Program Prioritas Penunjang 1. Pengembangan pengelolaan perikanan ramah lingkungan

III - 15 3.2. Program Prioritas Penunjang 3.2.1. Pengembangan pengelolaan perikanan ramah lingkungan Remediasi badan Danau Rawapening akan dilakukan secara integratif secara fisik, kimia dan biologi. Aplikasi ekoteknologi akan dilakukan di daerah sekitar danau, khususnya di sekitar inlet sebelum masuk danau. Berdasarkan produksitivitas primernya, potensi perikanan Danau Rawapening cukup tinggi, berkisar antara 791 – 1521 tontahun, dengan hasil tangkapan tidak boleh lebih besar dari 1.229 tontahun Dinas Peternakan Perikanan Kab. Semarang, 2007. Namun, produktivitas perikanan Danau Rawapening fluktuatif. Perubahan kandungan amoniak perairan seringkali mengancam produktivitasnya, disamping faktor lainnya seperti kecerahan air. Upaya peningkatan produktivitas perikanan Danau Rawapening dapat dengan perbaikan kualitas airnya, terutama kandungan amoniak dan kecerahan air. Kegiatan yang dilakukan dalam mendukung terwujudnya pengembangan pengelolaan perikanan ramah lingkungan, yaitu pengembangan budidaya perikanan ramah lingkungan, dan pengembangan budidaya perikanan sesuai daya dukung dan daya tampung danau Tabel III.7.

3.2.2. Pengembangan IPAL Terpadu

Degradasi kualitas air Danau Rawapening sangat dipengaruhi oleh aktivitas di DTA, sehingga remediasi yang akan dilakukan melalui pengembangan pertanian yang ramah lingkungan, pengolahan limbah, pengembangan drainase, penanggulangan banjir, pengembangan unit evaluasi dan monitoring dan pusat informasi Rawapening. Remediasi cacthment area DTA Danau Rawapening akan dilakukan secara integratif antara aspek geografi, biologi, fisik, ekonomi dan Sosial. Aplikasi ekohidrologi akan dilakukan di daerah cacthment area danau Rawapening, khususnya di daerah hulu agar mampu mendukung kelestarian fungsi Danau Rawapening tersebut. Kualitas air Danau Rawapening dipengaruhi oleh kondisi DTA-nya. Pengembangan wilayah dan perubahan tata guna menambah beban III - 16 pencemaran air. Guna menyelamatkan ekosistem Danau Rawapening, maka perlu dilakukan pengolahan limbah sebelum masuk ke danau. III - 17 Tabel III.7. Kegiatan, Indikator Keberhasilan dan Penanggung Jawab Kegiatan Program Pengembangan Pengelolaan Perikanan Ramah Lingkungan III - 18 Hal ini dapat dilakukan dengan pembangunan IPAL pada masing-masing Sub-sub DAS Rawapening. Di sisi lain, industri perhotelan dan restoran juga harus memiliki IPAL masing-masing sebelum dibuang dan masuk ke IPAL Sub-sub DAS. Hal ini akan diperkuat dengan aturan dan kelembagaan yang kuat. MEKANISME YANG AKAN DILAKUKAN  Untuk mengatasi limbah rumah tangga, Teknik – teknik yang dapat dipakai dalam mengatasi permasalahan limbah rumah tangga, pengolahan limbah berbasis masyarakat SANIMAS, Pembuatan saluran penyaringperedam limbah rumah Tangga, Pembuatan septictank permukiman, Pembangunan IPAL komunal terintergasi dengan pembangunan drainase di Sub-sub DAS Rawapening dan pembinaan pengolahan air limbah rumah tangga Tabel III.8.  Untuk mengatasi limbah industri termasuk pertanian dan perikanan pelanggaran baku mutu effluent: Akumulasi limbah industri termasuk industri pertanian dan perikanan perlu ditangani dengan bijaksana agar tidak terjadi pencemaran dan ketidak seimbangan kondisi lingkungan. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL merupakan instalasi yang diperlukan dalam penanganan masalah limbah sebelum dibuang kebadan air, sehingga air yang ada pada badan air tersebut masih dapat dipertahankan kualitasnya sesuai dengan peruntukanya. Salah satu pengendali dalam mempertahankan kualitas air pada badan air terserbut adalah perlunya pengawasan terhadap limbah yang dibuang ke lingkungan. Uraian diatas dapat disarikan bahwa diharapkan kegiatan yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan limbah industri perikanan dan pertanian, antara lain dengan melalukan Identifikasi jenis dan sumber pencemar, penerapan IPAL individu, komunal, terpusat, IPAL individu, komunal, terpusat, melakukan koordinasi pemantauan kualitas air, penertiban dan pengawasan ijin pembuangan air limbah, pemantauan kualitas air. III - 19 Tabel III.8. Kegiatan, Indikator Keberhasilan dan Penanggung Jawab Kegiatan Program Pengembangan IPAL Terpadu III - 20  Untuk mengatasi sampah: Permasalahan sampah hampir semua daerah mengalaminyabaik dari sisi sarana prasarana penampungannya maupun teknologi penanganannya. Sampah dapat berbentuk organik maupun anorganik dan merupakan limbah kegiatan yang harus segera ditangani. Permasalahan penanganan sampah dapat dilakukan dengan peningkatan fasilitas teknologi pengolahannya, fasilitasi kerjasama antar kabupatenkota dalam pengelolaan sampah.

3.2.3. Pengembangan Drainase Terpadu

Sistem drainase yang sudah ada adalah drainase irigasi, sedangkan drainase limbah yang ada sekarang belum terintegrasi, bahkan banyak pula permukiman yang tidak memiliki sistem drainase dan hanya berupa genangan. Pada waktu musim hujan, seringkali terjadi banjir karena buruknya sistem drainase yang ada. Untuk itu perlu dikembangan sistem drainse limbah yang terintegrasi, untuk kemudian bermuara di pre- impoundment sebelum akhirnya masuk ke Danau. Hal ini penting selain untuk menjaga kualitas air juga untuk mencegah pendangkalan. Mekanisme yang dapat dilakukan dalam pengembangan drainase terpadu yaitu : dengan pengembangan drainase limbah terintegrasi, Implementasi drainase limbah terintegrasi dan melakukan evaluasi sistem drainase Tabel III.9

3.2.4. Pengembangan Pusat Penelitian Danau Rawapening

Implementasi co-managemen akan memberikan hasil optimal jika perguruan tinggi berperan sebagai fasilitator. Banyak kajianpenelitian yang telah dilakukan di Danau Rawapening dan DTA-nya, namun data masih tersebar. Monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilakukan di Rawapening lebih tepat jika dilaksanakan oleh perguruan tinggi UNDIP. Untuk itu pada molestone 5 tahun pertama ini perlu dikembangkan Unit Monitoring dan Evaluasi, yang sekaligus merupakan pusat informasi Rawapening. Pengembangan pusat penelitian danau rawapening dapat direalisasikan dengan melakukan pengembangan setasiun penelitian Danau Rawapening, pengembangan data base Danau Rawapening, dan Pengembangan Pusat Informasi Danau Rawapening Tabel III.10. III - 21 Tabel III.9. Kegiatan, Indikator Keberhasilan dan Penanggung Jawab Kegiatan Program Drainase Terpadu Tabel III.10. Kegiatan Kegiatan, Indikator Keberhasilan dan Penanggung Jawab Kegiatan Program Pengembangan Pusat Penelitian Danau Rawapening III - 22

3.2.5. Perencanaan Pembangunan Kawasan Rawapening Berbasis Kewilayahan

Danau Rawapening memiliki cacthmen area yang cukup luas dan berada di 2 kabupatenkota. Oleh karena itu dalam kegiatan pembangunanya diperlukan perencanaan yang terintegrasi antar wilayah sesuai dengan kepentingan masing-masing daerah dengan mempertimbangan daya dukung dan daya tampung. Agar tidak mengabaikan kepentingan tiap daerah di wilayah danau Rawapening maka perencanaan pembangunannya harus dilakukan dengan cara sinkronisasi perencanaan pembangunan kawasan rawapening yang berbasis kewilayahan dan Implementasi perencanaan pembangunan Kawasan Rawapening Tabel III.11.

3.2.6. Pengembangan RegulasiKebijakan Pengelolaan Danau Rawapening dan Daerah Tangkapan Air DTA

Pemerintah berperan sangat penting dalam pengelolaan danau terkait dengan kelembagaan dan pengaturan kebijakan sehingga pelaksanaan pengelolaan danau dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan peraturan yang ada. Perlu didorong pula penerapan aturan dari entitas untuk entitas yang ramah terhadap danau. Kesamaan budaya yang melatar belakangi entitas memungkinkan idiom-idiom kebudayaan yang berlaku dapat mengurai kendala dalam organisasi. Kadang konsep wewaler budaya mampu mencegah tindakan yang dapat merusak danau. Menghubungkan entitas yang ada menjadi hidup membutuhkan dukungan dari pihak pemerintah. Pertemuan, data penelitian, demplot, dukungan alat, dana, menjadi hal penting bagi suatu wadah organisasi entitas danau. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain inventarisasi dan Evaluasi regulasi pengelolaan Danau Rawapening, pengembangan regulasi dalam pengelolaan Danau Rawapening, sosialisasi dan implementasi regulasi tersebut Tabel III.12. III - 23 Tabel III.11. Kegiatan, Indikator Keberhasilan dan Penanggung Jawab Kegiatan Program Perencanaan Pembangunan Kawasan Rawapening Berbasis Kewilayahan Tabel III.12. Kegiatan, Indikator Keberhasilan dan Penanggung Jawab Kegiatan Program Pengembangan regulasikebijakan pengelolaan Danau Rawapening Tabel III.13. Kegiatan, Indikator Keberhasilan dan Penanggung Jawab Kegiatan Program Pengembangan Kebijakan Garis Sempadan dan Proteksi Sumber Daya Alam III - 24

3.2.7. Pengembangan Kebijakan Garis Sempadan dan Proteksi Sumber Daya Alam

Danau Rawapening pada dasarnya merupakan suatu zona ekonomi terbuka, dimana masyarakat mengembangkan berbagai perilaku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam menjalankan usaha tersebut ada yang dilakukan secara perseorangan ataupun berkelompok. Danau Rawapening harus dipandang sebagai suatu kawasan dengan entitas yang berkecimpung di dalamnya. Masyarakatlah yang bersentuhan dengan danau dan ditangan merekalah Danau Rawapening ini akan lestari. Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain: penetapan dan penataan tapal batas sempadan danau, penertiban dan penataan tapal batas sempadan danau, proteksi sumber daya alam, historis dan budaya, dan budaya dan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap sumber daya alam, historis dan budaya Tabel III.13.

3.2.8. Pengembangan Zonasi Pemanfaatan Danau Rawapening

Dalam rangka optimalisasi fungsi Danau Rawapening untuk PLTA, sumber baku air minum, irigasi, perikanan, dan wisata, maka pengembangan zonasi pemanfaatan harus dilakukan agar kegiatan tidak melebihi kemampuannya. Untuk itu, maka perlu dilakukan kajian zonasi pemanfaatan Danau Rawapening yang telah ada, koordinasi dan konsultasi lintas sektordinas, penetapan zonasi terintegrasi, pembuatan dan sosialisasi perundangan pengelolaan Danau Rawapening dan implementasi dan Low Enforcement Tabel III.14.

3.2.9. Pengembangan Pemanfaatan Eceng Gondok untuk Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Eceng gondok merupakan tanaman air di wilayah perairan yang hidup terapung dan memiliki perkembangbiakan dengan sangat cepat baik secara vegetatif maupun secara generatif. Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma. III - 25 Masyarakat disekitar danau perlu diberdayakan dalam menyikapi peluang bisnis tersebut yang dapat meningkatkan pendapatan dan dapat mengurangi angka pengangguran. Peluang bisnis ini relatif lebih potensial jika dikembangkan dipasarkan didaerah perkotaan permasalahan. Merupakan suatu tantangan stakeholder dalam mencarikan sasaran target-target pemasaran. Dalam rangka mendukung kelestarian danau dan peningkatan pendapatan masyarakat diperlukan pembentukan kelompok-kelompok pengrajin pemanfaatan eceng gondok. Kegiatan ini akan dilaksanakan secara terus menerus selama 5 tahun pertama, yang sinergis dengan kegiatan yang lain. Upaya pengurangan covering eceng gondok pada Danau Rawapening harus diimbangi dengan upaya divcersifikasi pemanfaatan eceng gondok. Oleh karena itu, maka kegiatan ini dilakukan terus menerus selama 5 tahun, hanya pada tiap tahunnya ada pemfokusan pada salah satu potensi, dengan harapan akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Mekanisme yang akan dilakukan antara lain Tabel III.15: a. Pengembangan usaha kelompok tani melalui pelatihan baik teknis maupun managerial agar memiliki kemampuan dalam memanfaatkan eceng gondok secara maksimal; b. Pengembangan pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku berbagai kerajinankertas bernilai ekonomi tinggi. Eceng gondok di Danau Rawapening menutupi hampir 60 permukaan Danau Rawapening. Salah satu upaya yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma eceng gondok adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok sebagai bahan bahan baku berbagai kerajinankertas yang memiliki nilai ekonomi. c. Diversifikasi pemanfaatan eceng gondok yang lain dapat untuk pakan ternak baik ruminansia besar, ruminansia kecil dan unggas. Hasil analisis proksimat eceng gondok segar mengandung kadar air, abu , protein kasar PK, lemak kasar LK, serat kasar SK, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen BETN masing-masing sebesar 94,09; 1,41; 0,71; 2,19 dan 1,25 Suwardi dan Utomo.Eceng gondok mengandung protein kasar dan BETN yang cukup tinggi yaitu 11,2 dan 20 dalam 100 BK. Namun pemanfaatan eceng gondok sebagai pakan ternak III - 26 memiliki beberapa kelemahan antara lain, kadar air yang cukup tinggi, tekstur halus, banyak mengandung hemicellulose dan proteinnya sulit dicerna. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu baik pengolahan fisik, kimia, biologi maupun kombinasinya, Hasil penelitian menunjukkan adanya penambahan berat badan harian unggas yang diberi pakan eceng gondok sebesar 24,82 – 26,05 gekorhari;

d. Diversifikasi pemanfaatan akar eceng gondok untuk kompos yang