Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Group, Siak, Riau

i

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PINANG SEBATANG
ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS
PLANTATION GROUP, SIAK, RIAU

TOPAN PRAHARA
A24080066

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

 

ii

RINGKASAN


TOPAN PRAHARA. Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas
Plantation Group, Siak, Riau (Dibimbing oleh ADE WACHJAR).
Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata, menambah
pengetahuan tentang aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit serta
penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan. Secara khusus bertujuan untuk
mempelajari pengelolaan panen kelapa sawit pada keadaan lapangan yang
sesungguhnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang terkait dengan
pemanenan kelapa sawit tersebut.
Kegiatan magang telah dilaksanakan di Kebun Pinang Sebatang Estate (PSE),
PT Aneka Intipersada (PT AIP), Minamas Plantation Group, Siak, Riau. Kegiatan
magang berlangsung selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Februari sampai
dengan bulan Mei 2012.
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang adalah metode langsung
dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan praktik kerja langsung di
lapangan berdasarkan jenjang jabatan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah
berjalan di perusahaan. Jenjang jabatan yang dilakukan meliputi sebagai karyawan
harian lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu,
dan sebagai pendamping asisten kebun selama enam minggu. Metode tidak

langsung yang dilakukan berupa studi pustaka, mempelajari dokumen yang
dimiliki oleh Kebun PSE seperti laporan manajemen kebun dan dokumen lainnya.
Aspek khusus pengelolaan panen yang diamati selama kegiatan magang
meliputi persiapan panen, organisasi panen, sarana prasarana panen, kerapatan
panen, tenaga kerja, interval panen, mutu hancak dan buah serta premi dan denda
panen. Hasil pengamatan di lapangan ditambah dengan data hasil studi pustaka
kebun sebagai bahan pendukung yang akan dibandingkan dengan norma-norma
baku yang ditetapkan perusahaan.
Pelaksanaan panen di Kebun Pinang Sebatang dengan

block harvesting

system (BHS) belum dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan BHS yang
ii 
 

iii
kerangka kerjanya sesuai dengan luasan seksi panen belum bisa dicapai sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan interval
panen di Kebun Pinang Sebatang menjadi tinggi, tetapi pencapaian nilai

persentase mutu buah sudah dapat mencapai standar yang telah ditentukan
perusahaan yaitu sebesar 97.65%. Interval panen di Kebun Pinang Sebatang
seharusnya kurang dari 9 hari sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
perusahaan, tetapi pada kenyataannya interval panen di Divisi III Kebun Pinang
Sebatang pernah mencapai 12 hari. Hal tersebut disebabkan oleh produksi kelapa
sawit dalam keadaan tinggi, kapasitas panen pemanen yang rendah dan tingginya
tingkat ketidakhadiran pemanen. Penambahan jumlah basis borong panen dan
peningkatan pengawasan terhadap pemanen dalam kegiatan pemanenan
diharapkan bisa mengurangi interval panen yang menjadi masalah tersebut.

iii 
 

i
PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN PINANG SEBATANG ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA,
MINAMAS PLANTATION GROUP, SIAK, RIAU 
 
 
 


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Topan Prahara
A24080066

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


 

ii

Judul


Nama

: PENGELOLAAN
PANEN
KELAPA
SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PINANG
SEBATANG ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA,
MINAMAS PLANTATION GROUP, SIAK, RIAU
: TOPAN PRAHARA

NIM

: A24080066

Menyetujui,
Pembimbing

Dr Ir Ade Wachjar, MS

NIP: 19550109 198003 1 008

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr
NIP: 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

ii 
 

iii

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat pada tanggal 29
Juni 1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Salman, SP dan ibu
Zenhayani serta saudara dari Suci Salmanningsih R, Intan Cahyani dan Anggun

Miftahurrahmi.
Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 09 Koto VII, kemudian pada tahun 2005
penulis menyelesaikan studi di Pondok Pesantren Subulussalam, Kabupaten
Pariaman. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Kabupaten Sijunjung pada
tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui jalur undangan seleksi
masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa dan kepanitian kegiatan
kampus. Tahun 2010-2011 penulis aktif sebagai anggota Seksi Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PSDM) Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron)
IPB dan anggota Seksi Olahraga di Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM)
Bogor. Pada tahun 2011/2012 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah
Manajemen Air dan Hara Tanaman (AGH322) yang diampu oleh Departemen
Agronomi dan Hortikultura.

iii 
 

iv


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pinang
Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Mianamas Plantation Group, Siak, Riau”
dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak, Ibu dan adik-adik beserta seluruh keluarga besar yang selalu
mendukung, mendoakan penulis dalam segala aktivitas penulis.
2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan masukan dan saran selama kegiatan magang dan penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Dr Dwi Guntoro, SP, MSi sebagai dosen
penguji yang telah memberikan tambahan ilmu bagi penulis.
4. Bapak Egianta S Sembiring selaku Senior Manager Unit Perkebunan Pinang
Sebatang atas segala dukungan, motivasi, ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
5. Bapak Waldy JE Saragih selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan pengarahan selama melakukan kegiatan magang berlangsung.

6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga
bagi para pembaca dan digunakan untuk hal kebaikan sebagaimana mestinya.

Bogor, Februari 2013

Penulis

iv 
 

v

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

vii


DAFTAR GAMBAR ................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

ix

PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan .........................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
Botani Kelapa Sawit......................................................................
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit .......................................................
Buah Kelapa Sawit ........................................................................

Pemanenan Kelapa Sawit ..............................................................
Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit .........................................

3
3
3
4
5
7

METODE MAGANG .............................................................................
Waktu dan Tempat ......................................................................
Metode Pelaksanaan .....................................................................
Pengumpulan Data dan Informasi .................................................
Pengamatan Panen ........................................................................
Analisis Data .................................................................................

9
9
9
9
10
11

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ............................................
Letak Geografi dan Administratif ................................................
Keadaan Iklim dan Tanah .............................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan..................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi ...................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .....................................

12
12
12
13
14
15

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG.............................................
Aspek Teknis ...............................................................................
Pembibitan ...............................................................................
Pengendalian Gulma ................................................................
Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM) ..............................
Pengendalian Ulat Api ..............................................................
Pemanenan ................................................................................
Rawat Jalan ...............................................................................
Aspek Manajerial .........................................................................
Mandor Panen ...........................................................................
Mandor Perawatan ....................................................................
Mandor Pupuk dan Semprot .....................................................
Krani Buah dan Divisi ..............................................................
Mandor I ...................................................................................
Asisten Divisi ...........................................................................

17
17
17
20
22
25
27
37
37
37
38
39
40
41
41

PEMBAHASAN .......................................................................................

43


 

vi
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
Kesimpulan ...................................................................................
Saran..............................................................................................

49
49
49

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

50

LAMPIRAN ..............................................................................................

51

vi 
 

vii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Kriteria Matang Panen Buah Kelapa Sawit..................................

6

2. Jenis Tanah dan Topografi di Kebun Pinang Sebatang
Tahun 2009/2010 .........................................................................

13

3. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Pinang Sebatang
Tahun 2006/2007-2010/2011. .......................................................

14

4. Jumlah Tenaga Kerja Kebun Pinang Sebatang
Tahun 2011/2012 ..........................................................................

15

5. Hasil Pengamatan pada Penanaman Kecambah di Pre-Nursery
Kebun Pinang Sebatang Maret 2012 .............................................

19

6. Rekomendasi Pupuk An-organik untuk Tanaman Kelapa sawit
Menghasilkan di Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012........

23

7. Realisasi Luas Seksi Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang
Tahun 2011/2012 ..........................................................................

28

8. Hasil Pengamatan Kriteria Matang Panen di Divisi III
Kebun Pinang Sebatang pada Maret-April 2012 ..........................

29

9. Hasil Pengamatan Angka Kerapatan Panen dan Taksasi Produksi
TBS di Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada April 2012 .........

30

10. Hasil Pengamatan Jumlah Pemanen yang Masuk Kerja di
Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada Februari-April 2012 .......

30

11. Rata-rata Interval Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang
Pada Februari-April 2012 .............................................................

31

12. Hasil Pengamatan Mutu Hancak Panen di Divisi III Kebun
Pinang Sebatang pada Maret-Mei 2012 .......................................

32

13. Hasil Pengamatan Mutu Buah di Divisi III Kebun Pinang
Sebatang pada Maret-Mei 2012 ...................................................

32

14. Hasil Pengamatan Waktu Pengangkutan TBS ke PKS di
Divisi III Kebun Pinang Sebatang pada April 2012 .....................

33

15. Jenis Alat-alat Panen TBS Kelapa Sawit di Divisi III Kebun
Pinang Sebatang ................................................................ ...........

34

16. Ketentuan Pengawasan Panen di Kebun Pinang Sebatang
Tahun 2011/2012 ............... ..........................................................

35

17. Ketentuan Denda Panen di Kebun Pinang Sebatang
Tahun 2011/2012 ............... ..........................................................

36

vii 
 

viii

DAFTAR GAMBAR
 

Nomor

Halaman
Kegiatan Penanaman Kecambah Pre-nursery
di Kebun Pinang Sebatang ............................................................

19

2. Kegiatan Sensus Ulat Api .............................................................

25

3. Beneficial Plant di Kebun Pinang Sebatang .................................

26

4. Produksi TBS di Tiga Blok Divisi III Kebun Pinang Sebatang
dari Bulan Februari-April 2012 ....................................................

31

5. Kegiatan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa Sawit di
Divisi III Kebun Pinang Sebatang.................................................

33

6. Alat-alat dan Sarana Panen di Divisi III Kebun Pinang Sebatang .........

34

1.

viii 
 

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Peta Kebun Pinang Sebatang PT Aneka Intipersada
Tahun 2011/2012 .........................................................................

52

2. Data Curah Hujan Kebun Pinang Sebatng Tahun 2002-2011.......

53

3. Tata Guna Lahan Kebun Pinang Sebatng PT Aneka Intipersada
Tahun 2011/2012 .........................................................................

54

4. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas ..........

55

5. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor ...............

57

6. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten ................

60

ix 
 

1
 

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan andalan sebagai peningkatan perekonomian di Indonesia. Tanaman
kelapa sawit sangat diminati oleh pihak BUMN, swasta dan petani pekebun untuk
diusahakan. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia
setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh
Indonesia dan Malaysia. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun
2010 mencapai 7.8 juta ha dengan produksi total 19.8 juta ton (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2009).
Menurut Sunarko (2010) tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil
minyak nabati yang paling efisien di antara beberapa tanaman penghasil minyak
nabati yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pardamean (2011) menambahkan
bahwa prospek pasar minyak kelapa sawit diprediksikan sangat cerah, karena
masih tingginya permintaan dunia. Konsumsi minyak sawit dunia dalam beberapa
tahun terakhir rata-rata tumbuh 8% per tahun. Hal tersebut jauh di

atas

kemampuan produksi sehingga harga minyak kelapa sawit terus meningkat.
Menurut Naibaho (1998) peningkatan produksi berupa minyak mentah kelapa
sawit telah membuka peluang pula untuk pengembangan industri hilir yang berarti
bahwa, selain diperoleh nilai tambah sekaligus menambah lapangan kerja baru.
Mangoensoekarjo (2007) mengemukakan bahwa dalam rangka meningkatkan
produksi, baik untuk mencukupi kebutuhan nasional maupun ekspor, perlu segera
dilakukan rehabilitasi tanaman termasuk perluasan areal penanaman.
Produksi kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dengan adanya perluasan
areal tanam, walaupun pada kenyataannya produktivitas kelapa sawit di Indonesia
masih di bawah Malaysia. Rata-rata produktivitas kelapa sawit nasional hanya
mencapai 15 ton tandan buah segar (TBS) per hektar per tahun, sedangkan
produktivitas tanaman kelapa sawit di Malaysia telah mencapai angka 25 ton TBS
per hektar per tahun (Sukamto, 2011). Upaya untuk meningkatkan produktivitas
dapat dilakukan dengan memperhatikan kegiatan di lapangan seperti persiapan
lahan, pemilihan bibit unggul, usaha pemeliharaan dan pemanenan.

2
 

Pemanenan adalah kegiatan untuk mengambil hasil kebun atau produksi
kelapa sawit dalam bentuk tandan buah segar (Sukamto, 2011). Dalam praktiknya,
kegiatan tersebut harus diperhatikan dengan cermat mulai dari persiapan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi panen, karena usaha peningkatan
produktivitas tidak akan tercapai secara optimal apabila terdapat banyak
kehilangan hasil TBS pada waktu pemanenan. Tujuan panen untuk mendapatkan
hasil yang maksimal akan tercapai apabila mengikuti ketentuan-ketentuan panen
yang telah ditetapkan mulai dari persiapan panen, kriteria matang panen, sistem
hancak panen, kerapatan panen, peramalan (taksasi) produksi, tenaga pemanen,
alat dan perlengkapan panen, interval panen, aturan teknis panen, sistem
pengawasan dan denda, premi panen, organisasi hingga administrasi panen dan
angkutan panen.
Waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu
minyak yang dihasilkan. Pada umumnya kelapa sawit telah menunjukkan
kesiapan untuk dipanen bila bobot tandan buahnya telah mencapai berat 3 kg atau
lebih. Tandan buah telah masak atau siap panen sekitar 5.5 bulan sejak terjadinya
penyerbukan (Setyamidjaja, 2006). Panen yang dilakukan pada waktu yang tepat
akan diperoleh kandungan minyak maksimal, sedangkan apabila pemanenan buah
terlalu matang kandungan asam lemak bebas (ALB) akan meningkat. Sebaliknya
pemanenan buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak. Untuk
memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah
dipotong terlebih dahulu. Buah yang telah dipanen dan tidak segera diolah, maka
kandungan ALB nya akan terus meningkat.

Tujuan
Kegiatan magang secara umun bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata, menambah
pengetahuan tentang aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit serta
penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan.
Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan panen
kelapa sawit pada keadaan lapangan yang sesungguhnya dengan memperhatikan
faktor-faktor yang terkait dengan pemanenan kelapa sawit tersebut.

3
 

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae (dahulu palmae) subfamili
Cocoidae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis Jacq (Lubis, 1992). Sistem
perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar
primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuarterner (Pahan, 2010). Akar
primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara vertikal ke bawah tanah.
Dari akar primer muncul akar sekunder yang tumbuh horizontal ke samping dan
akar dari akar sekunder tersebut tumbuh akar tersier dan akar kuartener yang
berada di dekat permukaan tanah (Lubis, 1992).
Menurut Pahan (2010), Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat
mencapai ketinggian 15 – 20 m dan tidak bercabang. Batang tersebut tumbuh
tegak dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Daun kelapa sawit
menyerupai daun kelapa. Daun membentuk susunan satu pelepah yang
panjangnya dapat mencapai 7.5 – 9 m. Jumlah anak daun di sekitar pelepah
berkisar lebih dari 200 helai. Produksi pelepah daun bergantung pada umur
tanaman (Fauzi et al., 2005)
Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil. Kelapa sawit merupakan
tanaman monoecious yang bunga jantan dan betinanya terdapat pada satu pohon
(Mangoensoekarjo, 2005). Penyerbukan kelapa sawit berlangsung dengan bantuan
angin, serangga dan bantuan manusia. Hasil penyerbukan kemudian akan menjadi
buah yang akan dipanen untuk diolah atau sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Proses pembentukan buah matang memerlukan waktu sekitar 6 bulan (Risza,
2006).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah baik pada
ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut (dpl). Curah hujan yang baik berkisar
2 000 – 2 500 mm/tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Suhu harian
optimal antara 24 – 28 0C, kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5 – 7

4
 

jam/hari. Kecepatan angin yang baik adalah 5 – 6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan (Lubis, 1992).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podzolik,
Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, Organosol, dan Alluvial
(Lubis,1992). Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung
berdebu dan lempung liat berpasir dengan kedalaman efektif tanah yang baik lebih
dari 100 cm (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).
Buah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berdasarkan karakter
ketebalan cangkang buahnya terbagi atas tiga, yaitu Dura (D), Psifera (P) dan
Tenera (DxP). Kelapa sawit Dura memiliki cangkang yang tebalnya 2-5 mm,
Psifera memiliki ketebalan cangkang 1-2.5 mm. Tenera adalah hibrida dari
persilangan Dura dan Pisifera sehingga memiliki cangkang intermediate (0.5-4
mm) dan merupakan tipe umum

tanaman kelapa sawit yang digunakan di

perkebunan. Ketebalan cangkang sangat berkaitan erat dengan persentase
mesokarp buah (berasosiasi dengan kandungan minyak) dan persentase inti/buah
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).
Buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi
dibandingkan dengan bagian yang lain. Tanaman kelapa sawit mulai
menghasilkan buah pada umur 30 bulan setelah tanam. Buah pertama yang keluar
(buah pasir) belum dapat diolah di pabrik kelapa sawit (PKS) karena kandungan
minyaknya yang rendah. Buah kelapa sawit normal berukuran 12-18 g/butir.
Butir-butir tersebut menyusun tandan buah yang kisaran bobotnya 20-39
kg/tandan. Setiap TBS berisi sekitar 2 000 buah sawit, TBS inilah yang dipanen
dan diolah di PKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).
Tandan buah kelapa sawit tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap
tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan
daunnya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun.
Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. hal ini
disebabkan oleh semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan

5
 

semakin besar dan kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi.
Berat tandan buah kelapa sawit bisa mencapai 30 kg.
Pada saat matang, mesokarp mengandung sekitar 49% minyak sawit kasar,
35% air dan 16% padatan non minyak atau dengan kata lain mengandung sekitar
70-75% (basis kering) minyak sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).

Pemanenan Kelapa Sawit
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada
saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free
fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat tersebut, kriteria umum yang
banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan. Tanaman dengan umur
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan
umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Akan tetapi,
secara praktis digunakan kriteria umum yaitu TBS dipanen saat kematangan buah
tercapai dengan ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg TBS. Dengan
kriteria panen tersebut, diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan
kandungan asam lemak bebas yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif
lebih ekonomis (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).
Naibaho (1998) menyatakan bahwa suatu areal tanaman belum menghasilkan
(TBM) dapat dialihkan menjadi tanaman menghasilkan (TM) apabila tanaman
60% atau lebih telah matang panen serta berat janjangan rata-rata 4 kg atau lebih.
Buah yang telah matang akan lepas dari tandan yang disebut dengan membrondol.
Keadaan tersebut digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah, semakin
banyak buah yang membrondol maka buah dinyatakan semakin matang. Tandan
buah yang masak ditentukan oleh angka kematangan, yaitu jumlah buah yang
membrondol dari tandannya, tidak ditentukan oleh warna buahnya. Kriteria
matang panen dapat dilihat pada Tabel 1.

6
 

Tabel 1. Kriteria Matang Panen Buah Kelapa Sawit
Fraksi buah
00 (F-00)
0 (F-0)
1 (F-1)
2 (F-2)
3 (F-3)
4 (F-4)
5 (F-5)

Sifat fraksi
Sangat mentah (Afkir)
Mentah
Kurang matang
Matang
Matang
Lewat matang
Terlalu matang

Jumlah brondolan
Tidak ada brondolan
< 12.5 % buah luar
12. 5 % - 25 % buah luar
25 % - 50 % buah luar
50 % - 75 % buah luar
75 - 100 % buah luar
Buah dalam ikut membrondol

Sumber : Lubis (1992)

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang
dihasilkan. Menurut Setyamidjaja (2006) panen dan pengumpulan buah kelapa
sawit yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
-

Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan ada yang
tertinggal di pohon atau di piringan.

-

Untuk tanaman yang masih rendah, tangkai tandan dipotong dengan
dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi, tangkai tandan
dipotong dengan egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan buah
dipotong, pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong terlebih
dahulu. Pelepah daun dipotong sependek mungkin.

-

Pelepah daun yang telah jatuh, dipotong tiga dan ditaruh di gawangan mati
dengan posisi terlungkup.

-

Tandan buah hasil panen diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul.
Buah yang lepas dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya.

-

Tangkai tandan yang masih panjang dipotong sependek mungkin.

-

Tandan buah dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH), disusun
5 – 10 tandan per baris, tangkainya menghadap ke atas. Brondolan
disatukan dan dimasukkan ke dalam karung.

-

TPH sebaiknya dilapisi karung goni/plastik agar TBS tidak kotor.

-

Pelukaan buah diusahakan seminimal mungkin.

Menurut Sukamto (2011) interval pemanenan bertujuan untuk menjaga
kontinuitas produksi, disamping untuk memperkecil kemungkinan brondolan yang
masih tertinggal di tandan. Kriteria interval panen yang umum dipakai di

7
 

Indonesia ialah dengan cara membagi afdeling kebun menjadi 5 seksi panen
dengan pengulangan setiap 7 hari sekali yang biasa dikenal dengan sistem 5/7.
Sasaran utama pekerjaan potong buah yaitu mencapai produksi TBS per
hektar yang tinggi, rendemen minyak yang maksimal dan mutu produksi yang
baik berupa kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah dan bebas dari
kotoran. Asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit mentah merupakan hasil
kegiatan enzim lipase

yang biasanya terjadi sebelum pemrosesan buah

dilaksanakan. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya
mengandung 0.1 % asam lemak bebas, tetapi buah-buah yang sudah memar atau
pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 %. Buah yang dibiarkan
begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan asam lemak
bebas dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas,
buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90 – 100 oC
(Setyamidjaja, 2006).

Pengolahan Hasil Panen Kelapa Sawit
Menurut Fauzi et al. (2005) ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik,
yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak
inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Sunarko (2010) menambahkan
bahwa pengolahan hasil panen berupa pengolahan daging buah kelapa sawit di
pabrik meliputi proses penimbangan, sortasi, perebusan (sterilisasi), penebahan
(threshing), pengadukkan (digesting), pengempaan (pressing), dan pemurnian.
Pengolahan inti kelapa sawit meliputi proses pemecahan gumpalan, pemisahan
serabut, penghilangan serabut, pengeringan biji, pemecahan biji, pemisahan inti
dan pengeringan inti.
Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa pengolahan hasil panen kelapa sawit
harus memperhatikan kapasitas olah olah pabrik yang sesuai dengan produksi
maksimumTBS. Secara umum, kapasitas pabrik maksimum diperhitungkan
sebesar 12.5% dari produksi tahunan dengan asumsi dalam satu bulan pabrik
beroperasi selama 25 hari dengan 20 jam kerja per hari. Menurut Supriyanto
(2008) untuk menghasilkan 3 150 kg minyak CPO dibutuhkan bahan baku
sejumlah 15 ton TBS. Perencanaan yang tepat dalam menentukan kebutuhan

8
 

mesin, kebutuhan tenaga kerja serta infrastruktur lainnya akan meningkatkan
efisiensi pengolahan.
Menurut Djohar (2004) indikator dominan nilai (value) pada minyak kelapa
sawit berupa CPO adalah kualitas/mutu. Minyak CPO berupa gold CPO dan super
CPO merupakan minyak CPO yang memiliki nilai mutu yang unggul. syarat mutu
minyak kelapa sawit dapat diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu
internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,
peroksida, dan ukuran pemucatan (Fauzi et al. 2005).

9
 

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang telah dilaksanakan di Kebun Pinang Sebatang, PT Aneka
Intipersada, Minamas Plantation Group, Siak, Riau. Kegiatan magang
berlangsung selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan
bulan Mei 2012.

Metode Pelaksanaan
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang
sedang berlangsung di perusahaan, baik aspek teknis di lapangan maupun aspek
manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas
(KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Kegiatan sebagai
KHL dilaksanakan pada 3 minggu pertama pada saat magang. Kegiatan yang
dilakukan pada saat menjadi KHL adalah bekerja langsung pada berbagai kegiatan
produksi kelapa sawit mulai dari pemeliharaan sampai panen, yaitu pengendalian
gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit hingga pemanenan.
Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama 3 minggu selanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rencana kegiatan harian, menentukan
jumlah tenaga kerja, apel pagi, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh
karyawan harian lepas (KHL), mengarahkan karyawan, membuat laporan harian
mandor dan mengisi administrasi pada tingkat mandor.
Kegiatan magang sebagai pendamping asisten divisi dilakukan pada enam
minggu terakhir pelaksanaan magang. Kegiatan yang dilakukan meliputi
memimpin karyawan apel pagi, membuat rencana kerja harian, mengarahkan kerja
mandor, membuat laporan harian asisten (LHA), mengisi administrasi tingkat
divisi, memeriksa mutu buah dan hancak.

Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi yang dilakukan meliputi pengambilan data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari praktik kerja di

10
 

lapangan, mulai dari kegiatan teknis sampai kegiatan manajemen budidaya kelapa
sawit, disamping itu data ini juga diperoleh dari diskusi langsung dan pencatatan
semua informasi dari pegawai, staf dan teknisi yang ada di lapangan.
Data sekunder yang diperlukan untuk melengkapi informasi di lapangan
diperoleh dari laporan bulanan, semesteran dan tahunan yang dimiliki oleh
perusahaan. Data tersebut meliputi letak administrasi dan geografi kebun, keadaan
iklim dan tanah, luas areal dan tata guna lahan, produksi dan produktivitas serta
struktur organisasi kebun dan ketenagakerjaan.

Pengamatan Panen
Aspek khusus yang diamati dalam kegiatan magang adalah pengelolaan
panen kelapa sawit di Divisi III Kebun Pinang Sebatang, PT Aneka Intipersada,
Siak, Riau. Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kriteria panen, tenaga
kerja panen, pelaksanaan panen, kerapatan panen, kualitas panen, sarana dan
prasarana panen serta pengangkutan hasil panen.
(1) Kriteria panen
Data diperoleh dengan mengamati jumlah brondolan yang jatuh ke piringan
sebelum TBS dipanen oleh pemanen sesuai dengan ketentuan perusahaan.
(2) Tenaga kerja pemanen
Data jumlah tenaga kerja pemanen diperoleh dengan melakukan wawancara
dengan mandor dan asisten kebun serta mengamati secara langsung jumlah
pekerja saat apel pagi dilaksanakan.
(3) Kerapatan panen
Pengamatan dilakukan dengan cara memilih tiga blok secara acak. Jumlah
tanaman yang diamati disesuaikan dengan kemampuan penulis pada blok
yang akan dipanen pada hari berikutnya. Data diperoleh dengan cara
mengamati jumlah buah matang dari total pohon yang diamati dan dihitung
dengan rumus berikut:
Kerapatan panen =

x 100%

11
 

(4) Kualitas panen
Kualitas panen dibagi menjadi dua yaitu mutu hancak dan mutu buah. Mutu
hancak adalah brondolan di piringan tidak dikutip, pelepah sengkleh, susunan
pelepah dan jumlah buah matang tidak dipanen. Data yang diamati di tempat
pengumpulan hasil (TPH) yaitu mutu buah hasil panen yang meliputi jumlah
buah matang panen, buah mentah, buah lewat matang, buah busuk dan gagang
panjang. Pengamatan dilakukan pada setiap kemandoran dengan tiga kali
ulangan. Data setiap parameter pengamatan berupa nilai persentase dari hasil
jumlah pengamtan sesuai dengan kemampuan penulis dan dibandingkan
dengan standar toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan.
(5) Sarana dan prasarana panen
Pengamatan dilakukan terhadap sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan panen, seperti ketersediaan alat-alat panen, titian panen dan sarana
lainnya.
(6) Pengangkutan TBS hasil panen
Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara utuh proses pengangkutan
TBS hingga ke pabrik. Parameter yang diamati adalah lama pengangkutan
dari kebun sampai ke pabrik, jumlah pekerja, dan jumlah kendaraan (unit)
yang digunakan.

Analisis Data
Hasil kegiatan pengamatan berupa data primer dan data sekunder dengan
berbagai peubah dianalisis dengan menggunakan metode perhitungan matematis
sederhana, persentase (%), nilai rata-rata dan anlisis deskriptif yang digunakan
sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang
budidaya kelapa sawit.

12
 

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografi dan Administratif
Kebun Pinang Sebatang merupakan salah satu unit usaha perkebunan kelapa
sawit dari PT Aneka Intipersada yang tergabung dalam Minamas Plantation
Group, Sime Darby. Secara administrasi pemerintahan, lokasi Kebun Pinang
Sebatang terletak di Desa Meredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak,
Provinsi Riau. Kebun Pinang Sebatang dapat ditempuh dengan 1.5 jam perjalanan
dari ibu kota provinsi dan 0.5 jam dari Kecamatan Perawang yang merupakan
pusat keramaian terdekat. Secara geografis, lokasi Kebun Pinang Sebatang
terletak pada koordinat 00 32' 35" - 00 35' 24" LS dan 1010 34' 30" - 1010 39' 21"
BT dengan ketinggian 4 - 60 m di atas permukaan laut. Lokasi wilayah PT Aneka
Intipersada sebelah utara berbatasan dengan Desa Gasip dan Desa Pinang
Sebatang, sebelah selatan berbatasan dengan PT Shorea Timber, Desa Tualang
dan PTP II Sei. Buatan dan Lubuk Dalam, Desa Buatan I, sebelah timur
berbatasan dengan PTPN V, Desa Lubuk Dalam dan sebelah barat berbatasan
dengan Desa Meredan dan Sei. Siak. Peta lokasi disajikan pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan hasil pengukuran dan pemantauan hujan yang dilaksanakan oleh
Kebun Pinang Sebatang antara tahun 2002-2011, rata-rata curah hujan tahunan
tercatat sebesar 2 128 mm/tahun dengan hari hujan sebanyak 124 hari dalam satu
tahun. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2002-2011, rata-rata bulan basah
(BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering (BK) sebanyak 1 bulan. Menurut
klasifikasi Schmidth Ferguson, tipe iklim di areal Kebun Pinang Sebatang
mempunyai nilai Q = 0.10, sehingga termasuk dalam tipe Iklim A dengan kisaran
suhu rata-rata per hari 28-32 0C. Data curah hujan tersaji pada Lampiran 2.
Perubahan iklim di Kebun Pinang Sebatang tidak terlalu ekstrim antara musim
hujan dan musim kemarau, tetapi pada saat curah hujan tinggi sebagian kecil areal
(blok) ada yang tergenang air sehingga menghambat kelancaran aktivitas kebun
khususnya panen dan pengangkutan.

13
 

Keadaan topografi di Kebun Pinang Sebatang terdiri atas tiga keadaan
kemiringan yaitu datar, bergelombang dan berbukit. Jenis tanah di Kebun Pinang
Sebatang terdiri atas tanah mineral dan gambut. Keadaan topografi dan jenis tanah
berdasarkan survey yang dilakukan oleh Minamas Research Centre di Kebun
Pinang Sebatang tahun 2009/2010 dicantumkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tanah dan Topografi di Kebun Pinang Sebatang Tahun
2009/2010
No.

Uraian

1.

Topografi

2.

Jenis Tanah

Datar
Bergelombang
Berbukit
Jumlah
Mineral
Gambut
Jumlah

Luas
(ha)
126
51
3 068
3 245
3 092
153
3 245

(%)
3.88
1.57
94.55
100.00
95.29
4.71
100.00

Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012

Berdasarkan Tabel 2 di atas, topografi di Kebun Pinang Sebatang
didominasi oleh areal berbukit dengan proporsi 94.55%, sedangkan untuk jenis
tanah didominasi oleh jenis tanah mineral dengan proporsi 95.29 persen.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Menurut areal statement, Kebun Pinang Sebatang dibangun pada lahan seluas
3 856.23 ha dengan luas areal yang diusahakan 3 246.80 ha. Areal yang
diusahakan tanaman kelapa sawit tersebut terdiri atas 8 tahun tanam, mulai dari
tahun tanam 1994 sampai dengan 2001, kecuali pada tahun 2000 tidak ada
kegiatan penanaman.
Kebun Pinang Sebatang terbagi atas 4 divisi berdasarkan areal yang
diusahakan, yaitu Divisi I seluas 758.33 ha, Divisi II seluas 741.62 ha, Divisi III
seluas 882.89 ha dan Divisi IV seluas 863.96 ha. Areal yang tidak ditanami
digunakan untuk sarana dan prasarana pendukung manajemen kebun serta areal
okupasi permanen. Kondisi tata guna lahan Kebun Pinang Sebatang disajikan
pada Lampiran 3.

14
 

Keadaan Tanaman dan Produksi
Kebun Pinang Sebatang menggunakan bahan tanam varietas Tenera Marihat,
Lonsum dan Socfindo. Berdasarkan rekapitulasi populasi pohon tanaman kelapa
sawit tahun 2011, tercatat bahwa jumlah pohon kelapa sawit di Kebun Pinang
Sebatang sebanyak 459 451 pohon. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan di
Kebun Pinang Sebatang adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m. Dari jarak tanam tersebut,
rata-rata populasi tanaman kelapa sawit per hektar di Kebun Pinang Sebatang
adalah 136 pohon dan lebar gawangan (interrow) atau jarak antar baris berkisar
7.96 m.
Produksi dan produktivitas Kebun Pinang Sebatang selama lima tahun dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun Pinang Sebatang Tahun
2006/2007-2010/2011
Tahun
2006/2007
2007/2008
2008/2009
2009/2010
2010/2011
Rata-rata

Luas Areal TM
(ha)

3 216.80

Produksi
(ton)
59 742.131
65 824.670
64 257.370
58 868.580
66 790.790

Produktivitas
(ton/ha)
18.57
20.46
19.98
18.30
20.76

60 942.034

18.94

Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012

Produksi TBS mengalami penurunan dua tahun berturut-turut, yaitu dari
65 824.670 ton pada tahun 2007/2008 menjadi 64 257.370 ton pada tahun
2008/2009 dan 58 868.580 ton pada tahun 2009/2010. Produksi TBS kembali naik
pada tahun 2010/2011 yaitu sebesar 66 790.790 ton. Produktivitas kelapa sawit
Kebun Pinang Sebatang didapatkan dengan membandingkan jumlah produksi
dalam ton dibagi dengan luas tanaman menghasilkan (TM) dalam ha dan
didapatkan rata-rata produktivitas kelapa sawit Kebun Pinang Sebatang selama
periode tahun 2006/2007-2010/2011 adalah 18.94 ton/ha.

15
 

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Pinang Sebatang merupakan salah satu unit usaha perkebunan kelapa
sawit dari PT Aneka Intipersada yang tergabung dalam Minamas Plantation
Group. Berdasarkan struktur organisasinya, Kebun Pinang Sebatang dipimpin
oleh seorang senior manager yang mempunyai tanggung jawab terhadap
pengelolaan dan kondisi kebun. Senior manager dalam menjalankan tugasnya
membawahi empat asisten divisi, kepala administrasi (kasie) dan dibantu oleh
asisten kepala (askep).
Asisten kepala ditunjuk salah seorang dari empat asisten divisi yang
mempunyai tanggung jawab terhadap satu divisi dan unit transportasi kebun
(traksi). Asisten divisi bertanggung jawab terhadap satu divisi dan langsung
membawahi mandor I dan krani divisi. Dalam menjalankan tugas di divisi,
mandor I langsung membawahi tiga mandor panen, tiga mandor perawatan dan
empat krani panen.
Kepala administrasi merupakan salah satu jabatan yang setara asisten kebun
yang bertugas mengurus seluruh kegiatan administrasi dan keuangan di tingkat
kebun. Kepala administrasi langsung membawahi kesatuan keamanan kebun
(sekuriti), guru sekolah, karyawan kantor dan kepala gudang.
Tenaga kerja di Kebun Pinang Sebatang terdiri atas karyawan staf dan non
staf. Karyawan staf terdiri dari atas manager, asisten dan kepala adminitrasi
sedangkan karyawan non staf terdiri dari serikat karyawan utama bulanan (SKUB) dan serikat kayawan harian (SKU-H). Jumlah tenaga kerja Kebun Pinang
Sebatang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja Kebun Pinang Sebatang Tahun 2011/2012
No.
1.
2.
3.

Uraian
Karyawan Staf
Karyawan non Staf (SKU-B)
Karyawan non Staf (SKU-H)
Total

Jumlah (orang)
6
97
472
575

Sumber : Dokumen Kebun Pinang Sebatang, 2012

Sistem pengupahan/gaji karyawan staf berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan untuk karyawan non staf bedasarkan upah
minimum regional (UMR) yang berlaku di perusahaan yaitu sebesar

16
 

Rp 1 300 000,00 per bulan di samping upah lembur dan premi. Gaji diberikan
setiap awal bulan dengan mengunakan sistem transfer ke rekening setiap
karyawan yang telah dibuatkan oleh perusahaan.
Fasilitas yang tersedia di Kebun Pinang Sebatang bagi karyawan adalah
perumahan, mess, mesjid, gereja, sekolah, poliklinik, penitipan bayi, listrik, air
dan juga angkutan untuk anak sekolah.

17
 

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan teknis dan
manajerial. Kegiatan tersebut disesuaikan dengan tingkatan norma kerja dan
kebutuhan yang ada di Kebun Pinang Sebatang. Jurnal kegiatan magang selama
menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten masing-masing
terlampir pada Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6.

Aspek Teknis
Pembibitan
Kebun Pinang Sebatang mulai melakukan pembibitan sendiri pada tahun
2012, sejalan dengan akan dilakukannya program replanting secara bertahap di
tiga kebun

PT Aneka Intipersada, yaitu kebun Pinang Sebatang, Kebun Teluk

Siak dan Kebun Aneka Persada. Lokasi pembibitan terletak di Divisi II Kebun
Pinang Sebatang seluas 13.8 ha. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada
topografi datar, dekat dengan sumber air, drainase baik dan akses menuju lokasi
mudah. Pembibitan yang dilakukan adalah pembibitan dua tahap yaitu prenursery yang dilanjutkan dengan main-nursery, tetapi pelaksanaan pembibitan
yang dilakukan selama magang baru sampai tahap pre-nursery.
Persiapan polybag. Polybag untuk pre-nursery adalah baby-bag dengan
ukuran lebar 14 cm, panjang 23 cm dan tebal 0.1 mm, warna hitam, dan terdapat
lubang-lubang drainase. Kebutuhan baby-bag untuk per hektar tanaman di
lapangan adalah 200 lembar ditambah 2%, hal ini merupakan ketentuan umum
pembibitan yang dipakai di Kebun Pinang Sebatang.
Persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan pada pre-nursery
adalah tanah lapisan atas (top-soil). Tanah diayak dengan ayakan yang
mempunyai ukuran jaring saringan 1 cm untuk memisahkan bongkah-bongkah
tanah dan sisa-sisa akar/kerikil. Tumpukan tanah yang telah diayak ditutup
dengan terpal plastik sehingga tidak kehujanan dan pengisian tanah dapat berjalan
lancar. Tanah yang telah diayak dicampur dengan pupuk TSP sebanyak 5 g/babybag.

18
 

Pembuatan plot. Baby-bag yang telah diisi media tanam disusun rapat dan
rapi di plot yang berbentuk bedengan dengan lebar 140 cm (14 baby-bag) dan
panjangnya disesuaikan dengan jumlah bibit per nomor plot. Tepi plot diberi
palang kayu agar baby-bag tidak roboh. Antara plot satu dengan plot lainnya
dibuat jalan kontrol dengan lebar 50 cm dengan panjang sesuai dengan panjang
persemaian.
Penanaman kecambah. Kecambah yang ditanam di pre-nursery Kebun
Pinang Sebatang adalah DxP Socfindo dan DxP Marihat. Penanaman kecambah
DxP Socfindo dilakukan 3 minggu lebih awal dibandingkan dengan kecambah
DxP Marihat, hal ini disebabkan pemesanan dan penerimaan kecambah DxP
Socfindo lebih awal daripada kecambah DxP Marihat. Kecambah yang dipesan
sama-sama dikirim dalam sebuah peti yang rata-rata berisi 50 pack (bungkus)
dengan jumlah kecambah kurang lebih 103 kecambah per pack.
Kegiatan penanaman kecambah dibagi atas dua tahap yaitu sortir kecambah
dan penanaman kecambah di baby-bag pada plot yang telah ditentukan. Kegiatan
tersebut dilakukan oleh 10 orang karyawan yang tergabung dalam satu tim dengan
pembagian tugas 4 orang melakukan sortir dan 6 orang melakukan penanaman
kecambah. Kecambah dibedakan menjadi kecambah normal, afkir dan double tun.
Kecambah dari hasil sortir yang ditanam adalah kecambah normal dan double tun,
sedangkan kecambah yang afkir dimasukkan lagi ke dalam bungkusan. Kecambah
afkir dibawa ke Kantor Besar Pinang Sebatang untuk dilakukan pengecekan
kembali oleh asisten dan dilaporkan sebagai laporan kegiatan pembibitan.
Kendala yang dihadapi pada proses penanaman kecambah adalah kurang
terampilnya karyawan dalam membedakan antara kecambah normal dan afkir
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, sehingga banyak ditemukan kecambah
afkir digabungkan dengan kecambah normal. Hasil pengamatan penanaman
kecambah yang dilakukan di pembibitan Kebun Pinang Sebatang dicantumkan
pada Tabel 5.

19
 

Tabel 5. Hasil Pengamatan pada Penanaman Kecambah di Pre-Nursery Kebun
Pinang Sebatang Maret 2012
No Box
1754
1760
1767
1769
Total
Rata-rata

Kecambah
Ditanam

Kecambah
Afkir

Kecambah
Aktual
(butir)

(butir)

(%)

(butir)

(%)

5 149
5 126
5 151
4 344
19 770
4 943

5 056
5 028
5 059
4 270
19 413
4 853

98.19
98.08
98.21
98.29
98.19

93
98
92
74
357
89

1.81
1.92
1.79
1.71
1.81

Sumber : Hasil Pengamatan, 2012

Berdasarkan Tabel 5, jumlah kecambah afkir hanya 1.81 % dan jumlah
kecambah yang dapat ditanam adalah 98.12 persen. Kegiatan penanaman
kecambah dapat dilihat pada Gambar 1.  

Gambar 1. Kegiatan Penanaman Kecambah di Pre-nursery
Kebun Pinang Sebatang

Pemeliharaan pre-nursery. Pemeliharaan kecambah di pre-nursery perlu
dilakukan supaya kecambah tumbuh dengan baik. Pemeliharaan meliputi
pemberian naungan buatan, penyiraman dan pengendalian gulma. Naungan yang
dipakai untuk pre-nursery adalah plastik net yang dipasang di atas kerangka
naungan dari balok kayu dengan ketinggian 2 m dan jarak antar tiang sekitar 1.5
m. Kegiatan penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari
ketika tidak ada hujan pada hari itu. Apabila terjadi hujan pada malam hari, maka
besok paginya tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan

20
 

menggunakan selang air dan gembor. Kebutuhan air pada pembibitan pre-nursery
di Kebun Pinang Sebatang adalah 0.2-0.3 liter per baby-bag per hari.
Pengendalian gulma pada pre-nursery dilakukan dengan cara manual.
Pemeriksaan terhadap tumbuhan pengganggu dilakukan setiap hari, gulma yang
tumbuh langsung dicabuti dari baby-bag dengan cara hati-hati agar kecambah
yang ditanam tidak ikut tercabuti.

Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di Kebun Pinang Sebatang dilakukan dengan cara
manual dan kimia. Cara manual dilakukan dengan membabad dan membongkar
gulma yang disebut bongkar tanaman pengganggu (BTP). Cara kimia
dilaksanakan dengan penyemprotan herbisida. Sistem penyemprotan menerapkan
Block Spraying System (BSS) yang dilaksanakan dengan cara rayonisasi.
Penyemprotan dengan cara rayonisasi artinya bahwa kegiatan penyemprotan yang
dilakukan untuk seluruh divisi di Kebun Pinang Sebatang menjadi tanggung
jawab dari satu divisi tertentu. Divisi yang menjadi penanggung jawab kegiatan
tersebut adalah Divisi II. Salah satu inovasi yang diterapkan oleh Kebun Pinang
Sebatang dalam kegiatan ini adalah pendirian rumah BSS. Rumah BSS
merupakan rumah yang berisi perlengkapan bagi karyawan dalam pelaksanaan
penyemprotan yaitu sprayer, herbisida dan perlengkapan safety seperti pakaian
khusus semprot, sarung tangan, masker, sepatu bot, cilemek, dan lain-lain. Selain
itu, di rumah BSS terdapat beberapa kamar mandi, mesin cuci dan lemari. Rumah
BSS didirikan dengan tujuan menjaga keselamatan kerja dan kesehatan karyawan,
karena pekerjaan penyemprotan berhubungan dengan racun kimia yang dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan karyawan. Selain itu, rumah BSS juga
diharapkan bisa menambah motivasi kerja bagi karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya. Keadaan penyebaran gulma di Kebun Pinang Sebatang termasuk
sporadis (terpencar-pencar), tetapi gulma yang sering dijumpai di lapangan adalah
Dicranopteris linearis, Clidemia hirta, Imperata cylindrica, Asystasia sp
Melastoma malabathricum dan kentosan.
Pembongkaran tanaman pengganggu. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan dengan menggunakan cados (cangkul kecil lebar mata pisau 14 cm).

21
 

Gulma dan kentosan yang terdapat di pasar pikul (gawangan) dan piringan
dibongkar sampai ke akar-akarnya. Alat lain yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah parang. Parang digunakan untuk membabad gulma yang rapat sebelum
dibongkar pakai cados. Kegiatan BTP dimulai pada pukul 07.00 – 14.00 WIB di
bawah pengawasan seorang mandor perawatan. Mandor bertugas mengawasi
berlangsungnya BTP dengan mengecek hasil kerja karyawan. Apabila hasil
pekerjaan karyawan tidak sesuai dengan ketentuan mandor, karyawan tersebut
harus mengulang pekerjaannya. Pengendalian gulma dengan cara BTP dilakukan
oleh karyawan wanita yang berjumlah 14 orang. interval pekerjaan BTP 1 – 2 kali
dalam setahun.
Penyemprotan piringan. Pengendalian gulma di piringan bertujuan untuk
mengurangi kompetisi hara dan air, meningkatkan efisiensi pemupukan,
mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan serta
memudahkan pemanen dalam pengutipan b