42 1.
Menentukan data struktur perkerasan yaitu modulus elastisitas, poisson ratio, dan tebal perkerasan berdasarkan perencanaan menggunakan metode Manual
Desain Perkerasan Jalan No.22.2KPTSDb2012 2.
Hitung parameter dengan menggunakan teori sistem lapis banyak program Kenpave sehingga diperoleh hasil tegangan dan regangan yang terjadi pada
struktur perkerasan 3.
Nilai regangan tarik horizontal di bawah lapis permukaan perkerasan dapat digunakan untuk mengetahui jumlah repetisi beban N
f
dan nilai regangan di bawah lapis pondasi bawah atau permukaan tanah dasar dapat digunakan
untuk mengetahui N
d
4. Periksa nilai N
f
dan N
d
dengan N
rencana
yang telah direncanakan 5.
Jika nilai N
f
atau N
d
lebih besar dari nilai N
rencana
maka tebal perkerasan yang dihasilkan melalui metode perencanaan Manual Desain Perkerasan Jalan
No.22.2KPTSDb2012 mampu menahan beban lalu lintas sesuai dengan yang direncanakan
6. Jika nilai N
f
atau N
d
lebih kecil dari N
rencana
maka tebal perkerasan metode Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2KPTSDb2012 tidak mampu
menahan beban lalu lintas yang direncanakan berdasarkan teori sisitem lapis banyak program Kenpave.
II.8. METODE
MANUAL DESAIN
PERKERASAN JALAN
No.22.2KPTSDb2012
Dalam metode Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2KPTSDb2012 seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya merupakan pelengkap desain
perkerasan Pd T-01-2002-B atau yang sering disebut metode Bina Marga 2002.
Universitas Sumatera Utara
43 Metode ini secara umum hampir sama dengan Metode Bina Marga 2002, dimana
masih dipakai beberapa parameter-parameter pada Metode Bina marga 2002. Namun demikian terdapat beberapa perubahan-perubahan dan penambahan parameter yang
digunakan, begitu juga beberapa rumus yang dirubah, sehingga terdapat perubahan yang cukup jelas dalam penentuan nilai tebal perkerasan. Parameter- parameter
beikut adalah parameter yang mengalami perubahan dari parameter Bina Marga 2000 maupun ditambah adalah sebagai berikut :
II.8.1. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas Faktor pertumbuhan lalu lintas didasarkan pada data-data pertumbuhan
historis atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lalin yang valid, bila tidak ada maka dapat mengunakan tabel 3.2
2011-2020 2021-2030
arteri dan perkotaan 5
4 Rural
3.5 2.5
Tabel 2.6 Perkiraan Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas Untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung
sebagai berikut: R =
....................................................................2.10 Dimana : R = pertumbuhan lalu lintas
UR = umur rencanaumur pelayanan tahun i = perkembangan lalu lintas
Universitas Sumatera Utara
44 II.8.2. Faktor distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur
Faktor distribusi lajur untuk kendaraan niaga truk dan bus ditetapkan pada tabel 2.8. Beban rencana pada setiap lajur tidak boleh melampaui kapasitas lajur pada
setiap tahun selama umur rencana. Jumlah lajur
setiap arah Kendaraan niaga pada lajur rencana
terhadap populasi kendaraan niaga 1
100 2
80 3
60 4
50 Tabel 2.7 Faktor Distribusi Lajur D
L
II.8.3. Perkiraan Faktor Ekivalen Beban Vehicle Damage Factor Dalam Manual Desain Perkerasan Jalan istilah angka ekivalen beban gandar
sumbu kendaraan yang digunakan adalah faktor ekivalen beban VDF. Perhitungan beban lalu lintas yang akurat sangatlah penting, beban lalu lintas tersebut diperoleh
dari : 1.
Studi jembatan timbangtimbang statis lainnya khusus untuk ruas jalan yang didesain
2. Studi jembatan yang telah pernah dilakukan sebelumnya dan dianggap sukup
representatif untuk ruas jalan yang didesain Jika survey beban lalu lintas mrnggunakan survey timbangan portable,
sistem harus mempunyai kapasitas beban satu pasangan roda minimum 18 ton atau kapasitas beban satu sumbu minimum 35 ton
II.8.4. Beban Sumbu Standar Beban sumbu 100 kN diijinkan di beberapa ruas yaitu ruas jalan Kelas I.
Namun demikian CESA selalu ditentukan berdasarkan beban sumbu standar 80 kN
Universitas Sumatera Utara
45 II.8.5. Beban Sumbu Standar Kumulatif
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Axle Road CESA merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lau lintas pada lalu lintas rencana
selama umur rencana, yang ditentukan sebagai : ESA = Ʃ
jenis kendaraan
LHRT x VDF x D
L...............................................
2.11 CESA = ESA x 365 x R...................................................................2.12
II.8.6. Traffic Multiplier – Lapisan Aspal
Untuk perkerasan lentur, kerusakan yang disebabkan lalu lintas rencana dinyatakan dalam ekivalen Sumbu Standar 80 kN yang lewat. Berdasarkan jalan
percobaan AASHTO, percobaan faktor ekivalen beban dihitung sebagai berikut: Kerusakan perkerasan secara umum ESA4 =
..............................2.13 Dimana L
ij
= beban pada sumbu atau kelompok sumbu SL = beban standar untuk sumbu atau sumbu kelompok
Kinerja perkerasan lentur dipengaruhi oleh sejumlah faktor, namun tidak semua faktor tersebut tercakup di dalam persamaan diatas, misalnya faktor kelelahan.
Kerusakan yang diakibatkan oleh lalu linas dinyatakan dalam ESA
4
memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan kerusakan akibat kelelahan lapisan aspal
asphalt fatigue akibat overloading yang signifikan. Traffic Multiplier TM digunakan untuk mengoreksi ESA
4
akibat kelelahan lapisan aspal. Nilai TM kelelahan lapisan aspal TM
lapisan aspal
untuk kondisi pembebanan berlebih di Indonesia adalah berkisar 1,8
– 2. Nilai yang akurat berbeda-beda tergantung dari beban berlebih pada kendaraan niaga di dalam kelompok truk.
Untuk desain perkerasan lentur, nilai CESA yang ditentukan harus dikaitkan dengan nilai TM unruk mendapatkan suatu nilai:
Universitas Sumatera Utara
46 CESA
5
= TM x CESA
4
...............................................................2.14 II.8.7. Modulus Bahan
Karakteristik modulus bahanuntuk iklim dan kondisi pebebanan di Indonesia diberikan pada tabel 2.9 umtuk bahan berpengikat dan tabel 2.10 untuk
bahan berbutir lepas. Modulus lapisan aspal telah ditetapkan berdasarkan kisaran temperatur udara 25º sampai 34º dan Temperatur Perkerasan Tahunan Rata-rata
MAPT 41º C
Jenis Bahan Modulus Tipikal
koefisien kekuatana
PoissonsRatio HRS WC
800 Mpa 0.28
0.40 HRS BC
900 Mpa 0.28
AC WC 1100 Mpa
0.31 AC BC
1200 Mpa 0.31
Bahan Bersemen 500 Mpa cracked
0.2uncracked Tanah dasar
disesuaikan musiman
10 x CBR Mpa 0.45
tanahkohesif 0.35
tanah nonkohesif Tabel 2.8 Karakteristik modulus bahan berpengikat
Ketebalan lapisan atas bahan
berpengikat Modulus bahan lapis atas berpengikat Mpa
900 HRS WCHRS BC 1100 AC WC 1200 AC
BC 40 mm
350 350
350 75 mm
350 350
350 100 mm
350 345
345 125 mm
320 310
310 150 mm
280 280
275 175 mm
250 245
240 200 mm
220 210
205 225 mm
180 175
170 ≥ 250 mm
150 150
150 Tabel 2.9 Karakteristik modulus bahan berbutir lepas
Universitas Sumatera Utara
47 II.8.8. Drainase Bawah Permukaan
Drainase bawah permukaan sub surface pavement drainage harus disediakan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:
Semua lapis pondasi bawah sub base harus terdrainase sempurna Desain pelebaran perkerasan harus menjamin tersediannya drainase sempurna
dari lapisan berbutir terbawah pada perkerasan eksisting Drainase lateral harus diberikan sepanjang tepi timbunan apabila lintasan
aliran dari lapisan sub base ke tepi timbunan lebih dari 300 mm Apabila ketinggian sub base lebih rendah dari pada ketinggian permukaan
tanah sekitarnya, baik di daerah galian ataupun di permukaan tanah sekitarnya, baik di daerah galian ataupun di permukaan tanah asli,maka harus
dipasang drainase bawah permukaan bila memungkinkan keadaan ini dapat dihindari dengan desain geometris yang baik, bila drainase bawah
permukaan tidak tersedia maka harus digunakan penyesuaian dengan faktor “m”
Drainase permukaan harus disediakan didekat saluran U dan struktur lain yang menutupi aliran air dari setiap lapisan sub base. Lubang kecil weep
holes harus ditempatkan secara benar selama konstruksi Drainase bawah permukaan harus ditempatkan pada kemiringan yang
seragam tidak kurang dari 0,5 sehingga air akan mengalir dengan bebas sepanjang drainase sampai ke titik keluar outlet point. Selain itu harusjuga
Universitas Sumatera Utara
48 tersedia titik akses untuk membersihkan drainase atau titik pembuangan
discharge point pada jarak tidak lebih dari 60 m Level titik masuk dan pembuangan drainase bawah permukaan harus lebuh
tinggi dari muka air banjir sesuai standar desain drainase Untuk jalan 2 jalur terpisah divided road dengan superelevasi apabila
drainase diarahkan ke median , maka harus diberi sistem drainase bawah permukaan di median tersebut
Apabila drainase bawah permukaan tidak dapat diberikan, harus digunakan koefisien drainase ”m” pada desain ketebalan lapisan berbutir sesuai dengan aturan
AASHTO 93 pasal 2.4.1. Perencanaan dalam melakukan desain sedemikian rupa sehingga didapat nilai m ≥ 1.0, dan menghindari desain dengan m ≤ 0 kecuali
kondisi lapangan tidak memungkinkan . Nilai m sendiri dalam manual ini digunakan untuk memeriksa desain dengan metode AASTHO 1993.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 TAHAPAN PENELITIAN
Metode penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada Gambar III.1
Gambar 3.1 Diagram Alir Program Kerja
Universitas Sumatera Utara
50
III.2 . METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian pada tugas akhir ini berisikajian mengenai metode perencanaan tebal perkerasan lentur, metode Manual Desain Perkerasan Jalan
No.22.2KPTSDb2012 dan progran Kenpave. Metodologi analisis yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukuan studi umum yang behubungan dengan struktur perkerasan,
metode perencanaan, dan analisa kerusakan fatik dan ruting pada perkerasan lentur
b. Perencanaan tebal lapis permukaan dengan menggunakan metode Manual
Desain Perkerasan Jalan No.22.2KPtsDb2012 c.
Memvariasikan nilai akumulasi beban sumbu standar kumulatif per hari dan nilai CBR dalam perencanaan tebal perkerasan Manual Desain Perkerasan
Jalan No.22.2KPtsDb2012 d.
Merencanakan tebal perkerasan Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2KPtsDb2012 dengan struktur empat lapis dimana lapis pondasi atas
berbahan Granular Base A dan berbahan Bersemen atau CTB Cement- Treated Base
e. Evaluasi tebal perkerasan yang dihasilkan Manual Desain Perkerasan Jalan
No.22.2KPtsDb2012 dengan menggunakan program Kenpave f.
Anlisa repetisi beban yang dihasilkan program Kenpave dengan repetisi beban rencana
g. Pengambian kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
51
III.3. DATA DAN ASUMSI PERKERASAN LENTUR
III.3.1. Data Perkerasan Lentur Data
–data perencanaan tebal perkerasan metode Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2KPtsDb2012 yaitu dengan variasi nil
ai Ŵ
18
beban gandar standar kumulatif dan nilai CBR. Dimana nilai
Ŵ
18
yaitu 230; 2500 dan 30000. Nilai CBR yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10.
III.3.2 Asumsi Data – Data Parameter Perkerasan Lentur
Data parameter - parameter lainnya diasumsikan dalam perencanaan perkerasan lentur metode Manual Desain Perkerasan Jalan No.22.2KPTSDb2012
ditetapkan sebagai berikut : Ŵ
18
230 2500
30000 CBR
A B
A B
A B
2 CBR 2,
Ŵ
18
230 CBR 2,
Ŵ
18
230 CBR 2,
Ŵ
18
2500 CBR 2,
Ŵ
18
2500 CBR 2,
Ŵ
18
30000 CBR
2,
Ŵ
18
30000
4 CBR 4,
Ŵ
18
230 CBR 4,
Ŵ
18
230 CBR 4,
Ŵ
18
2500 CBR 4,
Ŵ
18
2500 CBR 4,
Ŵ
18
30000 CBR
4,
Ŵ
18
30000
6 CBR 6,
Ŵ
18
230 CBR 6,
Ŵ
18
230 CBR 6,
Ŵ
18
2500 CBR 6,
Ŵ
18
2500 CBR 6,
Ŵ
18
30000 CBR
6,
Ŵ
18
30000
8 CBR 8,
Ŵ
18
230 CBR 8,
Ŵ
18
230 CBR 8,
Ŵ
18
2500 CBR 8,
Ŵ
18
2500 CBR 8,
Ŵ
18
30000 CBR
8,
Ŵ
18
30000
10 CBR 10,
Ŵ
18
230 CBR 10,
Ŵ
18
230 CBR 10,
Ŵ
18
2500 CBR 10,
Ŵ
18
2500 CBR 10,
Ŵ
18
30000 CBR 10,
Ŵ
18
30000
Universitas Sumatera Utara
52
D
L
= 90
Reabilitas = 90
Standar deviasi = 0.45
Indeks permukaan awal IP0 = 4 laston
Indeks permukaan akhir Ipt = 2,5 jalan arteri
Indeks permukaan hancur IPf = 1,5
Umur rencana = 10 tahun
Angka pertumbuhan lalulintas = 5
Bahan Perkerasan A
AC = 450000 Psi; a
1
= 0,4318 Granular Base A = 70000 Psi a
2
= 0,1516 Granular Base B = 20000 Psi a
3
= 0,136
Tanah Dasar
Bahan Perkerasan B
AC = 450000 Psi a
1
= 0,4318 CTB = 715000 Psi a
2
= 0,1854
Granular Base B = 20000 Psi a
3
= 0,136 Tanah Dasar
Universitas Sumatera Utara
53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I PERENCANAAN
TEBAL PERKERASAN
LENTUR MANUAL
DESAIN PERKERASAN JALAN NO.2.2KPTSDb2012
Perhitungan tebal perkerasan lentur mengunakan data dan asumsi parameter yang telah diberikan pada bab sebelumnya
IV.I.I Perhitungan Perencanaan Empat Lapis Tipe A Lapis Pondasi Atas Granular Base A
Perencanaan I Perencanaan I yaitu perencanaan dengan nilai CBR 2 dan nilai Ŵ
18
230 Menentukan nilai CESA ESAL
CESA = ESA X 365 X R ESA = Ŵ
18
x D
L
= 230 x 90 = 207
R = i = Faktor pertumbuhan lalu lintas
UR = Umur Rencana Maka didapat nilai R = 12,577
CESA = 207 x 365 x 12,577 = 950.255,235
Universitas Sumatera Utara
54 Pada perhitungan tebal perkerasan dengan metode manual ini, kelelahan
lapisan aspal diakomodasi dengan penambahan parameter TM yang bernilai berkisar anatar 1,8
– 2, untuk perencanaan ini diambil nilai 1,9 Maka nilai CESA adalah
CESA
5
= CESA x TM = 950.255,235 x 1,9
= 1.805.484,947 Nilai ITP akan didapat dengan menggunakan rumus dibawah ini
log W
t
= Z
r
x S + 9.36 log ITP + 1
– 0,20 + + 2,32 x
log M
R
– 8,07
log 1.805.484,947 = -1,282 x 0,45 + 9.36 log ITP +1 – 0,20 +
+ 2,32 x Log 3000 – 8,07
6,2566 = -0,77997 + 9,36 log ITP + 1 +
Dengan cara trial dan eror didapat ITP = 5,333 Untuk menentukan nilai tebal lapis permukaan, maka akan ditentukan nilai lapis
permukaan sebesar 4 inch nilai tebal pondasi atas 8 inch, nilai tebal pondasi bawah akan dihiitung sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
55 ITP = a
1
D
1
+ a
2
D
2
m
2
+ a
3
D
3
m
3
5,333 = 0,4318 x 4 + 0,1516 x 8 x 1 + 0,136 x D
3
x 1
D
3
= = 17,59”
Besarnya nilai untuk D
3
= 17,59” = 44,6768 cm.
Sehingga untuk tebal perkerasan untuk perencanaan Tebal Perkerasan tipe A adalah: -
Lapis permukaaan D1 dengan bahan aspal beton AC = 4” = 11 cm -
Lapis pondasi atas dengan bahan butiran granular base A = 8” = 21 cm -
Lapis pondasi bawah dengan bahan butiran granular base B = 17,29”= 45 cm
Gambar 4.1. Susunan Tebal Perkerasan Tipe A perencanaan I Untuk perhitungan tebal perkerasan selanjutnya yaitu perencanan II sampai XV pada
tipe perekerasan A dilakukan sama dengan perencanaan I. Hasil akan ditunjukkan pada tabel 4.1
Universitas Sumatera Utara
56 Perencanaan
Lapis Lapis Pondasi
Lapis Pondasi Perkerasan
Permukaan Atas
Bawah Perencanaan I
11 cm 21 cm
45 cm Perencanaan II
9 cm 18 cm
31 cm Perencanaan III
8 cm 17 cm
25 cm Perencanaan IV
8 cm 16 cm
20 cm Perencanaan V
7 cm 16 cm
19 cm Perencanaan VI
16 cm 41 cm
43 cm Perencanaan VII
13 cm 26 cm
43 cm Perencanaan VIII
13 cm 23cm
34 cm Perencanaan IX
12cm 21 cm
30 cm Perencanaan X
11 cm 16 cm
31 cm Perencanaan XI
26 cm 41 cm
59 cm Perencanaan XII
22 cm 39 cm
47 cm Perencanaan XIII
18 cm 31 cm
45 cm Perencanaan XIV
18 cm 23 cm
45 cm Perencanaan XV
17 cm 23 cm
41 cm Tabel 4.1 Tebal Perkerasan Tipe A
IV.I.I Perhitungan Perencanaan Empat Lapis Tipe B Lapis Pondasi Atas Cement Treated Base CTB
Perencanaan I Perencanaan I yaitu perencanaan
dengan nilai CBR 2 dan nilai Ŵ
18
230 Menentukan nilai CESA ESAL
CESA = ESA X 365 X R ESA = Ŵ
18
x D
L
= 230 x 90 = 207
R = i = Faktor pertumbuhan lalu lintas
UR = Umur Rencana Maka didapat nilai R = 12,577
Universitas Sumatera Utara
57 CESA = 207 x 365 x 12,577
= 950.255,235 Pada perhitungan tebal perkerasan dengan metode manual ini, kelelahan
lapisan aspal diakomodasi dengan penambahan parameter TM yang bernilai berkisar anatar 1,8
– 2, untuk perencanaan ini diambil nilai 1,9 Maka nilai CESA adalah
CESA
5
= CESA x TM = 950.255,235 x 1,9
= 1.805.484,947 Nilai ITP akan didapat dengan menggunakan rumus dibawah ini
log W
t
= Z
r
x S + 9.36 log ITP + 1
– 0,20 + + 2,32 x
log M
R
– 8,07
log 1.805.484,947 = -1,282 x 0,45 + 9.36 log ITP +1 – 0,20 +
+ 2,32 x Log 3000 – 8,07
6,2566 = -0,77997 + 9,36 log ITP + 1 +
Dengan cara trial dan eror didapat ITP = 5,333
Universitas Sumatera Utara
58 Untuk menentukan nilai tebal lapis permukaan, maka akan ditentukan nilai lapis
permukaan sebesar 3 inch nilai tebal pondasi atas 7 inch, nilai tebal pondasi bawah akan dihitung sebagai berikut :
ITP = a
1
D
1
+ a
2
D
2
m
2
+ a
3
D
3
m
3
5,333 = 0,4318 x 4 + 0,1854 x 8 x 1 + 0,136 x D
3
x 1
D
3
= = 20,145
”
Besarnya nilai untuk D
3
= 20,145” = 52 cm.
Sehingga untuk tebal perkerasan untuk pereencanaan Tebal Perkerasan tipe B adalah: -
Lapis permukaaan D1 dengan bahan aspal beton AC = 3” = 8 cm -
Lapis pondasi atas dengan bahan Cement Treated Base CTB = 7” = 18 cm -
Lapis pondasi bawah dengan bahan butiran granular base B = 20,145”= 52 cm
Gambar 4.2. Susunan Tebal Perkerasan Tipe B perencanaan I
Universitas Sumatera Utara
59 Untuk perhitungan tebal perkerasan selanjutnya yaitu perencanan II sampai XV pada
tipe perkerasan B dilakukan sama dengan perencanaan I. Hasil akan ditunjukkan pada tabel 4.2
Perencanaan Lapis
Lapis Pondasi Lapis Pondasi
Perkerasan Permukaan
Atas Bawah
Perencanaan I 8 cm
18 cm 52 cm
Perencanaan II 7 cm
18 cm 33 cm
Perencanaan III 7 cm
17 cm 23 cm
Perencanaan IV 7 cm
16 cm 19 cm
Perencanaan V 7 cm
16 cm 15 cm
Perencanaan VI 14 cm
33 cm 50 cm
Perencanaan VII 13 cm
31 cm 42 cm
Perencanaan VIII 12 cm
21 cm 34 cm
Perencanaan IX 11cm
16 cm 34 cm
Perencanaan X 11 cm
16 cm 29 cm
Perencanaan XI 26 cm
36 cm 56 cm
Perencanaan XII 20 cm
34 cm 47 cm
Perencanaan XIII 18 cm
28 cm 43 cm
Perencanaan XIV 16 cm
23 cm 43 cm
Perencanaan XV 14 cm
18 cm 44 cm
Tabel 4.2. Tebal Perkerasan Tipe B
IV.2 EVALUASI TEBAL LAPISAN PERKERASANMETODE MANUAL DESAIN