3.4. Metode Analisis Data
Untuk hipotesis pertama, dianalisis dengan deskriptif menggunakan model CIPP context, input, process, product. Model ini dikembangkan oleh
Stufflebeam,yang melihat kepada empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dimensi Produk. Keunikan model ini adalah pada setiap
tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan decission yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan program
CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komperhensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu konteks, masukan, proses, dan produk Isaac and Michael,1981.
Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu administrator didalam membuat keputusan.
1. Context Evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini
membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.
2. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur
kerja untuk mencapainya.
3. Process Evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk
membantu mengimplimentasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut
terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Process merupakan pelaksanaan beragam kegiatan dan mekanisme kerja program bagi
pencapaian tujuan.
Universitas Sumatera Utara
4. Product Evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk
menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? apa yang dilakukan setelah program berjalan? Produk merupakan hasil dari proses
kegiatan program yang menggambarkan tingkat efektivitasnya, dengan adanya product ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Indikator Kinerja Kemitraan Kelompok Tani dengan Perusahaan Eksportir di Daerah Penelitian
No. Model CIPP Indikator Kinerja
1. Context
1. Perencanaan kualitas dan kuantitas komoditi hortikultura yang akan dihasilkan dalam kegiatan
kemitraan 2. Perencanaan harga komoditi hortikultura yang akan
dihasilkan petani dalam kegiatan kemitraan 3. Perencanaan pemasaran komoditi hortikultura yang
akan dihasilkan petani dalam kegiatan kemitraan 4. Perencanaan penyediaan sarana dan prasarana
penunjang kemitraan 2.
Input 1. Kesiapan kelompok tani dalam kegiatan kemitraan
agribisnis 2. Adanya kepercayaan dari pihak yang bermitra
3. Adanya komunikasi yang terbuka dari pihak yang bermitra
4. Partisipasi petani dalam kegiatan kemitraan 5. Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh petugas
Penyuluhan Pertanian Lapangan PPL 3.
Process 1. Kinerja petani dan kelompok tani dalam memenuhi
kebutuhan pasokan ke perusahaan eksportir
2. Kinerja petani dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas komoditi
3. Frekuensi eksportir dalam memonitor, mengevaluasi
dan memberikan pembinaan kepada kelompok tani
4. Kinerja perusahan eksportir dalam menerima dan memasarkan komoditi hortikultura yang dihasilkan
petani 4.
Product 1. Peningkatan pendapatan usahatani setelah
memanfaatkan kegiatan kemitraan agribisnis 2. Kemampuan petani dalam meningkatkan produksi
pertanian berorientasi ekspor 3. Perubahan kemampuan kelompok tani dalam mengelola
hasil produksi hortikultura 4. Kepastian pasar yang diperoleh petani dengan adanya
kemitraan agribisnis dengan perusahaan eksportir 5. Kepuasan petani terhadap kegiatan program kemitraan
agribisnis dengan perusahaan eksportir
Sumber : Diolah berdasarkan teori yang dibangun
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1 dibuat pertanyaan kepada petani yang menjadi responden mengenai kinerja kemitraan kelompok tani dengan perusahaan
eksportir di daerah penelitian, kemudian jawaban dari petani yang menjadi responden diskorsingkan berdasarkan pemberian skor atas kinerja kemitraan
kelompok tani dengan perusahaan eksportir, skor penilainnya ditentukan sebagai berikut:
- Skor 5 diberikan jika jawaban “a” - Skor 4 diberikan jika jawaban “b”
- Skor 3 diberikan jika jawaban “c” - Skor 2 diberikan jika jawaban “d”
- Skor 1 diberikan jika jawaban “e” Untuk mengetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing
kinerja kemitraan kelompok tani dengan perusahaan eksportir dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Skor Penilaian Kinerja Kemitraan Kelompok Tani dengan Perusahaan Eksportir di Daerah Penelitian
No. Model CIPP
Jumlah Parameter
Skor Rentang
1. Context
4 1 – 5
4 - 20 2.
Input 5
1 – 5 5 - 25
3. Process
4 1 – 5
4 - 20 4.
Product 5
1 – 5 5 - 25
Total 18
- 18 - 90
Hasil penilaian menghasilkan skor, dari skor tersebut akan ditentukan bagaimana kinerja kemitraan kelompok tani dengan perusahaan eksportir.
Skor kinerja kemitraan berada di antara 18 – 90, dimana panjang kelas dapat dihitung
Universitas Sumatera Utara
dengan range dibagi jumlah kelas. Range adalah jarakselisih antara data terbesar dan terkecil Subagyo, 1992.
Keterangan : Skor 76
─ 90.5 : Kinerja sangat baik
Skor 61.5 ─ 76 : Kinerja baik
Skor 47 ─ 61.5 : Kinerja cukup baik
Skor 32.5 ─ 47 : Kinerja tidak baik
Skor 18 ─ 32.5 : Kinerja sangat tidak baik
Untuk hipotesis kedua, yaitu untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja kemitraan kelompok tani dengan perusahaan eksportir di daerah penelitian
dianalisis dengan menggunakan metode analisis teknik penskalaan Likert. Menurut Nazir 2003, skala likert telah banyak digunakan oleh para
peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau persepsi yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa
pernyataan kepada responden. Kemudian responden diminta member jawaban atau dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Metode ini dilakukan dengan mencatat tally penguatan respon pada
setiap pilihan jawaban atas suatu pernyataan positif atau negatif.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif No.
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1 Petani mengetahui dengan baik
program kemitraan yang terjalin antara Kelompok Tani Lau Lengit
dengan perusahaan eksportir Petani tidak diberi kebebasan
untuk mengajukan pendapat dalam perencanaan kemitraan antara
perusahaan eksportir dengan Kelompok Tani.
2 Adanya perubahan cara
berusahatani untuk menghasilkan komoditi sayuran berorientasi
ekspor ketika petani bermitra dengan perusahaan eksportir
Petani merasa program kemitraan dengan perusahaan eksportir tidak
terlalu berpengaruh terhadap pendapatan petani.
3 Produk yang dikirim ke
perusahaan eksportir adalah produk yang terbaik yang
dihasilkan petani. Ketentuan produk yang diberikan
eksportir menyulitkan petani.
4 Petani merasa bangga hasil
pertaniannya dapat dipasarkan sampai ke luar negri melalui
kegiatan kemitraan dengan eksportir.
Petani merasa kesulitan dalam menyampaikan aspirasi kepada
Perusahaan eksportir
5 Kemitraan dapat menjadi alternatif
menyelesaikan permasalahan petani dalam memperluas
pemasaran komoditi. Harga yang diterima petani dari
perusahan eksportir tidak lebih besar dari pedagang lokal.
6 Kegiatan kemitraan mampu
mengembangkan pertanian di Kabupaten Karo.
Tidak semua petani menyukai dijalinnya kemitraan dengan
perusahaan eksportir.
7 Program kemitraan yang
dilakukan memberikan dorongan dan semangat bagi petani untuk
meningkatkan produktivitas usaha tani
Perusahaan eksportir tidak berperan sesuai dengan yang
diharapkan petani.
8 Dalam proses produksi, eksportir
selalu aktif memantau perkembangan produksi di lahan.
Perusahaan eksportir selalu tidak tepat waktu dalam pengembalian
dana kemitraan.
9 Petani mengharapkan kemitraan
yang sudah terjalin akan terus berlanjut.
10 Pihak eksportir selalu menerima hasil panen yang dipasok oleh
petani.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pernyataan positif, dapat diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kategori Jawaban Pernyataan Persepsi Positif Petani terhadap Kinerja Kemitraan Kelompok Tani dengan Perusahaan Eksportir
No. Kategori Jawaban
Skor
1. SS Sangat Setuju
5 2.
S Setuju 4
3. R Ragu-Ragu
3 4.
TS Tidak Setuju 2
5. STS Sangat Tidak Setuju
1
Untuk pernyataan negatif juga diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori seperti yang terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kategori Jawaban Pernyataan Persepsi Negatif Petani terhadap Kinerja Kemitraan Kelompok Tani dengan Perusahaan Eksportir
No. Kategori Jawaban
Skor
1. STS Sangat Tidak Setuju
5 2.
TS Tidak Setuju 4
3. R Ragu-Ragu
3 4.
S Setuju 2
5. SS Sangat Setuju
1
Untuk mengukur skala likert tersebut digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan: T : Skor standar
X : Skor responden X : Rata-rata skor kelompok
S : Deviasi standar kelompok
Universitas Sumatera Utara
Uji T, apabila: T 50 = Persepsi Positif
T 50 = Persepsi Negatif Mueller, 1992. Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung persepsi petani
apakah positif atau negatif terhadap kinerja kemitraan kelompok tani dan perusahaan eksportir di daerah penelitian. Jika petani memiliki persepsi positif,
maka itu menunjukkan bahwa kinerja kemitraan kelompok tani dan perusahaan eksportir di daerah penelitian berjalan sesuai dengan yang diharapkan petani, dan
sebaliknya jika petani memiliki persepsi negatif, maka itu menunjukkan bahwa kinerja kemitraan kelompok tani dan perusahaan eksportir di daerah penelitian
belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan petani.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi