Upaya Guru untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita

54 sopan serta tidak mampu mengendalikan emosi. Her tidak mampu menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara dengan teman maupun guru. Ketika berbicara dengan teman, Her selalu berteriak dan bernada marah. Hal ini, membuat teman-teman takut kepada Her. Dengan guru pun, Her juga kurang sopan. Her selalu berteriak kepada gurunya ketika tugas yang ia terima tidak menyenangkan. Hambatan yang dialami Ri juga sama dengan hambatan yang dialami Her. Cara berbicara Ri kepada guru kurang sopan. Ri tidak mampu menggunakan bahasa yang tetapt ketika berbicara dengan gurunya. Bahasa yang ia gunakan cenderung kasar. Hal tersebut membuat guru sering tersinggung dengan perkataan Ri yang kurang sopan tersebut. Hambatan yang dialami Ni adalah cenderung pendiam. Ketika jam istirahat, Ni hanya duduk di bangkunya. Selain itu, Ni hanya dekat dengan teman yang sebangku dengan dia. Dengan teman-teman yang lain, Ni kurang akrab.

4. Upaya Guru untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita

Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ada anak tunagrahita yang bisa berinteraksi dengan teman dan ada pula yang mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan teman. Di SDN Kepuhan, tidak semua guru melakukan upaya atau tindakan untuk meningkatkan interaksi sosial anak tunagrahita di sekolah. Guru kelas yang teridentifikasi melakukan tindakan atau upaya untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak tunagrahita adalah guru kelas II B dan II C. 55 Berikut ini merupakan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh guru kelas untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak tunagrahita. a. Apabila anak tunagrahita menyendiri ketika teman-temannya bermain bersama, guru kelas II B meminta teman-teman yang lain untuk mendekati anak tunagrahita tersebut. Teman-teman berusaha membujuk anak tunagrahita untuk bergabung dan bermain bersama. b. Apabila anak tunagrahita kesulitan mengerjakan tugas di sekolah, guru kelas II B meminta teman yang sebangku untuk membantu anak tunagrahita. Guru kelas II C juga melakukan hal yang serupa. Guru meminta anak yang lebih pintar untuk membantu anak tunagrahita mengerjakan tugas di sekolah. c. Guru kelas II C membentuk tempat duduk siswa secara berkelompok atau berbentuk U. Tempat duduk siswa dibentuk secara berkelompok supaya anak lebih mudah untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Upaya yang dilakukan oleh guru kelas selain yang tersebut di atas lebih terfokus pada peningkatan hasil belajar dan penanaman nilai disiplin. Upaya- upaya tersebut bersifat klasikal. Artinya, semua siswa mendapat perlakuan yang sama dari guru kelas. Guru kelas tidak membedakan apakah itu anak normal atau anak berkebutuhan khusus. Upaya yang dilakukan oleh guru kelas I A dan II A untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak adalah memberikan nasehat secara klasikal. Guru kelas sering mengatakan kepada anak-anak supaya saling menghargai sesama teman, tidak membeda-bedakan dalam berteman, dan saling membantu apabila teman mengalami kesulitan. 56 Upaya yang dilakukan oleh guru kelas III A lebih terfokus pada penanaman nilai disiplin bagi anak tunagrahita. Guru kelas III A sering mengingatkan anak-anak supaya tidak melepas sepatu saat proses pembelajaran di kelas, saling menyayangi sesama teman, saling membantu, dan saling menghargai. Upaya yang dilakukan oleh guru kelas III B dan IV A lebih terfokus pada peningkatan hasil belajar. Berdasarkan hasil wawancara, guru kelas mengatakan bahwa siswanya yang mempunyai kelainan tunagrahita tidak mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan teman-temannya. Upaya yang dilakukan oleh guru kelas IV B juga terfokus pada peningkatan hasil belajar. Hanya kadang-kadang, guru kelas meminta anak tunagrahita duduk di depan meja guru. Hal ini bertujuan agar anak tunagrahita lebih memperhatikan pelajaran.

B. Pembahasan 1. Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di SDN Kepuhan