Kebijakan-Regulasi Sejarah Perkembangan Pemanfaatan EBT Dari Masa Ke Masa

23 ฀ Regulasi tentang pemilihan jenis sumber energi; dan ฀ Regulasi tentang penggunaan teknologi. Melengkapi regulasi-regulasi di atas, diperlukan pula regulasi- regulasi lebih rinci yang menyangkut aspek-aspek teknis. Regulasi keteknikan dimaksudkan untuk menjamin penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan yang berkualitas, aman, andal, akrab lingkungan, dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi serta mendorong penyediaan teknologi energi terbarukan yang handal. Obyek pengaturan keteknikan ini menyangkut produsen, konsumen, penelitian dan pengembangan, industri dan jasa penunjang, serta pengembang. Sedangkan aspek yang diatur adalah standarisasi produk dan instalasisistem energi hijau, kompetensi tenaga teknik, spesifikasi teknologi, efisiensi pemanfaatan energi pada peralatan, perlengkapan dan pemanfaatan listrikenergi, serta pengoperasian dan pemeliharaan. Tujuan dari kegiatan standardisasi produk dan instalasisistem energi adalah untuk memberi jaminan akan kualitas produk, baik produk energi maupun produk peralatansistem energi yang diproduksi dalam negeri maupun luar negeri, yang berhubungan dengan energi terbarukan serta menjamin keamanan pelaksana, pengoperasi, pengguna serta masyarakat sekitar yang tidak langsung terlibat dalam kegiatan tersebut. Standar Nasional Indonesia SNI yang menyangkut kesehatan, keamanan, keselamatan dan fungsi lingkungan hidup diberlakukan menjadi standar wajib. Pemberlakuan standar wajib tersebut harus mempertimbangkan kesiapan produsen, kesiapan lembaga sertifikasilaboratorium penguji, prosedur dan mekanisme. Kompetensi tenaga teknik energi terbarukan adalah kemampuan tenaga teknik untuk mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja. Standardisasi kompetensi teknik dilakukan agar dapat 23 24 menunjang usaha penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

2.2.2. Kebijakan Insentif Pasar

Intervensi pasar dapat dilakukan dengan cara insentif atau disinsentif sehingga kecenderungan pasar akan terdorong dengan sendirinya untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan. Dengan asumsi bahwa kelayakan biaya energi terbarukan bergantung pada harga energi fosil yang menjadi kompetitornya di pasar energi komersial, insentif untuk investasi energi terbarukan dapat menurunkan biaya pengusahaan energi terbarukan sehingga meningkatkan ragam dan kuantitas cadangan energi terbarukan yang dikategorikan layak untuk diusahakan dan dapat bersaing dengan energi fosil. Pada situasi saat ini dimana pada umumnya pengusahaan energi tidak terbarukan lebih mapan dibandingkan energi tidak terbarukan, menetapkan harga energi yang lebih tinggi dapat meningkatkan daya saing energi terbarukan. Penetapan tarif atau harga energi terbarukan juga dapat mempengaruhi kuantitas yang diproduksi. Sebagian besar energi terbarukan memiliki karakter lokal-spesifik yang mengimplikasikan perbedaan biaya produksi untuk jenis energi yang sama. Pada suatu harga tertentu, terdapat potensi-potensi yang layak diusahakan, dan sebaliknya. Atau dengan kata lain, menetapkan harga energi terbarukan akan mempengaruhi seberapa besar potensi yang layak untuk diusahakan diantara potensi-potensi yang ada. Dalam upaya peningkatan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan, pada tahap awal untuk jangka waktu tertentu, harga energi listrik maupun non listrik yang berasal dari energi terbarukan perlu mendapat perlakuan khusus berupa subsidi untuk harga jual listrik yang diproduksi menggunakan energi terbarukan dan subsidi untuk harga beli bahan bakar yang berasal dari energi terbarukan. Insentif juga dapat diberikan dalam bentuk subsidi investasi dan insentif-insentif lain yang dapat mengurangi biaya investasi. Subsidi 24 25 insentif memberikan insentif untuk membangun sistem, tetapi tidak untuk menggunakannya. Subsidi investasi bisa diberikan dalam bentuk subsidi biaya kapital atau modal berbunga rendah. Sedangkan bentuk-bentuk insentif seperti pengurangan pajak dan kemudahan perizinan bisa mengurangi biaya pengusahaan energi terbarukan.

2.2.3. Riset dan Pengembangan Kapasitas

Salah satu faktor penting penentu daya saing suatu negara adalah penguasaan teknologi. Banyaknya komponen impor dalam teknologi energi terbarukan perlu untuk segera dikurangi. Untuk itu kegiatan implementasi pemanfaatan energi terbarukan harus memberi kesempatan bagi perkembangan teknologi lokal agar pada waktunya dapat bersaing dengan teknologi impor. Riset dan pengembangan kapasitas nasional seyogyanya diprioritaskan pada teknologi energi terbarukan yang sumber energinya yang melimpah namun belum banyak dimanfaatkan karena kendala penguasaan teknologi. Memaksakan pemanfaatan suatu jenis energi terbarukan tanpa melakukan pengembangan teknologinya di dalam negeri akan menyebabkan kebergantungan. Mengingat posisi penting penyediaan energi demi keberlanjutan pembangunan, riset dan pengembangan kapasitas nasional mutlak diperlukan untuk meningkatkan kemandirian dalam penyediaan energi. 25