Profil Semen Ulat Sutera Liar Attacus Atlas Yang Dikoleksi Setiap Dua Jam

PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG
DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM

RIZKA AMALIA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Semen Ulat
Sutera Liar Attacus atlas yang Dikoleksi Setiap Dua Jam adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Rizka Amalia
NIM B04110025

ABSTRAK
RIZKA AMALIA. Profil Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas yang Dikoleksi
Setiap Dua Jam. Dibimbing oleh DAMIANA RITA EKASTUTI dan IIS
ARIFIANTINI.
Attacus atlas merupakan salah satu fauna penghasil benang sutera yang
digolongkan sebagai ulat sutera liar. Keberadaan A. atlas tersebar di seluruh pulau
Indonesia, namun pemanfaatan secara intensif baru dilakukan di beberapa daerah
dengan koleksi secara langsung dari alam. Populasi A. atlas akan terancam punah
jika komoditas kebutuhan industri persuteraan semakin meningkat. Usaha
Inseminasi Buatan (IB) merupakan solusi teknik budidaya mencegah langkanya A.
atlas di alam. IB yang berkelanjutan memerlukan berbagai informasi pendukung,
salah satunya adalah informasi waktu yeang paling efektif dalam pengambilan
semen A. atlas. Penelitian dirancang dengan mengamati konsentrasi dan volume
semen A. atlas setiap 2 jam setelah keluar dari kokon. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa waktu optimal untuk pengambilan semen A. atlas yaitu pada
jam keempat setelah imago keluar dari kokon. Konsentrasi yang diperoleh sebesar

24368±14509 (6400–56750)×106/mL dengan kapasitas spermatozoa sebesar
11064±7511 (900−29550)×106 dan volume 0.45±0.18 (0.1−0.6) mL.
Kata kunci: Attacus atlas, Inseminasi Buatan, konsentrasi, semen,volum.

ABSTRACT
RIZKA AMALIA. Semen Profile of Wild Silkworm Attacus atlas that Collected
Every Two Hours. Supervised by: DAMIANA RITA EKASTUTI and IIS
ARIFIANTINI.
Attacus atlas is one of the fauna that is known as the producer of silk
thread and is classified as wild silkworm. The existence of A. atlas scattered
throughout the islands of Indonesia, but the newly intensive utilizations are
carried out in some areas with direct collection from nature. The population of A.
atlas will be endangered if the commodity demand for the silk industry increases.
Therefore, Artificial Insemination (AI) is the solution to prevent scarcity of A.
atlas in nature. Sustainable AI requires supporting information, one of which is
the effective time information of the semen collection in A. atlas. The study was
designed to observe the concentration and semen volume of A. atlas every 2 hours
after coming out from the cocoon. The results showed that the optimal time for
semen collection in A atlas is on the fourth hour after the imago comes from the
cocoon. Concentrations obtained was 24368±14509 (6400–56750)×106/mL with

a capacity of spermatozoa of 11064±7511 (900−29550)×106 and the volume of
0:45±0:18 (0.1-0.6) mL.
Keywords: Artificial Insemination, Attacus atlas, concentration, semen, volume.

PROFIL SEMEN ULAT SUTERA LIAR Attacus atlas YANG
DIKOLEKSI SETIAP DUA JAM

RIZKA AMALIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Profil Reproduksi, dengan judul Profil Semen A.
atlas yang Dikoleksi Setiap 2 Jam yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014
hingga April 2015.
Skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan berbagai
pihak. Atas segala bantuan dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dr Drh Damiana R Ekastuti, MS AIF selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, ilmu,
bimbingan, dan motivasi kepada penulis.
2. Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi sebagai pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan arahan kepada penulis.
3. Teman-teman sepenelitian Fitria Senja Murtiningrum, Firdauzi Akbar, Erdina
Pangestika dan Reinilda Elwina atas kebersamaan dan semangat diberikan
kepada penulis.
4. Pak Nursam, dan staf di Unit Rehabilitasi Reproduksi Departemen Klinik,
Reproduksi dan Patologi yang telah membantu dan berkontribusi sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

5. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
ayahanda Drs. Lukman Nurul Huda serta ibunda Dra. Anik Masruroh, kakakkakak tercinta, Bagus Wildan Hidayatullah dan Agung Chilmy Firdana serta
adik tersayang, Mutia Salma Salsabila atas segala doa, dukungannya dan kasih
sayangnya.
Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan. Penulis
menyadari bahwa karya ilmiah ini tidaklah sempurna, sehingga diharapkan
adanya saran dan kritik yang diberikan dari pembaca untuk memperbaiki proses
dan hasil penelitian berikutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan
informasi dan bermanfaat.

Bogor, September 2015
Rizka Amalia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

5

Waktu dan Tempat

5

Bahan


5

Alat

5

Prosedur Penelitian

5

Prosedur Analisa Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Volume Semen Attacus atlas


7

Konsentrasi Spermatozoa Attacus atlas

8

Kapasitas Semen Attacus atlas

9

KESIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran


10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1 Volume, volume semen kumulatif dan persen volume semen kumulatif
hasil penampungan semen A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam
2 Konsentrasi spermatozoa A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam
3 Kapasitas semen A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam


7
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Volume semen A. atlas yang dikoleksi setiap dua jam
2 Persentase volume kumulatif semen A. atlas yang dikoleksi setiap dua
jam
3 Konsentrasi spermatozoa A. atlas yang dikoleksi setiap dua jam
4 Kapasitas semen A. atlas yang dikoleksi setiap dua jam

13
13
14
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di jalur khatulistiwa
sehingga beriklim tropis. Hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki
biodiversitas yang tinggi dengan flora dan fauna yang beragam. Attacus atlas
merupakan salah satu fauna penghasil benang sutera yang digolongkan sebagai
ulat sutera liar. Attacus atlas termasuk sutera liar asli Indonesia selain Cricula
trifenestrata, Antheraea pernyi, dan Philosamia ricini. Keempat ulat sutera liar
tersebut digolongkan dalam Ordo Lepidoptera, Famili Saturniidae. Ulat sutera liar
asli Indonesia tersebar di seluruh pulau Indonesia, namun pemanfaatan secara
intensif baru dilakukan di daerah Yogyakarta, Jawa Barat dan Bali dengan
varietas sutera alam jenis A. atlas dan C. trifenestrata (Solihin et al. 2010).
Awalnya masyarakat dan industri lebih mengenal sutera Bombyx mori
(Lepidoptera, Bombycidae) karena sudah didomestikasi. Pada abad ke-18 di
Benua Eropa industri persuteraan dengan pemanfaatan Bombyx mori mulai
berkembang (Cherry 1998). Di Indonesia sejak introduksi B. mori dari tahun
1950an sampai sekarang belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Banyak
hambatan yang dihadapi dalam budidaya B. mori di Indonesia, yakni: ulat sutera B.
mori sulit beradaptasi dengan daerah baru, keterbatasan pengetahuan dan teknik
pemeliharaan ulat B. mori, keterbatasan pengetahuan budi daya murbei dan
serangan hama (Solihin et al. 2010). Baru pada abad ke-21 kokon ulat sutra alam
A. atlas mulai dikenal dalam industri sutera dengan kualitas yang tidak kalah
dengan kualitas benang sutera dari B. mori (ISA 2000).
Pemanfaatan ulat sutera liar sebagai salah satu bahan komoditi industri
mode kian meningkat. Peningkatan tersebut seiring dengan permintaan pasar akan
benang sutera sebagai bahan baku produksi kain sutera. Permintaan benang sutera
alam tersebut belum bisa dipenuhi karena jumlah produksi sutera alam di
Indonesia sampai saat ini masih terbatas. Ekspor benang sutera liar saat ini hanya
berasal dari daerah Yogyakarta dengan besar 20 kg/bulan (Solihin et al. 2010).
Perlu adanya usaha yang berkelanjutan untuk mengatasi masalah tersebut karena
pemeliharaan di alam pada umumnya mengalami mortalitas yang tinggi yaitu
mencapai 90% (Awan 2007). Pembudidayaan ulat sutera liar seperti A. atlas
dengan pemeliharaan secara intensif dalam kandang telah dilakukan pada skala
laboratorium. Seperti pada budidaya B. mori, IB merupakan salah satu solusi
untuk menghasilkan kokon dalam jumlah besar untuk skala industri. IB pada B.
mori pertama kali diperkenalkan oleh Omura (1936) lalu dikembangkan oleh
Takemura pada tahun 1996 dengan teknik yang lebih produktif (Takemura et al.
2000)
Usaha IB membutuhkan data penelitian pendukung seperti penelitian
tentang karakteristik organ imago A. atlas jantan (Walidaini 2013) dan betina
(Allex et al. 2014), karakteristik semen A. atlas (Rabusin et al. 2014) dan
preservasi semen (Septiadi et al. 2013). Rabusin et al. (2014) melaporkan volume
semen A. atlas sangat bervariasi yaitu sebesar 0.42±0.40 mL dengan kisaran
antara 0.03−1.45 mL. Selain itu masih dibutuhkan informasi semen pada jam ke
berapa yang memiliki volume dan konsentrasi paling banyak, sehingga dilakukan

2
penelitian ini dengan tujuan agar diperoleh semen dengan kuantitas tinggi dengan
waktu koleksi yang efisien untuk IB.

Perumusan Masalah
Penelitian ini dirancang untuk memberi informasi tentang kuantitas semen
yang baik. Diperlukan informasi kapasitas semen ulat sutera A. atlas dan waktu
koleksi semen yang tepat agar pemanfaatannya lebih optimal karena umur A. atlas
yang sangat pendek.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menentukan waktu optimal koleksi semen serta
mengukur volume, konsentrasi dan kapasitas semen ulat sutera liar A. atlas yang
dikoleksi setiap dua jam.

Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
yang berguna bagi penelitian selanjutnya seperti preservasi semen dan upaya
untuk penyediaan bibit ulat sutera liar A. atlas melalui program budidaya
menggunakan teknik IB.

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi
Taksonomi menurut Campbell et al. (2004) merupakan cabang biologi
yang berkaitan dengan penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang
beragam berdasarkan karakter fisiknya. Klasifikasi A. atlas dalam taksonomi
adalah:
Kingdom
: Animalia,
Filum
: Arthropoda,
Kelas
: Insecta,
Ordo
: Lepidoptera,
Famili
: Saturniidae,
Genus
: Attacus,
Spesies
: Attacus atlas (Peigler 1989).
Attacus atlas terkenal sebagai kupu raksasa atau si rama-rama dan
termasuk dalam polyvoltine, dimana dalam satu tahun terdapat dua generasi atau
lebih sehingga keberadaannya dapat ditemui sepanjang tahun (Chapman 1971).
Sifat lain yang dimiliki oleh A. atlas adalah sifat dimorfisme, yaitu ukuran tubuh
ngengat jantan lebih kecil daripada betina. Anatomi tubuh A. atlas terbagi atas

3
tiga bagian yaitu bagian kepala, thoraks dan abdomen. Ciri khas dari ngengat
jantan A. atlas adalah adanya sepasang antena di kepala yang besar jika
dibandingkan dengan ngengat betina. Fungsi dari antena ngengat jantan tersebut
adalah sebagai kemoreseptor pendeteksi feromon seks dari betina A. atlas. Antena
tersebut memiliki silia yang berfungsi untuk menyerap bau dari lingkungan sekitar
(Sato dan Touhara 2008).

Sistem Reproduksi Imago A. atlas Jantan
Menurut Walidaini (2014) sistem reproduksi A. atlas terdiri atas sepasang
testis, sepasang duktus deferent dilengkapi dengan ampula duktus deferent, satu
glandula spermatophore, satu glandula alba, satu glandula prostatica dan satu
penis. Semen yang dihasilkan oleh ngengat jantan A. atlas berisi spermatozoa dan
plasma semen. Spermatozoa dihasilkan oleh testis (tubuli seminiferi) melalui
spermatogenesis. Plasma semen dihasilkan oleh kelenjar asesoris (Garner dan
Hafez 2000).

Karakteristik Semen Attacus atlas
Karakteristik makroskopis semen A. atlas menurut Rabunsin (2014) antara
lain: A. atlas memiliki warna kuning krem dengan bau yang sangat khas serta
derajat kekentalan yang sedang.Volume rata-rata dari semen A. atlas yang
ditampung adalah 0.42±0.47 mL dengan kisaran 0.03−1.45 mL. Nilai pH rata-rata
6.49±0.27 berkisaran 6.20−7.00. Karakteristik secara mikroskopis semen A. atlas
berbentuk bulat dan sangat kecil yaitu 1 μm dengan motilitas 80-90% dan
konsentrasi 318.50±206.61x106/mL (Rabusin et al. 2014). Friedländer et al.
(2005) menyatakan bahwa spermatozoa Lepidoptera memiliki dua bentuk, yaitu
spermatozoa apyrene dan eupyrene. Spermatozoa eupyrene memiliki fungsi untuk
membuahi telur ngengat betina sedangkan apyrene tidak, meski keduanya masuk
kedalam saluran reproduksi betina secara bersamaan. Berdasarkan hasil studi pada
B. mori, spermatozoa eupyrene dan apyrene tidak motil di vesika seminalis.
Eupyrene memiliki inti sel dan dapat membuahi telur sedangkan apyrene tidak
memiliki inti dan tidak dapat membuahi telur (Osanai and Kasuga 1993).

Waktu Koleksi Semen
Koleksi semen dilakukan pada ngengat jantan yang keluar dari kokon.
Menurut Pramono (2014) keluarnya imago dari kokon paling banyak terjadi pada
pukul 16.00−20.00 WIB, sisanya terjadi pada pukul 20.00−08.00 WIB. Kondisi
yang ideal diperlukan agar A. atlas dapat keluar dari kokon, yaitu pada kisaran
suhu 24.93±2.34oC dengan kelembaban sebesar 69.63±11.05% (Sari 2010).
Setelah imago keluar, semen tidak bisa langsung dikoleksi karena imago
membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan dan juga memerlukan
waktu untuk melakukan maturasi spermatozoa. Aktivasi motilitas spermatozoa
oleh trypsine like protease dengan spontan dimulai ketika kedua vesikula
seminalis dan kelenjar aksesori secara mekanis tergencet (Miyata 2011). Selain itu

4
imago hanya dapat mengeluarkan semennya hingga waktu 12 jam setelah
keluarnya dari kokon. Hal tersebut disebabkan cadangan semen semakin lama
semakin sedikit hingga pada akhirnya habis (Pramono 2014).

Volume dan Kapasitas Semen A. atlas
Volume semen yang dihasilkan oleh imago jantan A. atlas dipengaruhi
oleh faktor proses ejakulasi. Proses ejakulasi memiliki faktor internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya hormonal, metabolisme dan keturunan.
Faktor eksternal merupakan kondisi lingkungan, seperti suhu dan kelembapan
(Faradis 2010). Volume semen juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
dikonsumsi pada masa larva, ukuran testis dan besar atau kecilnya ukuran tubuh
imago jantan (Rabusin et al. 2014). Pramono (2014) menyatakan bahwa waktu
optimal koleksi semen A. atlas yaitu empat jam dengan teknik pengambilan setiap
dua jam. Kuantitas semen paling besar terlihat pada volume semen yang
dihasilkan pada jam keempat yaitu sebesar 0.57±0.38 dengan kisaran 0.06−1.31
mL. Kualitas semen A. atlas dapat dilihat dari kapasitas semen yaitu hasil
pengalian volume dengan konsentrasi spermatozoa. Kapasitas spermatozoa
kumulatif dari enam kali pengambilan setiap dua jam yaitu sebesar 1433±2569
dengan kisaran 121−9687×106.
Performa Reproduksi A. atlas
Performa reproduksi A. atlas terlihat dari kemampuan dalam membuahi
telur dengan beberapa kali perkawinan. Alvianti (2014) menyatakan bahwa
pemanfaatan imago jantan A. atlas dalam budidaya dapat digunakan untuk tiga
kali perkawinan. Frekuensi perkawinan (ke-I, ke-II dan ke-III) dari imago jantan
tidak memengaruhi jumlah telur dan waktu tetas telur namun memengaruhi
persentase daya tetas telur yang dihasilkan.

Preservasi semen A. atlas
Preservasi semen merupakan upaya pengawetan semen untuk berbagai
tujuan di antaranya untuk IB. Preservasi semen A. atlas telah berhasil dilakukan
oleh Septiadi et al. (2013). Usaha preservasi membutuhkan larutan untuk media
hidup dari spermatozoa yang terdapat dalam semen tersebut. Media yang dapat
digunakan antara lain: NaCl 0.9%, dextrose 5%, dextrose 10%, dan Ringer’s
laktat. Larutan NaCl 0.9% dan Ringer’s laktat memiliki kandungan ion-ion yang
berfungsi sebagai pengatur osmolaritas (Solihati et al. 2006). Selain itu larutan
Ringer’s laktat memiliki garam mineral yang isotonis dan memiliki larutan
penyangga (buffer) (Danang et al. 2012). Suhu refrigerator dapat digunakan
untuk memperpanjang daya tahan hidup spermatozoa hingga 31.50 jam lebih lama
dibandingkan dengan suhu ruangan.

5

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2014 sampai Mei 2015.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Metabolisme Departemen Anatomi,
Fisiologi, dan Farmakologi dan Unit Rehabilitasi Reproduksi, Departemen Klinik,
Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan
Bahan yang digunakan adalah kokon berisi pupa jantan A. atlas sebanyak 16
ekor, formol saline dan tissue.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang kain kasa ukuran
50 cm × 50 cm × 50 cm, microtube, timbangan elektrik, pipet, gelas objek dan
cover glass, kamera, mikroskop, kamar hitung Neubauer, mikropipet dan counter.

Prosedur Penelitian
Pengambilan kokon di lapangan
Kokon ulat sutera A. atlas diambil dari perkebunan teh di Purwakarta,
Jawa Barat. Dilakukan pemilihan kokon yang hidup dan memiliki kualitas baik
seperti tidak berair ataupun tidak terparasitasi. Selanjutnya kokon disimpan dalam
kandang kain kasa berukuran 50 cm×50 cm×50 cm.
Sexing pupa
Kokon jantan dan betina dipisahkan dengan cara melihat morfologi calon
antena. Sebelumnya kokon dibuka menggunakan gunting lalu diamati pupa yang
memiliki antena kecil akan menjadi imago betina, sedangkan pupa yang memiliki
antena besar akan menjadi imago jantan. Kokon yang sudah dilakukan sexing
ditempatkan pada kandang kain kasa yang terpisah.
Koleksi semen
Ngengat jantan yang keluar dari kokon dicatat waktunya. Semen
ditampung dengan cara memegang pangkal sayap ngengat kemudian abdomen
bagian caudal ngengat dimasukkan ke dalam mulut tabung microtube. Semen A.
atlas ditampung setiap 2 jam dari 2 jam pertama hingga 2 jam kelima. Teknik
yang sama telah dilakukan oleh Suzuki et al. (1996), pengambilan sampel dengan
interval waktu setiap 2 jam sebagai estimasi waktu transfer spermatozoa dari
spermatophore ke spermateka. Semen A. atlas yang telah ditampung pada tabung
microtube kemudian diukur volume dan konsentrasi pada setiap semen dari 16

6
ekor ngengat. Semen A. atlas ditampung per individu dan setiap semen
dimasukkan ke microtube yang berbeda.
Evaluasi Semen
Evaluasi semen A. atlas dilakukan secara maksroskopis dan mikroskopis.
Evaluasi secara makroskopis meliputi evaluasi volume semen, sedangkan evaluasi
secara mikroskopis yaitu pemeriksaan konsentrasi semen.
1. Volume
Volume dihitung menggunakan mikropipet (0-200 mikron).
2. Konsentrasi
Penghitungan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan menggunakan
kamar hitung Neubauer. Semen diencerkan dengan perbandingan 2 μL semen
dalam 998 μL larutan formol saline, larutan dihomogenkan dan dimasukan pada
kotak hitung Neubauer yang telah diberi penutup gelas, selanjutnya diamati di
bawah mikroskop dengan pembesaran 500× dan dihitung spermatozoa yang
tersebar pada 4 kotak di sudut dan 1 kotak di bagian tengah kamar hitung
Neubauer
Rumus menghitung jumlah sel spermatozoa per mL setiap ejakulasi
Jumlah spermatozoa/mL = N × 5 × DF × 10 000

Keterangan:
N
:
5
:

Jumlah sel rata-rata yang dihitung setiap kotak hitung.
Faktor koreksi yang dibutuhkan karena hanya 5 dari 25 kotak
dalam chamber yang dihitung (25/5).
Faktor pengenceran. Faktor pengenceran yang digunakan pada
DF
:
penghitungan konsentrasi semen imago adalah 500×
pengenceran dari 2 μL semen dan 998μL larutan formol saline
10.000
: Faktor koreksi yang dibutuhkan karena volume setiap
penghitungan di bawah kaca penutup adalah 0.0001 mL per
chamber.
Penghitungan dilakukan sebanyak dua kali, kemudian dirata-ratakan
Parameter
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah volume dan konsentrasi
semen A. atlas. Parameter volume semen A. atlas diolah lebih lanjut untuk
mendapatkan volume kumulatif dan persen volume kumulatif. Parameter
konsentrasi dan volume lalu diolah untuk mendapatkan parameter ketiga yaitu
kapasitas semen.

Prosedur Analisis Data
Hasil parameter yang telah diukur dinyatakan dalam rataan ± simpangan
baku. Perbedaan antar kelompok perlakuan diuji secara statistika dengan uji
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan Statistical Product
and Solution Service Version 16 (SPSS V.16).

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume Semen Imago A. atlas
Volume semen yang dikoleksi setelah imago keluar dari kokon sebanyak
0.46±0.28 mL (0.05−1.00 mL). Volume semen setelah empat jam menjadi
0.45±0.18 mL (0.1−0.6 mL). Volume semen menurun pada koleksi berikutnya
yaitu sebesar 0.36±0.30 mL setelah 6 jam dan 0.19±0.14 mL setelah 8 jam keluar
dari kokon. Volume semen menurun kembali setelah 10 jam yaitu 0.11±0.12 mL.
Berdasarkan hasil penelitian ini volume semen yang tinggi dapat diperoleh pada
imago setelah dua dan empat jam keluar dari kokon. Alvianti (2014) menyatakan
bahwa volume semen yang terbesar diperoleh pada saat 6 jam setelah imago
keluar dari kokon yaitu sebesar 0.76±0.39 mL, berbeda dengan penelitian
sebelumnya oleh Pramono (2014), terlihat bahwa volume terbesar diperoleh pada
semen jam ke empat yaitu sebesar 0.57±0.38 mL dengan kisaran antara 0.06
hingga 1.31 mL. Volume semen yang besar diperoleh pada waktu tertentu
dimungkinkan karena perlu waktu untuk memenuhi ruang di spermateka sebelum
siap diejakulasikan. Sesuai dengan pernyataan Suzuki et al. (1996) bahwa
pengambilan sampel dengan interval waktu setiap 2 jam sebagai estimasi waktu
transfer semen dari spermatophore ke spermateka membutuhkan jangka waktu
tertentu

Tabel 1 Volume, volume semen kumulatif dan persen volume semen kumulatif
hasil penampungan semen A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam
Waktu Pengamatan
Parameter

Jam ke 2

Jam ke 4

Jam ke 6

Jam ke 8

Jam ke 10

Volume semen
(mL)

(0.46±0.28)a
0.05−1.00

(0.45±0.18)a
0.1−0.6

(0.36±0.30)a
0.05−1

(0.19±0.14)b
0.05−0.5

(0.11±0.12)b
0.05−0.5

Volume semen
kumulatif
(mL)

(0.46±0.28)
0.05−1

(0.87±0.28)
0.15−1.25

(1.2±0.38)
0.6−1.8

(1.39±0.42)
0.75−2

(1.48±0.42)
0.75−2.1

Persen volume
semen
kumulatif (%)

(31.10±17.60)
6.17−66.67

(60.83±22.02)
20−89.47

(82.38±13.41)
37.5−95.23

(93.95±7.88)
68.75−100

(100±0)
100−100

16

16

15

14

13

N
a,b

Angka-angka pada baris yang sama dengan superscript yang berbeda, berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Volume kumulatif semen yaitu volume yang dijumlah tiap 2 jam setelah
dikoleksi per imago. Hasil penelitian menunjukkan pada 2 jam pertama volume
kumulatif rata-rata sebesar 0.46±0.28 mL dengan kisaran 0.05–1 mL. Volume
kumulatif rata-rata pada 2 jam kedua sebesar 0.87±0.28 mL dengan kisaran
0.15−1.25 mL. Pada 2 jam ketiga volume kumulatif rata-rata semen sebesar
1.39±0.42 dengan kisaran 0.75–2 mL. Pada 2 jam keempat volume kumulatif rata-

8
rata semen sebesar 1.39±0.42 mL dengan kisaran 0.75–2 mL. Volume kumulatif
rata-rata semen imago A. atlas pada 2 jam kelima saat dikoleksi sebesar 1.48±0.42
dengan kisaran 0.75−2.1 mL.
Berdasarkan perhitungan volume kumulatif semen A. atlas diperoleh data
persen volume semen kumulatif. Hasil menyatakan bahwa diperoleh 31.10%
semen pada dua jam pertama. Persen volume semen pada jam keempat sebesar
60.83%. Dari data tersebut terlihat bahwa pada dua penampungan semen hingga
jam keempat telah didapat volume semen lebih dari 60%. Volume yang besar dan
konsentrasi besar dari dua kali penampungan pertama telah mampu untuk
digunakan sebagai bahan IB. Hal tersebut didukung dengan penelitian sebelumnya
oleh Pramono (2014) yang menyatakan bahwa persen volume kumulatif pada
pengambilan kedua atau jam keempat setelah imago keluar dari kokon mencapai
48±0.78%.

Konsentrasi Spermatozoa Imago A. atlas

Konsentrasi spermatozoa adalah jumlah sel per mL semen. Pada penelitian
ini konsentrasi spermatozoa dihitung berdasarkan koleksi semen yang dilakukan
setiap 2 jam. Konsentrasi semen yang dikoleksi 2 jam setelah imago keluar dari
kokon didapat sebanyak (2121±1333) 50 – 4420×106/mL. Konsentrasi
spermatozoa yang dikoleksi pada jam keempat meningkat dengan perbedaan yang
nyata yaitu sebanyak (24368±14509) 6400 – 56750×106/mL. sedangkan pada jam
ke 6 dan jam ke 8 konsentrasi spermatozoa semakin turun menjadi 18242±19743
dan 11419±16114 ×106/mL. Terjadi peningkatan konsentrasi pada jam kesepuluh
sebesar (18866±11991) 2500−33250×106/mL. Meski terjadi peningkatan namun
konsentrasi tertinggi masih didapat pada ejakulasi keempat. Pada setiap ejakulasi
terdapat rentan yang tinggi antar individunya sehingga diperoleh standar deviasi
yang tinggi.
Tabel 2 Konsentrasi semen A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam
Parameter
Konsentrasi
(106/mL)

Waktu Pengamatan
Jam ke 2
(2121±1333)
50 – 4420

Jam ke 4
a,b

(24368±14509)
6400 – 56750

Jam ke 6
b

Jam ke 8
a,b

(18242±19743)
2000 – 71750

(11419±16114)
1500 – 61250

Jam ke 10
a

(18866±11991)a
2500−33250

a,b

Angka-angka pada baris yang sama dengan superscript yang berbeda, berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Informasi konsentrasi spermatozoa telah dilaporkan oleh Rabusin et al.
(2014) dan Pramono (2014). Rabusin et al. menyatakan bahwa konsentrasi
spermatozoa
imago
hanya
318.50±206.61x106/mL
dengan
kisaran
6
60−635×10 /mL. Nilai konsentrasi tersebut lebih kecil dibandingkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pramono bahwa konsentrasi spermatozoa setelah
dikumulatifkan dari enam kali ejakulasi setiap dua jam, semua berada pada
kisaran 75 sampai dengan 5943×106/mL sehingga rata-rata yang diperoleh adalah
1141±1608×106/mL. Melihat pada dua penelitian sebelumnya terlihat bahwa

9
pengambilan semen A. atlas lebih tinggi dengan pengambilan spesifik ketika
dikoleksi pada jam keempat yaitu sebanyak 24368±14509 (6400–56750)×106/mL.
Jika dibandingkan dengan Lepidoptera lain seperti B. mori konsentrasi
spermatozoa A. atlas jauh lebih besar yaitu 2121±1333×106/mL pada ejakulasi 2
jam yang pertama. Konsentrasi spermatozoa B. mori dengan pengambilan semen
pada interval 0 jam sebesar 8.29±0.62×104 dan 6.55±0.47×104 pada interval 2
jam (Suzuki et al.1996). Hasil tersebut didapatkan dengan teknik menghitung total
spermatozoa yang masuk ke duktus spermatikus pada ejakulasi yang pertama.
Konsentrasi semen yang besar memberi peluang keberhasilan yang lebih tinggi
bagi usaha IB. Selain itu pertimbangan volume untuk menghitung kapasitas
semen juga perlu sebagai informasi kefektifan dari semen yang telah dikoleksi.

Kapasitas Semen Imago A. atlas
Kapasitas semen dihitung dengan cara mengalikan volume semen dengan
konsentrasi spermatozoa. Pada penelitian ini kapasitas semen imago A. atlas ratarata pada jam ke-2 sebesar (1093±1113)×106 lalu meningkat menjadi
(11064±7511)×106 dengan kisaran (900−29550)×106 pada jam keempat. Terjadi
penurunan secara signifikan kapasitas semen dari jam keenam hingga jam ke
sepuluh yaitu (5404±6715)×106 lalu (3327±8226)×106 dan menjadi
(1688±888)×106. Kapasitas semen tertinggi terdapat pada jam ke-8, namun
besarnya kurang dari kapasitas semen yang berasal dari kelima penampungan
semen yang disatukan seperti pada penelitian sebelumnya oleh Pramono (2014).
Kapasitas kumulatif semen A. atlas yaitu sebesar (1433±2569)×106 dengan
kisaran (121−9687)×106. Hal tersebut terjadi karena faktor dari A. atlas berupa
volume yang besar setelah dikumulatifkan.

Tabel 3 Kapasitas semen A. atlas yang dikoleksi selang 2 jam
Parameter

Waktu Pengamatan
Jam ke 2

Jam ke 4
b

Jam ke 6
b

Jam ke 8
a

Jam ke 10
a

a

(5404±6715)
(3327±8226)
(1688±888)
Kapasitas
(1093±1113)
(11064±7511)
semen (106)
12.5−4025
900−29550
300−21000
300 –30625
425 −3225
a,b
Angka-angka pada baris yang sama yang dengan superscript yang berbeda, berbeda nyata
pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Usaha IB membutuhkan kapasitas semen yang besar agar semakin banyak
betina yang bisa dibuahi. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil penelitian Allex et
al. (2014) yang menunjukkan bahwa jumlah telur A. atlas betina adalah 212−332
butir dengan rata-rata 265 butir/induk. Perbandingan konsentrasi spermatozoa
dengan jumlah telur yang tinggi memungkinkan dilakukannya pengenceran semen
imago A. atlas agar bisa membuahi lebih banyak betina (Pramono 2014).
Keberhasilan fertilisasi akan tinggi juga didukung oleh motilitas spermatozoa
imago A. atlas yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian Pramono (2014), waktu keluarnya ngengat
paling banyak pada selang waktu 16.00−20.00 dimana saat tersebut imago A. atlas

10
banyak keluar dari kokon sebesar 67% (10/15). Koleksi semen untuk tujuan
inseminasi dapat dilakukan dua sampai dengan delapan jam setelah imago keluar
dari kokon. Koleksi semen paling efektif dilakukan pada waktu 4 jam setelah
imago keluar dari kokon untuk mendapatkan semen dengan kapsitas terbesar.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa waktu
optimal untuk pengambilan semen A. atlas yaitu pada jam keempat setelah imago
keluar dari kokon. Volume yang diperoleh sebesar 0.45±0.18 (0.1−0.6) mL
dengan konsentrasi 24368±14509 (6400–56750)×106/mL dan kapasitas
spermatozoa sebesar 11064±7511 (900−29550)×106.

Saran
Sebaiknya koleksi semen dilakukan pada empat jam setelah imago keluar
dari kokon untuk tujuan preservasi semen pada Inseminasi Buatan (IB).

DAFTAR PUSTAKA
Allex M, Arifiantini RI, Ekastuti DR. 2014. Karakteristik imago betina ulat sutera
liar Attacus atlas (Lepidoptera: Saturniidae). Prosiding Seminar Nasional
Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah
Hewan di Indonesia. Seminar Nasional Asosiasi Reproduksi Hewan
Indonesia (ARHI); 2013 Desember 18-19; Bogor, Indonesia.
Alvianti W. 2014. Performa Reproduksi Imago Jantan Ulat Sutera Liar A. attacus
atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Awan A. 2007. Domestikasi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera:
Saturniidae) dalam Usaha Meningkatkan Persuteraan Nasional [disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV. 2004.
Biologi 5th Ed. Jakarta: Erlangga.
Chapman RF. 1971. The Insect, Structure and Function 2nd Ed. New York:
Elsivier Publishing comp, Inc.
Cherry R. 1998. History of sericulture. Bull Entomol Soc Am. 35: 83–84.
Danang DR, Isnaini N, Trisunuwati P. 2012. Pengaruh lama simpan semen
terhadap kualitas spermatozoa ayam kampung dalam pengencer Ringer’s
laktat pada suhu 4ºC. J Tern Trop. 13(1):47–57.
Faradis MP. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Bandung (ID): Alfabeta.

11
Friedländer M, Seth RK, Reynold SE. 2005. Eupyrene and apyrene sperm:
dichotomousspermatogenesis in Lepidoptera. J Advance in Insect Physio.
32: 207-301.
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: HafezB,
ESE Hafez, editor. Reproduction in Farm Animal, 7th ed. USA:Williams
and Wikins.
[ISA] International Silk Association. 2000. Sericologia (40). Japan International
Coorperation Agency.
Miyata H. 2011. Biophysical and molecular determinants of acrosome formation
and motilityregulation of sperm from the water strider [disertasi].California
(US): University of California Riverside.
Omura S. 1936. Artificial insemination of Bombyx mori. J of Agriculture,
Hokkaido Imperial University. 38: 135-150.
Osanai M. and Baccetti B. (1993): Two-step acquisition of motility by insect
spermatozoa. Experientia. 49, 593-5.
Pramono D, Arifiantini RI, Ekastuti DR. 2014. Penentuan Waktu Optimal Koleksi
dan Evaluasi Kapasitas Semen Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera:
Saturniidae) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Peigler RS. 1989. A Revision of The Indo-Australian Genus Attacus.California
(US): The Lepidoptera Research Foundation, Inc.
Rabusin et al. M. 2014. Karakteristik Semen Imago Attacus atlas. Prosiding
SeminarNasional Peran Reproduksi dalam Penyelamatan dan
PengembanganPlasma Nutfah Hewan di Indonesia. Seminar Nasional
Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia (ARHI); 2013 Desember 18-19;
Bogor,Indonesia.
Sari FK. 2010. Pengamatan keluarnya ngengat Attacus atlas berdasarkan bobot
kokon pada berbagai kondisi lingkungan [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sato K, Touhara K. 2008. Insect Olfaction: Receptors, Signal Transduction and
Behavior. Tokyo (JP): The University of Tokyo.
Septiadi et al. R, Ekastuti DR, Arifiantini RI. 2013. Penggunaan larutan fisiologis
mamalia untuk preservasi semen ulat sutera liar (Attacus atlas)
(Lepidoptera: Saturniidae). Prosiding Seminar Nasional Peran Reproduksi
dalam Penyelamatan dan Pengembangan Plasma Nutfah Hewan di
Indonesia. Seminar Nasional Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia
(ARHI); 2013 Desember 18-19; Bogor, Indonesia.
Solihati N, Idi R, Setiawan R, Asmara IY. 2006. Pengaruh lama penyimpanan
semen cair ayam buras pada suhu 5 ºC terhadap periode fertil dan fertilitas
spermatozoa. J Ilmu Ternak. 6(1):7-11.
Solihin DD, Fuah AM, Ekastuti DR, Siregar HCH, Wiryawan KG, Setyono DJ,
Mansjoer SS, Polii BNN. 2010. Budi Daya Ulat sutera liar Attacus atlas.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Suzuki N, Okuda T, Shinbo H. 1996. Sperm precedence and sperm movement
under different copulation intervals in the silkworm, Bombyx mori. J Insect
Physiol. 42(3): 199-204.
Takemura Y, Kanda T, Horie Y. 2000. Artificial insemination using trypsintreated sperm in the silkworm,Bombyx mori. J Insect Physiol . 46 (2000):
491-497.

12
Walidaini R. 2013. Karakteristik imago jantan ulat sutera liar Attacus atlas
(Lepidoptera: Saturniidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

13
Lampiran 1 Volume semen A. atlas yang dikoleksi setiap dua jam (mL)
Jantan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
n
rata-rata

Jam ke-2
0.5
0.4
0.125
0.25
0.25
0.5
1
0.25
0.6
0.25
0.4
0.05
0.5
0.5
1
0.75
11
0.46±0.28

jam ke-4
0.6
0.6
0.6
0.5
0.5
0.5
0.25
0.6
0.25
0.6
0.5
0.1
0.4
0.5
0.5
0.25
16
0.45±0.16

Waktu Pengambilan
jam ke-6
0.5
0.6
1
0.25
0.25
0.3
0.25
0.05
0
0.05
0.1
0.5
0.9
0.1
0.05
0.5
12
0.34±0.30

jam ke-8
0.2
0.2
0.25
0.5
0.25
0.05
0.25
0.05
0.1
0
0.05
0.1
0.1
0.2
0.1
0.5
12
0.18±0.15

jam ke-10
0.1
0.05
0.05
0.5
0
0.1
0.05
0.2
0.05
0.05
0
0
0.05
0.05
0.1
0.1
7
0.09±0.12

Lampiran 2 Persentase volume kumulatif semen A. atlas yang dikoleksi setiap
dua jam (%)
Jantan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
n
rata-rata

Jam ke-2
26.32
21.62
6.17
12.50
20.00
34.48
55.56
21.74
60.00
26.32
38.10
6.67
25.64
37.04
57.14
35.71
11
30.31±16.65

jam ke-4
57.89
54.05
35.80
37.50
60.00
68.97
69.44
73.91
85.00
89.47
85.71
20.00
46.15
74.07
85.71
47.62
16
61.96±20.64

Waktu Pengambilan
jam ke-6
jam ke-8
84.21
94.74
86.49
97.30
85.19
97.53
50.00
75.00
80.00
100.00
89.66
93.10
83.33
97.22
78.26
82.61
85.00
95.00
94.74
94.74
95.24
100.00
86.67
100.00
92.31
97.44
81.48
96.30
88.57
94.29
71.43
95.24
12
12
83.29±10.77
94.41±6.59

jam ke-10
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
7
100.00±0.00

14
Lampiran 3 Konsentrasi semen A. atlas yang dikoleksi setiap dua jam (106)
Jantan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
n
Rata-rata

Waktu Pengambilan
Jam ke-2
1040
960
380
50
2500
2050
2700
250
2825
3100
2425
4220
3425
1125
4025
2875
16
2121.87
±1333.16

jam ke-4
6400
15700
31800
17000
10250
10750
15750
33500
56750
49250
35500
9000
30500
20000
27250
20500
16
24368.75
±14509.05

jam ke-6
3800
5600
2000
8000
17000
11250
6000
16250
tidak ejakulasi
71750
18500
38750
11500
3000
vol kurang
42000
14
18242.86
±19743.20

jam ke-8
9200
4200
3300
1500
7500
tidak ejakulasi
1500
tidak ejakulasi
22500
tidak ejakulasi
6500
3000
7750
4500
15750
61250
13
11419.23
±16114.62

jam ke-10
14300
tidak ejakulasi
tidak ejakulasi
3750
tidak ejakulasi
23750
tidak ejakulasi
2500
29000
33250
tidak ejakulasi
tidak ejakulasi
8500
vol kurang
32250
22500
9
18866.67
±11991.82

Lampiran 4 Kapasitas semen A. atlas yang dikoleksi setiap dua jam (106)
Jantan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
n
rata-rata

Waktu Pengambilan
Jam ke-2

jam ke-4

jam ke-6

jam ke-8

jam ke-10

520
384
47.5
12.5
625
1025
2700
62.5
1695
775
970
211
1712.5
562.5
4025
2156.25
16
1092.73
±1113.81

3840
9420
19080
8500
5125
5375
3937.5
20100
14187.5
29550
17750
900
12200
10000
6812.5
10250
16
11064.22
±7511.99

1900
3360
2000
2000
4250
3375
1500
812.5
tidak ejakulasi
3587.5
1850
19375
10350
300
vol kurang
21000
14
5404.28
±6715.48

1840
840
825
750
1875
tidak ejakulasi
375
tidak ejakulasi
2250
tidak ejakulasi
325
300
775
900
1575
30625
13
3327.30
±8226.52

1430
tidak ejakulasi
tidak ejakulasi
1875
tidak ejakulasi
2375
tidak ejakulasi
500
1450
1662.5
tidak ejakulasi
tidak ejakulasi
425
vol kurang
3225
2250
9
1688.05
±888.50

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1993 di Malang, Jawa Timur.
Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Lukman
Nurul Huda dan Ibu Anik Masruroh.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2004 di SDN
Turen 4 kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama di
SMPN 1 Turen, hingga lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas di SMAN 1 Malang, Jawa
Timur hingga lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi setelah diterima di Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama perkuliahan penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan di
Himpunan Minat Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik FKH IPB
(2012−2014) dan di Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20122014). Penulis juga sempat mengikuti beberapa kegiatan pengabdian masyarakat
baik nasional maupun internasional seperti: Pengabdian Masyarakat FKH IPB di
Riau tahun 2014, SUIJI SLP dan Bina Cinta Lingkungan di Bogor tahun 2015
oleh Direktorat Kemahasiswaan IPB. Penulis merupakan salah satu penerima
beasiswa PPA tahun 2012−2013 dan beasiswa Sobat Bumi Pertamina tahun
2013−2015.