakat diangkut, pihak masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa, dan sudah dilarang Dinas Pariwisata dan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA).

4.3 Upaya Kawah Putih Tinggi Raja Menjadi Tujuan Wisata

Upaya perkembangan yang terjadi 2 (dua) tahun belakangan ini, pihak bupati, kecamatan Silou Kahean, kepala desa, maupun masyarakat setempat telah membuktikan bahwasannya kawah putih Tinggi Raja mampu menjadi salah satu tujuan wisata yang diminati para wisatawan local maupun macanegara. Kawah putih Tinggi Raja mempunyai keunikan, sejarah, serta suasana yang masih asri yang membuat kawasan ini menjadi tujuan wisata. Dan telah dibuktikan bahwa kawah putih Tinggi Raja layak menjadi kawasan pariwisata. Karena mampu menarik perhatian para wisatawan untuk mengunjunginya. Bukan hanya melihat kawah putih, kawah biru saja, melainkan dapat menikmati dinginnya air dari sungai Bak Balakbak yang mengalir, sambil melihat pemandangan Stalaktit (endapan kapur yang menggantung), dan sepanjang jalan sungai Bak Balakbak ada terdapat Gua Kalelawar.

Sejalan dengan ini, sudah banyak yang telah dilakukan terhadap upaya pengembangan kawah putih Tinggi Raja ini, mulai dari permohonan pembebasan lahan, karya bakti para Militer, serta antusias masyarakat setempat untuk membangun sarana dan perasarana. Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya menjadikan kawah putih ini menjadi tujuan wisata. Kendala-kendala yang terjadi pertama, Infrastruktur atau akses jalan. Akses jalan dari Sergai Bedagai sampai markas pusat masih sangat butuh adanya perbaikkan. Tetapi dibandingkan kondisi jaman dahulu dengan sekarang sangat banyak perkembangan. Dikarenakan adanya karja bakti yang dilakukan pihak Oknum TNI yang bekerja sama untuk memperbaiki jalan yang rusak. Sehingga wisatawan mulai banyak mengunjungi kawah putih Tinggi Raja. Kedua, Tidak bisa dikelolah. Dikarena masih dikuasai di bawah pengawasan Dinas


(50)

Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Tetapi pihak kecamatan dan kabupaten sudah meminta untuk pembebasan lahan sebanyak 67 hektar untuk dijadikan kawasan objek wisata.

Banyak harapan yang ingin dicapai pihak kabupaten, kecamatan, desa, maupun masyarakat sendiri apabila kawasan kawah putih diberikan kebebasan untuk dijadikan kawasan pariwisata. Akses jalan dan sarana lainnya akan dibangun dengan layak. Dengan dijadikannya kawah putih Tinggi Raja menjadi kawasan pariwisata, kebersihan sekitar kawah harus diperhatikan agar tidak menghilangkan keasrian dari kawah putih Tinggi Raja, serta keamanan. Dengan sarana dan prasarana yang mendukung, dapat dipastikan nilai kunjungan wisatawan meningkat. Serta dengan berkembangnya kawah putih Tinggi Raja ini akan menambah devisa negara dan masyarakat setempat agar lebih sejahtera.


(51)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Potensi yang dimiliki Kawah Putih Tinggi Raja layak dijadikan kawasan pariwisata. Dimana kawah putih Tinggi Raja memiliki daya tarik tersendiri, mulai dari legenda, bunga Tinggi Raja yang langka, air kawah yang berubah-ubah, serta objek yang lainnya. Peran pemerintah, serta masyarakat terus berupaya untuk menjadikan kawah putih Tinggi Raja menjadi kawasan wisata. Salah satu upaya yang telah ditunjukan bahwa Kawah Putih Tinggi Raja mampu menjadi kawasan wisata pertama, akses jalan sudah ada perubahan dibanding pada zaman dahulu, sarana yang dibangun oleh masyarakat, dan permohonan pembebasan lahan sudah dilayangkan. Peran pemerintah mempunyai posisi sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan kebijakan-kebijakan apa saja yang akan dilakukan kedepannya. Masyarakat merupakan penunjang utama dan memiliki perasan penting dalam upaya pengembangan Kawah Putih Tinggi Raja menjadi salah satu tujuan wisata. Masyarakat juga dapat bekerjasama dalam menjaga kelestarian kawasan wisata dan menciptakan suasana dan kondisi yang harmonis dalam kegiatan kepariwisataan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya dunia pariwisata agar menambah nilah kunjungan wisatawan. Serta mampu memberikan pelayanan yang baik bagi wisatawan.


(52)

5.2Saran

1. Pengawasan yang dilakukan masyarakat dalam menjaga kawasan cagar alam sehingga Kawah Putih dapat tertata dengan rapi.

2. Agar masyarakat dan wisatawan peduli terhadap lingkungan Kawah Putih Tinggi Raja untuk menyediakan tempat sampah disekitar Kawah, sehingga Kawah Putih Tinggi Raja terlihat bersih.

3. Pemerintah dan masyarakat diharapkan memberikan peringatan kepada wisatawan, agar dapat menjaga kelestarian sekitar kawah dan supaya tidak terjadi kebakaran akibat wisatawan sembarangan membuang putung rokok.

4. Diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama untuk mengembangkan dan menciptakan kawasan wisata Kawah Putih Tinggi Raja agar lebih baik lagi sesuai dengan apa yang diharapkan.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukum.unsrat.ac.id

http://repository.usu.ac.id, oleh ZH. Nasution 2012

http://elib.unikom.ac.id

http://google.com

http://wikipedia,org/wiki/Cagar_Alam

http://wikipedia.org/wiki/Sapta_pesona

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simalungun

http://repository.usu.ac.id

Kecamatan Kabupaten Silau Kahean, Data-data kepariwisataan Kabupaten

Silau Kahean. Simalungun

Pangulu Tinggi Raja, Data-data geografis Desa Marawa. Simalungun

R.S Damardjati, 2002 Istilah-istilah Dunia Pariwisata : Jakarta


(54)

LAMPIRAN 1. Data Informan

1. Nama : Belman Saragih

Alamat : Negeri Dolok

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : PNS

Lama tinggal dilokasi : 30 tahun

2. Nama : Saida Purba

Alamat : Tinggi Raja, Desa Dolok Marawa

Umur : 49 tahun

Pekerjaan : PNS


(55)

3. Nama : Prindo Purba

Alamat : Negeri Dolok

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Lama tinggal dilokasi : 20 tahun

4. Nama : Binsar Purba

Alamat : Tinggi Raja Desa Dolok Marawa

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta


(56)

DOKUMENTASI

Gambar 1

Simpang Pos polisi menujuh Tinggi Raja

Gambar 2


(57)

Gambar 3

Objek wisata Kawah Putih Tinggi Raja

Gambar 4


(58)

Gambar 5

Kawah Putih, Tinggi Raja

Gambar 6


(59)

Gambar 7

Kawah Hijau paska kebakaran.

Gambar 8 Semburan air belerang


(60)

Gambar 9

Pemandangan Stalaktit (endapan kapur yang menggantung)

Gambar 10


(61)

Gambar 11

Pemandangan stalaktit menggalir di sungai Bah Balakbak.

Gambar 12


(62)

Gambar 13 Kondisi Jalan

Gambar 14 Kondisi Jalan


(1)

Gambar 3

Objek wisata Kawah Putih Tinggi Raja

Gambar 4


(2)

Gambar 5

Kawah Putih, Tinggi Raja

Gambar 6


(3)

Gambar 7

Kawah Hijau paska kebakaran.

Gambar 8 Semburan air belerang


(4)

Gambar 9

Pemandangan Stalaktit (endapan kapur yang menggantung)

Gambar 10


(5)

Gambar 11

Pemandangan stalaktit menggalir di sungai Bah Balakbak.

Gambar 12


(6)

Gambar 13 Kondisi Jalan

Gambar 14 Kondisi Jalan