4 Tabel 2. Komposisi pakan perlakuan
Bahan Baku Pakan Perlakuan DDGS
25 50
75
Tepung Ikan 8,15
8,15 8,15
8,15 DDGS
- 25,20
50,40 75,61
Pollard 59,00
43,00 27,30
11,54 Bungkil Kedelai
29,00 19,80
10,30 0,85
Minyak Jagung 0,50
0,50 0,50
0,50 Minyak Ikan
0,25 0,25
0,25 0,25
Vitamin dan mineral mix 0,30
0,30 0,30
0,30 lysin+metionin 1:1
0,80 0,80
0,80 0,80
Sagu 2,00
2,00 2,00
2,00 total
100,00 100,00
100,00 100,00
Tabel 3. Hasil proksimat pakan perlakuan
Parameter pakan perlakuan DDGS
25 50
75
Kadar air 9,06
12,43 11,15
11,27 Lemak
8,68 8,33
10,33 12,91
Protein 28,03
28,35 27,53
27,76 Serat kasar
6,82 5,48
7,56 6,55
Kadar Abu 6,95
6,76 6,28
6,49 BETN
46,30 44,26
42,31 40,37
GE kkal100 g 428,41
418,56 424,71
442,37 CP
15,28 14,76
15,43 15,94
Keterangan : GE
= Gross Energy Watanabe, 1988 1 gram protein
= 5,6 kkal GE 1 gram karbohidratBETN
= 4,1 kkal GE 1 gram lemak
= 9,4 kkal GE C = energi, P = Protein
2.2 Pemeliharaan ikan Uji
Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan mas yang memiliki bobot awal rata-rata 11,01±0,29 g. Sebelum perlakuan dilakukan, ikan uji
diadaptasikan selama tujuh hari dan setelah itu dipuasakan selama 24 jam guna menghindari stres ketika dilakukan sampling awal. Pemeliharaan ikan uji selama
penelitian dilakukan 40 hari. Sampling bobot ikan dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan. Wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu akuarium
berukuran 50x40x35 cm sebanyak 12 buah. Ikan uji yang ditebar berjumlah 10 ekor per akuarium. Sistem pengelolaan air yang digunakan yaitu resirkulasi
5 dengan ketinggian air 30 cm pada tiap akuarium. Pemberian pakan dilakukan
secara at satiation dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.30 WIB. Pengamatan harian dilakukan dengan mencatat
jumlah konsumsi pakan, jumlah dan bobot ikan yang mati. Skema dan tata letak akuarium dapat dilihat pada Gambar 1.
C2 A3
B3 A1
D2 CI
Keterangan : A, B, C, D
= Label pakan perlakuan, A : pakan 0 DDGS; B : pakan 25 DDGS; C : pakan 50 DDGS; D : pakan 75 DDGS
T = Tandon
1,2,3 = Ulangan perlakuan
Gambar 1. Tata letak akuarium penelitian.
2.3 Analisis Kimia 2.3.1 Analisis kimia pakan perlakuan
Analisis proksimat dilakukan terhadap bahan dan pakan perlakuan. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar,
abu, air, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen BETN. Keseluruhan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat untuk protein kasar dilakukan dengan metode Kjeldahl,
lemak dengan metode Soxchlet dan metode Folch, abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600
C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode
pemanasan dalam oven bersuhu 105-110 C Watanabe, 1988. Prosedur analisis
proksimat pakan dan ikan dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.3.2 Analisis kecernaan DDGS
Pada penelitian ini juga dilakukan uji kecernaan DDGS. Pakan yang digunakan pada uji kecernaan adalah pakan acuan reference diet yaitu 100
pakan tanpa DDGS dan pakan uji test diet, yang terdiri dari 70 pakan acuan dan 30 DDGS. Pakan uji ditambahkan Cr
2
O
3
sebanyak 0,6. Pada hari kelima
A2 D1
B2 D3
B1 A2
T
6 setelah hewan uji diberi pakan uji, feses ikan mulai dikumpulkan kemudian
disimpan dalam botol film. Feses yang sudah terkumpul tersebut disimpan dalam lemari pendingin guna menjaga kesegarannya, untuk kemudian dianalisis
kandungan kromnya. Pengumpulan feses dilakukan selama dua minggu pemeliharaan. Feses yang
telah terkumpul dikeringkan di dalam oven bersuhu 110 C selama 4-6 jam.
Selanjutnya dilakukan analisis kandungan protein dan Cr
2
O
3
terhadap pakan dan feses. Pengukuran kadar Cr
2
O
3
dalam feses menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 350 nm. Prosedur analisis krom selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 2.
2.4 Parameter yang Diuji