BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA
2.1. Data Teori dan Data Aktual
2.1.1. Pengertian Obyek dan Kasus Pada jaman dulu orang Italia memakai kata desain dalam
kehidupan keseharian mereka. Mereka menyebutnya “Designo” yang berarti gambar. Sekitar abad ke 17 bangsa Inggris memberi makna
baru untuk kata ini ketika membentuk School of Design tahun 1836. Sejak saat itu maka kata desain ini menjadi lebih luas
perkembangannya. Dua tokoh gerakan anti industri di Inggris pada abad ke 19 Ruskin dan Morris selanjutnya memberi bobot art and
craft untuk kata desain. Yaitu paduan antara seni dan keterampilan. Sekarang kita menikmati kata desain itu sebagai gabungan antara
“teknologi dan seni”. Ada beberapa pengertian tentang desain menurut beberapa
kamus dan ensiklopedia. Menurut Encyclopedia of The Art Desain adalah dorongan keindahan yang diwujudkan dalam suatu bentuk
komposisi; rencana komposisi, misalnya bentuk berirama, desain motif, komposisi nada dan lain-lain. Pengrtian desain lainnya juga
dari The Nes Book of Knowledge yang mengartikan desain adalah bagaimana setiap bagian menyempurnakan suatu obyek secara
bersama, baik yang ditemuakan di alam atau buatan manusia dan setiap obyek tersebut memiliki susunannya masing-masing. Ketika
obyek itu dilihat sebagai suatu kesatuan, maka pada saat itu pula kita melihat itu sebagai ssatu desain. Kesatuan ini merupakan unsur yang
paling penting dalam satu desain yang berhasil. Kasus yang diangkat dalam perancangan tugas akhir ini, adalah
“Desain Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana Promosi Meazza Soccer Dome Di Jalan Teuku Umar Barat Denpasar”, yang
dimaksudkan sebagai perencanaan media komunikasi visual yang 13
dapat membantu mempromosikan dan memperkenalkan olah raga futsal Meazza Soccer Dome kepada masyarakat khususnya
penggemar olah raga futsal. 2.1.2. Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual
2.1.2.1 Ilustrasi Ilustrasi berasal dari bahasa latin yaitu “Ilustrare”
yang berarti sinar terang mulia gemilang. Kata tersebut berdekatan dengan kata “Ilustro” yang berarti menghias,
menerangi dan menunjukkan. Ilustrasi secara harafiah berarti gambar yang
dipergunakan untuk menerangkan atau mengisi sesuatu Adi Kusrianto, 2007 : 111. Sedangkan ilustrasi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1 Gambar foto, lukisan untuk membantu memperjelas
isi buku, karangan dan sebagainya. 2 Gambar, desain atau diagram untuk penghias halaman
sampul, halaman isiartikel dan sebagainya Fungsi ilustrasi secara garis besar sebagai untuk
memperjelas, menerangkan, melengkapi sekaligus sebagai daya tarik pada teks atau naskah suatu iklan. Ilustrasi
digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan tepat, cepat, serta tegas dan merupakan terjemahan
dari sebuah judul. Kusmiati, 1999 : 44. Ilustrasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Ilustrasi Gambar Tangan Hand Drawing : Sering juga disebut ilustrasi freehand, merupakan
ilustrasi gambar tangan yang dibuat secara keseluruhan menggunakan tangan, dengan memberikan ekspresi dan
karakter tertentu untuk mendukung media komunikasi
yang dibuat seperti selebaran, poster, stiker, katalog, dan sebagainya. Pujiriyanto, 2005 : 42
Gambar 2.1 Ilustrasi Hand Drawing Sumber : www.caricature.com
Ilustrasi gambar tangan dibuat dengan beberapa tehnik, sebagai berikut :
- Teknik garis adalah gambar yang hanya berupa garis sederhana, biasanya untuk membuat sketsa Suyanto
M, 2002
Gambar 2.2 Tehnik Garis Sumber : www.google.com
- Teknik arsir adalah memberikan arsiran pada sebuah gambar agar telihat berdimensi. Suyanto M, 2002
Gambar 2.3 Tehnik Arsir Sumber : www.google.com
- Tehnik blok adalah memberikan kesan berdimensi pada gambar dengan memberikan blok gelap pada
bagian gambar yang gelap, antara gelap dan terang sangat kontras. Suyanto M, 2002
Gambar 2.4 Tehnik Blok Sumber : www.google.com
- Tehnik half
tone adalah memberikan
kesan berdimensi pada gambar dengan memberikan warna
gelap pada bagian yang gelap dan warna terang pada bagian yang terang, antara gelap dan terang tidak ada
perbedaan yang kontras. Suyanto M, 2002
Gambar 2.5 Tehnik Half Tone Sumber : www.shutterstock.com
- Tehnik goresan kering adalah menggunakan kuas dengan bahan tanpa dicampur dengan pelarut
misalnya, cat air tanpa dicampuri air,cat minyak tanpa dicampuri minyak. Suyanto M, 2002
Gambar 2.6 Tehnik goresan kering Sumber : www.google.com
- Tehnik mengikis papan scrape board adalah menggunakan papan kayu, semula papan diblok hitam
kemudian bagian obyek gambar dikikis dengan pisau atau sejenisnya, untuk member kesan dimensi, bagian
obyek yang terang dan bagian yang gelap volume kikisannya dibedakan. Suyanto M, 2002
Gambar 2.7 Tehnik mengikis papan Sumber : www.google.com
- Tehnik pointilisme adalah suatu tehnik menggambar dengan cara membuat titik-titik sebanyak-banyaknya
pada benda yang akan di gambar. Suyanto M, 2002
Gambar 2.8 Tehnik mengikis papan Sumber : www.google.com
b. Ilustrasi Fotografi : Ilustrasi berupa foto yang dihasilkan dengan
teknik fotografi menggunakan kamera, baik manual maupun digital. Foto yang dihasilkan dengan kamera
digital memungkinkan adanya pengolahan lebih lanjut, langsung tanpa scanning di komputer. Pujiriyanto,
2005 : 42
Gambar 2.9 Ilustrasi Fotografi Sumber : images.google.com
c. Ilustrasi Gabungan : Ilustrasi gabungan adalah bentuk visual suatu
komunikasi dengan struktur rupa yang terwujud dari perpaduan beberapa teknik Pujiriyanto, 2005 : 42.
Misalnya teknik fotografi bitmap dengan teknik vektor melalui bantuan komputer.
Gambar 2.10 Ilustrasi Gabungan Sumber : images.google.com
2.1.2.3. Teks Teks merupakan suatu penjelas dalam sebuah desain
yang mempunyai sifat yang mudah dibaca, dipahami dan dimengerti maksud yang ingin disampaikan. Dalam sebuah
desain, huruf dan tipografi harus diperhatikan penempatan atau tata letak dan kesan yang ditimbulkan harus sesuai
dengan apa yang ingin disampaikan. Poerwadarminta, 1985 : 14
Teks terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1. Judul headline
Merupakan bagian terpenting dari teks yang menarik perhatian dan merupakan hal yang pertama
kali dibaca.
Judul hendaknya
ekspresif, mempertegas kata-katanya yang singkat dan
berfungsi untuk mengkombinasikan watak sebuah tulisan.
2. Sub Judul Merupakan lanjutan keterangan dari judul yang
menjelaskan makna atau arti daripada judul dan umumnya lebih panjang dari judulnya. Ukuran
huruf dalam sub judul biasanya lebih kecil dari judulnya. Dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Identification Headline :
langsung menyebutkan identitas atau nama merek
dari produk
atau jasa
yang ditawarkan.
b. Advice or Benefit Headline :
memberi janji, nasehat, manfaat atau mengarahkan tentang kelebihan produk atau
jasa secara langsung. c.
Information or News Headline : berisi berita atau informasi tentang produk
atau jasa. d.
Selective Headlne : penawaran
secara langsung
kepada konsumen khusus yang menjadi sasaran
pesannya.
e. Command Headline :
bersifat anjuran atau perintah kepada konsumen untuk menggunakan produk atau
jasa yang ditawarkan. f.
Question Headline : dikemukakan dengan gaya bahasa bertanya.
g. Curiosity or provocative Headline :
untuk membangkitkan
kecemasan dan
ketakutan pada
pemirsa bila
tidak menggunakan produk atau jasa yang
ditawarkan. h.
Boast Headline : membesar-besarkan atau melebih-lebihkan
keunggulan produknya. 3. Naskah body copy
Naskah adalah kalimat yang menerangkan lebih rinci tentang isi pesan yang ingin disampaikan,
berfungsi untuk mengarahkan pembaca dalam mengambil sikap, berpikir, dan bertindak lebih
lanjut. 4. Kata Penutup closing word
Merupakan kalimat pendek yang jelas, singkat, jujur dan
jernih yang biasanya bertujuan untuk
mengarahkan pembaca untuk membuat keputusan. Pujiriyanto, 2005 : 38
Gambar 2.11 Skema Teks Sumber : Desain Grafis Komputer
5. Caption Merupakan tulisan yang menerangkan gambar.
Caption menunjukkan dan menceritakan apa yang ada dari suatu realita, yang bisa memperhatikan,
menceritakan, sehingga dapat membantu pembaca agar bisa menyimpulkan objek yang dibacanya.
Kusmiati, 1999 : 23 6. Slogan
Menurut Rhenald Kasali, slogan merupakan kata- kata yang pada umumnya digunakan untuk lebih
meyakinkan dan memperkuat sikap calon pembeli untuk memilih produk atau jasa yang ditawarkan.
Slogan dapat berupa kalimat sederhana dan mudah diingat.
2.1.2.4. Tipografi 1. Pengertian Tipografi
Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya
pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca
untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai
elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai
lambang bunyi
bisa diabaikan
http:id.wikipedia.org. Dalam sebuah desain, huruf dan tipografi harus
diperhatikan penempatan atau tata letak dan kesan yang ditimbulkan harus sesuai dengan apa yang ingin
disampaikan. Poerwadarminta, 1985 : 14 Di dalam desain grafis, tipografi didefinisikan
sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Tipografi harus
dapat berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat, jelas clarity, dan terbaca legibility Kusrianto,
2007 : 191. Legibility adalah tingkat keterdeteksian huruf saat
dipotong dengan ekstrim hingga bagian tertentu yang masih bisa dikenali. Legibility menentukan tingkat
keterbacaan huruf dalam kondisi yang sulit, seperti saat digerakkan dalam kecepatan tinggi, cahaya remang, dan
lain-lain. Legibility dipengaruhi oleh : a. Kerumitan desain huruf
b. Penggunaan warna c. Frekuensi
pengamat menemui
huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Tingkat keterbacaan adalah kemudahan suatu susunan huruf terbaca berdasarkan susunan huruf,
kerapatan, besar huruf, dan kerumitan kalimat www.wikipedia.org
2. Anatomi Huruf Setiap huruf memiliki organ atau komponen
visual. Huruf dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu huruf besar upper case dan capital letter dan
huruf kecil
lower case.
Huruf juga
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu huruf berkait serif,
huruf tak berkait sansserif dan huruf latin script. Menurut teori Danton Sihombing yang dikutip dalam
buku Desain Grafis Komputer Pujiriyanto, 2003 : 54, anatomi bentuk huruf adalah sebagai berikut:
Gambar 2.12 Huruf dan Komponen Visual Sumber : Desain Grafis Komputer
Setiap individu, huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai karakter. Seluruh
karakter secara optis rata dengan baseline. Tinggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan x-height.
Setiap karakter memiliki batang stemstein dengan ujung-ujungnya yang mempunyai garis akhir sebagai
penutup yang disebut dengan terminal.
Gambar 2.13 Batang dan terminal huruf Sumber : Desain Grafis Komputer
Pada dasarnya setiap huruf merupakan kombinasi dari berbagai guratan garis stroke yang terbagi
menjadi guratan garis dasar basic stroke dan guratan garis sekunder secondary stroke.
Gambar 2.14 Kombinasi guratan huruf Sumber : Desain Grafis Komputer
3. Karakteristik Huruf Setiap penulisan huruf terdapat karakteristik, di
mana watak
atau kekhasan
huruf ini
dapat menimbulkan kekontrasan dan efek visual tersendiri.
Huruf dapat dikembangkan, berakar pada bentuk dasarnya regular tetapi tetap memiliki kesinambungan
bentuk. Pengembangan
setiap karakter
dapat menimbulkan
perbedaan tampilan
yang dapat
mengubah tiga dimensi, yaitu : a. Berat
Perubahan berat struktur bentuk dasar huruf terletak pada perbandingan antara tinggi huruf
dengan lebar stroke. Dari beratnya, huruf dikelompokkan menjadi tiga yaitu light, regular
dan bold. b. Proporsi
Proporsi merupakan perbandingan antara huruf tercetak dengan lebar dari huruf itu sendiri.
Pembagiannya adalah condensed, regular, dan extended.
c. Kemiringan Yang dimaksud adalah sudut kemiringan huruf
dari posisinya semula posisi vertikalnya, biasa dikenal dengan istilah huruf italic, untuk
memberi penekana terhadap kata penting maupun kata asing yang tidak terlalu panjang.
Sudut kemiringan sudah dirancang sebesar 12° sehingga nyaman bagi mata manusia.
2.1.2.5. Warna Warna juga merupakan pesan yang diterima oleh
mata melalui cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenalnya. Hasan Alwi, 2002 : 1269
Menurut George 1997 :211 warna adalah suatu perasaan visual yang timbul dari berkas cahaya dengan
berbagai panjang gelombang mengenai mata, tanpa ada cahaya tidak ada warna, contohnya : warna putih dan hitam
disebut warna netral karena tidak akan ada warna baru bila dicampur.
Menurut Sanyoto 2005 : 19, bahwa warna dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Warna Primer warna pokok : disebut warna primer karena warna tersebut tidak dapat
dibentuk dari warna lain. Disebut warna pokok karena warna tersebut dapat digunakan sebagai pokok
percampuran untuk memperoleh warna - warna lain. Merah, Kuning dan Biru
Gambar 2.15 Warna Primer Sumber : www.wikipedia.org
2. Warna Sekunder atau warna kedua adalah warna jadian dari campuran dua warna primer atau pokok. Jingga
Orange, Ungu atau Violet, Hijau
Gambar 2.16 Warna Sekunder Sumber : www.wikipedia.org
3. Warna Tersier warna ketiga adalah hasil percampuran dari dua warna sekunder atau warna kedua. Coklat
Kuning, Coklat Merah, Coklat Kuning
Gambar 2.17 Warna Tersier Sumber : www.wikipedia.org
Kemudian ada juga yang disebut dengan dimensi warna yaitu :
1. Hue, berkaitan
dengan panas-dinginnya
warna, termasuk di dalamnya warna primer, sekunder dan
tersier. 2. Value, berkaitan dengan gelap-terangnya warna,
menunjukkan kualimug sinar yang direfleksikan oleh sebuah warna atau menunjukkan gelap terangnya
warna, dilakukan dengan menambahkan warna putih atau hitam.
3. Intensity, berkaitan dengan cerah suramnya warna, menunjukkan kuat lemahnya warna. Pengurangan
intensimug dicapai dengan mencampur atau menambah warna murni dengan warna-warna netral seperti putih,
hitam, abu-abu, atau dengan warna komplemen. Pujiriyanto, 2005 : 45
Selain paparan tersebut, ada juga warna yang disebut dengan warna panas dan warna dingin :
1. Warna panas seperti : keluarga warna merah, jingga, dan kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat,
marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat.
2. Warna sejuk seperti : keluarga warna biru, ungu, dan hijau. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk,
nyaman dsb. Warna sejuk mengesankan jarak yang jauh.
Gambar 2.18 Warna Panas Sumber : www.wikipedia.org
Gambar 2.19 Contoh aplikasi warna panas pada logo Sumber : images.google.com
Gambar 2.20 Contoh aplikasi warna dingin pada logo Sumber : images.google.com
Warna dapat juga diklasifikasikan menjadi warna komplementer dan warna analog, yaitu :
1. Warna komplementer disebut juga warna kontras yaitu kombinasi dua warna yang saling berhadapan dalam
lingkaran warna, misalnya kuning dengan ungu, merah dengan hijau dll.
Gambar 2.21 Contoh warna kontras pada lingkaran warna
Sumber : images.google.com
Gambar 2.22 Contoh aplikasi warna kontras pada logo Sumber : images.google.com
2. Warna analog yaitu kombinasi warna yang serumpun atau yang bersebelahan letaknya dalam lingkaran
warna, misalnya oranye dengan oranye kekuningan dan kuning.
Gambar 2.23 contoh warna analog pada lingkaran warna
Sumber : images.google.com
Gambar 2.24 Contoh aplikasi warna analog pada logo Sumber : images.google.com
Warna dapat pula dibedakan berdasarkan tonenya atau disebut juga nada warna, yaitu warna dilihat dari
tingkat kecerahan atau keredupannya yang terdiri dari : 1. Warna monokromatik, yaitu tingkat kecerahan dan
keredupannya bertolak dari satu warna.
Gambar 2.25 Contoh warna monokromatik Sumber : images.google.com
2. Warna poli-kromatik, yaitu yang tingkat kecerahan dan keredupannya bertolak dari lebih dari satu warna.
Gambar 2.26 Contoh warna kromatik Sumber : images.google.com
2.1.2.6. Media Media adalah sarana untuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada publik dengan menggunakan berbagai unsur komunikasi grafis seperti teks atau gambarfoto
Pujiriyanto, 2003 : 15. Media mempunyai peran penting dalam kegiatan promosi, karena melalui media, suatu
bentuk pesan dapat disampaikan dan dapat ditangkap oleh panca indra konsumen.
Menurut Freddy Adiono Basuki yang dikutip dari buku Desain Grafis Komputer Pujiriyanto, 2003 : 16,
media komunikasi grafis secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1. Media cetak printed material, seperti poster, stiker, iklan majalah dan surat kabar, mug pembungkus, kop
surat dan amplop dan lainnya. 2. Media luar ruangan outdoor, seperti spanduk, papan
nama, Denpasarho dan lainnya. 3. Media elektronik, seperti radio, televisi, internet, film
dan lainnya. 4. Tempat pajang display, seperti etalase, floor stand dan
lainnya. 5. Barang-barang kenangan special offer, seperti kaos,
topi, Gantungan kunci dan sebagainya.
Sedangkan, secara
umum praktisi
periklanan membagi media iklan ke dalam dua bagian yaitu:
1. Media lini atas above the line media adalah kelompok media promosi yang memerlukan media luar ruang
yaitu melalui sarana media komunikasi massa, misalnya media cetak iklan surat kabar, iklan majalah, poster
dan sebagainya, media elektronik baik media audio maupun audio visual radio, televisi, film, video, dan
sebagainya, serta media luar atau outdoor media billboard, spanduk, painted bulletin dan sebagainya.
Pada umumnya, biro iklan bersangkutan mendapat komisi karena pemasangan iklan tersebut.
Gambar 2.27 Contoh Media Lini Atas, Billboard Sumber : images.google.com
2. Media lini bawah below the line media adalah merupakan kelompok media promosi yang tidak
memerlukan media luar ruang, artinya tidak melibatkan pemasangan iklan pada media komunikasi massa atau
tidak memberikan komisi kepada perusahaan iklan. Media lini bawah sering dijadikan pilihan kegiatan
berpromosi yang memerlukan gerak cepat dengan anggaran terbamug, terutama dalam menaikkan angka
penjualan. Media ini terdiri dari media seperti direct mail, exhibition pameran, kalender, stiker, agenda,
gifttanda mata gantungan kunci atau souvenir lainnya, serta perangkat-perangkat peragaan display
di tempat-tempat penjualan langsung point-of-sale. Rijanto, 2000 : 131
Gambar 2.28 Contoh Media Lini Bawah, Stiker Sumber : images.google.com
2.1.3. Prinsip Desain Komunikasi Visual Dalam merancang suatu desain, selain memperhitungkan
unsur-unsur desain, desainer juga harus merancang desain dengan mengikuti prinsip-prinsip desain komunikasi visual.
Prinsip desain merupakan suatu prinsip atau acuan yang harus diketahui untuk menghasilkan desain grafis yang baik untuk
tampilan iklan. Adapun bagian dari prinsip-prinsip desain tersebut sebagai brikuit :
2.1.3.1. Prinsip Keseimbangan Keseimbangan adalah kesamaan distribusi dalam
bobot. Keseimbangan dapat dibagi menjadi : 1. Keseimbangan simetris, yaitu keseimbangan antara
obyek-obyek yang disusun di sebelah kiri dan sebelah kanan sumbu khayal sama dalam bentuk, ukuran,
bangun dan letaknya. 2. Keseimbangan asimetris, yaitu susunan keseimbangan
yang diperoleh jika bentuk, bangun, garis, ukuran dan volume diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengikuti aturan simetris. Keseimbangan ini banyak digunakan untuk desain modern atau kontemporer.
3. Keseimbangan menyebar dan memusat Pujiriyanto, 2003 : 93
Keseimbangan dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1. Keseimbangan dalam bentuk dan ukuran 2. Keseimbangan dalam warna
3. Keseimbangan karena tekstur 4. Keseimbangan yang terbentuk dari komposisi.
Kusrianto, 2007 : 40 2.1.3.2. Prinsip Titik Fokus
Prinsip titik fokus adalah mengatur elemen-elemen desain yang dapat memberikan perhatian yang memusat
pada salah satu obyek. Fokus atau pusat perhatian selalu diperlukan dalam suatu komposisi untuk menunjukkan
bagian yang penting dan diharapkan menjadi perhatian utama. Penjagaan keharmonisan dalam membuat suatu
fokus dilakukan dengan menjadikan segala sesuatu yang berada di sekitar fokus mendukung fokus yang telah
ditentukan. Kusrianto, 2007 : 42 2.1.3.3. Prinsip Ritme
Irama atau ritme adalah penyusunan unsur-unsur dengan mengikuti suatu pola penataan tertentu secara
teratur agar didapatkan kesan yang menarik. Kusrianto, 2007 : 41
Ritme juga merupakan pola yang diciptakan dengan mengulang
atau membuat variasi elemen dengan
pertimbangan yang diberikan terhadap ruang yang ada di antaranya dan dengan membangun perasaan berpindah dari
satu elemen ke elemen lainnya. Kunci sukses membangun ritme adalah mengerti perbedaan antara pengulangan dan
variasi. Pengulangan adalah mengulang elemen visual, beberapa atau seluruhnya secara konsisten. Sedangkan
variasi adalah perubahan sejumlah elemen, misalnya warna, ukuran, bentuk, ruang, posisi dan bobot visual elemen.
Suyanto, 2004 : 66 2.1.3.4. Prinsip Kesatuan
Prinsip kesatuan
adalah prinsip
bagaimana mengorganisasi seluruh elemen dalam suatu tampilan
grafis. Untuk mencapai kesatuan tersebut desainer harus mengerti tentang garis, bentuk, warna, tekstur, kontras nilai,
format, keseimbangan, titik fokus dan ritme. Suyanto, 2004 : 67.
Sedangkan menurut Stephen McElroy yang dikutip dari buku Desain Grafis Komputer Pujiriyanto, 2003 : 92,
kesatuan mengandung pengertian bahwa semua bagian dan unsur grafis bersatu-padu dan serasi sehingga pembaca
memahaminya sebagai suatu kesatuan. 2.1.3.5. Prinsip Hirarki Visual
Prinsip ini merupakan prinsip yang mengatur elemen- elemen mengikuti perhatian yang berhubungan secara
langsung dengan titik fokus. Titik fokus merupakan perhatian yang pertama, kemudian baru diikuti oleh
perhatian yang lainnya. Suyanto. M, 2004 : 64
2.1.4. Aspek Teknis Perwujudan atau Lay Out Tata letak atau lay out dalam sebuah perancangan media
komunikasi visual memegang peranan yang sangat penting, tata letak yang dimaksud terdiri dari unsur warna, logo, teks atau tipografi
serta unsur ilustrasi. Jika tata letak dalam perancangan media komunikasi diterapkan maka media yang dihasilkan mempunyai
nilai yang harmonis dan dapat membentuk satu kesatuan. Kusmiati, 1999 : 13
Berikut ialah macam-macam format tata letak dan karakteristiknya : 1. Format Diagonal
Menghasilkan ruang kosong yang telalu banyak, kesannya sepi dan banyak informasi tidak termuat
Gambar 2.29 Format Diagonal Sumber : Desain Grafis Komputer
Gambar 2.30 Salah Satu Contoh Desain dengan Format Diagonal
Pada Media Komunikasi Visual Sumber : images.google.com
2. Format L dan Format Cukup dinamis, sirkulasi ruang gerak cukup dan memiliki kesan
pandangan terarah.
Gambar 2.31 Format L
Gambar 2.32 Format Sumber : Desain Grafis Komputer
Gambar 2.33 Salah Satu Contoh Desain dengan Format L Pada Media Komunikasi Visual
Sumber : images.google.com 3. Format Z dan Format
Cukup dinamis, sirkulasi ruang gerak cukup dan kesan pandangan sudah diarahkan.
Gambar 2.34 Format Z
Gambar 2.35 Format Sumber : Desain Grafis Komputer
Gambar 2.36 Salah Satu Contoh Desain dengan Format Z Pada Media Komunikasi Visual
Sumber : images.google.com 4. Format C dan Format
Menghasilkan keseimbangan dinamis dengan kesan pandangan terarah.
Gambar 2.37 Format C
Gambar 2.38 Format Sumber : Desain Grafis Komputer
Gambar 2.39 Salah Satu Contoh Desain dengan Format C Pada Media Komunikasi Visual
Sumber : images.google.com 5. Format 7 dan Format
Menghasilkan sirkulasi ruang gerak cukup dengan kesan pandangan terarah.
Gambar 2.40 Format 7
Gambar 2.41 Format Sumber : Desain Grafis Komputer
Gambar 2.42 Salah Satu Contoh Desain dengan Format Pada Media Komunikasi Visual
Sumber : images.google.com
6. Format X Menghasilkan efek padat, sempit, sirkulasi ruang kurang dan
pandangan tidak terfokus.
Gambar 2.43 Format X Sumber : Desain Grafis Komputer
Gambar 2.44 Salah Satu Contoh Desain dengan Format X Pada Media Komunikasi Visual
Sumber : images.google.com Untuk mencapai teknis perwujudan diperlukan adanya proses
cetak yang berarti usaha untuk mereproduksi atau menyalin suatu original, di mana hal tersebut merupakan usaha untuk mendapatkan
salinan yang lebih banyak dari satu original yang sama. Berdasarkan prinsip kerjanya, proses cetak dapat dibedakan menjadi empat
bagian. 2.1.4.1. Cetak Tinggi Relief Print
Pada proses cetak tinggi, bagian yang lebih tinggi dari acuan cetaknya yang memindahkan tinta ke kertas sesuai
dengan bentuk gambar atau tulisan yang dimaksud. Contoh dari teknik cetak ini adalah cukil kayu atau
pembuatan stempel.
Gambar 2.45 Teknik Cetak Tinggi Sumber : www.visualdictionary.com
2.1.4.2. Cetak Datar Planografi Cetak datar merupakan teknik cetak di mana bagian
yang mencetak dan tidak mencetak sama tingginya atau sama datar. Prinsip cara kerja teknik ini adalah tolak
menolak antara minyak dengan air. Ada dua jenis teknik cetak datar, yaitu:
1. Lithografi Lithografi berasal dari kata “Lithos” yang berarti
batu dan “grafein” yang berarti menulis atau mencetak. Lithografi berarti teknik cetak dengan
menulis atau mencetak dengan media batu. Teknik cetak datar ini ditemukan secara tidak sengaja oleh
Alois Senefelder pada tahun 1797. 2. Teknik Cetak offset
Teknik cetak
offset menggunakan
metode planographic. Bagian yang tercetak dan tidak
tercetak terletak pada satu plat dan dibedakan berdasarkan proses kimiawi. Perbedaan dasar antara
proses offset dengan proses cetak yang lain adalah: a. Tinta berbasis minyak tidak bercampur dengan
air b. Pada awalnya tinta dipindahkan dari plat ke
karet blanket,
setelah itu
karet akan
melanjutkan tinta tersebut ke kertas yang akan dicetak. Proses perpindahan tinta dari plat
melalui blanket terlebih dahulu baru ke kertas itulah yang menyebabkan teknik ini dinamakan
offset cetak tidak langsung. Kusrianto. 2007 : 131
Cetak offset memungkinkan untuk mencetak dengan jumlah yang sangat banyak dari selembar
plat tanpa merusak plat itu sendiri dan mencetak pada segala macam kertas.
Gambar 2.46 Skema cetak datar cetak offset Sumber : www.wikipedia.org
2.1.4.3. Cetak Dalam Intaglio Cetak ini disebut juga dengan intaglio yang secara
etimologi berasal dari kata “itagliare” bahasa Italia yang berarti mengukir, memahat dan menoreh. Intaglio berarti
teknik cetak di mana bagian dalam parit atau ceruk dari acuan cetaknya yang memindahkan tinta ke kertas sesuai
dengan bentuk gambar image atau tulisan yang dimaksud.
Gambar 2.47 Teknik Intaglio Sumber : www.visualdictionary.com
Prinsip kerja teknik ini adalah makin dalam paritnya, maka makin banyak dapat menampung tinta, sehingga
makin banyak tinta yang akan pindah ke kertas dan makin tajam pula garis yang dihasilkan pada gambar di kertas.
Wikipedia, ensiklopedia
bahasa Indonesia
www.wikipedia.org 2.1.4.4. Cetak Saring Serigrafi
Teknik cetak ini disebut juga silk screen printing, karena acuan cetaknya berupa saringan yang terbuat dari
sutra dan nilon yang memiliki lubang-lubang halus. Teknik cetak saring merupakan teknik cetak yang menggunakan
alat screen layar yang terbuat dari bahan sutra atau nilon yang dipasang pada bingkai kayu dan rakel alat untuk
mentransfer tinta dari screen ke permukaan media cetak. Cetak saring adalah perkembangan dari teknik sablon
yang biasanya untuk membuat motif tekstil atau membuat motif yang sama berulang-ulang, di mana dalam
pembuatannya diperlukan bahan-bahan cetak seperti bahan afdruck, bahan penghapus dan bahan penguat. Cara kerja
teknik cetak saring adalah terlebih dulu dibuatlah film mikakalkirastalon sebagai acuan cetak. Lalu dilakukan
pemindahan film ke screen. Selanjutnya, media cetak seperti kertas atau kain diletakkan di bawah screen dan
pada saat tinta disapu dengan rakel pada screen, tinta akan menembus bagian-bagian screen yang berlubang sesuai
dengan acuan cetak tersebut dan cetakan pun dihasilkan. Kusrianto, 2007 : 133
Gambar 2.48 Teknik Cetak Saring Sumber : www.visualdictionary.com
2.1.5 Teori Sosial Teori sosial yang digunakan pada perancangan media
bertemakan komersil ini tentunya disesuaikan dengan konsep itu sendiri. Sehingga teori yang digunakan adalah teori pragmatis yang
artinya bersifat praktis dan berguna bagi umum, pendekatannya mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaannya. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, 1991 : 727 Sesuai dengan teori tersebut maka media promosi ini dirancang
untuk menyampaikan informasi kepada khalayak umum, khususnya penggemar olah raga futsal tentang fasilitas atau kelebihan yang ada
di Meazza Soccer Dome. Selain itu juga menggunakan teori semiotika. Semiotika
adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Semiotika biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan
produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik
meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh
seluruh indera yang kita miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan
informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Wikipedia, ensiklopedia
bahasa Indonesia
www.wikipedia.org
Beberapa pendapat mengenai semiotika, antara lain: 1. Menurut Ferdinand De Saussure
Tanda memiliki kesinambungan antara tiga buah tanda yang saling berhubungan. Konsep ini melihat bahwa makna muncul
ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara ‘yang ditandai’ signified dan ‘yang menandai’
signifier. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda signifier dengan sebuah ide atau petanda signified. Dengan
kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Penanda adalah aspek material dari bahasa
yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep.
Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa Bertens, 2001 : 180. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan
karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda,
petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik.
2. Menurut Charles Sanders Pierce Charles Sanders Peirce, seorang filsuf berkebangsaan Amerika,
mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut
ground. Konsekuensinya, tanda sign atau representamen selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan
interpretant. Amug dasar hubungan ini, Peirce membuat klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground
dibaginya menjadi tiga antara lain: a.
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. b. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang
ada pada tanda. c.
Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.
Pierce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu : sintaksis semiotik, semantik semiotik, dan pragmatik semiotik.
a. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antartanda. Hubungan ini tidak terbamug pada sistem yang sama. Contohnya adalah
teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama
dalam membentuk keutuhan wacana iklan. b. Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, objek,
dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotis. Konsep semiotik ini akan
digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan dalam hal ini tanda non-bahasa yang mendukung keutuhan
wacana. c. Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda,
pemakai tanda, dan pemakaian tanda. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon ikon, index
indeks, dan symbol simbol. a. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan
petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan
yang bersifat kemiripan, misalnya foto. b. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan
alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu
pada kenyataan, misalnya asap sebagai tanda adanya api. c. Simbol adalah tanda yang telah menjadi kesepakatan atau
terbentuk secara konvensional pada masyarakat. Contohnya adalah burung garuda, Mercedes, Toyota dan lain-lain.
Wikipedia, ensiklopedia
bahasa Indonesia
www.wikipedia.org
Pada perancangan ini teori semiotika yang digunakan adalah teori tentang ikon, indeks, dan simbol. Sehingga pada aplikasi
desainnya digunakan tanda-tanda yang telah menjadi kesepakatan bersama sehingga lebih mudah untuk dimengerti masyarakat, serta
foto-foto sebagai ikon yang menunjukkan semangat berolah raga dan berkompetisi sehingga dicapai suatu kepuasan dan kesenangan
menjadi pemenang serta tubuh pun menjadi sehat, hal tersebut termasuk ke dalam indeks karena merupakan hubungan sebab akibat
yang terjadi akibat positif dari berolah raga.
2.2. Data Lapangan Faktual