Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERMINTAAN MINYAK ATSIRI
INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR

ALTIKA NINGSIH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing
dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di
Negara Tujuan Ekspor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Altika Ningsih
NIM H14090093

ABSTRAK
ALTIKA NINGSIH. Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh
SRI MULATSIH.
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor minyak atsiri di dunia.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif daya saing dan ekonometrik.
Analisis daya saing menggunakan metode RCA (revealed comparative
advantage), EPD (export product dynamic) dan X-Model Produk eksport
potensial, dengan periode waktu lima tahun (2007-2011). Analisis ekonometrik
menggunakan metode data panel, berupa data time series (2002-2011) dan cross
section dengan komponen sembilan negara tujuan ekspor (Perancis, Jerman, India,
Singapura, Belanda, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat). Hasil analisis

dengan metode RCA menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia memiliki daya
saing yang kuat. Hasil analisis metode EPD menunjukkan bahwa minyak atsiri
Indonesia berada pada posisi rising star, kecuali di Singapura berada pada lost
opportunity. Hasil analisis X-Model Produk eksport potensial menunjukkan
bahwa minyak atsiri Indonesia memiliki potensi pengembangan pasar optimis,
kecuali di Singapura minyak atsiri memiliki potensi pengembangan pasar
potensial. Hasil analisis metode data panel menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap permintaan minyak atsiri adalah GDP per kapita
riil, harga ekspor komoditi, dan jarak ekonomi.
Kata kunci: nilai ekspor, minyak atsiri, daya saing, data panel
ABSTRACT
ALTIKA NINGSIH. Analysis of Competitiveness and Factors that Affect the
Demand of Indonesian Essential Oils in Export Country. Supervised by SRI
MULATSIH.
Indonesian is one of the essential oils exporting countries in the world. The
purpose of this research is analyze the competitiveness and factors that affect the
demand Indonesia essential oils in export country. This research using
quantitative analysis of competitiveness and Econometrics. Analysis of
competitiveness using RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export
Product Dynamic) and X-Model Product export potential, with a five-year period

(2007-2011). Econometric analysis used data panel method, by time series (20022011) and the cross section with nine components of export countries (France,
Germany, India, Singapore, Netherland, Spain, Turkey, Uk and US). Results of
analysis by RCA methods showed that Indonesian essential oils has strong
competitiveness. Results of analysis by EPD methods showed that Indonesian
essential oils is rising star, except in Singapore is at a lost opportunity. The result
analysis of X-Model Product export potential indicate that Indonesian essential
oils has development potential of the optimistic market, except in Singapore has
the development potential of the potential market. Results of analysis by panel
data method showed that the variables that influence significant to demand
essential oils is real GDP per capita, commodity export prices and economic
distance.
Keywords: exports, essential oil, competitiveness, panel data

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERMINTAAN MINYAK ATSIRI
INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR

ALTIKA NINGSIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Nama
: Altika Ningsih
NIM
: H14090093

Disetujui oleh


Dr Ir Sri Mulatsih, MSc, Agr
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Analisis
Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri
Indonesia di Negara Tujuan Ekspor” dapat diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai April 2013.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Ayahanda Sukatman dan Ibunda Jumiati, serta Kang Effendi, Kang Adi
Wijaya, Kang Saputra, dan Adik Yuzi Prastio atas doa, kasih sayang, dan

dukungannya.
2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc, Agr. selaku Pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Sri Hartoyo selaku dosen penguji utama yang telah memberikan
saran dan kritik yang membangun kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Deni Lubis, MA selaku dosen penguji Komisi Akademik yang telah
memberikan beberapa koreksi dalam aturan penulisan yang baik dan benar
dalam penulisan skripsi ini.
5. Dr. Muhammad Findi Alexandi, MEc. selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Altika Ningsih

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan Internasional
Daya Saing
Permintaan Ekspor
Model Data Panel
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis dan Pengolahan Data
GAMBARAN UMUM
Minyak Atsiri
Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Dunia
Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Indonesia
Rata-Rata Pangsa Pasar Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri
Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Daya Saing Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Faktor-Faktor yang memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di
Negara Tujuan Ekspor
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

1
1
2
2
2
3
3
3
4
6
7
8
9

10
10
10
15
15
16
17
18
18
19
19
22
25
25
26

DAFTAR PUSTAKA

27


LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Data dan sumber data
Matriks posisi pasar
Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya
Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Rata-rata variabel yang memengaruhi permintaan minyak atsiri
Indonesia periode 2002-2011
Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di dunia
Hasil estimasi RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di dunia
Hasil estimasi EPD minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Hasil estimasi X-Model Produk eksport potensial minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor
Hasil estimasi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan
ekspor

10
12
14
18
19
20
20
21
21
22
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Keseimbangan parsial perdagangan internasional
kerangka pemikiran
Analisis X-Model Produk eksport potensial
Perkembangan perdagangan minyak atsiri dunia
Perkembangan nilai ekspor-impor minyak atsiri Indonesia di dunia
Rata-rata nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor

3
9
12
16
17
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Komponen dalam HS 3301 (essential oils)
2 Pangsa impor minyak atsiri berdasarkan negara asal
3 Hasil perhitungan RCA minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
periode 2007-2011
4 Hasil perhitungan EPD minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
periode 2007-2011
5 Hasil X-Model Produk ekport potensial minyak atsiri Indonesia di
negara tujuan ekspor periode 2007-2011
6 Variabel-variabel dalam model permintaan minyak atsiri Indonesia di
negara tujuan ekspor periode 2002-2011
7 Hasil uji Chow
8 Hasil uji Hausman
9 Hasil estimasi model permintaan minyak atsiri Indonesia di negara
tujuan ekspor
10 Hasil uji normalitas
11 Hasil estimasi cross section fixed effect
12 Matriks korelasi antar variabel model permintaan minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor

28
28
29
30
32
33
35
35
36
36
37
37

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kementerian Perdagangan (2013) melakukan pengembangan 10 komoditi
utama (TPT, elektronik, karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif,
udang, kakao dan kopi) dan 10 komoditi potensial (kulit, peralatan medis,
tanaman obat, makanan olahan, minyak atsiri, ikan, kerajinan, perhiasan, rempahrempah dan peralatan kantor) ekspor Indonesia. Minyak atsiri merupakan salah
satu komoditi subsektor industri yang termasuk dalam 10 komoditi potensial
ekspor Indonesia. Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia pada Tahun 2011 adalah
senilai US$ 158,549,228 atau sebesar 0.64 persen dari total ekspor 10 komoditi
potensial. Komoditi ini menempati urutan ketujuh, nilai ekspornya lebih besar
dibandingkan dengan tiga komoditi lain yaitu peralatan kantor, tanaman obat dan
peralatan medis.
Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Nilai ekspornya untuk periode 2009 sampai 2011 adalah sebesar US$ 522,994,713
dan rata-rata pertumbuhannya untuk periode tersebut positif yaitu sebesar 18.49
persen. Namun, kontribusi ekspor minyak atsiri Indonesia terhadap total ekspor
Indonesia masih sangat kecil. Hal ini dikarenakan minyak atsiri belum termasuk
ke dalam komoditi utama penyumbang GDP Indonesia. Walaupun begitu,
kontribusinya terhadap total ekspor selalu positif sehingga komoditi ini memiliki
potensi yang besar untuk berkontribusi dalam peningkatan GDP Indonesia.
Minyak atsiri (essential oils) merupakan komoditi ekstrak alami yang
bersumber pada bagian tertentu (akar, daun, bunga, buah, batang, kulit, kayu, bijibijian dan putik bunga) pada tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri
memiliki manfaat yang banyak, salah satunya sebagai bahan baku berbagai
industri (industri kosmetik, parfum, sabun, farmasi dan lain-lain). Tanaman
minyak atsiri Indonesia yang telah dikenal di dunia terdapat 15 jenis tanaman,
lima jenis diantaranya dominan di dunia, yaitu minyak nilam, minyak kenanga,
minyak akar wangi, minyak sereh wangi, dan minyak daun cengkeh. Menurut
Kementerian Perdagangan (2013) terdapat 20 negara tujuan ekspor minyak atsiri
Indonesia. Penelitian ini hanya memilih sembilan negara untuk dianalisis yaitu
Perancis, Jerman, India, Singapura, Belanda, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika
Serikat. Pemilihan negara tujuan tersebut berdasarkan nilai balance of trade dari
minyak atsiri yang positif.

Perumusan Masalah
Minyak atsiri Indonesia memiliki potensi yang besar, karena Indonesia
merupakan negara agraris, berbagai jenis tanaman bisa tumbuh termasuk tanaman
yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Selain itu, Indonesia memiliki lahan
perkebunan yang luas yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia. Permintaan
minyak atsiri dunia selalu meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan
industri yang menggunakan bahan baku minyak atsiri. Indonesia sebagai salah
satu negara pengekspor minyak atsiri, memiliki peluang yang besar untuk

2
memenuhi permintaan minyak atsiri di pasar internasional dan bersaing dengan
negara pengeskpor lainnya. Untuk lebih meningkatkan ekspor di negara tujuan
ekspor maka dianalisis potensi pasar di negara tujuan ekspor dengan melihat:
1) Bagaimana perkembangan daya saing ekspor minyak atsiri Indonesia di
negara tujuan ekspor?
2) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Menganalisis daya saing minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.
2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1) Mahasiswa dan masyarakat umum sebagai sumber referensi mengenai daya
saing minyak atsiri Indonesia.
2) Pemerintah Kementerian Perindustrian, sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan minyak atsiri Indonesia.
3) Pemerintah Kementerian Perdagangan, sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat regulasi yang tepat untuk meningkatkan ekspor minyak atsiri
Indonesia di pasar internasional.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas analisis daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Kode
Harmonized System (HS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 digit yaitu
HS 3301 dengan komoditi essential oils (Lampiran 1). Periode waktu yang
digunakan untuk metode RCA, EPD, dan X-Model Produk eksport potensial
adalah periode 2007-2011. Untuk metode data panel menggunakan data time
series dengan periode waktu 10 tahun yaitu 2002-2011, kemudian data cross
section yang digunakan adalah sembilan negara tujuan ekspor yaitu Perancis,
Jerman, India, Singapura, Belanda, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan, antar individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan
impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB
(Produk Domestik Produk) dari sisi pengeluaran suatu negara. Dalam
perdagangan internasional, setiap negara yang melakukan perdagangan bertujuan
mencari keuntungan dari perdagangan tersebut (Oktaviani dan Novianti 2009).

Gambar 1 Keseimbangan parsial perdagangan internasional
Gambar 1 menunjukkan keseimbangan parsial perdagangan internasional.
Harga domestik di negara A tanpa perdagangan adalah P1 , dan harga domestik di
negara B tanpa perdagangan adalah P3 . Ketika terjadi perdagangan antara negara
A dan negara B maka terjadi harga keseimbangan pada P2 . Karena P2 lebih besar
dari P1 maka negara A mengalami kelebihan penawaran komoditi X sebesar BE.
Di negara B P3 lebih besar dari P2 , hal ini membuat negara B mengalami
kelebihan permintaan komoditi X sebesar B’E’. Kelebihan penawaran negara A
sebesar BE sama dengan kelebihan permintaan negara B sebesar B’E. Dalam
hubungan perdagangan internasional, kedua negara melakukan perdagangan
dengan harga keseimbangan pada P2 , dimana ekspor negara A (BE) sama dengan
impor yang dilakukan negara B (B’E’).
Daya Saing
Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan
suatu negara di dalam perdagangan internasional. Ada beberapa metode yang
digunakan untuk mengukur daya saing, diantaranya adalah metode RCA (revealed
comparative advantage), CMSA (constant market share analysis), IIT (intra

4
industry trade), EPD (export product dynamic) dan X-Model Produk eksport
potensial. Dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga metode, yaitu metode
RCA, Metode EPD dan X-Model Produk eksport potensial.
RCA (Revealed Comparative Advantage)
Metode RCA digunakan untuk mengukur kinerja ekspor komoditi tertentu
dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditi tersebut dalam
ekspor total suatu negara dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam
perdagangan dunia (Basri dan Munandar 2010).
CMSA (Constant Market Share Analysis)
CMSA merupakan pendekatan praktis untuk mengukur tingkat dinamika
dari daya saing sebuah industri pada negara tertentu. CMSA dapat
membandingkan pertumbuhan ekspor suatu negara secara relatif terhadap
pertumbuhan standar (rata-rata dunia) dan juga menggambarkan dekomposisi
pertumbuhan ekspor menjadi beberapa komponen, yaitu: efek komoditi ekspor,
pertumbuhan impor dan daya saing.
IIT (Intra Industry Trade)
Metode IIT digunakan untuk melihat aliran perdagangan internasional.
Metode ini berada pada ukuran nilai antara 0 dan 1. IIT yang mendekati 0
mencerminkan aliran perdagangan yang bersifat inter-industri, sedangkan IIT
yang mendekati 1 mencerminkan aliran perdagangan yang bersifat intra-industri.
EPD (Export Product Dynamic)
Metode EPD digunakan untuk menentukan keunggulan kompetitif komoditi
tertentu dari suatu negara. EPD juga dapat menentukan gerakan dinamis suatu
komoditi. Jika pertumbuhan komoditi itu berada di atas rata-rata (dunia) dan
keadaan ini berlanjut untuk jangka waktu yang panjang, komoditi ini mungkin
akhirnya menjadi sumber penting pendapatan ekspor suatu negara.
X-Model Produk eksport potensial
Metode ini digunakan untuk melakukan klusterisasi produk yang memiliki
potensi pengembangan tinggi di negara tujuan ekspor dengan mempertimbangkan
daya saing (RCA) dan posisi pasar (EPD) (Kementerian Perdagangan 2013).

Permintaan Ekspor
Permintaan ekspor merupakan kebutuhan individu atau sekelompok orang
di suatu negara pada komoditi dan harga tertentu. Permintaan ekspor suatu negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah harga domestik negara
tujuan ekspor, harga impor negara tujuan, pendapatan per kapita penduduk negara
tujuan ekspor dan selera masyarakat negara tujuan.
Teori permintaan ekspor dapat menunjukkan dan menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan ekspor komoditi tertentu dari suatu negara. Dalam
penelitian ini, variabel yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor adalah GDP per kapita riil negara tujuan ekspor,

5
harga ekspor komoditi, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan
ekspor dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor.
GDP Per Kapita Riil
GDP (gross domestic product) adalah nilai pasar semua komoditi akhir yang
diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. Ukuran
kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output komoditi dan
tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga. Untuk tujuan itu, para ekonom
menggunakan GDP riil, yang nilai barang dan jasanya diukur dengan
menggunakan harga konstan. Untuk mengetahui tingkat kemampuan daya beli
masyarakat suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per
kapita riil negara tersebut. GPD per kapita riil suatu negara diperoleh dari GDP
riil negara tersebut dibagi dengan jumlah populasinya (Mankiw 2006).
Harga Komoditi
Harga merupakan faktor utama yang memengaruhi permintaan ekspor. Jika
harga komoditi meningkat maka akan menurunkan permintaan ekspor, dengan
kata lain meningkatnya harga komoditi yang ditawarkan maka akan menurunkan
permintaan ekspor akan komoditi tersebut.
Nilai Tukar Riil
Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang
diantara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana bisa
memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari
negara lain. Terdapat hubungan antara nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal.
Perumusan umum nilai tukar riil sebagai berikut:
Nilai tukar riil =

Nilai tukar nominal x Harga barang domestik
Harga barang luar negeri

Tingkat harga dimana memperdagangkan barang domestik dengan barang
luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat
nilai tukar yang berlaku (Mankiw 2006).
Jarak Ekonomi
Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara
dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi adalah suatu faktor penghambat
perdagangan internasional. Penelitian ini menggunakan jarak ekonomi, yaitu jarak
geografis antaribukota negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dikalikan
dengan perbandingan antara GDP total negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP
total seluruh negara tujuan ekspor yang di teliti. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Jarak ekonomi = Jarak geografis x

GDP total negara j
j=9
i=1 GDP

total i

Keterangan:
Jarak geofrafis = Jarak geografis Indonesia dengan negara tujuan ekspor
j
= Negara tujuan ekspor
i
= 1,2,3,…

6
Model Data Panel
Model data panel merupakan model yang menggunakan informasi dari
gabungan data cross section dan time series. Terdapat dua keuntungan
penggunaan model data panel dibandingkan data time series atau cross section
saja (Verbeek 2004). Pertama, dengan mengkombinasikan data time series dan
cross section dalam data panel membuat jumlah observasi menjadi lebih besar.
Kedua, keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah
mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi
dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross
section saja atau data time series saja. Data panel mampu mengontrol
heterogenitas individu. Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan
diaplikasikan data panel, yaitu fixed effect model (FEM) dan random effect model
(REM) (Firdaus 2011).
Fixed Effect Model (FEM)
FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki
korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini
membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari
intersep, yaitu:
Yit = i + λt + Xit + uit
Keterangan:
= Variabel endogen

= Variabel eksogen

α
= intersep
β
= slope
i
= individual ke-i
t
= periode waktu ke-t
u
= error
Penduga pada FEM dapat dihitung dengan beberapa teknik sebagai berikut:
1) Pendekatan Pooled Least Square (PLS)
Pada prinsipnya, pendekatan ini adalah menggunakan gabungan dari seluruh
data (pooled). Sehingga terdapat N x T observasi, di mana N menunjukkan
jumlah unit cross section dan T menunjukkan jumlah series yang digunakan.
2) Pendekatan Within Group (WG)
Pendekatan ini digunakan untuk megatasi masalah bias pada PLS. Teknik
yang digunakan adalah dengan menggunakan data deviasi dari rata-rata
individu. Penduga FEM dengan pendekatan ini tidak memiliki intersep.
3) Pendekatan Least Square Dummy Variable (LSDV)
Metode ini bertujuan untuk dapat merepresentasikan perbedaan intersep,
yaitu dengan dummy variable. Kelebihan pendekatan ini adalah dapat
menghasilkan dugaan parameter β yang tidak bias dan efisien.
Random Effect Model (REM)
REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi.
Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan
ke dalam error, yaitu:
Yit = i + Xit + uit + λi

7
Keterangan:
= Variabel endogen

= Variabel eksogen

α
= intersep
β
= slope
i
= individual ke-i
t
= periode waktu ke-t
u
= error
Pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu:
1) Pendekatan Between Estimator
Pendekatan ini berkaitan dengan dimensi antardata (differences between
individual), yang ditentukan sebagai OLS estimator pada sebuah regresi dari
rata-rata individu y dalam nilai x secara individu.
2) Pendekatan Generalized Least Square (GLS)
Pendekatan GLS mengkombinasikan informasi dari dimensi antar dan
dalam data secara efisien. GLS dapat dipandang sebagai rata-rata yang
dibobotkan dari estimasi between dan within dalam sebuah regresi. Bila
bobot yang dihitung tersebut tetap, maka estimasor yang diperoleh disebut
random effect model (REM).

Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Daya Saing dan Permintaan Ekspor
(Andelisa 2011), penelitian ini membahas analisis daya saing dan aliran
ekspor produk crude coconut oil (CCO) Indonesia. Penelitian ini menggunakan
analisis kuantitatif yaitu menggunakan alat analisis RCA, EPD dan IIT untuk
menghitung tingkat daya saing produk CCO Indonesia selama periode 2005-2009.
Selain itu, menggunakan metode data panel dengan gravity model untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor produk tersebut di
negara-negara tujuan ekspor. Hasil analisis tingkat daya saing untuk metode RCA,
EPD dan IIT menunjukkan produk CCO Indonesia memiliki keunggulan
komparatif, posisi produk CCO Indonesia pada rising star, produk CCO Indonesia
bersifat inter-industry trade. Sedangkan hasil analisis dengan metode data panel
pada taraf nyata lima persen terdapat satu variabel tidak berpengaruh terhadap
aliran ekspor CCO Indonesia.
Penelitian tentang Minyak Atisiri
(Rahmaisni 2011), penelitian ini membahas aplikasi minyak atsiri pada
produk gel pengharum ruangan anti serangga. Penelitian ini terdiri atas dua tahap,
tahap pertama yaitu menentukan konsentrasi terbaik minyak atsiri nilam dalam hal
mengikat minyak atsiri lain. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan uji
sensori dengan menggunakan 30 orang panelis. Tahap kedua mencari komposisi
dan ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan anti serangga. Pada
penelitian tahap pertama, berdasarkan hasil uji sensori oleh panelis diketahui
bahwa konsentrasi minyak atsiri nilam satu persen dari total volume sampel
menghasilkan daya fiksatif yang paling baik untuk mengikat minyak atsiri lain.
Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa terdapat tiga komposisi terbaik

8
minyak atsiri pada gel pengharum ruangan yang efektif menolak serangga.
Berdasarkan hasil uji ketahanan wangi dengan menggunakan panelis dapat
diperkirakan bahwa ketahanan wangi yang masih dapat diterima yaitu, dalam
rentang sama wangi sampai kurang wangi adalah 8 hari penyimpanan.
Kerangka Pemikiran
Indonesia merupakan negara agraris, berbagai jenis tanaman bisa tumbuh
termasuk tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Berdasarkan latar
belakang, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor minyak atsiri Indonesia terus
meningkat. Tetapi kontribusi ekspor minyak atsiri Indonesia terhadap total ekspor
Indonesia di dunia masih sangat kecil. Hal ini karena minyak atsiri Indonesia
belum termasuk ke dalam komoditi utama ekspor Indonesia. Menurut
Kementerian Perdagangan (2013), minyak atsiri masuk dalam 10 komoditi
potensial ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor minyak atsiri Indonesia yang
positif menunjukkan bahwa minyak atsiri Indonesia memiliki potensi yang baik.
Dengan alasan tersebut, penelitian ini akan melakukan analisis bagaimana daya
saing minyak atsiri Indonesia. Mengukur tingkat daya saing menggunakan alat
analisis RCA, EPD dan X-Model Produk eksport potensial. Kemudian, untuk
menganalisis faktor apa saja yang memengaruhi permintaan minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor, digunakan metode data panel.
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana daya saing
minyak atsiri Indonesia berdasarkan perhitungan RCA, EPD dan X-Model Produk
eksport potensial, kemudian dari analisis metode data panel akan dapat diketahui
faktor apa saja yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia di negara
tujuan ekspor. Dengan begitu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi pemerintah untuk melakukan pertimbangan dalam
menentukan regulasi yang tepat untuk mengembangkan industri minyak atsiri dan
merencanakan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan ekspor minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor. Skema kerangka pemikiran operasional
penelitian dapat dijelaskan pada Gambar 2:

9

Tanaman Penghasil minyak atsiri dapat tumbuh di Indonesia.
Minyak atsiri masuk ke dalam 10 komoditi potensial ekspor Indonesia
Pengembangan ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan
Daya saing minyak atsiri Indonesia
di negara tujuan ekspor




RCA (Revealed Comparative
Advantage)
EPD
(Export
Product
Dynamics)
X-Model
Produk
eksport
potensial

Faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan minyak atsiri Indonesia





GDP per kapita riil negara
tujuan ekspor
Harga ekspor komoditi
Nilai tukar riil rupiah terhadap
mata uang negara tujuan ekspor
Jarak ekonomi

Implikasi kebijakan
Gambar 2 Kerangka pemikiran

Hipotesis
1)
2)

3)
4)

5)

6)

Hipotesis yang digunakan pada penelitian adalah:
Nilai RCA minyak atsiri Indonesia lebih besar dari satu, artinya minyak
atsiri Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata (dunia)
sehingga berdaya saing yang kuat.
Posisi pasar minyak atisiri Indonesia berada pada rising star dengan
pertumbuhan pangsa pasar (sumbu x) ekspornya positif dan pertumbuhan
pangsa produk (sumbu y) bernilai positif.
Nilai RCA minyak atsiri Indonesia besar dari satu dan posisi pasar berada
pada rising star maka minyak atsiri Indonesia diklusterkan pada
pengembangan pasar optimis.
GDP per kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap
permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor. Artinya, apabila
GDP per kapita riil negara tujuan ekspor meningkat maka akan
meningkatkan daya beli masyarakat pada negara tujuan ekspor.
Harga ekspor komoditi berpengaruh negatif, artinya apabila harga ekspor
komoditi meningkat, maka akan menurunkan permintaan minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor.
Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor berpengaruh
negatif. Artinya, apabila nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan

10
ekspor terdepresiasi maka akan meningkatkan permintaan minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor.
7) Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor. Artinya, apabila jarak ekonomi negara
Indonesia dengan negara tujuan ekspor semakin jauh maka akan
menurunkan permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tersebut.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode
RCA, EPD dan X-Model Produk eksport potensial menggunakan periode waktu
lima tahun, yaitu periode 2007 sampai 2011. Metode data panel berupa data deret
waktu (time series) dengan periode waktu 10 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai
2011 dan data antar individu (cross section) dengan komponen sembilan negara
tujuan ekspor yaitu, Perancis, Jerman, India, Belanda, Singapura, Spanyol, Turki,
Inggris dan Amerika Serikat. Jenis data meliputi data nilai ekspor minyak atsiri
Indonesia di negara tujuan ekspor, GDP per kapita riil negara tujuan ekspor, harga
ekspor komoditi, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor
dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor. Minyak atsiri
yang diteliti adalah minyak atsiri jenis essential oils dengan kode HS 3301
(Lampiran 2).
Tabel 1 Data dan sumber data
Jenis Data
Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
periode 2002-2011
GPD per kapita negara tujuan ekspor periode 2002-2011
Harga ekspor komoditi periode 2002-2011
Nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor
periode 2002-2011
Jarak geografis antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor

Sumber
UNComtrade
Worldbank
UNComtrade
UNCTAD
cepii

Metode Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Analisis daya saing dengan
menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product
Dynamic) dan X-Model Produk eksport potensial. Analisis ini menggunakan data
periode waktu lima tahun yaitu 2007-2011. Analisis ekonometrik digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia
di negara tujuan ekspor. Analisis ekonometrik yang digunakan adalah metode data

11
panel, berupa data deret waktu (time series) dengan periode waktu 10 tahun yaitu
2002-2011 dan data antar individu (cross section) dengan komponen sembilan
negara tujuan ekspor yaitu Perancis, Jerman, India, Singapura, Belanda, Spanyol,
Turki, Inggris dan Amerika Serikat. Data diolah dengan menggunakan Microsoft
Excel 2007 dan Eviews 6. Program Microsoft excel 2007 digunakan untuk
mengolah RCA, EPD dan X-Model Produk eksport potensial. Sedangkan program
Eviews 6 untuk mengolah model data panel.
RCA (Revealed Comparative Advantage)
Metode RCA digunakan untuk menghitung pangsa nilai ekspor komoditi
tertentu suatu negara terhadap total ekspor di negara tujuan ekspor yang kemudian
dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor dunia terhadap total ekspor di negara
tujuan ekspor. Metode ini untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu negara
dalam kegiatan perdagangan antar negara. Rumus umum menghitung nilai RCA,
yaitu:
RCA =

Xij /Xt
Wij /Wt

Keterangan:
RCA = Tingkat daya saing minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Xij
= Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Xt
= Nilai ekspor total Indonesia di negara tujuan ekspor
Wij
= Nilai ekspor minyak atsiri dunia di negara tujuan ekspor
Wij
= Nilai ekspor total dunia di negara tujuan ekspor
Nilai RCA suatu komoditi menunjukkan dua kemungkinan, yaitu:
1. Jika nilai RCA > 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif
diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat.
2. Jika nilai RCA < 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif di
bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing lemah.
EPD (Export Product Dynamic)
EPD merupakan suatu indikator yang mengukur posisi pasar dari produk
suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Metode EPD digunakan untuk
menentukan keunggulan kompetitif komoditi tertentu dari suatu negara. EPD
juga dapat menentukan gerakan dinamis (pertumbuhannya cepat) suatu komoditi.
Kedinamisan ini secara spesifik mengidentifikasi tingkat pertumbuhan ekspor
suatu komoditi. Jika pertumbuhan komoditi itu berada di atas rata-rata dan
keadaan ini berlanjut untuk jangka waktu yang panjang, komoditi ini mungkin
akhirnya menjadi sumber penting pendapatan ekspor suatu negara. Rumus umum
EPD, yaitu:
Sumbu x: pertumbuhan pangsa pasar ekspor i =
Xij
t
t=1 Wij

Xij
t
t=1 Wij

t x 100%�

t-1 x 100%

Sumbu y: pertumbuhan pangsa pasar produk =

�=1





� � 100% −




�=1





t-1 � 100%

12
Keterangan:
Xij
= Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Xt
= Nilai ekspor total Indonesia di negara tujuan ekspor
Wij
= Nilai ekspor minyak atsiri dunia di negara tujuan ekspor
Wij
= Nilai ekspor total dunia di negara tujuan ekspor
T
= Jumlah tahun analisis yang dipergunakan
Tabel 2 Matriks posisi pasar
Share of country's export in
world trade (x)
Rising/Competitive (+)
Falling/non-competitive (-)

Share of Product in World Trade (y)
Rising/Dynamic (+)
Falling/Stagnant (-)
Rising star
Falling star
Lost opportunity
Retreat

Sumber: Estherhuizen 2006 dalam Bapennas 2009

Posisi pasar yang ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tinggi pada
ekspornya sebagai rising star yang menunjukkan bahwa negara tersebut
memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat
(fast-growing product). Lost opportunity, terkait dengan penurunan pangsa pasar
pada produk-produk yang dinamis, adalah posisi yang paling tidak diinginkan.
Falling star juga tidak disukai, meskipun masih lebih baik jika dibandingkan
dengan lost opportunity, karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu,
retreat biasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu mungkin diinginkan
jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produkproduk yang dinamik (Bapennas 2009).
X-Model Produk eksport potensial
Metode ini digunakan untuk melakukan klusterisasi produk yang memiliki
potensi pengembangan tinggi di negara tujuan ekspor dengan mempertimbangkan
daya saing (RCA) dan posisi pasar (EPD). Analisis X-model produk eksport
potensial seperti ditunjukkan pada Gambar 3:
Pengembangan
pasar optimis

Pengembangan
Pasar kurang
potensial
potensial

Pengembangan
pasar potensial

Pengembangan
Pasar tidak
potensial

Gambar 3 Analisis X-Model Produk eksport potensial

13
Pemilihan Model
Model data panel merupakan model yang menggunakan informasi dari
gabungan data cross section dan time series. Untuk memperoleh model mana
yang paling baik dan efisien perlu dilakukan pengujian statistik. Berikut adalah
pengujian statitik dalam model data panel, yaitu:
1) Uji Chow
Uji Chow (Chow test) atau uji F statistics merupakan pengujian statistics
untuk memilih apakah model yang digunakan pooled least square (PLS)
atau fixed effect. Hipotesisnya adalah:
H0 : model PLS
H1 : model fixed effect
Jika nilai F-statistics hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup
bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 , artinya model yang dipilih
adalah model fixed effect.
2) Uji Hausman
Uji Hausman (Hausman test) merupakan pengujian statistics untuk memilih
apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect.
Hipotesisnya adalah:
H0 : model random effect
H1 : model fixed effect
Jika nilai Hausman test hasil pengujian lebih besar dari chi square, maka
cukup bukti untuk menolak H0 , artinya model yang dipilih adalah model
fixed effect.
Suatu fungsi regresi dapat dikategorikan sebagai fungsi yang linear dan
efisien jika semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi. Dalam
analisis ini, terdapat empat asumsi yang harus diuji. Keempat asumsi yang diuji
adalah heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan normalitas.
1) Heteroskedastisitas
Suatu fungsi dikatakan mengandung masalah heteroskedastisitas apabila
variasi dari faktor pengganggu tidak sama untuk tiap pengamatan ke-i dari
peubah-peubah eksogen dalam model regresi. Masalah heteroskedastistas
sering terjadi dalam data cross section. Dalam analisis data panel, masalah
heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan membandingkan sum square
residual pada wighted statistics dan unweighted statistics. Jika sum square
residual wighted statistics lebih kecil dibandingkan dengan sum square
residual unweightes statistics maka dapat disimpulkan terjadi
heteroskedastisitas.
2) Multikolinearitas
Suatu model regresi mengandung asumsi multikolinearitas jika terdapat
hubungan linear yang sempurna antar variabel eksogennya. Untuk
mengetahui adanya pelanggaran asumsi ini dapat dilihat dari R-square. Jika
R-squarenya tinggi (antara 0.7-1.0) dan koefisien korelasi sederhana juga
tinggi, tetapi tidak satupun atau sedikit sekali koefisien individunya
signifikan, maka model regresi ini mengandung masalah multikolinearitas.
3) Autokorelasi
Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa korelasi
di antara faktor pengganggu (Firdaus 2004). Ada beberapa cara untuk

14
mengetahui adanya masalah autokorelasi, salah satunya adalah dengan cara
uji Durbin-Watson.
Tabel 3 Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya
DW
Kurang dari 1.10
1.10 dan 1.54
1.55 dan 2.46
2.46 dan 2.90
Lebih dari 2.91

Kesimpulan
Ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Ada autokorelasi

Sumber: Firdaus 2004

4) Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah error term menyebar
secara normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan tes jarque
bera, jika nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan,
maka error term dalam model telah menyebar secara normal.
Uji kriteria statistik atau uji hipotesis dilakukan untuk menguji apakah
variabel-variabel yang digunakan dalam regresi signifikan atau tidak. Uji tersebut
adalah uji F, uji t dan uji R2 .
1) Uji F
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel eksogen terhadap
variabel endogen. Hipotesisnya adalah:
H0 : β1 = β2 = βn = 0
H1 : Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol
Jika probabilitas (p-value) < taraf nyata a persen maka sudah cukup bukti
untuk tolak H0 , artinya minimal ada satu variabel eksogen yang berpengaruh
nyata terhadap variabel endogen pada taraf nyata a persen.
2) Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel eksogen secara individu
berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel endogen. Hipotesisnya
adalah:
H0 : βn = 0
H1 : βn ≠ 0
Jika probabilitas (p-value) < taraf nyata a persen maka sudah cukup bukti
untuk tolak H0 , artinya variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap
variabel endogen pada taraf nyata a persen.
3) Uji R2
R2 (koefisien determinasi) merupakan koefisien yang mengukur tingkat
ketepatan atau kecocokan variasi pada model regresi yang dapat
menerangkan variabel endogen. R2 nilainya antara nol dan satu. Jika
nilainya mendekati atau sama dengan satu maka model regresi tersebut
mampu menjelaskan keragaman dari variabel endogen.
Tahap pemilihan model akan menentukan model yang akan dipilih.
Perumusan model dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan minyak atsiri Indonesia diperoleh satu perumusan umum. Variabel

15
endogennya adalah nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor.
Kemudian variabel eksogennnya adalah GDP per kapita riil negara tujuan ekspor,
harga ekspor komoditi, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan
ekspor dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor.
Variabel-variabel tersebut di transformasi ke bentuk logaritma natural (ln), hal ini
untuk mengurangi masalah heteroskedastisitas. Dari hasil pengujian dan
transformasi, maka didapatkan model umum sebagai berikut:
lnX ijt = α0 + β1 lnGDPjt + β2 lnHit + β3 lnEXR jt + β4 lnEDjt + �

Keterangan:
= Nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan j tahun ke-t (US$)

� � � = GDP per kapita riil negara j tahun ke-t (US$)
Hit
= Harga ekspor komoditi negara i tahun ke-t (US$)
� � = Nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara j tahun ke-t
= Jarak ekonomi


= random error
= konstanta (intercept)
0
=
parameter yang diduga (n=1, 2, … ,4)

Definisi Operasional Variabel:
1) Nilai ekspor minyak atsiri adalah nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di
negara tujuan ekspor selama periode 2002-2011 dinyatakan dalam satuan
US$.
2) GDP per kapita riil adalah GDP per kapita riil negara tujuan ekspor
berdasarkan tahun dasar 2005 selama periode 2002-2011 dinyatakan dalam
satuan US$.
3) Harga ekspor komoditi adalah harga ekspor minyak atsiri Indonesia ke
negara tujuan ekspor selama periode 2002-2011. Harga diperoleh dari nilai
ekspor di bagi volume ekspor.
4) Nilai tukar riil adalah nilai tukar rupiah nominal terhadap mata uang negara
tujuan ekspor dikali dengan perbandingan indeks harga konsumen Indonesia
dengan indeks harga konsumen negara tujuan ekspor berdasarkan tahun
dasar 2005, dinyatakan dalam mata uang negara tujuan ekspor.
5) Jarak ekonomi adalah jarak geografis antara Indonesia dengan negara tujuan
ekspor dikali dengan perbandingan GDP total negara tujuan dengan jumlah
GDP total dari kesembilan negara tujuan ekspor, GDP total berdasarkan
tahun dasar 2005.

GAMBARAN UMUM
Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang (essential oils, volatile oils) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut
mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi mempunyai rasa

16
getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Tanaman yang menghasilkan
minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang termasuk
dalam family Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan
Umbelligeraceae. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanaman
penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan
sebagai sumber minyak atsiri secara komersil (Dewan Atsiri Indonesia 2013).
Menurut Kementerian Perdagangan (2013), Indonesia termasuk dalam 10
eksportir terbesar minyak atsiri di dunia. Indonesia menjadi eksportir utama untuk
jenis minyak nilam, kemudian diikuti Malaysia, Philipina, India dan China.
Market share minyak nilam Indonesia (patchouli oil) di dunia pada tahun 2010
mencapai 90 persen. Selanjutnya Indonesia juga menjadi eksportir terbesar untuk
tanaman jenis lain seperti minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak sereh
wangi dan minyak daun cengkeh.

Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Dunia

Nilai ekspor (US$)

Nilai perdagangan minyak atsiri dunia memiliki tren yang fluktuatif, tetapi
cenderung meningkat selama periode 2002 sampai 2011 (Gambar 4). Nilai
perdagangan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan,
rata-rata pertumbuhannya adalah sebesar 12.32 persen. Namun, untuk tahun 2008
sampai 2009 nilai perdagangannya menurun sebesar 15.30 persen, hal ini
dikarenakan terjadinya krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008. Penurunan
nilai perdagangan minyak atsiri di dunia tidak berlangsung lama, hal ini dapat
dilihat pada Gambar 4, pada tahun 2009 sampai 2011 nilai perdagangan minyak
atsiri mengalami peningkatan, rata-rata pertumbuhannya mencapai pada angka
22.46 persen. Secara umum rata-rata nilai perdagangan minyak atsiri dunia
mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 11.50 persen.
4000000000
3500000000
3000000000
2500000000
2000000000
1500000000
1000000000
500000000
0
2002200320042005200620072008200920102011

Tahun
Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Gambar 4 Perkembangan perdagangan minyak atsiri dunia

17
Perkembangan Perdagangan Minyak Atsiri Indonesia

Nilai (US$)

Nilai ekspor dan impor minyak atsiri Indonesia selama periode 2002 sampai
2011 memiliki tren yang fluktuatif (Gambar 5). Selama periode 2002 sampai 2011,
nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai nilai tertinggi pada tahun 2011
yaitu sebesar US$ 160,623,237, sedangkan nilai ekspor terendahnya pada tahun
2003 yaitu sebesar US$ 44,146,202.
18000000
16000000
14000000
12000000
10000000
80000000
60000000
40000000
20000000
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tahun
Nilai Ekspor

Nilai Impor

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Gambar 5 Perkembangan nilai ekspor-impor minyak atsiri Indonesia di dunia

Nilai ekspor (US$)

Selanjutnya, nilai impor tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar
US$ 100,056,170 dan nilai terendahnya pada tahun 2002 yaitu sebesar
US$ 11,008,555. Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor selama periode penelitian
adalah sebesar 17.59 persen, dan rata-rata pertumbuhan nilai impor sebesar 30.30
persen. Nilai rata-rata impornya tinggi karena pada tahun 2002 ke 2003 persentase
pertumbuhannya sangat tinggi yaitu sebesar 90.27 persen. Namun, untuk tahun
berikutnya pertumbuhan nilai ekspor selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
impornya.
50000000
40000000
30000000
20000000
10000000
0

Negara
Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Gambar 6 Rata-rata nilai ekspor minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Menurut Kementerian Perdagangan (2013), terdapat 20 negara tujuan
ekspor minyak atsiri Indonesia, sembilan diantaranya adalah Perancis, Jerman,
India, Belanda, Singapura, Spanyol, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.

18
Berdasarkan Gambar 6, menunjukkan rata-rata nilai ekspor minyak atsiri
Indonesia di sembilan negara tujuan ekspor periode 2002-2011. Nilai ekspor
minyak atsiri Indonesia terbesar di Amerika Serikat yaitu sebesar US$ 20,487,951.

Rata-rata Pangsa Pasar Minyak Atsiri Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Perdagangan internasional dilakukan oleh banyak negara di dunia. Suatu
negara dapat melakukan perdagangan dengan beberapa negara, tidak terkecuali
dalam kegiatan perdagangan pada komoditi minyak atsiri. Negara penghasil
minyak atsiri akan melakukan ekspor ke negara yang memerlukan minyak atsiri.
Negara-negara yang menghasilkan minyak atsiri akan bersaing antara satu dengan
yang lainnya untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar di negara tujuan
ekspor.
Tabel 4 Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor
Negara
Perancis
Jerman
India
Belanda
Singapura
Spanyol
Turki
Inggris
Amerika Serikat

Pangsa Pasar (%)
4.66
2.93
16.11
5.58
31.40
4.59
3.72
2.02
4.79

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Tabel 4 menunjukkan rata-rata pangsa pasar minyak atsiri Indonesia di
negara tujuan ekspor pada periode 2002-2011. Pangsa pasar minyak atsiri
Indonesia terbesar di Singapura yaitu mencapai 31.40 % untuk periode 2002-2011.
Sedangkan yang terendah adalah di Inggris, yaitu sebesar 2.02 %. Terdapat
beberapa negara pesaing atau kompetitor Indonesia yang memiliki pangsa pasar di
negara tujuan ekspor, seperti yang terlampir pada Lampiran 2.

Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri
Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Permintaan minyak atsiri Indonesia di negara tujuan ekspor dapat
dipengaruhi oleh GDP per kapita riil negara tujuan ekspor, harga ekspor komoditi,
nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor dan jarak ekonomi.
Pada Tabel 5 menunjukkan rata-rata GDP per kapita riil negara tujuan ekspor,
rata-rata harga ekspor komoditi, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara tujuan ekspor dan rata-rata jarak ekonomi untuk periode 2002-2011. Rata-

19
rata GDP per kapita riil terbesar di Singapura yaitu sebesar US$ 46,455, dan ratarata GDP per kapita riil yang terendah di India yaitu sebesar US$ 2,465.
Tabel 5 Rata-rata variabel yang memengaruhi permintaan minyak atsiri Indonesia
periode 2002-2011
Negara
Perancis
Jerman
India
Belanda
Singapura
Spanyol
Turki
Inggris
Amerika Serikat

GDP per
kapita (US$)
29,497
32,306
2,465
35,980
46,455
27,265
11,636
32,761
42,037

Harga
(US$)
30.38
32.54
14.16
32.14
18.93
20.41
10.00
30.81
24.45

Nilai tukar
0.00009
0.00009
0.00485
0.00009
0.00018
0.00009
0.00016
0.00007
0.00012

Jarak
Ekonomi
878
1,202
576
270
8
592
307
942
8,219

Sumber: UNComtrade 2013 (diolah)

Rata-rata nilai tukar riil rupiah terhadap negara tujuan ekspor terbesar di
India yaitu sebesar 0.00485, dan rata-rata nilai tukar riil rupiah terhadap negara
tujuan ekspor terkecil di Inggris yaitu 0.00007. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
rupiah terhadap rupee (India) lebih mahal di bandingkan dengan mata uang negara
tujuan ekspor lainnya, begitu sebaliknya nilai rupiah terhadap pounds (Inggris)
lebih murah dibandingkan dengan mata uang negara tujuan ekspor lainnya