Sektor Konstruksi dan Bangunan

P D R B K a b u p a t e n P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 1 32 229.134,17 juta rupiah dengan laju pertumbuhan ekonomi mencapai 8,42 persen. Indeks implisit sebesar 225,87 persen, menghasilkan inflasi harga produsen sebesar 3,14 persen. Nilai tambah bruto sektor bangunan selama lima tahun terakhir, tampak pada gambar 2.8. Kontribusi sektor ini dalam pembentukan PDRB Kabupaten Purbalingga rata-rata mencapai 8,02 persen setiap tahun, dengan kemampuan mengembangkan diri rata-rata lebih dari tiga kali lipat pertahun dari kondisi tahun 2000. Laju pertumbuhan positif 7,50 persen pertahun, dan gejolak harga produsen secara 8,05 8,01 8,08 8,02 7,94 2,78 3,16 3,70 4,11 4,59 6,93 7,54 7,71 6,93 8,42 6,12 5,70 8,82 3,75 3,14 2007 2008 2009 2010 2011 Grafik 2.8. Andil, Perkembangan, Pertumbuhan dan Inflasi Sektor Bangunan Konstruksi di Kab. Purbalingga Tahun 2007-2011 Andil HgB Perkembangan HgB x100 Laju Pertumbuhan HgK Inflasi P D R B K a b u p a t e n P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 1 33 rata-rata berada pada 5,51 persen pertahun.

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan

Produksi dari sektor perdagangan, hotel dan rumah makan pada tahun 2011, menghasilkan nilai tambah bruto atas dasar harga ber laku sebesar 1.208.055,22 juta rupiah, dengan porsi sumbangan ter hadap perekonomian di Kabupaten Purbalingga sebesar 18,52 per sen. Sektor ini telah berkembang lebih dari empat kali lipat jika dibandingkan dengan kondisi perekonomian di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2000 yang lampau. Hingga tahun 2011, secara riil dengan mengggunakan dasar penghitungan perekonomian pada tahun 2000, keadaan perekonomian dari sektor perdagangan, hotel dan rumah makan ini, nilai nominal yang diperoleh mencapai 506.087,52 juta rupiah. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan perekonomian khususnya sektor ini pada tahun 2011 mencapai 8,22 persen atau lebih tinggi 2,19 poin dari pertumbuhan perekonomian secara umum. Perbandingan nominal atas dasar harga berlaku dengan harga konstan, menghasilkan indeks implisit sebesar 238,70 persen, dimana pada tahun sebelumnya mencapai 227,36 persen. Dampaknya, inflasi atau gejolak harga produsen sebesar 4,99 persen, lebih rendah 1,61 persen dari inflasi harga produsen secara umum yang mencapai 6,60 persen. Sektor yang boleh dikatakan sebagai sektor peralihan usaha dari daerahwilayah agraris menuju industrialisasi ini, terlihat sangat didominasi oleh subsektor perdagangan besar dan eceran. Selama tahun 2010 dan 2011, peranan subsektor perdagangan besar dan P D R B K a b u p a t e n P u r b a l i n g g a T a h u n 2 0 1 1 34 eceran cenderung stagnan pada kisaran 89 persen baik untuk harga berlaku maupun konstan. Tabel : 2.4. NILAI TAMBAH SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RUMAH MAKAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010-2011 Juta Rupiah Uraian 2010 2011 HgB HgK HgB HgK 1 2 3 4 5 NTB 1.063.274,28 467.661,59 1.208.055,22 506.087,52 Perdagangan Besar dan eceran 947.230,44 417.783,47 1.075.944,00 452.405,73 Hotel dan jasa akomodasi 587,70 279,89 674,18 305,37 Restoran dan rumah makan 115.456,13 49.598,23 131.437,04 53.376,42 Sumber : BPS - PDRB Kabupaten Purbalingga 2011 Peluang sektor perdagangan, hotel dan rumah makan untuk lebih berperan dan memacu percepatan pertumbuhan perkonomian di Kabupaten Purbalingga sangat dimungkinkan. Mengingat subsektor- subsektor pembentuk sektor tersebut masih banyak membutuhkan sentuhan profesional. Meskipun memiliki Pasar Segamas, Purbalingga perlu lokasi khusus untuk memasarkan produk-produk lokal yang berkwalitas agar lebih dapat menarik pembeli. Subsektor hotel dapat ditawarkan dengan lokasi-lokasi indah dan alami seperti di wilayah Serang-Karangreja, Sirau-Karangmoncol, yang merupakan wisata alam terpendam dan belum tergali. Dengan pembangunan hotel dan sarana akomodasi tersebut, subsektor rumah makan dan restoran akan tumbuh bersamaan mengiringi dengan sendirinya. Belum lagi dampak kepada sektor lainnya, misalnya pembangunan transportasi,