Analisis Daya Saing serta Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Jahe dan Temulawak Indonesia di Lima Negara Tujuan Ekspor

ANALISIS DAYA SAING SERTA FAKTOR–FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERMINTAAN JAHE DAN TEMULAWAK
INDONESIA DI LIMA NEGARA TUJUAN EKSPOR

INES PIPIT YUNIAWATI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya
Saing serta Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Jahe dan
Temulawak Indonesia di Lima Negara Tujuan Ekspor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Ines Pipit Yuniawati
NIM H14090057

RINGKASAN
INES PIPIT YUNAWATI. Analisis Daya Saing serta Faktor-faktor yang
Memengaruhi Permintaan Jahe dan Temulawak Indonesia di Lima Negara Tujuan
Ekspor. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.
Permintaan ekspor jahe dan temulawak meningkat seiring dengan semakin
menjamurnya industri jamu dan kosmetika serta perubahan pola hidup masyarakat
dunia yang lebih memprioritaskan produk alami daripada kimiawi. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis perkembangan ekspor, daya saing, faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan ekspor, dan strategi peningkatan daya saing jahe
dan temulawak Indonesia di lima negara tujuan. Penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif, RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export
Product Dynamic), X-Model Produk eksport potential, panel data serta Porter’s
Diamond. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Perkembangan nilai ekspor jahe dan
temulawak Indonesia cenderung berfluktuasi. (2) Jahe memiliki keunggulan
komparatif hanya di negara Belanda, dalam hal yang sama temulawak di negara

Amerika Serikat, Belanda dan Singapura, namun hampir di semua negara sample
jahe dan temulawak memiliki posisi pasar“Rising star” kecuali di negara Jepang
yaitu Lost Opportunity. (3) Variabel-variabel yang memengaruhi permintaan
ekspor jahe dan temulawak adalah GDP perkapita riil negara tujuan, populasi
negara tujuan, dan jarak ekonomi. (4) Strategi yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan daya saing komoditas jahe dan temulawak Indonesia dengan
melakukan pendekatan Cluster dalam pembanguan industri, dan melakukan
peningkatan pada faktor kondisi dan strategi perusahaan, struktur dan persaingan.
Kata Kunci : daya saing, jahe, permintaan ekspor, temulawak.

ABSTRAK

INES PIPIT YUNAWATI. Analisis Daya Saing serta Faktor-faktor
yang Memengaruhi Permintaan Jahe dan Temulawak Indonesia di Lima
Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.
Permintaan ekspor jahe dan temulawak meningkat seiring dengan
semakin menjamurnya industri jamu dan kosmetika serta perubahan pola
hidup masyarakat dunia yang lebih memprioritaskan produk alami daripada
kimiawi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perkembangan
ekspor, daya saing, faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor, dan

strategi peningkatan daya saing jahe dan temulawak Indonesia di lima
negara tujuan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, RCA
(Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product Dynamic), XModel Produk eksport potential, panel data serta Porter’s Diamond. Hasil
penelitian menunjukkan: (1) Perkembangan nilai ekspor jahe dan temulawak
Indonesia cenderung berfluktuasi. (2) Jahe memiliki keunggulan komparatif
hanya di negara Belanda, dalam hal yang sama temulawak di negara
Amerika Serikat, Belanda dan Singapura, namun hampir di semua negara
sample jahe dan temulawak memiliki posisi pasar“Rising star” kecuali di
negara Jepang yaitu Lost Opportunity. (3) Variabel-variabel yang
memengaruhi permintaan ekspor jahe dan temulawak adalah GDP perkapita
riil negara tujuan, populasi negara tujuan, dan jarak ekonomi. (4) Strategi
yang dapat dilakukan adalah meningkatkan daya saing komoditas jahe dan
temulawak Indonesia dengan melakukan pendekatan Cluster dalam
pembanguan industri, dan melakukan peningkatan pada faktor kondisi dan
strategi perusahaan, struktur dan persaingan .
Kata Kunci : daya saing, jahe, permintaan ekspor, temulawak.

ABSTRACT
INES PIPIT YUNAWATI. Analysis of Competitiveness and Factors
Affecting Demand Ginger and Curcuma Indonesia in Five Export

Destination Countries. Supervised by SRI MULATSIH.
Ginger and curcuma export demand increases with the proliferation of
herbal medicine and cosmetics industries as well as changes in lifestyle of
the world community to prioritize natural products rather than chemical.
The purpose of this study is to analyze the development of exports, the
competitiveness, the factors that affect the demand for exports, and a
strategy to improve the competitiveness of Indonesian ginger and curcuma
in five destination countries. This study uses descriptive analysis, RCA
(Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product Dynamic), Xmodel potential export products, panel data, and Porter's Diamond. The
results showed: (1) The development of the export value of Indonesian
ginger and curcuma tends to fluctuate. (2) Ginger has a comparative
advantage only in the Netherlands, in the same way curcuma in the United
States, the Netherlands and Singapore, but in almost all sample countries,

ginger and curcuma have a market position "Rising star" except in Japan,
namely Lost Opportunity. (3) The variables that affect the demand for
exports of ginger and curcuma are GDP riil destination countries per capita,
the population of the country of destination, and economic distance. (4)
strategies that can be done is to increase the competitiveness of commodities
ginger and curcuma Indonesia by doing cluster approach in the development

of the industry and do the increases in factor conditions and corporate
strategy, structure and rivalry.
Keyword : competitiveness, curcuma, demand for export, ginger

ANALISIS DAYA SAING SERTA FAKTOR–FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERMINTAAN JAHE DAN TEMULAWAK
INDONESIA DI LIMA NEGARA TUJUAN EKSPOR

INES PIPIT YUNIAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

ludul Skripsi: Analisis Daya Saing serta Faktor-faktor yang Memengaruhi
Pennintaan lahe dan Temulawak Indonesia di Lima Negara
Tujuan Ekspor
Nama
: Ines Pipit Yuniawati
NIM
: H14090057

Disetujui oleh

Dr. If. Sri Mulatsih, MSc, Agr
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

MEc

Tanggal Lulus:


0 3 SEP 2013

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing serta Faktor-faktor yang Memengaruhi
Permintaan Jahe dan Temulawak Indonesia di Lima Negara
Tujuan Ekspor
Nama
: Ines Pipit Yuniawati
NIM
: H14090057

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Daya Saing dan Permintaan
Ekspor dengan judul Analisis Daya Saing serta Faktor-faktor yang
Memengaruhi Permintaan Jahe dan Temulawak Indonesia di Lima Negara
Tujuan Ekspor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr.Ir.Sri Mulatsih, M.Sc,
Agr selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan dukungan dalam
menyelesaikan penelitian ini, Bapak Dr.Alla Asmara selaku peunguji utama
dan Bapak Deni Lubis, MA selaku penguji komisi pendidikan. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Mamah Enok Nurhasanah, Ayah Nanang Juhana serta
seluruh keluarga, teman- teman Ilmu Ekonomi 46, TPB46A23, Nadia,
Della, Lina, Shelly, Ayu, Astrid, Anin, Eva, Ina, Vini, Wasi, Noyara,
Amanda, Desyperdiman, Topbom, Bigbang2ne1, Pinusfam, dan temanteman satu bimbingan: Nandha, Altika, Setya dan Inong atas segala doa dan
kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Ines Pipit Yuniawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

3

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian


4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Penelitian Terdahulu

8

Kerangka Pemikiran

9

Hipotesis

10

METODE PENELITIAN

11

Jenis dan Sumber Data

11

Metode Analisis dan Pengolahan Data

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

17

Ekspor Jahe dan Temulawak Indonesia

17

Analisis Daya Saing dan Kondisi Pasar

20

Faktor- faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Jahe dan
Temulawak Indonesia menuju Lima Negara Tujuan

22

Strategi Meningkatkan Daya Saing Komoditi Jahe dan Temulawak

25

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1 Ekspor pertanian Indonesia menurut subsektor 2009-2011
2 Volume ekspor subsektor hortikultura 2008-2011
3 Perkembangan ekspor komoditas jahe dan temulawak Indonesia
2007-2011
4 Kode komoditi tanaman obat dalam Harmonized System (HS)
5 Matrix EPD berdasarkan posisi daya saing
6 Kerangka identifikasi autokorelasi
7 Analisa RCA dan EPD untuk komoditas jahe Indonesia
8 Analisa RCA dan EPD untuk komodtas temulawak Indonesia
9 Hasil analisis X-model produk eksport potensial komoditas jahe
dan temulawak di lima negara tujuan ekspor
10 Hasil estimasi panel data pada komoditi jahe dan temulawak
Indonesia di Negara Tujuan ekspor

1
2
2
11
13
16
20
21
21
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka pemikiran operasional
Porter’s Diamond theory
Analisis X-Model produk eksport potensial
Perkembangan nilai ekspor jahe Indonesia di lima negara tujuan
ekspor
Perkembangan volume ekspor jahe Indonesia di lima negara
tujuan ekspor
Perkembangan nilai ekspor temulawak Indonesia di lima negara
tujuan ekspor
Perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia di lima
negara tujuan ekspor
Perkembangan harga jahe di pasar internasional 2002-2011
Keunggulan dan kelemahan komponen Porter’s Diamond

12
10
14
17
18
19
20
25
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Hasil pengolahan RCA dan EPD jahe Indonesia 2005-2011
Hasil pengolahan RCA dan EPD temulawak Indonesia 2005-2011
Hasil uji Chow Test panel data jahe
Hasil uji Chow Test panel data temulawak
Hasil uji Hausman Test panel data temulawak
Hasil output panel data komoditi Jahe
Hasil output panel data komoditi temulawak
Hasil uji normalitas panel data komoditi jahe
Hasil uji normalitas panel data komoditi temulawak
Data dependent dan data independent jahe pada lima negara
tujuan ekspor 2002 – 2011
11 Data dependent dan data independent temulawak pada lima
negara tujuan ekspor 2002 – 2011

32
34
37
37
37
38
39
40
40
40
42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia termasuk kedalam negara yang memiliki iklim tropis
dimana pada umumnya sangat cocok dan memiliki keunggulan dalam
menghasilkan produk pertanian. Pertanian merupakan salah satu bidang
produksi dan lapangan usaha paling tua di dunia yang dilakukan oleh
masyarakat. Sektor pertanian menjadi sektor yang paling dasar dalam
perekonomian sebagai penopang kehidupan produksi sektor-sektor lainnya,
dan sektor ini masih menjadi salah satu sumber devisa non-migas yang
cukup diandalkan oleh Indonesia.
Dalam Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) tahun 1990
sektor pertanian disebut sektor nomor satu, yang mencerminkan bahwa
sektor pertanian masih merupakan sektor usaha utama di Indonesia. Sektor
pertanian dibagi atas delapan subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan,
subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor jasa pertanaian dan
peternakan, subsektor kehutanan, subsektor perburuan/penangkapan dan
penangkaran satwa liar, subsektor perikanan laut dan subsektor perikanan
darat. Dari subsektor tanaman pangan dapat dikelompokkan kedalam dua
kelompok tanaman, pertama kelompok tanaman padi dan palawija, kedua
kelompok tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang termasuk ke
dalam subsektor tanaman pangan terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan,
tanaman hias dan tanaman obat (Tim Pengajar Pengantar Ilmu Pertanian
2009).
Tabel 1 Ekspor pertanian Indonesia menurut subsektor 2009-2011
Nilai Ekspor (US$ 000)
No

Sub Sektor

2009

2010

2011

1 Tanaman Pangan
321.261
477.708
584.861
2 Hortikultura
379.739
390.740
491.304
3 Perkebunan
21581.669 30702.864 40689.768
4 Peternakan
754.913
951.662 1599.071
Total Sektor Pertanian 23037.582 32522.974 43365.004
Sumber : Badan Pusat Satatistik (BPS) 2012

Rata- rata
Pertumbuhan
(%)
35.6
14.3
37.4
47.0
37.3

Hasil produk pertanian Indonesia selain digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri, juga diekspor ke luar negeri. Kontribusi
hortikultura bagi pendapatan ekspor nasional cukup besar seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 1, nilai ekspor
komoditas hortikultura Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, akan tetapi besarnya rata-rata pertumbuhan nilai ekspor subsektor
hortikultura Indonesia berada di peringkat terakhir setelah subsektor
perkebunan, peternakan, dan tanaman pangan yaitu sebsesar 14.3%.

2
Volume ekspor hortikultura Indonesia sangat berfluktuatif, hingga saat
ini komoditas sayuran dan buah-buahan masih menjadi primadona
komoditas hortikultura Indonesia yang terpilih untuk ekspor. Besarnya
volume ekspor untuk masing-masing komoditas yang termasuk dalam sub
sektor hortikultura dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Volume ekspor subsektor hortikultura 2008-2010
Volume Ekspor (Ton)
No
Sub Sektor
2008
2009
2010
1
2
3
4

Sayuran
Buah-buahan
Tanaman Hias
Tanaman Obat
Total
Sumber: BPS 2012

172733
323844
3258
14670
514505

195533
224332
5111
13088
438065

138106
196341
4294
13468
352209

Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
-8.1
-21.8
20.5
-3.9
-17.2

Berdasarkan pada Tabel 2, walaupun volume ekspor subsektor
tanaman obat tidak sebanyak volume ekspor subsektor sayuran dan buahbuahan, namun subsektor tanaman obat memiliki rata-rata pertumbuhan
volume ekspor tertinggi kedua diantara subsektor hortikultura lainnya, yaitu
sebesar -3.9 %. Tanaman obat adalah tanaman yang berkhasiat baik untuk
obat-obatan, bahan kosmetika dan lain-lain. Tanaman obat terdiri dari
tanaman obat rimpang dan non rimpang. Tanaman obat rimpang yaitu jahe,
laos/lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng,
temukunci, dlingo/dringo, sedangkan yang termasuk ke dalam tanaman obat
non rimpang yaitu sambiloto, lidah buaya, mahkota dewa, mengkudu,
kapulaga, kejibeling.
Tabel 3 Perkembangan ekspor tanaman obat Indonesia 2008-2010
Volume Ekspor (Ton)
Komoditas
Rata-rata
No
Tanaman Obat
Pertumbuhan (%)
2008
2009
2010
1
2

Jahe
11137
7326
4212
-38.4
Temulawak
988
2665
6119
149.7
Tanaman Obat
3
2545
3097
3137
11.5
Lainnya
Total
-3.9
14670
13088
13468
Sumber : Data Ekspor Impor: BPS diolah Ditjen Hortikultura 2012
Jahe dan Temulawak merupakan dua jenis tanaman obat yang banyak
dipasok oleh petani Indonesia untuk industri obat tradisional, baik industri
besar maupun menengah, dalam negeri mapun luar negeri. Berdasarkan
Tabel 3, jahe dan temulawak merupakan dua komoditas utama ekspor
tanaman obat Indonesia. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor jahe bernilai

3
negatif yaitu sebesar 38.4%, berbeda dengan jahe rata-rata pertumbuhan
volume ekspor temulawak bernilai positif sebesar 149.7%.

Perumusan Masalah
Permintaan tanaman obat meningkat seiring dengan semakin
menjamurnya industri jamu dan kosmetika serta perubahan pola hidup
masyarakat dunia yang lebih memprioritaskan produk alami daripada
kimiawi. World Health Organization (WHO) memperkirakan permintaan
tanaman obat sebesar US$ 14 milyar per tahun (2006) dengan kenaikan
permintaan sebesar 15-25% setiap tahunnya. WHO juga memperkirakan
bahwa pada tahun 2050, perdagangan produk tanaman obat akan meningkat
menjadi US4 5 Trilyun. Pasar terbesar bagi produk tanaman obat antara lain
adalah Jerman, Cina, Jepang, Prancis, Italia, Inggris, Spanyol, dan Amerika
Serikat. Pada 2012, potensi pasar global mencapai lebih dari US$ 50 milyar.
Sejauh ini, para produsen Indonesia baru menyerap kurang dari 5% pangsa
pasar tersebut. Saingan terkuat dalam bidang ini adalah Cina dan India
(Kementrian Perdagangan 2013). Hal ini membuat Indonesia harus lebih
meningkatkan daya saingnya agar produk jahe dan temulawak Indonesia
tetap dapat bertahan atau bahkan dapat menguasai baik pasar domestik
maupun internasional.
Pada penelitian ini, komoditas jahe dan temulawak dipilih untuk
diteliti karena kedua komoditas tersebut merupakan dua komoditas yang
menyumbangkan nilai ekspor tertinggi dari komoditas tanaman obat
Indonesia dengan persentase sebesar 31 % (Ditjen Hortikultura 2012). Lima
negara yang akan diteliti adalah negara Belanda, Jepang, Malaysia,
Singapura, dan Amerika Serikat, negara-negara tujuan ekspor tersebut
dipilih karena ke kontinyuan Indonesia dalam mengekspor jahe dan
temulawak Indonesia ke negara tersebut.
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan perumusan masalah yang
telah dikemukakan, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah dinamika ekspor jahe dan temulawak Indonesia di
lima negara tujuan ekspor?
2. Bagaimanakah posisi daya saing jahe dan temulawak Indonesia di
lima negara tujuan ekspor?
3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan ekspor jahe
dan temulawak Indonesia di lima negara tujuan?
4. Strategi apa yang dapat mendukung peningktatan daya saing jahe
dan temulawak Indonesia?

4

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menggambarkan dinamika ekspor jahe dan temulawak Indonesia di
lima negara tujuan ekspor.
2. Menganalisa posisi daya saing jahe dan temulawak Indonesia di lima
negara tujuan ekspor.
3. Menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor
jahe dan temulawak Indonesia di lima negara tujuan.
4. Merumuskan strategi yang dapat mendukung peningktatan daya
saing jahe dan temulawak Indonesia.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi peneliti, sebagai media untuk menerapkan ilmu ekonomi yang
telah dipelajari dalam kuliah.
2. Bagi masyarakat umum, para akademisi dan untuk penelitianpenelitian berikutnya mengenai konsep daya saing dan faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan ekspor jahe dan temulawak
Indonesia.
3. Bagi pemerintah sebagai masukan dan bahan rujukan bagi
perumusan kebijakan yang akan dikeluarkan untuk meningkatkan
daya saing dan ekspor komoditi jahe dan temulawak Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada komoditas tanaman obat jahe dan
temulawak, dengan kode Harmonized System (HS) 091010 untuk komodti
jahe dan (HS) 091030 untuk temulawak. Negara yang diteliti berjumlah
lima negara yang dipilih berdasarkan kekontinyuan Indonesia dalam
mengekspor komoditi tanaman obat ke negara tersebut dan termasuk ke
dalam sepuluh negara yang memiliki nilai dan volume ekspor tanaman obat
Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Lima negara tersebut
adalah Belanda, Jepang, Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat. Periode
tahun yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2005 hingga tahun
2011 untuk analisis daya saing komoditas jahe dan temulawak Indonesia,
dan tahun 2002 hingga tahun 2011 untuk analisis faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor jahe dan temulawak Indonesia di lima
negara tujuan.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jahe dan Temulawak
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rose) tingginya mencapai setengah
meter dan dibudidayakan di semua daerah tropika, memerlukan iklim basah,
banyak sinar matahari dan tanah gembur, serta mempunyai drainase yang
baik. Untuk menghindari kebusukan akar umbinya tidak ditanam terlalu
dalam. Umbi inilah yang disebut jahe (Versteegh 2006). Jahe berasal dari
Asia Pasifik yang tersebar dari India hingga ke Cina. Pemanenan tanaman
dilakukan pada umur 10-12 bulan setelah tanam (Martha Tilaar Innovation
Center (MTIC) 2002). Jahe banyak digunakan sebagai obat gosok untuk
penyakit encok dan sakit kepala. Selain itu jahe juga digunakan sebagai
bahan obat, bumbu masak, penyedap, minuman penyegar, manisan dan lainlain (Syukur dan Hernani 2002).
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) mempunyai daya adaptasi
yang cukup luas di daerah tropis dan banyak terdapat di hutan daerah panas
serta ditanam di kebun serta halaman. Umbinya digunakan sebagai obat dan
akar sampingnya dapat dibuat makanan anak yang enak (Versteegh 2006).
Temulawak mempunyai manfaat seperti memperlancar produksi empedu,
menurunkan kadar kolesterol, menghilangkan rasa nyeri, menurunkan panas
badan, membunuh bakteri, mencegah penyakit hati dan mengobati jerawat.
Temulawak dipanen pada saat kemarau. Pemanen temulawak yang
menggunakan bibit dari rimpang induk pada umur 9 bulan dan pada umur
24 bulan jika bibit berasal dari rimpang cabang (MTIC 2002).

Teori Perdagangan Internasional
Teori Keunggulan Absolut oleh Adam Smith. Menurut Teori
Keunggulan Absolut, jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan
absolut) dalam memproduksi komoditas A dibandingkan negara lain, namun
kurang efisien (disebut memiliki kerugian absolut) dalam memproduksi
komoditas B, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan
dengan cara masing-masing negara melakukan spesialisasi dalam
memproduksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan
menukarkannya dengan komoditas yang memiliki kerugian absolut.
Teori Keunggulan Komparatif oleh David Ricardo. Teori ini
menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan
absolut dalam memproduksi suatu jenis barang dibandingkan negara lain,
namun perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung,
apabila melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana
negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang
yang relative tidak efisien (Oktaviani dan Novianti 2009).

6

Teori Daya Saing
Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditas untuk memasuki
pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar
internasional. Suatu produk yang diminati oleh banyak konsumen dapat
dikatakan produk tersebut mempunyai daya saing. Dari sisi permintaan,
kemampuan bersaing mengandung arti bahwa produk agribisnis yang dijual
haruslah produk yang sesuai dengan atribut yang dituntut konsumen atau
produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value
perception). Sementara dari sisi penawaran, kemampuan bersaing berkaitan
dengan kemampuan merespon perubahan atribut-atribut produk yang
dituntut oleh konsumen secara efisien (Tambunan 2001). Daya saing dapat
dihitung dengan metode RCA (Revealed Comparative Advantage) yaitu
metode yang dapat menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing
ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia dan EPD
(Export Product Dynamic) yaitu metode yang digunakan untuk mengukur
apakah daya saing suatu produk tersebut mempunyai performa yang dinamis
(pertumbuhan cepat) atau tidak.

Panel Data
Model panel data merupakan model yang menggunakan informasi dari
gabungan data cross section dan time series. Menurut Juanda (2012),
terdapat tiga macam pendekatan dalam panel data yaitu:
1. Metode Common-Constant (Pooled Ordinary Least Square/ PLS)
Pendekatan PLS ini menggunakan metode OLS biasa. Metode ini
merupakan metode yang paling sederhana. Dalam estimasinya
diasumsikan bahwa setiap unit individu memiliki intersep dan slope
yang sama (tidak ada perbedaan pada dimensi kerat waktu). Dengan kata
lain, regresi panel data yang dihasilkan akan berlaku untuk setiap
individu.
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Asumsi intercept dan slope dari persamaan regresi yang dianggap
konstan baik antar individu maupun antar waktu yang kurang sesuai
dengan tujuan penggunaan data panel merupakan masalah terbesar yang
dihadapi dalam pendekatan model kuadrat terkecil. Untuk mengatasi hal
ini kita dapat menggunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect).
Model fixed effect adalah model yang dapat digunakan dengan
mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat
mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan
time series. Untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini,
dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya
akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square) yaitu:
=∑
+
+
dimana:
= variabel endogen
= variabel eksogen
= intercept

7
= slope
D = variabel dummy
i
= individu ke-i
t
= periode waktu ke-t
e
= error / simpangan
3. Model Efek Acak (Random Effect)
Memasukkan variabel dummy ke dalam model akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan
mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model random effect.
Model random effect disebut juga sebagai error component model
karena dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun
antar waktu dimasukkan ke dalam error. Persamaan umum dalam
random effect model yaitu :
= + it +
= + +
dimana:
~ N(0, )
= komponen cross section error
~ N(0, )
= komponen time series error
~ N(0, ) = komponen error kombinasi
Dalam model ini, kita mengasumsikan bahwa error secara individual
tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Berbeda
dengan model efek tetap, pendekatan random effect dapat menghemat dan
tidak mengurangi jumlah derajat kebebasan. Dengan demikian, parameter
hasil estimasi yang diperoleh semakin efisien sehingga model yang didapat
semakin baik.

Teori Permintaan Ekspor
Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor yang
memengaruhi permintaan (Salvatore 1997). Permintaan ekspor suatu negara
akan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:
1. Harga
Ketika harga komoditas meningkat, maka akan terjadi hubungan
negatif terhadap permintaan komoditas tersebut dikarenakan konsumen
berusaha mengurangi jumlah konsumsi produk tersebut (Lipsey 1995).
2. GDP Per Kapita
GDP per kapita adalah perbandingan antara GDP dengan jumlah
populasi. GDP per kapita dapat mengukur kemampuan suatu negara
untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Jika GDP per kapita suatu
negara cukup tinggi, maka negara tersebut memiliki kemampuan tinggi
untuk melakukan pembelian sehingga merupakan pasar yang potensial
bagi pemasaran suatu komoditi (Mankiw 2000).
3. Nilai Tukar Riil
Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang luar negeri relatif
murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika nilai tukar riil
rendah, maka sebaliknya harga barang-barang domestik relatif murah,

8
sedangkan harga barang-barang luar negeri mahal (Mankiw 2000).
Rumus dari nilai tukar riil yaitu nilai tukar nominal dikalikan dengan
rasio tingkat harga yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
E= e x (P/P*)
4. Populasi
Populasi dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yakni sisi
penawaran dan permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan populasi
dapat diartikan sebagai penambahan tenaga kerja untuk memproduksi
komoditi ekspor, sedangkan penambahan populasi pada sisi permintaan
akan meningkatkan konsumsi domestik yang berarti meningkatkan
jumlah permintaan domestik akan suatu komoditi (Salvatore 1997).
5. Jarak Ekonomi
Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu
negara dalam melakukan ekspor. Jarak meningkatkan biaya transaksi
pertukaran barang dan jasa internasional. Semakin jauh terpisah suatu
negara dengan yang lain semakin besar pula biaya transportasi pada
perdagangan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan jarak
ekonomi, yaitu jarak geografis ibukota negara Indonesia dengan negara
tujuan ekspor dikalikan dengan perbandingan antara GDP total negara
tujuan ekspor dengan jumlah GDP total seluruh negara tujuan ekspor
yang diteliti. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jarak ekonomi = jarak geografis x



Keterangan:
Jarak geografis = Jarak geografis Indonesia dengan negara tujuan ekspor
j
= Negara tujuan ekspor
i
= 1,2,3,....

Penelitian Terdahulu
Amelia (2009) menganalisa daya saing jahe Indonesia di pasar
internasional, dengan tujuan untuk melihat struktur pasar jahe dunia dan
perilaku pasar produsen Indonesia dalam perdagangan internasional. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitif yang dianalisis
dengan menggunakan Porter’s Diamond, dan Revealed Comparative
Advantage (RCA). Periode waktu yang dianalisis adalah tahun 2000 -2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar jahe dunia adalah
struktur pasar dominan, yang berarti Indonesia adalah price taker dalam
perdagangan jahe. Keunggulan komparatif produk jahe Indonesia di pasar
Malaysia terjadi selama tahun 2000 sampai tahun 2004, dari tahun 2005
sampai 2007 daya saingnya melemah dengan nilai RCA yang kurang dari
satu. Di pasar Singapura, Indonesia memiliki daya saing yang kuat pada
tahun 2000 sampai 2002, setelah tahun 2003 sampai 2007, Indonesia sudah
tidak memiliki daya saing yang kuat. Di Jepang, selama tahun 2000 sampai
2007, daya saing Indonesia selalu lemah dengan nilai RCA yang selalu

9
kurang dari satu. Sedangkan di Bangladesh, jahe Indonesia dapat diterima
baik selama tahun 2000 sampai tahun 2005, kecuali tahun 2003, karena
menurunnya daya saing jahe Indonesia, setelah tahun 2005, daya saing jahe
Indonesia di pasar ini melemah dengan nilai RCA yang kurang dari satu
sampai tahun 2007. Menurunnya daya saing disebabkan oleh penurunan
nilai ekspor karena menurunnya kualitas jahe Indonesia.
Agri (2011) menganalisa perkembangan nilai ekspor dan pesaing
hortikultura Indonesia serta untuk menganalisis posisi daya saing produk
hortikultura Indonesia di sepuluh negara tujuan utama dan dunia. Metode
analisis yang digunkan adalah analisis deskriptif, Revealed Comparative
Advantage (RCA), dan Export Product Dynamic (EPD). Data yang
digunakan yaitu data sekunder berupa data time series tahun 2001, 2005,
dan 2009 yang dianggap dapat mewakili kondisi satu dekade terakhir. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ekspor Indonesia yang paling kontinyu adalah
ke pasar dunia dan Singapura. Sedangkan untuk ke beberapa negara tujuan
ekspor lainnya, Indonesia masih belum mampu mengekspor produk
hortikulturanya secara kontinyu. Daya saing produk hortikultura Indonesia
menurut rata-rata RCA pada tahun 2001, 2005, dan 2009 memiliki daya
saing yang rendah di sepuluh negara tujuan utama dan dunia. Sehingga
ekspor hortikultura Indonesia masih kurang baik di beberapa negara tujuan
ekspornya ataupun bila dibandingkan dengan negara eksportir lainnya.
Komoditi yang memiliki daya saing yang kuat hampir di setiap negara
tujuan ekspor yaitu temulawak dan jambu, mangga, serta manggis.
Sedangkan komoditi yang mempunyai daya saing lemah yaitu pisang.
Tanujaya (2012) menganalisa daya saing ekspor produk perkebunan
terpilih Indonesia di beberapa negara Amerika Latin. Metode analisis yang
digunkan adalah analisis deskriptif, Revealed Comparative Advantage
(RCA), dan Export Product Dynamic (EPD), dan Regresi Panel Data. Data
yang digunakan yaitu data sekunder berupa data panel tahun 2000 sampai
tahun 2010. Hasil penelitian menunjukan komoditas kelapa sawit Indonesia
memiliki daya saing di negara Argentina, Brazil dan Meksiko. Komoditas
coklat memiliki daya saing di negara Argentina, Brazil dan Meksiko, dan
Venezuela, walaupun terdapat trend penurunan permintaan coklat Indonesia
di negara yang diteliti. Sementara itu untuk komoditi karet memiliki daya
saing pada seluruh negara dikawasan Amerika Latin.

Kerangka Pemikiran
Tantangan utama globalisasi dalam lingkup perdagangan bebas baik
saat ini maupun di masa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan
keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan
mengandalkan kemampuan sumberdaya manusia, teknologi dan manajemen.
Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk dapat bersaing dengan negaranegara yang lebih maju dalam pembudidayaan maupun menghasilkan jahe
dan temulawak yang berkualitas.
Dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage
(RCA), Export Product Dynamic (EPD), X-Model Produk Export Potensial,
Data Panel dan Porter Diamond, diharapkan hasil penelitian ini dapat

10
memberikan kontribusi untuk meningkatkan daya saing jahe dan temulawak
Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat meningkat.
Nilai dan volume ekspor jahe dan
temulawak Indonesia di lima Negara
tujuan ekspor

Perkembangan ekspor ekspor jahe
dan temulawak Indonesia di lima
negara tujuan ekspor

Faktor –faktor yang
memengaruhi permintaan
ekspor ekspor jahe dan
temulawak Indonesia di lima
negara tujuan

Daya saing ekspor jahe
dan temulawak Indonesia
di lima negara tujuan
ekspor
Rekomendasi strategi
peningkatan daya saing dan
kinerja ekspor ekspor jahe
dan temulawak Indonesia

Harga komoditas, GDP perkapita, nilai tukar riil
negara tujuan ekspor, populasi dan jarak ekonomi.
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berupa dugaan tanda
koefisien variabel-variabel yang memengaruhi aliran ekspor komoditi
tanaman obat Indonesia di lima negara tujuan adalah:
1. Harga Komoditas jahe dan temulawak di lima negara tujuan
diharapkan memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah permintaan
ekspor jahe dan temulawak Indonesia.
2. GDP per kapita negara tujuan diharapkan memiliki pengaruh positif
terhadap jumlah permintaan ekspor jahe dan temulawak Indonesia.
3. Nilai tukar riil diharapakan memiliki pengaruh negatif terhadap
jumlah permintaan ekspor jahe dan temulawak Indonesia
4. Populasi negara tujuan ekspor diharapkan memiliki pengaruh positif
terhadap jumlah permintaan ekspor jahe dan temulawak Indonesia.
5. Jarak ekonomi diharapkan berpengaruh negatif terhadap jumlah
permintaan ekspor jahe dan temulawak Indonesia.

11

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data panel dengan periode tahunan dimulai dari tahun 2002 sampai
tahun 2011. Data yang digunakan meliputi volume ekspor, nilai ekspor,
GDP perkapita negara tujuan, nilai tukar, dan jumlah populasi negara tujuan.
Sumber data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jendral
Hortikultura, United Commodity and Trade Database (UN Comtrade),
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan
World Bank. Adapun komoditas tanaman obat yang diteliti terdiri dari dua
komoditas, dengan kode Harmonized System (HS) seperti yang tertera pada
Tabel 4.
Tabel 4 Kode komoditi tanaman obat dalam Harmonized System (HS)
No
Komoditas
Kode HS
1
Jahe
091010
2
Temulawak
091030
Sumber : UNComtrade

Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif dan kuantitatif.
Metode Deskriptif
Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan
nilai ekspor jahe dan temulawak Indonesia di lima negara tujuan utama.
Porter’s Diamond
Teori Porter’s Diamond digunakan untuk menganalisa strategistrategi kebijakan yang dapat meningkatan daya saing komoditi jahe dan
temulawak. Analisis tersebut digunakan dengan cara menganalisa empat
faktor dalam Porter’s Diamond Theory, yaitu:
Kondisi faktor: posisi negara dalam faktor produksi, seperti tenaga kerja
terampil atau infrastruktur. Kondisi permintaan: sifat dari permintaan pasar
asal untuk barang dan jasa industri. Industri terkait dan industri pendukung:
keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan industri terkait lainnya di
negara tersebut yang secara internasional bersifat kompetitif. Strategi
perusahaan, struktur dan persaingan: kondisi dalam negara yang mengatur
bagaimana perusahaan diciptakan, diatur, dan dikelola, sebagaimana juga
sifat dari persaingan domestik. Keempat faktor tersebut didukung oleh peran
pemerintah dalam meningkatkan daya saing komoditi jahe dan temulawak
Indonesia (Porter 1998).

12
Strategi Perusahaan,
Struktur dan
Persaingan

Peran
Peluang

Kondisi Permintaan

Kondisi Faktor
Industri Pendukung dan
Industri Terkait

Peran
Pemerintah

Gambar 2 Porter’s Diamond Theory
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Indeks RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing
ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia. Dalam
penelitian ini, tingkat daya saing yang diteliti adalah daya saing ekspor
komoditas jahe dan temulawak Indonesia ke negara Amerika Serikat,
Belanda, Jepang, Malaysia, dan Singapura. Rumus RCA yang digunakan
adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Xi
=
Xt

=

Wij

=

Wt

=

Nilai ekspor komoditas j (Jahe atau Temulawak) dari
negara i (Indonesia) menuju lima negara tujuan
ekspor
Nilai ekspor total dari negara i menuju lima negara
tujuan ekspor
Nilai ekspor komoditas j dunia menuju lima negara
tujuan ekspor
Nilai ekspor total dunia menuju negara tujuan ekspor

Jika nilai RCA Indonesia untuk komoditas jahe dan temulawak lebih
dari satu (RCA>1) berarti Indonesia mempunnyai keunggulan komparatif
(diatas rata-rata pasar dunia) sehingga komoditi tersebut memiliki daya
saing yang kuat. Sebaliknya jika nilai RCA kurang dari satu (RCA , maka terima
Kesimpulannya, tidak
ada variabel independen yang memengaruhi variabel dependennya.
b. Uji t
Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing faktor bebas terhadap permintaan ekspor perhiasan
Indonesia. Besaran yang digunakan dalam uji ini adalah statistik t. Langkah
pertama untuk melakukan uji-t adalah dengan menuliskan hipotesis
pengujian.
: = 0 dengan t = 1,2,3,….,n
: ≠0
Jika statistik t yang didapat pada taraf nyata sebesar lebih besar
daripada tabel (t satistik > t tabel), maka tolak . Kesimpulannya, koefisien
dugaan
≠ 0 artinya variabel yang diuji berpengaruh nyata terhadap
variabel tak bebas. Sebaliknya, jika t statistik lebih kecil daripada t tabel (t
statistik < t tabel) pada taraf nyata sebesar , maka terima
.
Kesimpulannya, koefisien dengan = 0 artinya variabel yang diuji tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Model yang diduga akan
semakin baik apabila semakin banyak variabel bebas yang signifikan atau
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.

16
c. Uji R2 ataupun adj-R2
Uji ini dilakukan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang
dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Nilai R2
atau R2 adjusted berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati satu
maka semakin baik.
2. Kriteria Ekonometrika
a. Autokorelasi
Autokorelasi mencerminkan adanya hubungan yang terjadi antara
error masa lalu dengan error saat ini yang dapat menyebabkan parameter
menjadi bias sehingga pendugaan parameter menjadi tidak efisien. Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai dari
Durbin Watson (DW) statistiknya yang dibandingkan dengan nilai dari tabel
DW (Tabel 6). Berikut merupakan kerangka identifikasi dalam menentukan
ada tidaknya autokorelasi.
Tabel 6 Kerangka identifikasi autokorelasi
Nilai DW
Hasil
4-dl