Cara pembuatan: Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air massa 1. Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan natrium metabisulfit dan trietanolamin diaduk sampai larut massa II.
Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari buah pepino
digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum apel dan gerus hingga homogen.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979
3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas sediaan meliputi: pecah tidaknya sediaan, pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sediaan.
Cara: Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah dibuat, dan setelah penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu yang
dilakukan pada temperatur kamar
3.5.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu
ditimbang 1 gram sediaan larutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH
konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 2003.
3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Cara: Sebanyak 100 mg sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan amati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi ma Ditjen POM, 1985.
3.5.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan
lihat perubahan yang terjadi berupa eritema, papula, vesikula dan edema Ditjen
POM, 1985.
3.5.6 Penetuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan mengunakan dua buah tutup plastik berdiameter 4,5 cm yang
dirangkai seperti yang terlihat pada Lampiran 8. Cara:
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup
pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,
kemudian diletakkan pada eksikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi, kain kasa dijahit, dimasukkan silica gel dibalikkan, diletakkan di atas pot plastik
kemudian wadah pot plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan. Wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah
menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah dioleskan sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat
melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatip transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan
bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudian segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan
untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2 dan blanko sebagai kontrol, dan pengujian yang tanpa diolesi sediaan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1 Homogenitas sediaan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan
yang sama juga dilakukan terhadap sedian pembanding yaitu formula gliserin 2 dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada
keping kaca.
4.1.2 Stabilitas sediaan
Menurut Ansel 1989, suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari pada globul-globul bulatan-bulatan dari fase terdispersi.
Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.
Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan anti oksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau
mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penyimpanan 12 minggu pada konsentrasi 2, 4, 6, 8. dan 10,
menunjukkan kondisi yang stabil. Namun pada konsentrasi 12 mengalami oksidasi yang ditandai dengan perubahan bau dan warna disertai pecahnya emulsi.
Hal uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: