Analisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di provinsi jawa barat

ANALISIS DAMPAK PENERIMAAN PAJAK DAERAH
TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI
PROVINSI JAWA BARAT

VINA OKTRINA SIMANJUNTAK

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak
Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan di Provinsi
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Vina Oktrina Simajuntak
NIM H14100009

ABSTRAK
VINA OKTRINA SIMANJUNTAK. Analisis Dampak Penerimaan Pajak Daerah
terhadap Pembangunan Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh
YETI LIS PURNAMADEWI.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki peran penting
dalam pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa dan Indonesia dan sebagai daerah pusat
perindustrian keberadaan infrastruktur di Jawa Barat sangat penting dalam
menentukan pembangunan ekonomi baik di Jawa Barat maupun Jawa dan
Indonesia. Namun demikian, kondisi jalan di sebagian besar wilayah
kabupaten/kota di Jawa Barat dalam kondisi tidak baik atau rusak dan rusak berat,
sementara di pihak lain pajak daerah di setiap kabupaten/kota mengalami
pertumbuhan yang positif. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini
adalah menganalisis hubungan antara penerimaan pajak daerah dengan
pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini

analisis data menggunakan metode ekonometrik data panel dengan 26
kabupaten/kota periode 2008 sampai dengan 2011. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertumbuhan pajak daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap
pembangunan infrastruktur jalan. Variabel lain yang berpengaruh signifikan
adalah pertumbuhan sektor industri dan pertumbuhan penduduk yang keduanya
berpengaruh positif.
Kata kunci: Data Panel, Infrastruktur Jalan, Pajak Daerah, Provinsi Jawa Barat

ABSTRACT
VINA OKTRINA SIMANJUNTAK. Analysis of The Impact of Local Tax
Revenue forward Road Infrastructure Development in West Java Province.
Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI.
West Java is one of the provinces in Indonesia that has an important role in
the economic growth of Java Island and Indonesia and as a regional industrial
center, the availability of infrastructure in West Java is very important to
determine the economic development both in West Java and Java Island or
Indonesia. However, most of regency/municipality in West Java has a damaged
condition while the local tax revenue in every regency/municipality has a positive
growth. Thus, the main purpose of this study is to analyze the relation between
local tax revenue and road infrastructure development in West Java Province. This

study used panel data using 26 regency/municipality in West Java Province in the
period of 2008-2011. The result show that the local tax significantly positive
impact on the road infrastructure development. The other variables that
significantly positive impact on the road infrastructure development are the
industrial and popolation growth.
Keywords: Local Tax, Panel Data, Road Infrastructure, West Java Province

ANALISIS DAMPAK PENERIMAAN PAJAK DAERAH
TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI
PROVINSI JAWA BARAT

VINA OKTRINA SIMANJUNTAK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Dampak Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pembangunan Infrastruktur
Jalan di Provinsi Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Yeti Lis Purnamadewi MSc
Agr selaku pembimbing yang senantiasa memberikan arahan, saran dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Bapak Dr Alla Asmara SPt
Msi selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr Eka Puspitawati selaku komisis
pendidikan dalam ujian sidang penulis yang telah banyak memberikan saran dan
masukan untuk perbaikan hasil skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada pihak Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah membantu dalam
proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan

kepada orangtua tercinta Bapak Johnny Walker Simanjuntak dan Ibu Risma
Sitompul, kakak dan abang tersayang Gusty Elfa Simanjuntak, dan Andreas
Simanjuntak atas nasihat, doa, dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman satu bimbingan Shintia, Ria, Emma, Cynthia, Intan
dan Fakhri atas bantuan saran dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Terakhir penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada sahabat terdekat
Efita, Laura, Novia, Yola, keluarga besar PMK IPB terkhusus keluarga Komisi
Kesenian 2012, Wisma Jenius, Kelompok Pra Alumni PMK IPB angkatan 47,
sahabat Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 47 dan semua pihak yang telah turut
serta memberi semangat dan mendoakan yang terbaik bagi penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Vina Oktrina Simanjuntak

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

6


Tujuan Penelitian

7

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA

8

Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

8


Pajak Daerah Sebagai Instrumen Pembangunan Ekonomi Daerah

9

Peranan Infrastruktur Jalan dalam Pertumbuhan Ekonomi

10

Penelitian Terdahulu

12

Kerangka Pemikiran

13

METODE PENELITIAN

14


Lokasi Penelitian

14

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

15

Metode Analisis

15

Definisi Operasional

22

Hipotesis

23


HASIL DAN PEMBAHASAN

24

Perkembangan Perekonomian, Penerimaan dan Alokasi Pajak Daerah serta
Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat

24

Hubungan Kondisi Infrastruktur Jalan dengan Penerimaan Pajak Daerah di
Provinsi Jawa Barat

32

Analisis Dampak Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pembangunan
Infrastruktur Jalan di Provinsi Jawa Barat

40


SIMPULAN DAN SARAN

47

Simpulan

47

Saran

47

DAFTAR PUSTAKA

48

LAMPIRAN

50

RIWAYAT HIDUP

54

DAFTAR TABEL
1 Perbandingan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Berlaku (PDRB ADHB) provinsi-provinsi di Pulau Jawa tahun
2011 hingga 2013 (Persen)
2 Realisasi PAD seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008
hingga 2011 (juta rupiah)
3 Data dan sumber data penelitian analisis dampak penerimaan pajak
daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat
4 Kerangka identifikasi autokorelasi
5 Laju pertumbuhan PDRB ADHK 2000 seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen)
6 PDRB per kapita ADHB 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun
2008 hingga 2011 (juta rupiah)
7 Laju pertumbuhan PDRB industri pengolahan 26 kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen)
8 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat
tahun 2008 hingga 2011 (ribu rupiah)
9 Realisasi pengeluaran belanja tidak langsung dan belanja langsung
seluruh kabupaten/kota Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen)
10 Hasil estimasi model persamaan dampak penerimaan pajak daerah
terhadap pembangunan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat dengan
model fixed effect dengan cross section weighting
11 Persentase jumlah penduduk seluruh kabupaten/kota Jawa Barat tahun
2008 hingga 2011 (persen)

2
5
15
20
25
26
27
29
31

42
46

DAFTAR GAMBAR
1 Kontribusi infrastruktur terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) tahun 2000 Jawa Barat tahun 2008 hingga 2013
2 Persentase panjang jalan menurut kondisi dan tingkat kewenangan di
Jawa Barat tahun 2011
3 Persentase panjang jalan kondisi rusak seluruh kabupaten/kota Jawa
Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen)
4 Kerangka Pemikiran
5 Panjang jalan kondisi baik dan rusak seluruh kabupaten/kota Provinsi
Jawa Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen)
6 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan
penerimaan pajak daerah dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun
2011
7 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan
jumlah kendaraan dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun 2011
8 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan
PDRB dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun 2011
9 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan laju pertumbuhan
industri dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun 2011
10 Pemetaan kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan nilai pertumbuhan
penduduk dan panjang jalan dengan kondisi baik tahun 2011

3
4
6
14
30

33
35
36
37
39

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data Panjang Jalan dengan Kondisi Baik tahun 2008-2011 beserta faktorfaktor yang diduga mempengaruhinya (persen).
2 Hasil uji Chow
3 Hasil uji Hausman
4 Hasil uji multikolinearitas
5 Hasil uji autokorelasi
6 Hasil estimasi analisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap
pembangunan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat dengan
menggunakan Fixed Effect Model.

50
52
52
52
53

53

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu alternatif sumber penerimaan daerah berdasarkan UndangUndang tentang Pemerintahan Daerah adalah pajak daerah. Pajak daerah
merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memberikan
kontribusi terbesar sebagai sumber penerimaan daerah. Menurut Siahaan (2005)
pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
Peraturan Daerah (Perda), dengan wewenang pemungutan dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di daerah.
Secara umum sumber pembiayaan pembangunan daerah terdiri atas dua
kategori yaitu konvensional dan non-konvensional. Pembiayaan pembangunan
yang bersumber dari kategori konvensional berasal dari PAD, Dana Alokasi
Umum atau Dana Alokasi Khusus (DAU/DAK), bantuan dana kontingensi, dana
darurat, pajak, dan retribusi. Sumber non-konvensional berasal dari kemitraan
pemerintah swasta, kewajiban paksa, investasi, serta pembiayaan oleh masyarakat.
Salah satu komponen penerimaan pemerintah daerah yang bersumber dari PAD
sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah adalah pajak daerah yang
berperan sebagai faktor utama pembiayaan pembangunan pemerintah daerah.
Sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah, pajak daerah memiliki peran
penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat serta berperan sebagai sarana redistribusi pendapatan.
Peran penting pajak daerah dapat dilihat dalam kegiatan pembiayaan
pemerintah seperti belanja pegawai dan pembiayaan proyek pembangunan.
Pembangunan dalam hal ini berupa pembangunan sarana dan prasarana atau
infrastruktur daerah seperti jalan, jembatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, dan fasilitas keamanan yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pendorong
pertumbuhan ekonomi baik ditingkat nasional maupun daerah. Wahyuni (2009)
menjelaskan bahwa ketersediaan infrastruktur yaitu sarana kesehatan, listrik,
jalan, serta air bersih secara parsial berpengaruh secara positif terhadap
produktivitas ekonomi. Syahputri (2013) juga menjelaskan bahwa melalui
perkembangan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air bersih produktivitas pada
berbagai aspek kegiatan ekonomi akan meningkat sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi regional.
Infrastruktur jalan merupakan jenis infrastruktur fisik yang memiliki peran
penting dalam pertumbuhan ekonomi. Efendi (2013) menjelaskan bahwa
pembangunan infrastruktur jalan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi
suatu daerah karena jalan merupakan bagian dari modal fisik yang berperan
penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan jalan dapat
menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan peningkatan kebutuhan
sarana transportasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi seperti distribusi barang
dan jasa. Syahputri (2013) menjelaskan bahwa jalan dalam kondisi baik dapat
meningkatkan efisiensi penggunaannya dengan menurunkan biaya sosial dan

2

biaya produksi. Firdaus dan Prasetyo (2009) juga menjelaskan bahwa jalan
memiliki peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ekonomi karena dalam
kegiatan distribusi produksi atau barang dan jasa hasil produksi sangat tergantung
pada ketersediaan infrastruktur jalan. Selain itu, penambahan jumlah panjang jalan
dapat meningkatkan keterbukaaan akses antar wilayah serta memperlancar
kegiatan dan produktivitas ekonomi.
Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian Pulau Jawa dan Indonesia. Provinsi Jawa Barat juga dikenal
sebagai pusat kegiatan industri manufaktur dan strategis nasional yang berbatasan
dengan Ibukota negara yaitu DKI Jakarta. Selain itu, Provinsi Jawa Barat juga
memiliki peran penting dalam pembangunan nasional yaitu Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional, Penanaman Modal Asing (PMA), produksi beras nasional,
dan berkontribusi sebagai produsen komoditi ekspor nasional.
Tabel 1 Perbandingan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Berlaku (PDRB ADHB) provinsi-provinsi di Pulau Jawa tahun
2011 hingga 2013 (Persen)
Terhadap Total PDRB (33
Terhadap Pulau Jawa
Provinsi)
Provinsi
2011
2012*) 2013**) 2011
2012*) 2013**)
DKI Jakarta
28.30
28.44
28.58
16.30
16.39
16.57
Jawa Barat
24.83
24.47
24.35
14.30
14.11
14.12
Jawa Tengah 14.36
14.34
14.19
8.27
8.26
8.23
DIY
1.49
1.47
1.45
0.86
0.85
0.84
Jawa Timur
25.47
25.80
25.86
14.67
14.87
14.99
Banten
5.54
5.49
5.56
3.19
3.17
3.23
Pulau Jawa
100.00 100.00 100.00
57.59
57.65
57.98
Sumber: BPS Jawa Barat, 2014
Keterangan: *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Berdasarkan Tabel 1 peranan perekonomian Provinsi Jawa Barat terhadap
perekonomian nasional pada tahun 2013 mencapai 14.12 persen. Berdasarkan
peranan perekonomian Pulau Jawa terhadap perekonomian nasional sebesar 57.99
persen dapat diketahui peranan perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian
Pulau Jawa adalah sebesar 24.35 persen atau hampir seperempat PDRB Pulau
Jawa. Hal ini menunjukkan perekonomian Provinsi Jawa Barat memiliki peran
penting sebagai penggerak perekonomian Pulau Jawa dan nasional.
Sebagai penggerak perekonomian Pulau Jawa dan nasional, Jawa Barat
memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan pergerakannya relatif
sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE)
Jawa Barat sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan dan
relatif sama dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Nilai laju pertumbuhan
ekonomi Jawa Barat dari tahun 2010 hingga tahun 2012 adalah sebesar 6.20
persen, 6.48 persen, dan 6.21 persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi
nasional pada tahun tersebut adalah sebesar 6.22 persen, 6.49 persen, dan 6.26
persen, hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki kinerja
ekonomi yang baik. Namun meskipun kondisi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat
tinggi dan relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional apabila ditinjau

3

berdasarkan besar PDRB per kapita dan PDB per kapita nasional, PDRB per
kapita Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 hingga tahun 2012 lebih rendah
dibandingkan PDB per kapita nasional pada tahun yang sama yaitu sebesar 17.92,
19.62, 21.27 juta rupiah sedangkan untuk PDB perkapita nasional adalah sebesar
27.03, 30.66, dan 33.53 juta rupiah.
PDRB per kapita merupakan indikator yang menggambarkan kesejahteraan
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi aktivitas ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat dalam suatu daerah tertentu, maka semakin tinggi pula
besar PDRB per kapita didalam daerah tersebut begitu pula sebaliknya. Aktivitas
ekonomi dalam hal ini adalah kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi,
dan konsumsi. Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dinilai cukup tinggi namun
PDRB per kapitanya masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat
nasional. Hal ini menunjukkan adanya suatu indikasi dimana aktivitas ekonomi di
daerah Jawa Barat masih belum maksimal dan kualitas infrastruktur fisik sebagai
pendukung aktivitas ekonomi masih tergolong rendah. Aktivitas ekonomi pada
dasarnya membutuhkan mobilisasi barang dan jasa ataupun manusia sehingga
tidak terlepas dari peranan dan ketersediaan infrastruktur fisik yaitu infrastruktur
jalan yang berkualitas.
Ketersediaan infrastruktur jalan dalam suatu daerah dapat menunjang laju
pertumbuhan ekonomi seiring dengan peningkatan kebutuhan sarana transportasi
dalam pelaksanaan kegiatan seperti distribusi barang dan jasa. Kegiatan ekonomi
khususnya di Provinsi Jawa Barat membutuhkan peningkatan pembangunan
infrastruktur jalan yang lebih berkualitas untuk meningkatkan mobilisasi dan
memperlancar penyaluran barang dan jasa. Peranan infrastruktur jalan di Provinsi
Jawa Barat sangat penting terutama dalam meningkatkan produktivitas
masyarakat dalam kegiatan ekonomi.
2.5
2

Persen

1.5
1
0.5
0
Jalan Raya
Listrik
Air Bersih

2008
2.17
1.72
0.13

2009
2.25
1.79
0.13

2010
2.28
1.89
0.14

2011
2.35
1.77
0.13

2012*)
2.38
1.83
0.14

2013**)
2.34
1.84
0.14

Sumber: BPS Jawa Barat, 2014 (diolah)
Keterangan: *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Gambar 1 Kontribusi infrastruktur terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) tahun 2000 Jawa Barat tahun 2008 hingga 2013

4

Gambar 1 menunjukkan bahwa infrastruktur jalan memberikan kontribusi
terbesar dalam perekonomian Jawa Barat dibandingkan dengan infrastruktur air
dan listrik. Kontribusi infrastruktur jalan terhadap perekonomian Jawa Barat
cenderung meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2008 hingga tahun 2013. Tahun
2008 kontribusi infrastruktur jalan sebesar 2.17 persen, dan pada tahun 2013
mengalami peningkatan menjadi 2.34 persen meskipun mengalami penurunan
dibandingkan dua tahun sebelumnya namun infrastruktur jalan masih memberikan
kontribusi terbesar dibandingkan air dan listrik.
Berdasarkan Gambar 1 jenis infrastruktur jalan jika dibandingkan dengan
dua jenis infrastruktur lainnya memiliki kontribusi tertinggi terhadap
perekonomian Jawa Barat. Infrastruktur jalan memiliki hubungan yang erat
dengan sektor transportasi darat yang berperan penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian di Provinsi Jawa Barat khususnya dalam kegiatan
distribusi hasil industri ke berbagai daerah mengingat bahwa Jawa Barat
merupakan salah satu daerah sentra industri di Indonesia. Peranan sektor
transportasi darat khususnya infrastruktur jalan dapat memperlancar arus faktor
produksi, memperlancar mobilitas penduduk serta memudahkan lalu lintas barang
antar daerah sehingga kontribusi infrastruktur jalan dibandingkan jenis lainnya
lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi.
0.600
0.500

Persen

0.400
0.300

Negara

0.200

Provinsi
Kab/Kota

0.100
0.000
Baik

Sedang

Rusak

Rusak Berat

Kualitas Infrastruktur Jalan

Sumber: BPS Jawa Barat, 2011 (diolah)
Keterangan: *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Gambar 2 Persentase panjang jalan menurut kondisi dan tingkat kewenangan di
Jawa Barat tahun 2011
Jika ditinjau berdasarkan tingkat kewenangan infrastruktur jalan, jalan
terdiri atas jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. Berdasarkan
Gambar 2, infrastruktur jalan negara di Jawa Barat dengan kondisi baik
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan jalan ditingkat provinsi dan
kabupaten/kota. Kondisi jalan yang baik pada jalan negara adalah sebesar 0.523
persen, 0.506 persen untuk jalan provinsi, dan untuk jalan kabupaten/kota sebesar
0.440 persen dari keseluruhan panjang jalan di Jawa Barat. Selain itu, Gambar 3
juga menunjukkan tingginya kondisi jalan rusak dan rusak berat di provinsi dan
kabupaten/kota Jawa Barat apabila dibandingkan dengan jalan negara.
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui kualitas jalan provinsi dengan kondisi

5

rusak dan rusak berat adalah sebesar 0.145 dan 0.096 persen, jalan kabupaten/kota
sebesar 0.190 dan 0.171 persen, sedangkan untuk jalan negara adalah sebesar
0.013 dan 0.016 persen.
Kondisi buruk infrastruktur jalan secara umum disebabkan oleh kondisi
alam seperti bencana alam, keterbatasan dana dalam proses pembangunan dan
pemeliharaan jalan. Infrastruktur jalan dinyatakan berada dalam kondisi baik
apabila memenuhi persyaratan teknis jalan yang terdiri atas kecepatan rencana,
lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan
pelengkap, perlengkapan jalan, dan penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya
serta tidak terputus yang memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan dan
lingkungan. Pembangunan infrastruktur jalan berkaiatan erat dengan dana
pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan daerah untuk kepentingan publik.
Tabel 2 Realisasi PAD seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun
2008 hingga 2011 (juta rupiah)
Tahun
Jenis Penerimaan
2008
2009
2010
2011
2 671 195 3 038 291 3 640 589 5 868 899
Pendapatan Asli
Daerah
- Pajak Daerah
1 014 755 1 129 999 1 408 366 3 291 553
- Retribusi Daerah
1 066 534 1 008 090
793 588
794 117
-Hasil Perusahaan Milik
133 907
185 987
233 426
214 469
Daerah dan
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan
- Lain-lain PAD yang
455 997
714 214
1 205 207 1 568 758
Sah
Sumber: BPS Jawa Barat, 2012
Salah satu sumber dana pemerintah daerah adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD), PAD terdiri atas beberapa komponen yaitu pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain PAD yang sah. Tabel 2 menunjukkan bahwa realisasi PAD seluruh
kabupatan/kota di Jawa Barat beserta komponennya mengalami peningkatan
tahun 2008 hingga 2011. Selain itu, berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa
pajak daerah merupakan salah satu komponen PAD dengan kontribusi tertinggi
dibandingkan dengan komponen lainnya. Pajak daerah merupakan salah satu
unsur penting PAD yang berperan penting dalam kegiatan pemerintah daerah
seperti penyelenggaraan pemerintah dan pembiayaan proyek pembangunan daerah.
Berdasarkan tingkat kewenangan daerah, pajak daerah pada tingkat provinsi
berperan penting dalam kegiatan pemerintah daerah provinsi seperti belanja
pegawai hingga pembiayaan proyek yang menjadi kebutuhan provinsi. Pajak
daerah kabupaten/kota juga memiliki peran yang sama dengan pajak daerah
provinsi, hanya ruang lingkup pengelolaan atau alokasinya lebih kecil yaitu
urusan daerah kabupaten/kota sesuai dengan tingkat kewenangan masing-masing
pemerintah daerah. Pembangunan infrastruktur jalan membutuhkan alokasi dana
pemerintah (pajak daerah) secara maksimal untuk menghasilkan pelayanan publik
yang lebih baik. Pelayanan publik yang lebih baik dalam hal ini berupa

6

kemudahan akses antarwilayah dalam kegiatan ekonomi khususnya yang
kemudian akan meningkatkan produktivitas ekonomi Provinsi Jawa Barat
khususnya di setiap kabupaten/kota didalamnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, ketersediaan kondisi infrastruktur jalan
yang lebih baik membutuhkan perhatian pemerintah daerah yang lebih serius.
Namun pembangunan infrastruktur jalan hingga saat ini belum menjadi fokus
utama pemerintah daerah khususnya daerah tingkat kabupaten/kota Jawa Barat.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kondisi infrastruktur jalan yang buruk.
Pemerintah daerah dalam mengusung pembangunan hendaknya mampu
memberikan suatu kebijakan untuk memaksimalkan alokasi dana pemerintah
dalam proses pembangunan infrastruktur jalan. Mengingat bahwa salah satu
sumber penerimaan daerah yang berperan penting dalam proses pembangunan
daerah adalah pajak daerah, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh penerimaan
pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan kabupaten/kota di Provinsi
Jawa Barat.
Perumusan Masalah

80
70
60
50
40
30
20
10
0

Kab Bogor
Kab Sukabumi
Kab Cianjur
Kab Bandung
Kab Garut
Kab…
Kab Ciamis
Kab Kuningan
Kab Cirebon
Kab Majalengka
Kab Sumedang
Kab Indramayu
Kab Subang
Kab Purwakarta
Kab Karawang
Kab Bekasi
Kab Bandung…
Kota Bogor
Kota Sukabumi
Kota Bandung
Kota Cirebon
Kota Bekasi
Kota Depok
Kota Cimahi
Kota …
Kota Banjar

Pajak daerah merupakan salah satu sumber PAD yang berperan penting
dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah dan proyek pembangunan daerah.
Peningkatan pajak daerah seluruh kabupaten/kota Jawa Barat pada tahun 2008
hingga 2011 seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2 ternyata belum menentukan
pembangunan infrastruktur jalan yang lebih baik di wilayah kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Barat. Satu sisi pendapatan daerah yaitu pajak daerah mengalami
peningkatan namun sebagian besar kondisi infrastruktur jalan di Jawa Barat masih
berada dalam kondisi rusak.

2008

2009

2010

2011

Sumber: BPS Jawa Barat, 2008-2011 (diolah)
Gambar 3 Persentase panjang jalan kondisi rusak seluruh kabupaten/kota Jawa
Barat tahun 2008 hingga 2011 (persen)
Gambar 3 menunjukkan persentasi panjang jalan dalam kondisi rusak 26
kabupaten/kota Jawa Barat berdasarkan total panjang jalan masing-masing daerah.
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa kondisi jalan rusak di seluruh
kabupaten/kota di Jawa Barat masih terbilang cukup tinggi. Berdasarakan gambar

7

tersebut dapat diketahui pula beberapa daerah justru mengalami peningkatan
kerusakan jalan setiap tahun. Penerimaan pajak daerah yang tinggi seharusnya
dapat memberikan dampak terhadap pembangunan infrastruktur jalan ke arah
yang lebih baik sesuai dengan peran pajak daerah sebagai salah satu sumber
pembiayaan pembangunan. Dengan demikian perlu mengkaji tentang sejauhmana
peran pajak daerah dalam pembangunan infrastruktur jalan dan kemungkinan
adanya pengaruh lainnya yang menghambat pembangunan infrastruktur jalan di
Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, adapun beberapa rumusan masalah yang
dapat penulis angkat adalah:
1. Bagaimana perkembangan perekonomian, penerimaan dan alokasi pajak daerah
serta infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2008
hingga tahun 2011?
2. Bagaimana hubungan antara kondisi infrastruktur jalan dengan penerimaan
pajak daerah di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh penerimaan pajak daerah terhadap
pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun
2008 hingga tahun 2011?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Mengkaji perkembangan perekonomian, penerimaan dan alokasi pajak daerah
serta infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2008
hingga tahun 2011.
2. Mengkaji hubungan antara kondisi infrastruktur jalan dengan penerimaan pajak
daerah di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.
3. Menganalisis dampak penerimaan pajak daerah terhadap pembangunan
infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2008 hingga
tahun 2011.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam menilai keefektifan manfaat kebijakan pajak
daerah, khususnya peran pajak daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan.
Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan
mengenai hubungan antara pajak daerah dengan peningkatan kualitas jalan di
Provinsi Jawa Barat khususnya jalan kabupaten/kota. Penelitian ini kedepannya
dapat menjadi sumber referensi dan informasi tambahan bagi penelitian
selanjutnya, khususnya penelitian yang terkait dengan pajak daerah dan
pembangunan infrastruktur jalan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis dampak penerimaan pajak
daerah terhadap pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Barat. Analisis

8

yang dilakukan terbatas pada 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun
2008 hingga 2011. Penelitian ini menggunakan jenis pajak yaitu pajak daerah dan
jenis infrastruktur fisik jalan yang kemudian dikhususkan kepada jenis jalan
kabupaten/kota. Penelitian ini lebih memperhatikan penerimaan pajak daerah dan
pembangunan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat yang dianalisis berdasarkan
faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan jalan dalam suatu daerah.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi memiliki peran penting dalam peningkatan taraf
hidup masyarakat yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan
ekonomi pada hakikatnya mengubah sistem sosial menuju kondisi yang lebih baik
dan maju baik ditinjau dari segi material maupun spiritual. Menurut Jhingan
(2004) tujuan pokok pembangunan ekonomi adalah membangun peralatan modal
dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian,
pertambangan, perkebunan, dan industri. Keberhasilan pembangunan ekonomi
memerlukan proses pertumbuhan yang bertumpu pada kemampuan perekonomian
domestik, karena bantuan dana dari luar negeri hanya mampu mengawali dan
mendorong proses pembangunan.
Menurut Todaro dan Smith (2006) pembangunan merupakan suatu proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur
sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap
mengejar akselarasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,
serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan ekonomi memiliki empat
pendekatan yakni modifikasi dari teori-teori klasik yaitu: (1) model pertumbuhantahapan-linear, (2) teori dan pola perubahan struktural, (3) revolusi
ketergantungan-internasional, dan (4) kontrarevolusi pasar bebas neoklasik.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi
perekonomian negara yang berkesinambungan menuju kepada kondisi yang lebih
baik selama periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga
sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Menurut Mankiw (2003) dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, para
ekonom menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB), yang mengukur
pendapatan total setiap orang dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi pada
umumnya diinterpretasikan sebagai presentase perubahan dalam PDB dari satu
periode (misalnya satu kuartal) ke periode berikutnya. Todaro dan Smith (2006)
menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen pertumbuhan ekonomi yaitu (1)
akumulasi modal terdiri atas investasi baru dalam tanah, peralatan fisik, dan
sumber daya manusia, (2) populasi dan pertumbuhan tenaga kerja, dan (3)
kemajuan teknologi.

9

Pajak Daerah Sebagai Instrumen Pembangunan Ekonomi Daerah
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Bab IV pasal 5 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber penerimaan
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD),
dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan daerah yang sah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan (rugi-laba, deviden, dan penjualan saham), dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah seperti jasa giro serta hasil penjualan aset milik
daerah. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UndangUndang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah menjelaskan bahwa pajak daerah merupakan iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, Jhingan (2004) menjelaskan
bahwa pajak dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut: (1)
membatasi konsumsi, (2) meningkatkan dorongan untuk menabung dan menanam
modal, (3) mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah, (4)
memodifikasi pola investasi, (5) mengurangi ketimpangan ekonomi, dan (6)
memobilisasi surplus ekonomi. Selain itu, pemerintah dalam menggunakan pajak
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah untuk menutupi
pengeluaran dalam penyediaan sarana sosial seperti sekolah, jalan, dan lain-lain.
Kemudian pajak juga digunakan sebagai alat kebijakan fiskal yang mengatur
tingkat pengeluaran total dalam perekonomian, sarana distribusi pendapatan dan
kekayaan, serta mampu mengendalikan volume impor.
Secara umum, pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara
(pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan
terutang oleh yang wajib pajak dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra
prestasi/balas jasa) secara langsung yang hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal
ini menunjukkan bahwa pengenaan pajak akan menjamin kas negara. Selain itu,
pengenaan pajak berdasarkan undang-undang akan menjamin adanya keadilan dan
kepastian hukum bagi wajib pajak sehingga tidak dapat sewenang-wenang dalam
menetapkan besarnya pajak (Siahaan 2005).
Pajak daerah memiliki dua peranan penting yaitu sebagai sumber
pendapatan daerah (budgetary) dan sebagai pengatur (regulatory). Peranan
tersebut menunjukkan bahwa suatu jenis pajak dapat berperan sebagai sumber
pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara yaitu
pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai pengatur, pajak daerah berperan
dalam alokasi dan distribusi dalam suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah
atau wilayah tertentu untuk pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Berdasarkan lembaga pemungutnya, di Indonesia pajak dibedakan menjadi
dua jenis yaitu pajak negara dan pajak daerah. Pembagian jenis pajak ini
berhubungan dengan hierarki pemerintahan Indonesia yaitu pemerintah pusat dana
pemerintah daerah. Pajak daerah terdiri atas pajak provinsi dan pajak

10

kabupaten/kota. Jenis pajak provinsi terdiri atas; a) pajak kedaraan bermotor, b)
bea balik nama kendaraan bermotor, c) pajak bahan bakar kendaraan bermotor, d)
pajak air permukaan, dan e) pajak rokok. Untuk jenis pajak kabupaten/kota terdiri
atas: a) pajak hotel dan restoran, b) pajak hiburan, c) pajak reklame, d) pajak
penerangan jalan, e) pajak mineral bukan logam dan batuan, f) pajak parkir, g)
pajak air tanah, h) pajak sarang burung walet, i) pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan, dan j) bea perolehan hak tas tanah dan bangunan.
Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam hal ini memiliki
kewenangan untuk memperoleh sumber pendapatan daerah (seperti pajak daerah)
guna membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan daerah yang menjadi tanggung
jawab pemerintah masing-masing daerah.
Peranan Infrastruktur Jalan dalam Pertumbuhan Ekonomi
Infrastruktur merupakan sistem fisik yang memiliki peran penting dalam
pelaksanaan kegiatan masyarakat baik dibidang ekonomi maupun sosial dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan kamus ekonomi, infrastruktur merupakan akumulasi investasi oleh
pemerintah atau pemerintah daerah yang terdiri atas jalan raya, jalan kereta api,
perumahan, rumah sakit, sekolah, persediaan air dan lain sebagainya. Selain itu,
infrastruktur dalam hal ini juga terdiri atas barang yang tidak dapat diraba seperti
tenaga kerja yang terdidik atau terlatih yang diciptakan oleh investasi pada modal
Sumbar Daya Manusia (SDM).
Infrastruktur memiliki enam kategori besar yaitu kelompok jalan, kelompok
pelayanan transportasi, kelompok air, kelompok manajemen limbah, kelompok
bangunan dan fasilitas olahraga luar, dan kelompok produksi dan distribusi energi.
Berdasarkan World Bank (1994) infrastruktur terbagi menjadi beberapa
komponen yaitu: (1) infrastruktur ekonomi, yaitu infrastruktur fisik yang diperlukan
untuk menunjang aktivitas ekonomi yang meliputi public utilities (tenaga listrik,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), pekerjaan umum (jalan, bendungan, kanal, irigasi,
drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, bandara, dan sebagainya),
serta (2) infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
Sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, salah satu
infrastruktur yang sangat penting adalah jalan. Kemampuan dalam membangun
dan memelihara jalan dapat mempengaruhi laju investasi dalam suatu wilayah
yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan eknomi wilayah tersebut.
Salah satu teori pertumbuhan yang membahas tentang pembangunan adalah
teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Model pertumbuhan Harrod-Domar
secara sederhana mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan dari Gross Domestic
Product atau GDP (∆Y/Y) ditentukan oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio
modal-output nasional (k). Infrastruktur dalam hal ini dikategorikan sebagai stok
modal (K), sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa peningkatan
dalam stok modal (K) termasuk infrastruktur didalamnya memiliki hubungan
positif dengan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan lainnya yang berkaitan
dengan infrastruktur adalah model pertumbuhan neoklasik Solow. Berdasarkan
teori Solow, pertumbuhan ekonomi berasal dari satu atau lebih tiga faktor yaitu
peningkatan dalam kuantitas dan kualitas pekerja (labor), kenaikan dalam kapital
(tabungan dan investasi), dan peningkatan dalam teknologi. Infrastruktur dalam
teori ini dimasukkan kedalam faktor kapital.

11

Berdasarkan penjelasan sebelumnya yakni terdapat tiga faktor utama dalam
pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan
kemajuan teknologi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan
ditabung dan diinvestasikan kembali untuk meningkatkan output dan pendapatan.
Akumulasi modal dapat dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal
secara fisik seperti pengadaan pabrik baru, mesin, peralatan dan bahan baku.
Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan investasi terhadap fasilitas
penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi, dan sosial seperti
pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih, dan fasilitas komunikasi.
Melalui pengadaan infrastruktur atau investasi infrastruktur yang dilaksankan oleh
pemerintah maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat karena dapat
meningkatkan pendapatn dan output.
Salah satu jenis infrastruktur yang berperan penting bagi pertumbuhan
ekonomi adalah infrastruktur jalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 79 Tahun 2013 tentang jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, jalan
adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah,
diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas
permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Selain itu, jalan merupakan salah
satu prasarana transportasi berperan dalam kesejahteraan masyarakat dan
mengendalikan struktur pengembangan wilayah. Penyelenggaraan jalan mampu
menjamin peranan jalan yang berdasarkan rencana tata ruang wilayah dengan
memperhatikan hubungan antarkawasan atau dalam kawasan serta dilaksanakan
secara konsepsional dan menyeluruh.
Studi mengenai pengaruh pembangunan infrastruktur jalan terhadap
pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan dengan hasil yang menunjukkan
bahwa pembangunan infrastruktur jalan memberikan pengaruh yang positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh hasil studi oleh Syahputri (2013)
yang dilaksanakan di Jawa Barat menunjukkan bahwa peningkatan infrastruktur
jalan yang ditandai dengan penambahan jumlah panjang jalan yang tersedia (km)
memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa
Barat. Infrastruktur fisik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berdasarkan
studi empiris yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa infrastruktur fisik
juga berperan dalam pertumbuhan PDB per kapita. Infrastruktur fisik secara
khusus infrastruktur jalan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan
standar hidup masyarakat baik ditingkat nasional maupun daerah serta mampu
memberi sumbangan pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Pembangunan infrastruktur jalan memiliki peran penting dalam
meningkatkan kesejahteraan dan mobilitas masyarakat dalam kegiatan sosial dan
ekonomi. Selain itu, infrastruktur jalan juga mendukung peningkatan efisiensi dan
produktifitas sektor-sektor ekonomi baik di tingkat nasional maupun daerah.
Peranan-peranan tersebut diatas merupakan keterkaitan antara infrastruktur jalan
dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan mobilitas dan kesejahteraan
masyrakat melalui pembangunan infrastruktur dalam hal ini mendorong
pertumbuhan ekonomi dan tatanan perekonomian yang lebih berkualitas baik di
tingkat nasional maupun daerah.

12

Penelitian Terdahulu
Nurfitriani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Jalan Tol di Indonesia” dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan varibelvariabel yang terdiri atas PDB per kapita, tenaga kerja, dana pemerintah, investasi
swasta, jumlah kendaraan, dan dummy kebijakan secara keseluruhan di Indonesia.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa PDB per kapita, tenaga
kerja, dana pemerintah, investasi swasta, jumlah kendaraan, dan dummy kebijakan
berpengaruh secara positif dan nyata terhadap perkembangan jalan tol di
Indonesia yang dapat dilihat dari penambahan panjang jalan tol.
Lestari (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
bentuk keterkaitan antara jumlah pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur dan
berbagai variabel ekonomi lainnya yakni pendapatan per kapita, investasi, dan
pengangguran dengan jumlah kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan
metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, pendapatan perkapita, inflasi
dan krisis ekonomi, memberikan pengaruh nyata terhadap variabel kemiskinan.
Selain itu, pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur secara signifikan
dipengaruhi oleh jumlah penerimaan pemerintah, dan jumlah penduduk miskin,
kedua variabel ini memberikan pengaruh positif.
Maimunah (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
peranan infrastruktur jalan terhadap perekonomian regional di Indonesia dengan
menggunakan metode data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
infrastruktur jalan berpengaruh nyata dan positif terhadap perekonomian regional.
Selain itu, hasil analisis yang dilakukan juga menunjukkan bahwa jenis jalan
kabupaten/kota memberikan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian daerah.
Syahputri (2013) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Peran
Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat”. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif dan data panel. Berdasarkan metode
analisis yang digunakan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan
infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih di Provinsi Jawa Barat selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Selain itu hasil analisis juga menunjukkan infrastruktur jalan,
listrik, dan air bersih memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Barat.
Tunjung (2010) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Kontribusi dan
Pengaruh Pajak Daerah terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota
Bogor”. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan regresi
berganda. Berdasarkan metode yang digunakan, hasil analisis menunjukkan
bahwa perkembangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bogor
tahun 2004-2009 dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Selain itu,
kontribusi dari pajak daerah menduduki peringkat pertama. Kontribusi terbesar
terjadi pada tahun 2009 yaitu 48.33 persen dan terendah 40.93 persen pada tahun
2005. Rata-rata kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Bogor sebesar 45.48
persen.
Rahdina (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di
Kota Depok pada era otonomi daerah dengan menggunakan metode analisis

13

deskriptif, peubah ganda, dan analisis komponen utama. Berdasarkan metode
yang digunakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen PAD yang
memberikan kontribusi terbesar adalah pajak daerah dan retribusi daerah.
Berdasarkan hasil analisis komponen utama, penerimaan pajak daerah di Kota
Depok dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi, jumlah rumah tangga serta jumlah
pemasangan reklame. Penerimaan retribusi daerah di Kota Depok dipengaruhi
oleh variabel tingkat inflasi, jumlah izin trayek, dan jumlah rumah tangga.
Efendi (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
dampak pembangunan infrastruktur jalan dan variabel ekonomi lain terhadap
pertumbuhan ekonomi dan luas lahan sawah di koridor ekonomi Jawa dengan
menggunakan metode data panel. Berdasarkan metode yang digunakan, hasil
penelitian menunjukkan bahwa panjang jalan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi Jawa namun berpengaruh negatif
terhadap luas lahan sawah di koridor ekonomi Jawa.
Presetyo dan Firdaus (2009) melakukan penelitian yang berjudul tentang
“Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia”
dengan menggunakan metode analisis data panel. Berdasarkan metode yang
dilakukan, hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur baik listrik, jalan
maupun air bersih mempunyai pengaruh yang positif terhadap perekonomian di
Indonesia. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa panjang jalan memiliki peranan
yang cukup penting dalam pertumbuhan ekonomi yakni berperan penting dalam
distribusi faktor produksi atau barang dan jasa hasil produksi.
Tarigan dan Saputra (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis pertumbuhan moda transportasi dan infrastruktur jalan di Kabupaten
Sleman dan Kota Yogyakarta tahun 2000 hingga 2010. Penelitian ini
menggunakan metode analisa statistic correlation product moment. Berdasarkan
metode analisis yang digunakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan moda transportasi berpengaruh signifikan pada kedua lokasi
penelitian yang didominasi oleh kendaraan jenis sepeda motor. Selain itu hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah kendaraan, PDRB, jumlah
penduduk, jumlah universitas, jumlah wisatawan, dan jumlah penduduk uang
bekerja adalah variabel yang menyebabkan pertumbuhan moda transportasi.
Berdasarkan analisis varians (ANOVA) yang dilakukan dalam penelitian ini,
pertumbuhan kendaraan bermotor dan infrastruktur jalan tidak mengalami
perbedaan yang nyata/signifikan. Melalui analisi korelasi, dapat diketahui bahwa
tidal terdapat hubungan yang kuat antara pertumbuhan transportasi dengan
infrastruktur jalan.
Kerangka Pemikiran
Pajak daerah memiliki peran penting dalam pembiayaan penyelenggaraan
pemerintah serta pembangunan daerah. Salah satu pembangunan yang cukup
penting dalam perekonomian Jawa Barat adalah pembangunan infrastruktur fisik
yaitu jalan. Pembangunan infrastruktur jalan dilaksanakan untuk meningkatkan
mobilitas daerah khususnya dalam kegiatan ekonomi mengingat bahwa Jawa
Barat merupakan sentra industri di Indonesia.
Berdasarkan kerangka penelitian dalam Gambar 4, keterkaitan antara pajak
daerah dengan pembangunan infrastruktur jalan dilakukan dengan melakukan

14

analisis deskriptif. Analisis deskriptif dalam penelitian ini juga digunakan untuk
melihat perkembangan perekonomian, penerimaan pajak daerah serta alokasinya
dan perkembangan infrastruktur jalan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, untuk
melihat bagaimana dampak atau sejauhmana pengaruh pajak daerah terhadap
pembangunan infrastruktur jalan dilakukan dengan analisis kuantitatif yaitu
dengan menggunakan analisis data panel. Selain melihat pengaruh pajak daerah
terhadap infrastruktur jalan, penelitian ini juga menggunakan panel data untuk
melihat bagaimana pengaruh variabel lain seperti laju pertumbuhan PDRB, laju
pertumbuhan jumlah kendaraan, laju pertumbuhan industri, serta nilai
pertumbuhan jumlah penduduk terhadap pembangunan infrastruktur jalan. Hasil
dari analisis dampak tersebut kemudian digunakan untuk mengambil kebijakan
yang mendorong pembangunan jalan baik dari sisi pajak daerah, PDRB, jumlah
kendaraan, industri, dan jumlah penduduk.
Ekonomi Wilayah
Analisis Deskriptif
Pajak Daerah
Kabupaten/Kota
Jawa Barat

Infrastruktur Jalan

-

PDRB
Jumlah Kendaraan
Industri
Jumlah Penduduk

Analisis Data Panel

Implikasi Kebijakan
Gambar 4 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan
bahwa provinsi ini merupakahan salah satu wilayah yang cukup maju sehingga
menjadi tujuan investasi, migrasi penduduk dan pusat industri, namun kondisi
infrastruktur jalan khususnya masih kurang baik. Dalam studi ini Jawa barat
disagregasi menurut kabupaten/kota di Jawa Barat yang terdiri dari 26
kabupaten/kota. Waktu penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dan
informasi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah bulan Maret hingga Mei
2014 dengan memusatkan perhatian pada kondisi perekonomian, infrastruktur
jalan, penerimaan daerah serta faktor lain di 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Barat yang berkaitan dengan penelitian.

15

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder 26
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat dalam bentuk data panel, yaitu gabungan
antara data time series (deret waktu) periode 2008 sampai 2011 dengan data cross
sect