Pemanfaatan Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) pada Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Mas Cyprinus carpio
ABSTRACT
DINA SILMINA. Utilization of Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) in feed on growth of Common Carp Cyprinus carpio. Supervised by Mia Setiawati dan Dedi Jusadi.
High production costs of aquaculture is due to high feed prices, because the feedstuffs are still imported. To overcome this, it is necessary to find alternative feedstuffs, one of them is Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) which is a by-product of ethanol production process. This study aims to find out the optimal utilization of DDGS in the amount of feed on growth performance (daily growth rate, feed efficiency, protein retention, and lipid retention) and DDGS digestibility of Cyprinus carpio. The carp size used is 11.01±0.29 g. The maintenance container used is aquarium with a dimension 50x40x35 cm as many 12 with stocking density 10 fish per aquarium. The main feedstuffs used in the composition are fish meal, soybean meal, DDGS, and pollard. Feed consists of four feed with isonitrogenous and isocalorie; 0%, 25%, 50%, and 75% of DDGS. The results show that utilization of DDGS with different level provide a significantly different effect on protein retention with the most optimal level in 25% DDGS 43,54±3,2% (P<0,05) and not significantly different on lipid retention. Feed with 0% and 25% DDGS don’t give a significantly different effect on daily growth rate with optimal value 1.87±0.1%. Feed efficiency in the treatment of 25% DDGS don’t differ significantly with feed 0% DDGS. Survival rates of all the treatments are 100%. Based on the research conducted, it can be concluded that the ulitization of 25% DDGS in feed of common carp give the optimal level on protein retention, daily growth rate, and feed efficiency. Digestibility of DDGS for common carp is 56,40%.
(2)
1
I.
PENDAHULUAN
Ikan mas merupakan jenis ikan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan karena harganya yang relatif murah dan pertumbuhan yang cepat. Harga ikan mas di pasar nasional berkisar Rp. 15.000–16.500 per kilogram (Trobos, 2010). Namun terdapat kendala dalam kegiatan budidaya ikan mas, yaitu harga pakan yang tinggi sekitar Rp. 6.000 per kg. Biaya produksi ikan mas sangat tinggi karena harga pakan yang tinggi namun harga ikan mas di pasaran relatif murah. Hal tersebut merupakan masalah yang harus secepatnya diselesaikan agar kegiatan budidaya yang dilakukan mendapat keuntungan yang maksimal.
Harga pakan yang mahal disebabkan bahan baku pakan yang digunakan masih didatangkan dari luar negeri. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan bahan baku alternatif dengan harga yang lebih terjangkau yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku pakan agar biaya produksi pakan dapat diminimalkan. Bahan baku tersebut dapat berasal dari bahan baku hewani maupun nabati. Adapun syarat yang harus dipenuhi sebagai bahan baku pakan ikan adalah mengandung nutrien yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan, bahan baku tersebut tidak berkompetisi dengan kepentingan manusia, berbasis limbah, jumlah melimpah, dan tidak mengandung hazard material (Suprayudi, 2010). Berdasarkan persyaratan tersebut, maka Distillers Dried Grains with Solubles
(DDGS) dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan. DDGS merupakan hasil samping industri penyulingan etanol yang berbahan dasar jagung. Pada proses pembuatan etanol terdapat residu yang diperoleh setelah jagung yang telah digiling dan difermentasikan oleh ragi Saccharomyces cerevisiae mengalami proses destilasi. Residu tersebut kemudian dipadatkan dan dikeringkan hingga menjadi 75% dari bobot awal. DDGS dapat berfungsi sebagai sumber protein maupun energi (Hertrampf dan Pascual, 2000). Ketersediaan DDGS diperkirakan akan bertambah seiring bertambahnya produksi etanol. Pada tahun 2006, produksi etanol berbahan dasar jagung di Indonesia mencapai 634.500 ton (Hidayat, 2006).
(3)
2 Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah optimal DDGS pada pakan ikan terhadap kinerja pertumbuhan (laju pertumbuhan harian, retensi protein, retensi lemak, dan efisiensi pakan) serta kecernaan DDGS pada ikan mas
(4)
3
II. BAHAN DAN METODE
2.1Pakan Uji
Pada penelitian ini digunakan empat perlakuan pakan buatan isonitrogenous dan isokalori dengan kadar DDGS yang berbeda. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pakan A : pakan dengan DDGS 0% 2. Pakan B : pakan dengan DDGS 25% 3. Pakan C : pakan dengan DDGS 50% 4. Pakan D : pakan dengan DDGS 75%
Langkah awal dalam pembuatan pakan adalah analisis bahan baku penyusun pakan tersebut. Hasil analisis proksimat bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Setelah kandungan nutrisi bahan baku diketahui, maka dibuat formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan. Pakan penelitian ini dibuat dengan mencampurkan seluruh bahan pakan sesuai dengan komposisi pakan pada Tabel 2. Setelah itu, bahan dicetak dan dikeringkan dengan oven. Kemudian pakan yang telah dibuat dianalisis proksimat untuk mengetahui pemenuhan target protein, rasio energi protein, dan jumlah energi pakan. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1. Hasil proksimat bahan baku pakan
Bahan kadar air kadar abu* protein* lemak* serat kasar* BETN*
Tepung ikan 9,46 26,45 62,38 6,85 1,03 3,29
Bungkil Kedelai 10,63 7,68 49,80 2,17 2,65 37,69
DDGS 12,24 5,73 27,77 9,57 8,41 48,52
Pollard 9,08 4,00 14,41 3,46 8,18 69,95
(5)
4 Tabel 2. Komposisi pakan perlakuan
Bahan Baku
Pakan Perlakuan / % DDGS
0% 25% 50% 75%
Tepung Ikan 8,15 8,15 8,15 8,15
DDGS - 25,20 50,40 75,61
Pollard 59,00 43,00 27,30 11,54
Bungkil Kedelai 29,00 19,80 10,30 0,85
Minyak Jagung 0,50 0,50 0,50 0,50
Minyak Ikan 0,25 0,25 0,25 0,25
Vitamin dan mineral mix 0,30 0,30 0,30 0,30
lysin+metionin (1:1) 0,80 0,80 0,80 0,80
Sagu 2,00 2,00 2,00 2,00
total (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 3. Hasil proksimat pakan perlakuan
Parameter pakan perlakuan / % DDGS
0% 25% 50% 75%
Kadar air (%) 9,06 12,43 11,15 11,27
Lemak (%) 8,68 8,33 10,33 12,91
Protein (%) 28,03 28,35 27,53 27,76
Serat kasar (%) 6,82 5,48 7,56 6,55
Kadar Abu (%) 6,95 6,76 6,28 6,49
BETN 46,30 44,26 42,31 40,37
GE (kkal/100 g) 428,41 418,56 424,71 442,37
C/P 15,28 14,76 15,43 15,94
Keterangan :
*GE = Gross Energy (Watanabe, 1988)
1 gram protein = 5,6 kkal GE 1 gram karbohidrat/BETN = 4,1 kkal GE 1 gram lemak = 9,4 kkal GE ** C = energi, P = Protein
2.2Pemeliharaan ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan mas yang memiliki bobot awal rata-rata 11,01±0,29 g. Sebelum perlakuan dilakukan, ikan uji diadaptasikan selama tujuh hari dan setelah itu dipuasakan selama 24 jam guna menghindari stres ketika dilakukan sampling awal. Pemeliharaan ikan uji selama penelitian dilakukan 40 hari. Sampling bobot ikan dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan. Wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu akuarium berukuran 50x40x35 cm sebanyak 12 buah. Ikan uji yang ditebar berjumlah 10 ekor per akuarium. Sistem pengelolaan air yang digunakan yaitu resirkulasi
(6)
5 dengan ketinggian air 30 cm pada tiap akuarium. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.30 WIB. Pengamatan harian dilakukan dengan mencatat jumlah konsumsi pakan, jumlah dan bobot ikan yang mati. Skema dan tata letak akuarium dapat dilihat pada Gambar 1.
C2 A3 B3 A1 D2 CI
Keterangan :
A, B, C, D = Label pakan perlakuan,
A : pakan 0% DDGS; B : pakan 25% DDGS; C : pakan 50% DDGS; D : pakan 75% DDGS T = Tandon
1,2,3 = Ulangan perlakuan
Gambar 1. Tata letak akuarium penelitian.
2.3 Analisis Kimia
2.3.1 Analisis kimia pakan perlakuan
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan dan pakan perlakuan. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu, air, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Keseluruhan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis proksimat untuk protein kasar dilakukan dengan metode Kjeldahl, lemak dengan metode Soxchlet dan metode Folch, abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600 0C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven bersuhu 105-110 0C (Watanabe, 1988). Prosedur analisis proksimat pakan dan ikan dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.3.2 Analisis kecernaan DDGS
Pada penelitian ini juga dilakukan uji kecernaan DDGS. Pakan yang digunakan pada uji kecernaan adalah pakan acuan (reference diet) yaitu 100% pakan tanpa DDGS dan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% DDGS. Pakan uji ditambahkan Cr2O3 sebanyak 0,6%. Pada hari kelima
A2 D1 B2 D3 B1 A2
(7)
6 setelah hewan uji diberi pakan uji, feses ikan mulai dikumpulkan kemudian disimpan dalam botol film. Feses yang sudah terkumpul tersebut disimpan dalam lemari pendingin guna menjaga kesegarannya, untuk kemudian dianalisis kandungan kromnya.
Pengumpulan feses dilakukan selama dua minggu pemeliharaan. Feses yang telah terkumpul dikeringkan di dalam oven bersuhu 110 0C selama 4-6 jam. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan protein dan Cr2O3 terhadap pakan dan
feses. Pengukuran kadar Cr2O3 dalam feses menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 350 nm. Prosedur analisis krom selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.4Parameter yang Diuji
2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)
Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan.
2.4.2 Retensi Protein (RP)
Nilai retensi protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut : RP = [(FP-I)/P] x 100%
Keterangan :
RP = Retensi protein (%)
FP = Jumlah protein ditubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah protein ditubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
2.4.3 Retensi Lemak (RL)
Nilai retensi lemak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
RL = [(FL-I)/L] x 100%
Keterangan :
RL = Retensi lemak (%)
FL = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) L = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)
(8)
7 2.4.4 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pengukuran LPH ikan uji dihitung menggunakan persamaan berikut:
α = � ���� - 1 x 100% Keterangan:
α = Laju pertumbuhan harian
Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
Wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
2.4.5 Efisiensi Pakan (EP)
Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
EP = {[(Wt + D) – Wo] / F} x 100%
Keterangan :
EP = Efisiensi pakan (%)
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
Wo = Rata-rata bobot awal pemeliharaan (g)
D = Bobot ikan mati (g)
2.4.6 Kelangsungan Hidup (survival rate, SR)
Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:
SR = [Nt / No] x 100%
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)
2.4.7 Kecernaan bahan
Parameter kecernaan yang diukur adalah kecernaan bahan yang dikemukakan oleh Watanabe (1988), yaitu terdiri atas 100% pakan acuan (reference diet) dan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% bahan yang akan diuji kecernaannya, dalam hal ini adalah DDGS. Nilai kecernaan bahan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kecernaan protein = 100-[100 -a/a’ x b/b’] Kecernaan total = [1 - a/a’] x 100%
(9)
8 Kecernaan bahan = (ADT–0,7 AD) / 0,3
Keterangan : a = % Cr2O3 dalam pakan
a’ = % Cr2O3 dalam feses
b = % nutrien dalam pakan b’ = % nutrien dalam feses ADT = nilai kecernaan pakan uji AD = nilai kecernaan pakan acuan
2.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 pakan perlakuan dengan 3 ulangan. Seluruh data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.
(10)
3
II. BAHAN DAN METODE
2.1Pakan Uji
Pada penelitian ini digunakan empat perlakuan pakan buatan isonitrogenous dan isokalori dengan kadar DDGS yang berbeda. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pakan A : pakan dengan DDGS 0% 2. Pakan B : pakan dengan DDGS 25% 3. Pakan C : pakan dengan DDGS 50% 4. Pakan D : pakan dengan DDGS 75%
Langkah awal dalam pembuatan pakan adalah analisis bahan baku penyusun pakan tersebut. Hasil analisis proksimat bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Setelah kandungan nutrisi bahan baku diketahui, maka dibuat formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan. Pakan penelitian ini dibuat dengan mencampurkan seluruh bahan pakan sesuai dengan komposisi pakan pada Tabel 2. Setelah itu, bahan dicetak dan dikeringkan dengan oven. Kemudian pakan yang telah dibuat dianalisis proksimat untuk mengetahui pemenuhan target protein, rasio energi protein, dan jumlah energi pakan. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1. Hasil proksimat bahan baku pakan
Bahan kadar air kadar abu* protein* lemak* serat kasar* BETN*
Tepung ikan 9,46 26,45 62,38 6,85 1,03 3,29
Bungkil Kedelai 10,63 7,68 49,80 2,17 2,65 37,69
DDGS 12,24 5,73 27,77 9,57 8,41 48,52
Pollard 9,08 4,00 14,41 3,46 8,18 69,95
(11)
4 Tabel 2. Komposisi pakan perlakuan
Bahan Baku
Pakan Perlakuan / % DDGS
0% 25% 50% 75%
Tepung Ikan 8,15 8,15 8,15 8,15
DDGS - 25,20 50,40 75,61
Pollard 59,00 43,00 27,30 11,54
Bungkil Kedelai 29,00 19,80 10,30 0,85
Minyak Jagung 0,50 0,50 0,50 0,50
Minyak Ikan 0,25 0,25 0,25 0,25
Vitamin dan mineral mix 0,30 0,30 0,30 0,30
lysin+metionin (1:1) 0,80 0,80 0,80 0,80
Sagu 2,00 2,00 2,00 2,00
total (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 3. Hasil proksimat pakan perlakuan
Parameter pakan perlakuan / % DDGS
0% 25% 50% 75%
Kadar air (%) 9,06 12,43 11,15 11,27
Lemak (%) 8,68 8,33 10,33 12,91
Protein (%) 28,03 28,35 27,53 27,76
Serat kasar (%) 6,82 5,48 7,56 6,55
Kadar Abu (%) 6,95 6,76 6,28 6,49
BETN 46,30 44,26 42,31 40,37
GE (kkal/100 g) 428,41 418,56 424,71 442,37
C/P 15,28 14,76 15,43 15,94
Keterangan :
*GE = Gross Energy (Watanabe, 1988)
1 gram protein = 5,6 kkal GE 1 gram karbohidrat/BETN = 4,1 kkal GE 1 gram lemak = 9,4 kkal GE ** C = energi, P = Protein
2.2Pemeliharaan ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan mas yang memiliki bobot awal rata-rata 11,01±0,29 g. Sebelum perlakuan dilakukan, ikan uji diadaptasikan selama tujuh hari dan setelah itu dipuasakan selama 24 jam guna menghindari stres ketika dilakukan sampling awal. Pemeliharaan ikan uji selama penelitian dilakukan 40 hari. Sampling bobot ikan dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan. Wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu akuarium berukuran 50x40x35 cm sebanyak 12 buah. Ikan uji yang ditebar berjumlah 10 ekor per akuarium. Sistem pengelolaan air yang digunakan yaitu resirkulasi
(12)
5 dengan ketinggian air 30 cm pada tiap akuarium. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.30 WIB. Pengamatan harian dilakukan dengan mencatat jumlah konsumsi pakan, jumlah dan bobot ikan yang mati. Skema dan tata letak akuarium dapat dilihat pada Gambar 1.
C2 A3 B3 A1 D2 CI
Keterangan :
A, B, C, D = Label pakan perlakuan,
A : pakan 0% DDGS; B : pakan 25% DDGS; C : pakan 50% DDGS; D : pakan 75% DDGS T = Tandon
1,2,3 = Ulangan perlakuan
Gambar 1. Tata letak akuarium penelitian.
2.3 Analisis Kimia
2.3.1 Analisis kimia pakan perlakuan
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan dan pakan perlakuan. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu, air, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Keseluruhan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis proksimat untuk protein kasar dilakukan dengan metode Kjeldahl, lemak dengan metode Soxchlet dan metode Folch, abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600 0C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven bersuhu 105-110 0C (Watanabe, 1988). Prosedur analisis proksimat pakan dan ikan dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.3.2 Analisis kecernaan DDGS
Pada penelitian ini juga dilakukan uji kecernaan DDGS. Pakan yang digunakan pada uji kecernaan adalah pakan acuan (reference diet) yaitu 100% pakan tanpa DDGS dan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% DDGS. Pakan uji ditambahkan Cr2O3 sebanyak 0,6%. Pada hari kelima
A2 D1 B2 D3 B1 A2
(13)
6 setelah hewan uji diberi pakan uji, feses ikan mulai dikumpulkan kemudian disimpan dalam botol film. Feses yang sudah terkumpul tersebut disimpan dalam lemari pendingin guna menjaga kesegarannya, untuk kemudian dianalisis kandungan kromnya.
Pengumpulan feses dilakukan selama dua minggu pemeliharaan. Feses yang telah terkumpul dikeringkan di dalam oven bersuhu 110 0C selama 4-6 jam. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan protein dan Cr2O3 terhadap pakan dan
feses. Pengukuran kadar Cr2O3 dalam feses menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 350 nm. Prosedur analisis krom selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.4Parameter yang Diuji
2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)
Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan.
2.4.2 Retensi Protein (RP)
Nilai retensi protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut : RP = [(FP-I)/P] x 100%
Keterangan :
RP = Retensi protein (%)
FP = Jumlah protein ditubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah protein ditubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
2.4.3 Retensi Lemak (RL)
Nilai retensi lemak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
RL = [(FL-I)/L] x 100%
Keterangan :
RL = Retensi lemak (%)
FL = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) L = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)
(14)
7 2.4.4 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pengukuran LPH ikan uji dihitung menggunakan persamaan berikut:
α = � ���� - 1 x 100% Keterangan:
α = Laju pertumbuhan harian
Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
Wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
2.4.5 Efisiensi Pakan (EP)
Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
EP = {[(Wt + D) – Wo] / F} x 100%
Keterangan :
EP = Efisiensi pakan (%)
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
Wo = Rata-rata bobot awal pemeliharaan (g)
D = Bobot ikan mati (g)
2.4.6 Kelangsungan Hidup (survival rate, SR)
Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:
SR = [Nt / No] x 100%
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)
2.4.7 Kecernaan bahan
Parameter kecernaan yang diukur adalah kecernaan bahan yang dikemukakan oleh Watanabe (1988), yaitu terdiri atas 100% pakan acuan (reference diet) dan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% bahan yang akan diuji kecernaannya, dalam hal ini adalah DDGS. Nilai kecernaan bahan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kecernaan protein = 100-[100 -a/a’ x b/b’] Kecernaan total = [1 - a/a’] x 100%
(15)
8 Kecernaan bahan = (ADT–0,7 AD) / 0,3
Keterangan : a = % Cr2O3 dalam pakan
a’ = % Cr2O3 dalam feses
b = % nutrien dalam pakan b’ = % nutrien dalam feses ADT = nilai kecernaan pakan uji AD = nilai kecernaan pakan acuan
2.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 pakan perlakuan dengan 3 ulangan. Seluruh data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.
(16)
9
DDGS
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1Hasil
3.1.1Kinerja pertumbuhan
Perubahan biomassa rata-rata ikan mas yang diberi empat komposisi pakan dengan persen DDGS berbeda, (0%, 25%, 50%, dan 75%) selama 40 hari masa pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2. Perubahan biomassa rata-rata yang terdapat pada perlakuan 25% DDGS, yaitu dari 109,78 g pada awal pemeliharaan menjadi 231,98 g di akhir pemeliharaan atau memiliki laju pertumbuhan harian sebesar 1,87±0,1%. Pakan 0% DDGS mengalami penambahan biomassa rata-rata yaitu dari 108,56 g menjadi 205,23 g dengan laju pertumbuhan harian 1,58±0,29%. Perubahan biomassa rata-rata pakan perlakuan 50% DDGS yaitu dari 111,12 g di awal pemeliharaan menjadi 176,42 g di akhir pemeliharaan dengan laju pertumbuhan harian 1,16±0,09%. Sedangkan perubahan biomassa rata-rata terendah terjadi pada perlakuan 75% DDGS yaitu dengan laju pertumbuhan harian 0,6±0,09%, dari 110,86 g menjadi 140,88 g (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan persen DDGS berbeda memperlihatkan adanya perbedaan pertumbuhan pada ikan uji. Secara keseluruhan, hasil penelitian pada berbagai parameter uji yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 2. Biomassa rata-rata ikan mas pada awal dan akhir pemeliharaan selama 40 hari. 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
kontrol 25 % 50 % 75 %
awal pemeliharaan akhir pemeliharaan B iom a ss a (g) B iom a ss a (g) 176,42 0%
Keterangan : Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).
c
a b
a
205,25
231,98
(17)
10 Tabel 4. Jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), dan kelangsungan hidup (survival rate, SR) selama masa pemeliharaan
Parameter Pakan Perlakuan / % DDGS
0 25 50 75
JKP (g) 184,31±7,68a 199,15±2,63a 186,91±11,35a 153,84±15,53b RP (%) 30,85±5,99b 43,54±3,2a 34,54±2,8b 20,82±3,26c RL (%) 28,76±19,53a 32,26±18,79a 30,82±18,58a 15,59±8,41a LPH (%) 1,58±0,29a 1,87±0,1a 1,16±0,09b 0,6±0,09c EP (%) 52,3±12,51a 61,35±5,63a 35,05±4,16b 19,81±4,85c
SR (%) 100 100 100 100
Keterangan : Nilai yang tertera merupakan nilai rata rata ± standar deviasi. Huruf superskrip di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan DDGS dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap parameter jumlah konsumsi pakan, retensi protein, laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan. Sedangkan penggunaan DDGS dengan dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05) terhadap parameter retensi lemak dan tingkat kelangsungan hidup ikan.
3.1.2 Kecernaan
Kecernaan merupakan parameter penting untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bahan digunakan sebagai bahan baku pakan. Hasil uji kecernaan seperti yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pakan acuan (reference diet) memiliki kecernaan protein 92,91% dan kecernaan total 66,08%. Sedangkan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% DDGS memiliki nilai kecernaan protein 82,87% dan kecernaan total 63,17%. Kecernaan bahan DDGS pada ikan mas yaitu 56,40%.
Tabel 5. Kecernaan protein, kecernaan total, dan kecernaan DDGS pada ikan mas
Pakan
Kecernaan (%)
Protein Total Bahan
Pakan uji 82,87 63,17 56,40
Pakan acuan 92,91 66,08
3.2Pembahasan
Bahan penyusun pakan perlakuan terdiri atas empat jenis bahan baku utama, yaitu DDGS, bungkil kedelai (soybean meal, SBM), tepung ikan, dan pollard.
(18)
11 Penggunaan pakan berbasis bahan baku DDGS dalam jumlah berbeda menunjukkan adanya perbedaan kinerja pertumbuhan ikan uji, yang ditunjukkan oleh perbedaan jumlah konsumsi pakan, retensi protein,laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan (Tabel 4; p<0,05). Jumlah konsumsi pakan ikan mas selama 40 hari masa pemeliharaan yang diberi DDGS 25% dan 50% mengindikasikan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan pakan tanpa DDGS, yaitu 184,31-199,15 g (p>0,05). Sedangkan ikan mas yang diberi pakan 75% DDGS memiliki JKP terendah (p<0,05), yaitu 153,84±15,53g. Jumlah konsumsi pakan yang rendah dapat dikarenakan persen penggunaan DDGS yang terlalu banyak sehingga diduga menurunkan palatibilitas pakan. Palatabilitas pakan untuk ikan biasanya terkait dengan atraktan yang dapat berupa bau atau aroma. Pada pakan 75% DDGS ini diduga memiliki bau atau aroma dari DDGS yang cukup kuat sehingga pakan tidak disukai ikan.
Protein merupakan suatu molekul kompleks yang terdiri atas asam amino non esensial dan esensial. Protein berperan penting dalam pembentukan jaringan dan pertumbuhan bagi organisme (NRC, 1993). Ikan menggunakan protein secara efisien sebagai sumber energi (Lovell, 1989). Retensi protein secara tidak langsung menggambarkan jumlah protein pakan yang dikonsumsi dan digunakan untuk membangun jaringan protein tubuh (Halver, 1989). Nilai retensi protein pada penelitian ini berkisar 20,82-43,53%, sedangkan Ardani (2009) menyatakan bahwa retensi protein ikan mas yang diberi penambahan tapioka berkisar 23,42-28,52%. Nilai retensi protein ini terkait dengan kecernaan protein dari pakan uji berbasis DDGS pada ikan mas, yaitu 82,87% (Tabel 5). Watanabe (1988) menyebutkan bahwa nilai kecernaan protein DDGS pada ikan rainbow trout yaitu 85%. Nilai retensi protein pada penelitian ini berbeda nyata antar perlakuan (p<0,05). Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai retensi protein yang paling optimum terdapat pada perlakuan 25% DDGS, yaitu 43,53±3,2%. Hal ini menunjukkan pada pakan 25% DDGS dengan energi pakan 418,56 kkal/100 g pakan (c/p 14,76) bahwa protein yang dikonsumsi digunakan dengan baik untuk membangun jaringan tubuh ikan yang berupa protein. Selain itu, kedekatan susunan asam amino yang terdapat dalam pakan dan tubuh juga mempengaruhi
(19)
12 penyerapan nutrien oleh ikan mas. Susunan asam amino pada pakan berbasis DDGS dan tubuh ikan mas dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12.
Lemak merupakan sumber energi dan asam lemak esensial yang sangat penting dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Lemak berperan dalam penyerapan vitamin-vitamin yang larut dalam minyak (NRC, 1993). Lemak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan (Halver, 1989). DDGS selain sumber protein juga mengandung lemak 9,57% (Tabel 1). Menurut Hertrampf dan Pascual (2000), DDGS mengandung lemak sekitar 10%. Lemak yang terdapat dalam pakan perlakuan berkisar 8,68–12,91% (Tabel 3). Kandungan lemak ini sesuai dengan kebutuhan ikan mas seperti yang dinyatakan oleh Webster dan Lim (2002) kebutuhan lemak ikan mas berkisar 5–15%. Nilai retensi lemak yang diperoleh berkisar 15,59-32,26%. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi kandungan DDGS, kandungan lemak pakan semakin tinggi namun nilai retensi lemak sama pada setiap perlakuan (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa lemak dalam pakan perlakuan digunakan sebagai sumber energi. Energi yang berasal dari lemak merupakan protein sparring effect. Webster dan Lim (2002) menyatakan bahwa ikan mas merupakan ikan omnivor yang dapat memanfaatkan lemak dan karbohidrat secara efektif sebagai sumber energi pakan. Penyerapan lemak dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh kecernaan total pakan. Kecernaan total menggambarkan kecernaan nutrien sumber energi. Nilai kecernaan total pakan uji DDGS pada ikan mas yaitu 63,67%. Nilai ini menggambarkan bahwa sebanyak 63,67% nutrien pakan tercerna oleh ikan, yang salah satunya adalah lemak. Abdillah (2009) menyatakan bahwa kecernaan total pakan uji DDGS pada ikan lele yaitu 76,46±0,16%. Nilai energi total (gross energy, GE) yang terkandung dalam pakan penelitian ini berkisar 418,56-442,37 kkal/100 g pakan dengan c/p berkisar 14,76-15,94. Webster dan Lim (2002) menyatakan rasio energi per protein pakan yang optimal bagi pertumbuhan ikan mas yaitu 10,33. Nilai c/p pada pakan penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan energi optimal bagi ikan mas. Halver (1989) menyatakan bahwa energi yang berlebih pada pakan dapat menyebabkan ikan kenyang sebelum menyerap protein, vitamin, mineral, dan nutrien lain yang terdapat dalam pakan sehingga dapat mengganggu pertumbuhan.
(20)
13 Pertumbuhan didefinisikan sebagai korelasi antara peningkatan bobot tubuh dalam interval waktu tertentu. Pertumbuhan maksimum merupakan peningkatan bobot dan ukuran yang dipengaruhi oleh komposisi nutrisi yang optimal (Watanabe, 1988). Laju pertumbuhan harian pada penelitian ini berkisar 0,6-1,87%. Laju pertumbuhan harian pada pakan 25% DDGS tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan laju pertumbuhan harian pada pakan 0% DDGS. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan 25% DDGS memiliki pertumbuhan yang sama dengan pakan 0% DDGS. Ikan akan mengalami pertumbuhan jika terdapat kelebihan energi untuk maintenance, karena ikan akan menggunakan energi untuk memenuhi kebutuhan utamanya untuk hidup dan mengganti jaringan-jaringan yang rusak terlebih dahulu, dan jika telah terpenuhi maka kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan ikan mas yang dipelihara selama 90 hari dengan perlakuan penambahan tepung tapioka dapat mencapai laju pertumbuhan harian sebesar 1,74% (Ardani, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kandungan DDGS dalam pakan walaupun pakan isonitrogenous dan isokalori maka semakin kecil pertumbuhan ikan. Hal tersebut disebabkan ikan memiliki keterbatasan dalam pemanfaatan bahan nabati karena bahan nabati memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Keterbatasan tersebut terkait dengan ikan yang tidak memiliki enzim pengurai selulosa yang berfungsi memecah serat kasar (NRC, 1993). Murni et al. (2008) menyatakan bahwa serat kasar merupakan komponen penyusun dinding sel, dan dinding sel merupakan struktur pembungkus nutrien, oleh karena itu ikan harus mengurai komponen serat kasar terlebih dahulu agar nutrien yang terdapat dalam dinding sel dapat dimanfaatkan. Ikan membutuhkan energi yang cukup besar untuk memecah serat kasar tersebut, sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan lambat.
Efisiensi pakan yang diperoleh berkisar 19,81-61,35%. Nilai tersebut tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada perlakuan 0%, 25%, dan 50% DDGS, sedangkan pakan perlakuan 75% DDGS dengan nilai 19,81±4,85% memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap efisiensi pakan (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pakan berbasis DDGS berbanding lurus dengan efisiensi pakan. Efisiensi pakan menggambarkan
(21)
14 banyaknya pakan yang dikonsumsi ikan yang selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan ikan.
Nilai kelangsungan hidup ikan pada semua perlakuan adalah 100%. Nilai kelangsungan hidup yang sempurna disebabkan ikan mengonsumsi pakan perlakuan sehingga kebutuhan energi ikan untuk maintenance terpenuhi walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda serta ditunjang dengan manajemen kualitas air yang baik selama masa pemeliharaan. Analisis parameter kualitas air pada awal dan akhir masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 13.
(22)
15
IV.
KESIMPULAN
Pemanfaatan 25% DDGS dalam pakan ikan mas memberikan hasil yang paling optimum pada parameter retensi protein, laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan. Nilai kecernaan DDGS pada ikan mas yaitu 56,40%.
(23)
PEMANFAATAN
DISTILLERS DRIED GRAINS WITH
SOLUBLES
(DDGS) PADA PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN MAS
Cyprinus carpio
DINA SILMINA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
(24)
ABSTRAK
DINA SILMINA. Pemanfaatan Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) pada Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Mas Cyprinus carpio. Dibimbing oleh Mia Setiawati dan Dedi Jusadi.
Biaya produksi ikan budidaya yang tinggi disebabkan harga pakan yang tinggi, karena bahan baku pakan yang digunakan masih didatangkan dari luar negeri. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan bahan baku alternatif yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku pakan. Salah satunya adalah Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) yang merupakan hasil samping industri penyulingan etanol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah optimal DDGS pada pakan ikan terhadap kinerja pertumbuhan (laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein, dan retensi lemak) serta kecernaan DDGS pada ikan mas Cyprinus carpio. Ikan mas yang digunakan berukuran 11,01±0,29 g. Wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu akuarium berukuran 50x40x35 cm sebanyak 12 buah dengan padat tebar ikan 10 ekor per akuarium. Bahan baku utama yang digunakan dalam komposisi pakan yaitu tepung ikan, soybean meal
(SBM), DDGS, dan pollard. Penelitian ini menggunakan empat perlakuan pakan buatan isonitrogenous dan isokalori dengan kadar DDGS yang berbeda, yaitu 0%, 25%, 50%, dan 75% DDGS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan DDGS dengan kadar yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap retensi protein dan optimal pada 25% DDGS yaitu 43,54±3,2% (P<0,05), namun tidak berbeda nyata pada retensi lemak. Pakan 0% dan 25% DDGS tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada parameter laju pertumbuhan harian, dengan nilai tertinggi 1,87±0,1%. Efisiensi pakan pada perlakuan 25% DDGS tidak berbeda nyata dengan pakan tanpa DDGS. Tingkat kelangsungan hidup ikan pada semua perlakuan 100%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan 25% DDGS dalam pakan ikan mas memberikan hasil yang paling optimum pada parameter retensi protein, laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan. Nilai kecernaan DDGS pada ikan mas yaitu 56,40%.
Kata kunci : ikan mas, DDGS, pakan
(25)
ABSTRACT
DINA SILMINA. Utilization of Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) in feed on growth of Common Carp Cyprinus carpio. Supervised by Mia Setiawati dan Dedi Jusadi.
High production costs of aquaculture is due to high feed prices, because the feedstuffs are still imported. To overcome this, it is necessary to find alternative feedstuffs, one of them is Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) which is a by-product of ethanol production process. This study aims to find out the optimal utilization of DDGS in the amount of feed on growth performance (daily growth rate, feed efficiency, protein retention, and lipid retention) and DDGS digestibility of Cyprinus carpio. The carp size used is 11.01±0.29 g. The maintenance container used is aquarium with a dimension 50x40x35 cm as many 12 with stocking density 10 fish per aquarium. The main feedstuffs used in the composition are fish meal, soybean meal, DDGS, and pollard. Feed consists of four feed with isonitrogenous and isocalorie; 0%, 25%, 50%, and 75% of DDGS. The results show that utilization of DDGS with different level provide a significantly different effect on protein retention with the most optimal level in 25% DDGS 43,54±3,2% (P<0,05) and not significantly different on lipid retention. Feed with 0% and 25% DDGS don’t give a significantly different effect on daily growth rate with optimal value 1.87±0.1%. Feed efficiency in the treatment of 25% DDGS don’t differ significantly with feed 0% DDGS. Survival rates of all the treatments are 100%. Based on the research conducted, it can be concluded that the ulitization of 25% DDGS in feed of common carp give the optimal level on protein retention, daily growth rate, and feed efficiency. Digestibility of DDGS for common carp is 56,40%.
(26)
PEMANFAATAN
DISTILLERS DRIED GRAINS WITH
SOLUBLES
(DDGS) PADA PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN MAS
Cyprinus carpio
DINA SILMINA
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
(27)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PEMANFAATAN DISTILLERS DRIED GRAINS WITH SOLUBLES
(DDGS) PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS
Cyprinus carpio
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
DINA SILMINA C14070060
(28)
PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pemanfaatan Distillers Dried Grains with Solubles
(DDGS) pada Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Mas
Cyprinus carpio
Nama : Dina Silmina
NIM : C14070060
Departemen : Budidaya Perairan
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Mia Setiawati, M.Si Dr. Dedi Jusadi
NIP. 1964102 6 199203 2001 NIP. 19621026 198803 1 001
Diketahui,
Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc. NIP. 195912221986011001
(29)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah nutrisi ikan, dengan judul ”Pemanfaatan Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) pada Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Mas
Cyprinus carpio”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Mia Setiawati dan Dr. Dedi Jusadi selaku dosen pembimbing serta Dr. Widanarni sebagai penguji tamu. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih pada laboran dan teknisi Laboratorium Nutrisi Ikan; Bpk Wasjan, Mba Retno, mas Yosi; Teman-teman satu Lab ; Gebbie, Dhilah, Wira, Injonc, Azis, Tina, Asep, Fery, Retno, Adit, Ridha, teman-teman BDP 44, 43, 45, 46, teman-teman kosan Assakinah ; Ana,
Wiwit, Diah, Ana 45, Mar’ah, Irma, Nita, Nenah, Elis, Achi, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penelitian ini. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada ibunda, ayahanda dan adik-adik penulis atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Oktober 2011
(30)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 26 Maret 1989 dari ayah Syaiful Maimun dan ibu Kastaniah Ismail. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 52 Jakarta dan lulus tahun 2007. Penulis lulus seleksi masuk IPB pada tahun yang sama melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis pernah magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara dan Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Fisika Kimia Perairan semester genap 2009/2011, Manajemen Kualitas Air semester ganjil 2010/2011, Nutrisi Ikan semester genap 2011/2012, Teknologi Plankton, Benthos, dan Alga semester genap 2011/2012, dan Teknolgi Pemberian dan Pembuatan Pakan Ikan semester ganjil 2011/2012. Selain itu penulis aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2009/2010. Penulis juga mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2009/2010 yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) di bidang penerapan teknologi yang berjudul “Penerapan Teknologi Corong McDonald Berbasis Modifikasi Galon Bekas sebagai Wadah Inkubasi Telur yang Murah, Efektif, dan Efisien pada Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius sp.)” dan PKM karya tulis ilmiah
yang berjudul “Deteksi Koi Herpes Virus (KHV) dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR)”. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan
menulis skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Distillers Dried Grains with Solubles (DDGS) pada Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Mas Cyprinus carpio”.
(31)
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR LAMPIRAN ... iv I. PENDAHULUAN ... 1 II. BAHAN DAN METODE... 3 2.1 Pakan Uji ..………... 3 2.2 Pemeliharaan Ikan Uji .………. ... 4 2.3 Analisis Kimia ... 5 2.4 Parameter Uji ... 6
2.5 Analisis Data ……… 8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9 3.1 Hasil ……... 9 3.1.1 Kinerja pertumbuhan ... ……. 9 3.1.2 Kecernaan ... 10
3.2 Pembahasan ………. 10
IV. KESIMPULAN ………..... 15 DAFTAR PUSTAKA ... 16 LAMPIRAN ... 17
(32)
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil proksimat bahan baku pakan ……… 3
2. Komposisi pakan perlakuan ... 4 3. Hasil proksimat pakan perlakuan ... 4 4. Jumlah konsumsi pakan (JKP), efisiensi pakan (EP), laju
pertumbuhan harian (LPH), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), dan kelangsungan hidup (survival rate, SR) selama masa
pemeliharaan……….…………... 10
5. Kecernaan protein, kecernaan total, dan kecernaan DDGS pada
(33)
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Tata letak akuarium penelitian ... 5 2. Biomassa rata-rata ikan mas pada awal dan akhir pemeliharaan
selama 40 hari ……… 9
(34)
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Prosedur analisis proksimat ……… 18
1.1 Prosedur analisis kadar air ………... 18
1.2 Prosedur analisis kadar abu ……….. 18
1.3 Prosedur analisis serat kasar ... 19
1.4 Prosedur analisis protein ……….. 20
1.5Prosedur analisis kadar lemak ………. 21
2. Prosedur analisis krom ……….. 22
3. Jumlah konsumsi pakan selama masa pemeliharaan... 23
4. Hasil proksimat tubuh ikan mas ……… 23
5. Perhitungan retensi protein ikan mas ……… 24
6. Perhitungan retensi lemak ikan mas ………. 26
7. Kecernaan protein, kecernaan total, dan kecernaan DDGS pada
ikan mas ……….... 27
8. Laju pertumbuhan harian ikan mas selama masa pemeliharaan …... 27
9. Efisiensi pakan ikan mas ……… 28
10. Kelangsungan hidup ikan mas selama masa pemeliharaan ... 29 11. Susunan asam amino esensial pada 1 kg pakan perlakuan berbasis
DDGS dan tubuh ikan mas ……… 29
12. Susunan asam amino esensial dalam 1 kg pakan 25% DDGS dan
tubuh ikan mas………. 29
(35)
1
I.
PENDAHULUAN
Ikan mas merupakan jenis ikan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan karena harganya yang relatif murah dan pertumbuhan yang cepat. Harga ikan mas di pasar nasional berkisar Rp. 15.000–16.500 per kilogram (Trobos, 2010). Namun terdapat kendala dalam kegiatan budidaya ikan mas, yaitu harga pakan yang tinggi sekitar Rp. 6.000 per kg. Biaya produksi ikan mas sangat tinggi karena harga pakan yang tinggi namun harga ikan mas di pasaran relatif murah. Hal tersebut merupakan masalah yang harus secepatnya diselesaikan agar kegiatan budidaya yang dilakukan mendapat keuntungan yang maksimal.
Harga pakan yang mahal disebabkan bahan baku pakan yang digunakan masih didatangkan dari luar negeri. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan bahan baku alternatif dengan harga yang lebih terjangkau yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku pakan agar biaya produksi pakan dapat diminimalkan. Bahan baku tersebut dapat berasal dari bahan baku hewani maupun nabati. Adapun syarat yang harus dipenuhi sebagai bahan baku pakan ikan adalah mengandung nutrien yang dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan, bahan baku tersebut tidak berkompetisi dengan kepentingan manusia, berbasis limbah, jumlah melimpah, dan tidak mengandung hazard material (Suprayudi, 2010). Berdasarkan persyaratan tersebut, maka Distillers Dried Grains with Solubles
(DDGS) dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan. DDGS merupakan hasil samping industri penyulingan etanol yang berbahan dasar jagung. Pada proses pembuatan etanol terdapat residu yang diperoleh setelah jagung yang telah digiling dan difermentasikan oleh ragi Saccharomyces cerevisiae mengalami proses destilasi. Residu tersebut kemudian dipadatkan dan dikeringkan hingga menjadi 75% dari bobot awal. DDGS dapat berfungsi sebagai sumber protein maupun energi (Hertrampf dan Pascual, 2000). Ketersediaan DDGS diperkirakan akan bertambah seiring bertambahnya produksi etanol. Pada tahun 2006, produksi etanol berbahan dasar jagung di Indonesia mencapai 634.500 ton (Hidayat, 2006).
(36)
2 Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah optimal DDGS pada pakan ikan terhadap kinerja pertumbuhan (laju pertumbuhan harian, retensi protein, retensi lemak, dan efisiensi pakan) serta kecernaan DDGS pada ikan mas
(37)
3
II. BAHAN DAN METODE
2.1Pakan Uji
Pada penelitian ini digunakan empat perlakuan pakan buatan isonitrogenous dan isokalori dengan kadar DDGS yang berbeda. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pakan A : pakan dengan DDGS 0% 2. Pakan B : pakan dengan DDGS 25% 3. Pakan C : pakan dengan DDGS 50% 4. Pakan D : pakan dengan DDGS 75%
Langkah awal dalam pembuatan pakan adalah analisis bahan baku penyusun pakan tersebut. Hasil analisis proksimat bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Setelah kandungan nutrisi bahan baku diketahui, maka dibuat formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan. Pakan penelitian ini dibuat dengan mencampurkan seluruh bahan pakan sesuai dengan komposisi pakan pada Tabel 2. Setelah itu, bahan dicetak dan dikeringkan dengan oven. Kemudian pakan yang telah dibuat dianalisis proksimat untuk mengetahui pemenuhan target protein, rasio energi protein, dan jumlah energi pakan. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1. Hasil proksimat bahan baku pakan
Bahan kadar air kadar abu* protein* lemak* serat kasar* BETN*
Tepung ikan 9,46 26,45 62,38 6,85 1,03 3,29
Bungkil Kedelai 10,63 7,68 49,80 2,17 2,65 37,69
DDGS 12,24 5,73 27,77 9,57 8,41 48,52
Pollard 9,08 4,00 14,41 3,46 8,18 69,95
(38)
4 Tabel 2. Komposisi pakan perlakuan
Bahan Baku
Pakan Perlakuan / % DDGS
0% 25% 50% 75%
Tepung Ikan 8,15 8,15 8,15 8,15
DDGS - 25,20 50,40 75,61
Pollard 59,00 43,00 27,30 11,54
Bungkil Kedelai 29,00 19,80 10,30 0,85
Minyak Jagung 0,50 0,50 0,50 0,50
Minyak Ikan 0,25 0,25 0,25 0,25
Vitamin dan mineral mix 0,30 0,30 0,30 0,30
lysin+metionin (1:1) 0,80 0,80 0,80 0,80
Sagu 2,00 2,00 2,00 2,00
total (%) 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 3. Hasil proksimat pakan perlakuan
Parameter pakan perlakuan / % DDGS
0% 25% 50% 75%
Kadar air (%) 9,06 12,43 11,15 11,27
Lemak (%) 8,68 8,33 10,33 12,91
Protein (%) 28,03 28,35 27,53 27,76
Serat kasar (%) 6,82 5,48 7,56 6,55
Kadar Abu (%) 6,95 6,76 6,28 6,49
BETN 46,30 44,26 42,31 40,37
GE (kkal/100 g) 428,41 418,56 424,71 442,37
C/P 15,28 14,76 15,43 15,94
Keterangan :
*GE = Gross Energy (Watanabe, 1988)
1 gram protein = 5,6 kkal GE 1 gram karbohidrat/BETN = 4,1 kkal GE 1 gram lemak = 9,4 kkal GE ** C = energi, P = Protein
2.2Pemeliharaan ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan mas yang memiliki bobot awal rata-rata 11,01±0,29 g. Sebelum perlakuan dilakukan, ikan uji diadaptasikan selama tujuh hari dan setelah itu dipuasakan selama 24 jam guna menghindari stres ketika dilakukan sampling awal. Pemeliharaan ikan uji selama penelitian dilakukan 40 hari. Sampling bobot ikan dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan. Wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu akuarium berukuran 50x40x35 cm sebanyak 12 buah. Ikan uji yang ditebar berjumlah 10 ekor per akuarium. Sistem pengelolaan air yang digunakan yaitu resirkulasi
(39)
5 dengan ketinggian air 30 cm pada tiap akuarium. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.30 WIB. Pengamatan harian dilakukan dengan mencatat jumlah konsumsi pakan, jumlah dan bobot ikan yang mati. Skema dan tata letak akuarium dapat dilihat pada Gambar 1.
C2 A3 B3 A1 D2 CI
Keterangan :
A, B, C, D = Label pakan perlakuan,
A : pakan 0% DDGS; B : pakan 25% DDGS; C : pakan 50% DDGS; D : pakan 75% DDGS T = Tandon
1,2,3 = Ulangan perlakuan
Gambar 1. Tata letak akuarium penelitian.
2.3 Analisis Kimia
2.3.1 Analisis kimia pakan perlakuan
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan dan pakan perlakuan. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu, air, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Keseluruhan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Analisis proksimat untuk protein kasar dilakukan dengan metode Kjeldahl, lemak dengan metode Soxchlet dan metode Folch, abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600 0C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven bersuhu 105-110 0C (Watanabe, 1988). Prosedur analisis proksimat pakan dan ikan dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.3.2 Analisis kecernaan DDGS
Pada penelitian ini juga dilakukan uji kecernaan DDGS. Pakan yang digunakan pada uji kecernaan adalah pakan acuan (reference diet) yaitu 100% pakan tanpa DDGS dan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% DDGS. Pakan uji ditambahkan Cr2O3 sebanyak 0,6%. Pada hari kelima
A2 D1 B2 D3 B1 A2
(40)
6 setelah hewan uji diberi pakan uji, feses ikan mulai dikumpulkan kemudian disimpan dalam botol film. Feses yang sudah terkumpul tersebut disimpan dalam lemari pendingin guna menjaga kesegarannya, untuk kemudian dianalisis kandungan kromnya.
Pengumpulan feses dilakukan selama dua minggu pemeliharaan. Feses yang telah terkumpul dikeringkan di dalam oven bersuhu 110 0C selama 4-6 jam. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan protein dan Cr2O3 terhadap pakan dan
feses. Pengukuran kadar Cr2O3 dalam feses menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 350 nm. Prosedur analisis krom selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.4Parameter yang Diuji
2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)
Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan.
2.4.2 Retensi Protein (RP)
Nilai retensi protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut : RP = [(FP-I)/P] x 100%
Keterangan :
RP = Retensi protein (%)
FP = Jumlah protein ditubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah protein ditubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)
2.4.3 Retensi Lemak (RL)
Nilai retensi lemak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
RL = [(FL-I)/L] x 100%
Keterangan :
RL = Retensi lemak (%)
FL = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)
I = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) L = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)
(41)
7 2.4.4 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Pengukuran LPH ikan uji dihitung menggunakan persamaan berikut:
α = � ���� - 1 x 100% Keterangan:
α = Laju pertumbuhan harian
Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
Wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)
t = Lama waktu pemeliharaan (hari)
2.4.5 Efisiensi Pakan (EP)
Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
EP = {[(Wt + D) – Wo] / F} x 100%
Keterangan :
EP = Efisiensi pakan (%)
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
Wo = Rata-rata bobot awal pemeliharaan (g)
D = Bobot ikan mati (g)
2.4.6 Kelangsungan Hidup (survival rate, SR)
Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:
SR = [Nt / No] x 100%
Keterangan :
SR = Survival rate (%)
Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)
2.4.7 Kecernaan bahan
Parameter kecernaan yang diukur adalah kecernaan bahan yang dikemukakan oleh Watanabe (1988), yaitu terdiri atas 100% pakan acuan (reference diet) dan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% bahan yang akan diuji kecernaannya, dalam hal ini adalah DDGS. Nilai kecernaan bahan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kecernaan protein = 100-[100 -a/a’ x b/b’] Kecernaan total = [1 - a/a’] x 100%
(42)
8 Kecernaan bahan = (ADT–0,7 AD) / 0,3
Keterangan : a = % Cr2O3 dalam pakan
a’ = % Cr2O3 dalam feses
b = % nutrien dalam pakan b’ = % nutrien dalam feses ADT = nilai kecernaan pakan uji AD = nilai kecernaan pakan acuan
2.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 pakan perlakuan dengan 3 ulangan. Seluruh data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.
(43)
9
DDGS
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1Hasil
3.1.1Kinerja pertumbuhan
Perubahan biomassa rata-rata ikan mas yang diberi empat komposisi pakan dengan persen DDGS berbeda, (0%, 25%, 50%, dan 75%) selama 40 hari masa pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2. Perubahan biomassa rata-rata yang terdapat pada perlakuan 25% DDGS, yaitu dari 109,78 g pada awal pemeliharaan menjadi 231,98 g di akhir pemeliharaan atau memiliki laju pertumbuhan harian sebesar 1,87±0,1%. Pakan 0% DDGS mengalami penambahan biomassa rata-rata yaitu dari 108,56 g menjadi 205,23 g dengan laju pertumbuhan harian 1,58±0,29%. Perubahan biomassa rata-rata pakan perlakuan 50% DDGS yaitu dari 111,12 g di awal pemeliharaan menjadi 176,42 g di akhir pemeliharaan dengan laju pertumbuhan harian 1,16±0,09%. Sedangkan perubahan biomassa rata-rata terendah terjadi pada perlakuan 75% DDGS yaitu dengan laju pertumbuhan harian 0,6±0,09%, dari 110,86 g menjadi 140,88 g (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan persen DDGS berbeda memperlihatkan adanya perbedaan pertumbuhan pada ikan uji. Secara keseluruhan, hasil penelitian pada berbagai parameter uji yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 2. Biomassa rata-rata ikan mas pada awal dan akhir pemeliharaan selama 40 hari. 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
kontrol 25 % 50 % 75 %
awal pemeliharaan akhir pemeliharaan B iom a ss a (g) B iom a ss a (g) 176,42 0%
Keterangan : Huruf yang berbeda pada grafik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).
c
a b
a
205,25
231,98
(44)
10 Tabel 4. Jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), dan kelangsungan hidup (survival rate, SR) selama masa pemeliharaan
Parameter Pakan Perlakuan / % DDGS
0 25 50 75
JKP (g) 184,31±7,68a 199,15±2,63a 186,91±11,35a 153,84±15,53b RP (%) 30,85±5,99b 43,54±3,2a 34,54±2,8b 20,82±3,26c RL (%) 28,76±19,53a 32,26±18,79a 30,82±18,58a 15,59±8,41a LPH (%) 1,58±0,29a 1,87±0,1a 1,16±0,09b 0,6±0,09c EP (%) 52,3±12,51a 61,35±5,63a 35,05±4,16b 19,81±4,85c
SR (%) 100 100 100 100
Keterangan : Nilai yang tertera merupakan nilai rata rata ± standar deviasi. Huruf superskrip di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan DDGS dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap parameter jumlah konsumsi pakan, retensi protein, laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan. Sedangkan penggunaan DDGS dengan dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05) terhadap parameter retensi lemak dan tingkat kelangsungan hidup ikan.
3.1.2 Kecernaan
Kecernaan merupakan parameter penting untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bahan digunakan sebagai bahan baku pakan. Hasil uji kecernaan seperti yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pakan acuan (reference diet) memiliki kecernaan protein 92,91% dan kecernaan total 66,08%. Sedangkan pakan uji (test diet), yang terdiri dari 70% pakan acuan dan 30% DDGS memiliki nilai kecernaan protein 82,87% dan kecernaan total 63,17%. Kecernaan bahan DDGS pada ikan mas yaitu 56,40%.
Tabel 5. Kecernaan protein, kecernaan total, dan kecernaan DDGS pada ikan mas
Pakan
Kecernaan (%)
Protein Total Bahan
Pakan uji 82,87 63,17 56,40
Pakan acuan 92,91 66,08
3.2Pembahasan
Bahan penyusun pakan perlakuan terdiri atas empat jenis bahan baku utama, yaitu DDGS, bungkil kedelai (soybean meal, SBM), tepung ikan, dan pollard.
(45)
11 Penggunaan pakan berbasis bahan baku DDGS dalam jumlah berbeda menunjukkan adanya perbedaan kinerja pertumbuhan ikan uji, yang ditunjukkan oleh perbedaan jumlah konsumsi pakan, retensi protein,laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan (Tabel 4; p<0,05). Jumlah konsumsi pakan ikan mas selama 40 hari masa pemeliharaan yang diberi DDGS 25% dan 50% mengindikasikan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan pakan tanpa DDGS, yaitu 184,31-199,15 g (p>0,05). Sedangkan ikan mas yang diberi pakan 75% DDGS memiliki JKP terendah (p<0,05), yaitu 153,84±15,53g. Jumlah konsumsi pakan yang rendah dapat dikarenakan persen penggunaan DDGS yang terlalu banyak sehingga diduga menurunkan palatibilitas pakan. Palatabilitas pakan untuk ikan biasanya terkait dengan atraktan yang dapat berupa bau atau aroma. Pada pakan 75% DDGS ini diduga memiliki bau atau aroma dari DDGS yang cukup kuat sehingga pakan tidak disukai ikan.
Protein merupakan suatu molekul kompleks yang terdiri atas asam amino non esensial dan esensial. Protein berperan penting dalam pembentukan jaringan dan pertumbuhan bagi organisme (NRC, 1993). Ikan menggunakan protein secara efisien sebagai sumber energi (Lovell, 1989). Retensi protein secara tidak langsung menggambarkan jumlah protein pakan yang dikonsumsi dan digunakan untuk membangun jaringan protein tubuh (Halver, 1989). Nilai retensi protein pada penelitian ini berkisar 20,82-43,53%, sedangkan Ardani (2009) menyatakan bahwa retensi protein ikan mas yang diberi penambahan tapioka berkisar 23,42-28,52%. Nilai retensi protein ini terkait dengan kecernaan protein dari pakan uji berbasis DDGS pada ikan mas, yaitu 82,87% (Tabel 5). Watanabe (1988) menyebutkan bahwa nilai kecernaan protein DDGS pada ikan rainbow trout yaitu 85%. Nilai retensi protein pada penelitian ini berbeda nyata antar perlakuan (p<0,05). Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai retensi protein yang paling optimum terdapat pada perlakuan 25% DDGS, yaitu 43,53±3,2%. Hal ini menunjukkan pada pakan 25% DDGS dengan energi pakan 418,56 kkal/100 g pakan (c/p 14,76) bahwa protein yang dikonsumsi digunakan dengan baik untuk membangun jaringan tubuh ikan yang berupa protein. Selain itu, kedekatan susunan asam amino yang terdapat dalam pakan dan tubuh juga mempengaruhi
(46)
12 penyerapan nutrien oleh ikan mas. Susunan asam amino pada pakan berbasis DDGS dan tubuh ikan mas dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12.
Lemak merupakan sumber energi dan asam lemak esensial yang sangat penting dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan. Lemak berperan dalam penyerapan vitamin-vitamin yang larut dalam minyak (NRC, 1993). Lemak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan (Halver, 1989). DDGS selain sumber protein juga mengandung lemak 9,57% (Tabel 1). Menurut Hertrampf dan Pascual (2000), DDGS mengandung lemak sekitar 10%. Lemak yang terdapat dalam pakan perlakuan berkisar 8,68–12,91% (Tabel 3). Kandungan lemak ini sesuai dengan kebutuhan ikan mas seperti yang dinyatakan oleh Webster dan Lim (2002) kebutuhan lemak ikan mas berkisar 5–15%. Nilai retensi lemak yang diperoleh berkisar 15,59-32,26%. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi kandungan DDGS, kandungan lemak pakan semakin tinggi namun nilai retensi lemak sama pada setiap perlakuan (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa lemak dalam pakan perlakuan digunakan sebagai sumber energi. Energi yang berasal dari lemak merupakan protein sparring effect. Webster dan Lim (2002) menyatakan bahwa ikan mas merupakan ikan omnivor yang dapat memanfaatkan lemak dan karbohidrat secara efektif sebagai sumber energi pakan. Penyerapan lemak dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh kecernaan total pakan. Kecernaan total menggambarkan kecernaan nutrien sumber energi. Nilai kecernaan total pakan uji DDGS pada ikan mas yaitu 63,67%. Nilai ini menggambarkan bahwa sebanyak 63,67% nutrien pakan tercerna oleh ikan, yang salah satunya adalah lemak. Abdillah (2009) menyatakan bahwa kecernaan total pakan uji DDGS pada ikan lele yaitu 76,46±0,16%. Nilai energi total (gross energy, GE) yang terkandung dalam pakan penelitian ini berkisar 418,56-442,37 kkal/100 g pakan dengan c/p berkisar 14,76-15,94. Webster dan Lim (2002) menyatakan rasio energi per protein pakan yang optimal bagi pertumbuhan ikan mas yaitu 10,33. Nilai c/p pada pakan penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan energi optimal bagi ikan mas. Halver (1989) menyatakan bahwa energi yang berlebih pada pakan dapat menyebabkan ikan kenyang sebelum menyerap protein, vitamin, mineral, dan nutrien lain yang terdapat dalam pakan sehingga dapat mengganggu pertumbuhan.
(47)
13 Pertumbuhan didefinisikan sebagai korelasi antara peningkatan bobot tubuh dalam interval waktu tertentu. Pertumbuhan maksimum merupakan peningkatan bobot dan ukuran yang dipengaruhi oleh komposisi nutrisi yang optimal (Watanabe, 1988). Laju pertumbuhan harian pada penelitian ini berkisar 0,6-1,87%. Laju pertumbuhan harian pada pakan 25% DDGS tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan laju pertumbuhan harian pada pakan 0% DDGS. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan 25% DDGS memiliki pertumbuhan yang sama dengan pakan 0% DDGS. Ikan akan mengalami pertumbuhan jika terdapat kelebihan energi untuk maintenance, karena ikan akan menggunakan energi untuk memenuhi kebutuhan utamanya untuk hidup dan mengganti jaringan-jaringan yang rusak terlebih dahulu, dan jika telah terpenuhi maka kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan ikan mas yang dipelihara selama 90 hari dengan perlakuan penambahan tepung tapioka dapat mencapai laju pertumbuhan harian sebesar 1,74% (Ardani, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kandungan DDGS dalam pakan walaupun pakan isonitrogenous dan isokalori maka semakin kecil pertumbuhan ikan. Hal tersebut disebabkan ikan memiliki keterbatasan dalam pemanfaatan bahan nabati karena bahan nabati memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Keterbatasan tersebut terkait dengan ikan yang tidak memiliki enzim pengurai selulosa yang berfungsi memecah serat kasar (NRC, 1993). Murni et al. (2008) menyatakan bahwa serat kasar merupakan komponen penyusun dinding sel, dan dinding sel merupakan struktur pembungkus nutrien, oleh karena itu ikan harus mengurai komponen serat kasar terlebih dahulu agar nutrien yang terdapat dalam dinding sel dapat dimanfaatkan. Ikan membutuhkan energi yang cukup besar untuk memecah serat kasar tersebut, sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan lambat.
Efisiensi pakan yang diperoleh berkisar 19,81-61,35%. Nilai tersebut tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada perlakuan 0%, 25%, dan 50% DDGS, sedangkan pakan perlakuan 75% DDGS dengan nilai 19,81±4,85% memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap efisiensi pakan (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pakan berbasis DDGS berbanding lurus dengan efisiensi pakan. Efisiensi pakan menggambarkan
(48)
14 banyaknya pakan yang dikonsumsi ikan yang selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan ikan.
Nilai kelangsungan hidup ikan pada semua perlakuan adalah 100%. Nilai kelangsungan hidup yang sempurna disebabkan ikan mengonsumsi pakan perlakuan sehingga kebutuhan energi ikan untuk maintenance terpenuhi walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda serta ditunjang dengan manajemen kualitas air yang baik selama masa pemeliharaan. Analisis parameter kualitas air pada awal dan akhir masa pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 13.
(49)
15
IV.
KESIMPULAN
Pemanfaatan 25% DDGS dalam pakan ikan mas memberikan hasil yang paling optimum pada parameter retensi protein, laju pertumbuhan harian, dan efisiensi pakan. Nilai kecernaan DDGS pada ikan mas yaitu 56,40%.
(50)
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah R. 2009. Evaluasi kandungan nutrisi distillers dried grains with solubles dan hominy feed pada juvenile ikan bawal Colossoma macropomum dan lele
Clarias sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ardani RK. 2009. Penggunaan tepung tapioka pada kadar yang berbeda dalam pakan ikan mas Cyprinus carpio. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Chatakondi N., Lovell T., Duncan PL., Hayat M., Chen TT., Powers DA., Weete JD., Cummins K., Dunham RH. 1995. Body composition of transgenic common carp Cyprinus carpio, containing rainbow trout growth hormone gene. Aquaculture,138: 99-109.
Halver JE. 1989. Fish Nutrition. Second Edition. Academy Press Inc, New York. Hertrampf JW., Pascual FP. 2000. Handbook Ingredients for Aquaculture Feeds.
Kluwer Academic Publisher, London.
Hidayat AN. 2006. Bioetanol. [7 Oktober 2011]. www.indobiofuel.com
Lovell T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold, New York.
Murni R., Suparjo, Akmal, Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
National Research Council (NRC). 1993. Nutrien Requirement of Fish. National Academy Press, Washington DC.
Suprayudi MA. 2010. Bahan baku pangan lokal : tantangan dan harapan akuakultur Indonesia. Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III. IPB international Convention Center. Bogor.
Trobos. 2010. Ketika pembudidaya tak sanggup beli pakan. [14 Desember 2010].
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=12&aid=2423.
Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic Biosience. Tokyo University of Fisheries. JICA. p:79-82.
Webster C.D., Lim C. 2002. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. Aquaculture Research Center. Kentucky State University. p. 245-258.
(51)
17
(52)
18 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat (Watanabe, 1988)
Lampiran 1.1. Prosedur analisis kadar air
Kadar Air (%) =
B C B
A )
(
x 100%
Lampiran 1.2 Prosedur analisis kadar abu
Cawan dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang (X1)
Bahan ditimbang 2-3 gram (A)
lalu dimasukkan ke dalam cawan
Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600 0C, didinginkan dan ditimbang (X
2)
Kadar abu = X2 - X1 x 100%
A
Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator dan timbang (A)
Bahan ditimbang 2 g (B) lalu dimasukkan dalam cawan
Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu 105-110 0C, didinginkan dan ditimbang (C)
(53)
19 Lampiran 1.3 Prosedur analisis serat kasar
Serat kasar = (X2 – X1- X3) x 100% A
Bahan ditimbang 0,5 gram (A)
lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml Ditambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N
lalu dipanaskan di atas hotplate
Setelah 30 menit ditambahkan 25 ,l NaOH 1.5 N lalu dipanaskan kembali selama 30 menit
Kertas saring diletakkan pada corong Buchner yang telah terhubung dengan
vacuum pump
Kertas saring dipanaskan dalam oven, didinginkan, dan ditimbang (X)
Dilakukan penyaringan larutan bahan dengan pembilasan secara berurutan sebagai berikut : 1. 50 ml air panas
2. 50 ml H2SO4 0,3 N 3. 50 ml air panas 4. 25 ml Aceton
Kertas saring hasil penyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselen
Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 oC selama
1 jam lalu didinginkan
Dipanaskan pada suhu 105-110 oC selama 1 jam, didinginkan, dan ditimbang (X2)
Dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 oC hingga berwarna putih, didinginkan, dan ditimbang (X3)
(54)
20 Lampiran 1.4 Prosedur analisis protein
Tahap oksidasi
Bahan ditimbang 0,5 gram (A) Katalis 1 g H2SO4 pekat 10 ml Dimasukkan dalam Labu Kjedhal dan dipanaskan hingga berwarna hijau bening,
didinginkan, dan diencerkan hingga volume 100 ml
Tahap destruksi
10 ml H2SO4 0,05 N 2-3 tetes indikator Phenolpthalein 5 ml larutan hasil oksidasi
dimasukkan ke dalam labu destilasi Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml Didestruksi selama 10 menit dari tetesan pertama
Tahap titrasi
Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N BLANKO Dititrasi hingga 1 tetes setelah larutan menjadi bening
ml titran dicatat (V)
SAMPLE
Kadar protein = 0,0007* x (Vb – Vs) x 6,25** x 20 x 100%
A
Keterangan :
Vb = ml 0,05 N titran NaOH untuk blanko Vs = ml 0,05 N titran NaOH untuk sampel A = bobot sampel (gram)
* = setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram N ** = Faktor Nitrogen
(55)
21 Lampiran 1.5 Prosedur analisis kadar lemak
Labu dipanaskan pada suhu 104-110 0C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang (X1)
Bahan ditimbang 2-3 gram (A)
lalu dimasukkan ke dalam selongsong
Dimasukkan ke dalam tabung Sochlet dan beri 100-150 ml N-Hexan hingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam labu
Labu dipanaskan di atas hotplate hingga larutan perendam selongsong dalam Sochlet berwarna bening Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15
menit, didinginkan, lalu ditimbang (X2) Kadar lemak = X2 - X1 x 100%
(56)
22 Lampiran 2. Prosedur analisis krom
Bahan ditimbang 0,1 g Dimasukkan dalam Labu Kjedhal
Ditambahkan 5 ml HNO3 Dipanaskan hingga larutan tersisa ± 1 ml
Didinginkan Ditambahkan 3 ml HClO4
Dipanaskan kembali hingga berwarna jingga Didinginkan Diencerkan hingga volume 100 ml
Diukur nilai absorban bahan dengan spektrofotometer λ = 350 nm (Y)
Persamaan hubungan Cr2O3 dengan absorbansi adalah sebagai berikut:
y = 0,2089x + 0,0032 Keterangan:
x = Cr2O3 (mg) y = nilai absorbansi
(57)
23 Lampiran 3. Jumlah konsumsi pakan selama masa pemeliharaan
Tabel ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3339,480 3 1113,160 10,209 ,004
Within Groups 872,265 8 109,033
Total 4211,745 11
Uji Lanjut
pakan N Subset for alpha = 0,05
1 2
Duncana
D 3 153,8367
A 3 184,3067
C 3 186,9133
B 3 199,1500
Sig. 1,000 ,133
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 4. Hasil proksimat tubuh ikan mas JKP (g) Pakan perlakuan / % DDGS
Ulangan 0 25 50 75
1 179,36 197,3 197,89 139,38
2 180,4 202,16 187,63 170,26
3 193,16 197,99 175,22 151,87 Rata-rata 184,31 199,15 186,91 153,84 Standar deviasi 7,68 2,63 11,35 15,53
Parameter Awal Pakan perlakuan / % DDGS
0 25 50 75
Protein 10,34 13,31 15,49 16,56 14,36
Lemak 4,47 5,67 6,19 8,62 6,47
(58)
24 Lampiran 5. Perhitungan retensi protein ikan mas
Parameter Ulangan Pakan Perlakuan
0% 25% 50% 75%
Biomassa ikan awal (g)
1 111,41 108,22 112,95 108,72 2 104,81 109,72 112,45 115,77 3 109,47 111,41 107,96 108,09
Biomassa ikan akhir (g)
1 218,59 217,54 180,69 144,00 2 173,11 235,07 171,31 143,28 3 223,98 243,32 177,27 135,37 Protein ikan
Protein tubuh awal (g)
1 10,34 10,34 10,34 10,34
2 10,34 10,34 10,34 10,34
3 10,34 10,34 10,34 10,34
Protein tubuh akhir (g)
1 13,31 15,49 16,56 14,36
2 13,31 15,49 16,56 14,36
3 13,31 15,49 16,56 14,36
Protein tubuh total awal (g)
1 11,52 11,19 11,68 11,24
2 10,84 11,35 11,63 11,97
3 11,32 11,52 11,17 11,18
Protein tubuh total akhir (g)
1 29,09 33,70 29,92 20,68
2 23,03 36,42 28,37 20,58
3 29,80 37,70 29,36 19,44
Jumlah protein disimpan dalam tubuh (g)
1 17,56 22,51 18,24 9,44
2 12,19 25,07 16,74 8,61
3 18,48 26,18 18,19 8,27
Pakan ikan
JKP (g)
1 179,36 197,30 197,89 139,38 2 180,40 202,16 187,63 170,26 3 193,16 197,99 175,22 151,87
Kadar protein pakan (%) 1 28,22 28,35 27,53 27,65
Jumlah konsumsi protein (g)
1 50,62 55,94 54,48 38,54
2 50,91 57,32 51,65 47,08
3 54,51 56,14 48,24 41,99
Retensi protein (%)
1 34,70 40,24 33,48 24,49
2 23,95 43,74 32,41 18,28
3 33,90 46,63 37,71 19,68
Rata-rata 30,85 43,54 34,54 20,82
(1)
25
Tabel ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 657,564 3 219,188 11,599 ,003
Within Groups 151,179 8 18,897
Total 808,743 11
Uji Lanjut
perlakuan N Subset for alpha = 0,05
1 2 3
Duncana
D 3 20,8167
A 3 30,8500
C 3 34,5333
B 3 43,5367
Sig. 1,000 ,294 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
(2)
26
Lampiran 6. Perhitungan retensi lemak ikan mas
Parameter Ulangan Pakan Perlakuan / % DDGS
0 25 50 75
Biomassa ikan awal (g)
1 111,41 108,22 112,95 108,72 2 104,81 109,72 112,45 115,77 3 109,47 111,41 107,96 108,09
Biomassa ikan akhir (g)
1 218,59 217,54 180,69 144,00 2 173,11 235,07 171,31 143,28 3 223,98 243,32 177,27 135,37 Lemak Ikan
Lemak tubuh awal (g) 1 4,47 4,47 4,47 4,47
2 4,47 4,47 4,47 4,47
3 4,47 4,47 4,47 4,47
Lemak tubuh akhir(g) 1 5,67 6,19 8,62 6,47
2 5,67 6,19 8,62 6,47
3 5,67 6,19 8,62 6,47
Lemak tubuh total awal (g) 1 4,98 4,84 5,05 4,86
2 4,69 4,90 5,03 5,18
3 4,89 4,98 4,83 4,83
Lemak tubuh total akhir (g) 1 12,40 13,46 15,58 9,32 2 9,82 14,55 14,77 9,27 3 12,71 15,06 15,28 8,76 Lemak yang disimpan dalam tubuh (g) 1 7,42 8,62 10,53 4,46
2 5,14 9,64 9,74 4,10
3 7,81 10,08 10,46 3,93 Pakan Ikan
JKP 1 179,36 197,30 197,89 139,38
2 180,40 202,16 187,63 170,26 3 193,16 197,99 175,22 151,87
Kadar lemak pakan (%) 8,08 8,33 10,33 12,86
Jumlah konsumsi lemak (g) 1 14,50 16,44 20,44 17,93 2 26,16 33,23 38,35 30,53 3 50,52 65,79 67,20 46,36
Retensi lemak (%) 1 51,18 52,46 51,51 24,87
2 19,64 29,01 25,40 13,42 3 15,47 15,31 15,56 8,47
Rata-rata 28,76 32,26 30,83 15,59
(3)
27
Tabel ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 526,736 3 175,579 ,611 ,627
Within Groups 2300,202 8 287,525
Total 2826,938 11
Uji Lanjut
Pakan perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1
Duncana
D 3 15,5867
A 3 28,7633
C 3 30,8233
B 3 32,2600
Sig. ,289
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 7. Kecernaan protein, kecernaan total, dan kecernaan DDGS pada ikan
mas
Pakan perlakuan
Cr2O3
Pakan (%)
Cr2O3
Feses (%) Potein pakan (%) Protein feses (%) Kecernaan protein (%) Kecernaan total (%) Kecernaan bahan (%)
TD 0,79 1,28 31,59 8,77 82,87 63,17 56,40
FD 0,48 1,25 32,89 6,02 92,91 66,08
Lampiran 8. Laju pertumbuhan harian ikan mas selama masa pemeliharaan
Tabel ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,736 3 ,912 33,244 ,000
Within Groups ,219 8 ,027
Total 2,955 11
LPH (%) Pakan perlakuan / % DDGS
Ulangan 0 25 50 75
1 1,68 1,75 1,17 0,7
2 1,25 1,9 1,05 0,53
3 1,79 1,95 1,24 0,56
Rata-rata 1,58 1,87 1,16 0,6
(4)
28
Uji Lanjut
pakan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana
D 3 ,5967
C 3 1,1533
A 3 1,5733
B 3 1,8667
Sig. 1,000 1,000 ,062
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 9. Efisiensi pakan ikan mas
Tabel ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3062,912 3 1020,971 17,836 ,001
Within Groups 457,928 8 57,241
Total 3520,840 11
Uji Lanjut
pakan N Subset for alpha = 0,05
1 2 3
Duncana
D 3 19,8100
C 3 35,0533
A 3 52,3000
B 3 61,3467
Sig. 1,000 1,000 ,181
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
EP (%) Pakan perlakuan / % DDGS
Ulangan 0 25 50 75
1 59,76 55,21 34,23 25,31
2 37,86 62,02 31,37 16,16
3 59,28 66,62 39,56 17,96
Rata-rata 52,3 61,35 35,05 19,81
(5)
29
Lampiran 10. Kelangsungan hidup ikan mas selama masa pemeliharaan
Lampiran 11. Susunan asam amino esensial dalam 1 kg pakan perlakuan berbasis
DDGS dan tubuh ikan mas
Asam amino
Pakan Perlakuan (g/16 g N)
(Hertrampf dan Pascual, 2000) Ikan Mas (% protein) (Chatakondi et al., 1995)
0% 25% 50% 75%
Arginine 0,73 0,97 1,21 1,09 0,6
Histidine 0,28 0,42 0,56 0,53 0,6
Isoleucine 1,76 1,10 1,46 1,07 0,99
Leucine 2,95 2,10 2,85 2,36 1,76
Lysine 2,68 1,48 1,72 0,74 2,17
Methionine 0,68 0,50 0,63 0,48 0,65
Phenylalanine 2,03 1,27 1,67 1,23 1,01
Threonine 1,65 0,99 1,24 0,79 1,03
Tryptophan 0,65 0,43 0,54 0,29 0,37
Valine 2,12 1,35 1,69 1,21 1,18
Lampiran 12. Susunan asam amino esensial dalam 1 kg pakan 25% DDGS dan
tubuh ikan mas
0.00
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
0 2 4 6 8 10
25% DDGS tubuh ikan mas
SR (%) Pakan perlakuan / % DDGS
Ulangan 0 25 50 75
1 100 100 100 100
2 100 100 100 100
3 100 100 100 100
Rata-rata 100 100 100 100
(6)
30
Lampiran 13. Analisis kualitas air selama masa pemeliharaan
Parameter awal akhir
DO 3,67 ppm 3,1 ppm
pH 5,85 5,54
Suhu 26 0C 27 0C
TAN 0,23 ppm 0,34 ppm
Alkalinitas 14 ppm 16 ppm Kesadahan 120,12 ppm 485,49 ppm