Gangguan fungsi paru IMT dan Hubungannya dengan Fungsi Paru

12 statis, arus puncak ekspirasi maksimal, daya regang paru, dan tekanan O2 paru. Aktivitas refleks saluran napas berkurang pada orang yang lanjut usia, akibatnya kemampuan daya pembersih saluran napas juga berkurang

6. Daya pengembangan paru. Peningkatan volume dalam paru menghasilkan

tekanan positif, sedangkan penurunan volume dalam paru menimbulkan tekanan negatif. Perbandingan antara perubahan volume paru dengan satuan perubahan satuan tekanan udara menggambarkan compliance jaringan paru dan dinding dada.

7. Masa kerja dan riwayat pekerjaan. Semakin lama tenaga kerja bekerja pada

lingkungan yang menyebabkan gangguan kesehatan, maka penurunan fungsi paru pada orang tersebut akan bertambah dari waktu ke waktu. 8. Riwayat penyakit paru. 9. Olahraga rutin. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan denyut jantung, fungsi paru, dan metabolisme saat istirahat.

10. Kebiasaan merokok. Tembakau merupakan penyebab penyakit gangguan

fungsi paru-paru yang bersifat kronis dan obstruktif, yang pada akhirnya dapat menurunkan daya tahan tubuh 15.

F. Gangguan fungsi paru

Gangguan fungsi ventilasi paru menyebabkan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru akan berkurang dari normal. Gangguan fungsi ventilasi paru yang utama adalah: 1. Restriksi, yaitu penyempitan saluran paru-paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergen seperti debu, spora jamur, dan sebagainya, yang 13 mengganggu saluran pernapasan. 2. Obstruksi, yaitu penurunan kapasitas fungsi paru yang diakibatkan oleh penimbunan debu-debu sehingga menyebabkan penurunan kapasitas fungsi paru. 3. Kombinasi obstruksi dan restriksi mixed, yaitu terjadi juga karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran udara, yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVlFVC merupakan suatu indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu restriktif 15.

G. IMT dan Hubungannya dengan Fungsi Paru

Indeks massa tubuh IMT merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter kgm2. Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin 16. Menurut WHO 2004 berat badan dan Obesitas dapat diklasifikasikan berdasarkan IMT dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh WHO Klasifikasi Nilai cut off IMT kgm 2 Utama Tambahan Berat badan kurang 18.50 18.50 Kurus berat 16.00 16.00 Kurus sedang 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99 Kurus ringan 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49 Normal 18.50 - 24.99

18.50 - 22.99 23.00 - 24.99

Berat badan lebih ≥25.00 ≥25.00 14 Pre Obesitas 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49 27.50 - 29.99 Obesitas ≥30.00 ≥30.00 Obesitas kelas I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49 32.50 - 34.99 Obesitas kelas II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49 37.50 - 39.99 Obesitas kelas III ≥40.00 ≥40.00 Kriteria di atas merupakan kriteria internasional yang bernilai sama untuk pria dan wanita. Namun, berdasarkan meta-analisis terdapat perbedaan nilai cut off IMT pada kelompok etnik yang berbeda karena banyak bukti yang berhubungan antara IMT, persentase lemak tubuh, dan distribusi lemak yang berbeda pada populasi yang berbeda. Pada etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kgm2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan 2.9 kgm2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya nilai cut off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu 17. Obesitas menyebabkan berbagai penyakit terhadapat fungsi pernapasan dalam bentuk perubahan mekanisme pernapasan, penurunan kekuatan otot pernapasan, penurunan pertukaran gas dalam paru, rendahnya pengaturan pernapasan dan pembatasan pada fungsi paru. Perubahan pada fungsi paru dikarenakan akumulasi dari jaringan adiposa dalam rongga perut dan juga diatas dinding dada, hal itu menyebabkan penurunan pergerakan diapragma, penurunan penyesuaian paru dan dinding dada, peningkatan elastisitas kembali dan penurunan volume paru 18,19. 15

BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Status gizi dapat dinilai secara absolut dengan cara mengukur indeks massa tubuh IMT, dimana berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter. Orang dewasa dengan IMT 18,5 dianggap kurus, orang dewasa dengan IMT ≥ 18,5 - 24,9 dianggap normal, orang dewasa dengan IMT ≥ 25,0 - 30,0 dianggap kelebihan berat badan, dan orang dewasa dengan IMT ≥ 30,0 dianggap sebagai obesitas 2. Obesitas menyebabkan berbagai penyakit terhadap fungsi pernapasan dalam bentuk perubahan mekanisme pernapasan, penurunan kekuatan otot pernapasan, penurunan pertukaran gas dalam paru, rendahnya pengaturan pernapasan dan pembatasan pada fungsi paru. Perubahan pada fungsi paru dikarenakan akumulasi dari jaringan adiposa dalam rongga perut dan juga diatas dinding dada, hal itu menyebabkan penurunan pergerakan diapragma, penurunan penyesuaian paru dan dinding dada, peningkatan elastisitas kembali dan penurunan volume paru.

Dokumen yang terkait

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi Di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012

4 63 73

Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5 79 63

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Pada Masyarakat Pegunungan Di Desa Gondosuli Tawangmangu.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU PADA MASYARAKAT Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Pada Masyarakat Pegunungan Di Desa Gondosuli Tawangmangu.

0 2 16

BAB 1 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kapasitas Vital Paru-Paru Pada Masyarakat Pegunungan Di Desa Gondosuli Tawangmangu.

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) PADA MAHASISWA APIKES CITRA Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kapasitas Vital Paksa pada Mahasiswa Apikes Citra Medika Surakarta.

0 1 13

PENDAHULUAN Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kapasitas Vital Paksa pada Mahasiswa Apikes Citra Medika Surakarta.

0 0 4

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) PADA MAHASISWA APIKES CITRA Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kapasitas Vital Paksa pada Mahasiswa Apikes Citra Medika Surakarta.

0 0 17

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KESEIMBANGAN STATIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT) - Gambaran Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

0 0 12