Teknik Penulisan METODOLOGI PENELITIAN
lebih luas, baik hasil pemikiran klasik Arab maupun Barat. Karya para pemikir Barat ia dapatkan dari hasil terjemahan ke Bahasa Arab. Lewat bahas
pula Hamka kecil suka menulis dalam bentuk apa saja. Ada puisi, cerpen, novel, tasawuf, dan artikel-artikel tentang dakwah.
Ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan, tidak hanya seputar ilmu- ilmu Islami, namun juga terhadap ilmu-ilmu umum semakin berkembang saat
ia bekerja di perpustakaan milik gurunya Engku Zainuddin dan Engku Dt. Sinaro yang bernama Zinaro. Selain dipekerjakan untuk membantu melipat
kertas, gurunya juga memperbolehkannya untuk membaca buku-buku di perpustakaan tersebut. Pada saat itulah ia mulai berkenalan dengan buku-
buku karya Plato, Aristoteles, Phytagoras, Plotinus, Ptolemaios, dan ilmuan lainnya dari berbagai bidang ilmu.
Dalam menerima berbagai informasi dan ilmu pengetahuan ia sangat menunjukkan kehati-hatiannya, namun tak menutup kemungkinan juga
baginya untuk terkadang ia mengambil pendapat ilmuan Barat yang pandangannya bersifat positif bagi pembangunan dinamika umat Islam.
Sistem pendidikan
tradisional dilingkungan
tempat tinggalnya
membuatnya merasa kurang puas dan ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya di tanah Jawa, ia lalu mendalami kitab-kitab klasik dan ilmu
lainnya di Yogyakarta. Guru yang amat besar jasanya dalam mengajarinya tentang ilmu agama pada waktu itu adalah A.R. Sutan Mansur. Ia juga sering
melakukan diskusi guna memperluas wawasannya bersama para kawannya, salah satunya ialah Muhammad Natsir. Di tempat ini pula, ia mulai
berkenalan dengan
ide pembaruan
gerakan Serikat
Islam dan
Muhammadiyah. Kemudian, pada tahun 1925, ia melanjutkan pendidikannya di
Pekalongan, di sini, ia tinggal dan bersama iparnya A.R. St. Mansur dan mulai mempelajari ilmu tentang Islam yang dinamis maupun ilmu politik dari
iparnya tersebut. Di sini pula ia berkenalan dengan ide-ide pembaruan Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha yang berupaya
mendobrak kebekuan umat. Ide-ide pembaruan para tokoh ini juga turut
mewarnai wacana pembaruan yang dilakukannya. Dan pada bulan Juni di tahun yang sama, ia kembali ke kampung halamannya di Maninjau dengan
membawa semangat dan waawasan yang baru tentang Islam yang dinamis. Diantara guru-guru dan teman seperjuangan Hamka antara lain; Haji
Rasul ayahnya, Syeikh Ibrahim Musa, R.M. Surjopranoto, A.R. Sutan Mansur dewan penasehat Muhammdiyah 1962-1980, H. Fachroedin wakil
ketua P.B. Muhammadiyah, K.H. Mas Mansur, H.O.S. Cokroaminoto yang mengajarinya tentang peradaban Barat, A. Hasan, M. Natsir, K.H. Ahmad
Dahlan pendiri organisasi Muhammadiyah, K.H. Ibrahim, K.H. Mukhtar Bukhari, dan K.H. Abdul Mu‟thi.
3. Riwayat Pekerjaan dan Karya-Karya Hamka
Menurut Samsul Nizar, Pada tahun 1925, sekembalinya Hamka dari perjalanan intelektualnya di tanah Jawa, ia kembali ke Maninjau dan mulai
berpidato di muka umum, ia menambah wawasannya dengan berlangganan surat kabar dari Jawa yang memperkenalkannya dengan ide-ide pembaruan
dan pergerakan umat Islam. Dan untuk memperkenalkan semangat modernis tentang wawasan Islam
“baru” tersebut ia membuka kursus pidato yang diberi nama “Tabligh Muhammadiyah”. Kumpulan pidato-pidatonya tersebut
kemudian ia himpun menjadi sebuah buku berjudul “Khatib al-Ummah”.
6
Menurut Rusydi Hamka, kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika Hamka menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun
1945, Hamka membantu menentang usaha kembalinya Penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai geriliya di dalam hutan Medan. Pada
tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau juga menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi
pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudian diharamkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1960.
7
6
Ibid., h. 28-29
7
Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1989, h. 7