Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

i

PENGELOLAAN AIR KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT, TELUK BAKAU
ESTATE, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS
PLANTATION, RIAU

AKBAR FAUZY
A24110123

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Air

Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau
Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Akbar Fauzy
NIM A24110123

i

ABSTRAK
AKBAR FAUZY. Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.)
pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation, Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT
Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Riau dengan tujuan umum yakni untuk

mempelajari kegiatan on farm di perkebunan kelapa sawit lahan gambut serta
dapat bekerja nyata untuk perusahaan dan tujuan khusus mempelajari pengelolaan
air kebun kelapa sawit lahan gambut. Kegiatan dilakukan selama empat bulan
mulai Februari – Juni 2015. Pengelolaan air (Water management) di TBE
berupaya mempertahankan level air pada kisaran -30 sampai -50 cm di bawah
permukaan tanah (dpt) yang dimaksudkan untuk konservasi tanah gambut,
kelancaran transportasi kebun dan produksi yang berkelanjutan. Sistem drainase
kebun terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor,
parit tengah dan field drain. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk
melihat pengaruh curah hujan terhadap level air dan pengaruh level air terhadap
produksi TBS. Kajian menunjukan bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value
= 0.021) terhadap level air, kenaikan 1 mm curah hujan akan menaikan level air
sebesar 0.0982 cm dpt. Begitu juga dengan level air yang berpengaruh nyata
terhadap produksi TBS. Secara keseluruhan kegiatan pengelolaan air di TBE
sudah dilaksanakan dengan baik, level air terjaga, saluran drainase cukup baik dan
dapat dilewati transportasi air.
Kata kunci: level air, produksi, transportasi, pengelolaan air

ABSTRACT
Internship was conducted at Teluk Bakau Estate (TBE), PT Bhumireksa Nusa

Sejati (BNS), Riau in order to learn peat land oil palm on farm activities and to practice
real working for the company as well as to study water management aspect in peat land
oil palm plantation. Internship was conducted for four months, from February to June
2015. Water management in TBE purposed to maintain water level for about -30 to -50
cm below the ground surface which related to peat soil conservation, water
transportation and sustainable FFB production. Drainage system consists of main
canals, branch canals new branch canals, collector canals, center drains and field
drains. Simple linear regression analysis was used to estimate rainfall’s affection to
water level and water level’s affection to FFB production. Results showed that rainfall
did affect (p value = 0.021) water lever, Increasing 1 mm of the rainfall would increase
the water level by 0.0982 cm below the ground surface. As well as water level did affect
FFB production. Over all, water management activities in TBE was conducted well,
water level was controlled well, and can be passed by water transportation.
Keywords: production, transportation, water level, water management

i

PENGELOLAAN AIR KEBUN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT, TELUK BAKAU
ESTATE, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS

PLANTATION, RIAU

AKBAR FAUZY
A24110123
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

i

Nama


: Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.)
pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa
Sejati, Minamas Plantation, Riau
: Akbar Fauzy

NIM

: A24110123

Judul

Disetujui oleh,

Dr Ir Hariyadi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

i

PRAKATA
Assalamualaikum, wr. wb.
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Skripsi
merupakan syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja
nyata di lapangan dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama
empat bulan (Februari – Juni 2015) di perkebunan kelapa sawit Teluk Bakau
Estate (TBE), PT Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Minamas Plantation, Riau.
Terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Abi Dudi
Supiandi dan Umi Siti Solihat, dan kepada abang, teteh, adik dan semua keluarga
yang telah mendukung penulis baik saat pelaksanaan magang maupun dalam
proses penyelesaian skripsi. Bapak Dr Ir Hariyadi, MS selaku dosen pembibing
skripsi yang telah memberi bimbingan sehingga penyelesaian tugas akhir skripsi
dapat dilakukan dengan baik. Bapak Dr Ir Eko Sulistyono, MSi selaku dosen

penguji dan Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku wakil urusan Komdik AGH yang
telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Bapak Prof Dr Ir
Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah
mengarahkan penulis dan memantau rekam hasil akademik penulis sehingga
penulis mendapatkan banyak masukan dan pelajaran selama menjalankan studi.
Bapak Moh. Faozi Toan selaku Manajer TBE, Bapak Bistha Borong selaku
Asisten Kepala TBE, dan seluruh asisten divisi di TBE serta Mandor divisi I dan
II TBE yang telah menerima dan membimbing serta mengarahkan penulis saat
kegiatan magang berlangsung sehingga penulis mendapatkan banyak pelajaran,
pengalaman dan masukan demi lancarnya proses magang dan penulisan skirpsi.
Terima kasih untuk teman-teman Dandelion AGH 48, teman-teman satu PS, rekan
BEM Faperta Kabinet Kavaleri, tim pendamping Demfarm IPB 3S Karawang
2015, beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Wassalamualaikum, wr. wb.
Bogor, September 2015

Akbar Fauzy

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Ekologi Tanaman Kelapa Sawit
Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
Tata Kelola Air Kelapa Sawit di Lahan Gambut
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengumpulan Data dan Informasi
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Drainase
Pengaturan Tinggi Muka Air
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
v3
1
1
2

2
2
4
5
6
6
6
7
7
8
8
9
9
9
10
12
12
27
32
32

37
43
43
43
44
46
61

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Data Ketenagakerjaan Teluk Bakau Estate, PT BNS
Rata-rata hasil pengukuran kedalaman, lebar dan ketinggian air dalam
field drain
Hasil pengukuran peat subsidence TBE tahun 2013-2015
Pengamatan water table D005 divisi

10
36
40
42

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

Signboard Pembibitan TBE dan pre nursery TBE
Penanaman kecambah : pemupukan, kecambah, perendaman kecambah,
dan penanaman kecambah
Kriteria seleksi bibit umur 3 bulan di pre nursery
Transplanting di main nursery
Pemeliharaan : penyemprotan pupuk daun dan weeding
Proses culling dan kriteria seleksi bibit umur 6 dan 9 bulan
Field drain dan CECT
Cambering dan compacting
Pembuatan lubang tanam (holing)
Pengendalian gulma secara spot-spraying
Penanaman LCC
Pemupukan pada lubang tanam dan penanaman
Pemupukan NPK dan Cu
Gulma di gawangan mempersulit evakuasi TBS
Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian HPT secara biologis : Beneficial plants dan penerapan
BOB (Barn Owl Box)
Penggunaan SIME RB Pheromone dan pherotrap
Panen
Transport TBS dan overskip mekanis
Kanal utama (KUT) dan konservasi KUT
Layout blok lama dan blok baru
Kanal cabang (KCB), KCB Baru dan perawatannya
Parit tengah dan field drain
Layout pengamatan dimensi ukuran field drain
Pintu air spillway
Water zoning dan overflow bund
Water gate
Water level marker
Peat subsidence
Water table dan pizzometer
Layout percobaan pengukuran water table di blok D005 divisi II

12
13
14
15
15
16
17
18
19
19
20
20
21
22
23
24
25
26
27
33
34
34
35
36
38
38
39
39
40
41
42

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Peta areal statement PT Bhumireksa Nusa Sejati, Riau
Peta areal statement Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau
Struktur organisasi Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau
Struktur manajemen pengelolaan air Teluk Bakau Estate, PT BNS, Riau
Hasil pengukuran kedalaman, lebar dan ketinggian air dalam field drain
blok D002, D003 dan E003 TBE
6. Data Curah Hujan, Level Air, dan Produksi TBS TBE Lima Tahun
Terakhir (2010-2014)
7. Water zoning PT BNS, Riau
8. Layout lokasi water gate TBE, PT BNS
9. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Teluk Bakau
Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau
10. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor/mandor
besar di Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation, Riau
11. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Teluk
Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

46
47
48
49
50
51
52
53
54
56

58

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
pertanian andalan Indonesia dalam menghasilkan devisa bagi negara. Saat ini
Indonesia menjadi penghasil minyak kelapa sawit utama di dunia. Alam Indonesia
yang beriklim tropis dan wilayah yang mendukung merupakan potensi besar
negara Indonesia sebagai produsen kelapa, sawit dunia. Indonesia adalah negara
dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 34.18% dari luas
areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata kelapa sawit Indonesia
tahun 2004-2008 tercatat sebesar 75.54 juta ton tandan buah segar (TBS) atau
40.26% dari total produksi kelapa sawit dunia (Fauzi et al. 2012). Produksi ratarata CPO lima tahun terakhir (2010-2014) mencapai 25.64 juta ton/tahun dengan
produktivitas 3 589.4 kg CPO/ha/tahun (Ditjen Perkebunan 2015).
Sejak tahun 2006, Indonesia telah tercatat sebagai negara produsen sawit
terbesar di dunia. Total produksi sawit Indonesia menyumbang sekitar 45% dari
produksi sawit dunia (Badrun 2010). Meningkatnya permintaan minyak sawit
dunia mendorong peningkatan produksi terutama dalam bentuk minyak sawit
mentah (Crude Palm Oil-CPO). Indonesia saat ini memiliki perkebunan kelapa
sawit seluas 10.96 juta ha dan 1.25 juta ha berada di lahan gambut (Ditjen
Perkebunan 2015 dan ICCTF 2012). Saat ini, tanaman kelapa sawit 41.4%
dimiliki oleh perkebunan rakyat (PR), 48.6% dimiliki oleh perkebunan besar
swasta (PBS), dan 10% dimiliki oleh perkebunan besar milik Negara (PTPN).
Kementerian Pertanian mencatat 19.3 juta ton CPO diekspor, yang menghasilkan
devisa 17.4 miliar dolar AS. Pengembangan kelapa sawit melibatkan 3.2 juta
kepala keluarga yang bekerja di sektor on farm (Herman et al. 2009). Disamping
itu pengembangan kelapa sawit terbukti telah mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat dan mengurangi kemiskinan serta telah mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah di sentra-sentra pengembangan kelapa sawit.
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan terhadap
produk pertanian maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian juga meningkat.
Lahan yang dulunya dianggap sebagai lahan marjinal seperti lahan gambut
menjadi salah satu sasaran perluasan lahan pertanian, seperti penanaman kelapa
sawit di lahan gambut. Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara
tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan,
dan Papua (BB Litbang SDLP 2008). Tidak semua lahan gambut layak untuk
dijadikan areal pertanian karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi
ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya.
Kegiatan agribisnis kelapa sawit perlu didukung dengan baik dari sub
sistem hulu hingga sub sistem hilir terutama di tatanan sub sistem produksi on
farm. Kegiatan produksi on farm yang baik dapat meningkatkan produksi dan
menjaga kestabilan produktivitas kelapa sawit. Peningkatan tersebut merupakan
hasil dari teknologi budidaya yang baik, salah satunya dari pengelolaan air (water
management) yang baik terutama untuk produksi TBS kelapa sawit di lahan
gambut.

2

Pengelolaan air di lahan gambut bertujuan untuk mengatur pemanfaaatan
sumber daya air secara optimal sehingga produksi TBS maksimal, serta dapat
mempertahankan kelestarian gambut itu sendiri. Salah satu teknik pengelolaan air
di lahan gambut dilakukan dengan membuat parit/kanal sebagai saluran drainase,
agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan air. Drainase yang buruk pada tanah
gambut menyebabkan terjadi penyusutan massa, sehingga terjadi penurunan
permukaan tanah gambut (peat subsidence) yang mengakibatkan tanaman yang
tumbuh menjadi miring dan tumbang, mudah terbakar, dan bentuk permukaan
tanah tidak rata. Ketersediaan air bagi tanaman kelapa sawit di lapangan diperoleh
dari hujan yang terjadi di areal tersebut. Besarnya curah hujan mempengaruhi
produktivitas tanaman kelapa sawit (Rajagukguk 2010).
Pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan berpengaruh secara
signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu rendah akan
meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut serta tidak
terjaminnya ketersediaan air untuk tanaman. Drainase yang buruk akan
menyebabkan tidak terjaganya air di lahan sehingga dapat terjadi kondisi kering
tak balik (irreversible). Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor
penting dalam menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut.
Level air yang semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O,
sedangkan kondisi banjir akan menghasilkan emisi CH4. level air diusahakan
pada kisaran 50-75 cm di bawah permukaan tanah. Pengaturan tinggi muka air
dalam yang baik mampu menekan emisi gas rumah kaca, memberi harapan dapat
dilakukannya pengelolaan gambut yang lebih berwawasan lingkungan (Dariah et
al.).
Tujuan
Tujuan umum magang yaitu untuk mempelajari proses produksi on farm di
perkebunan kelapa sawit lahan gambut serta dapat bekerja nyata untuk perusahaan
kelapa sawit tempat kegiatan magang berlangsung.
Tujuan khusus magang yaitu untuk mempelajari pengelolaan air kelapa
sawit di lahan gambut yang baik dalam rangka kelestarian produktivitas dan lahan
gambut itu sendiri. Kemudian menganalisis pengaruh curah hujan terhadap level
air dan pengaruh level air terhadap produksi.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Ekologi Tanaman Kelapa Sawit
Klasifikasi
Menurut Pahan (2006), semua tumbuhan diklasifikasikan untuk
memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah
(Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit
diklasifikasikan sebagai berikut.

3

Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Subfamili
Genus
Spesies

: Embryophyta Siphonagama
: Angiospremae
: Monocotyledonae
: Arecaceae (dahulu disebut palmae)
: Cocoidae
: Elaeis
: 1. E. guineensis Jacq.
2. E. oleifera (H.B.K.) Cortes
3. E. odora

Morfologi
Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya.
Titik tumbuh aktif secara terus menerus menghasilkan primordia daun setiap dua
minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu dua tahun untuk
berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat tajuk
(pupus daun/spear leaf) dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai dua tahun
lagi. Proses inisiasi daun sampai layu (senescense) kira-kira empat tahun (Pahan
2006).
Daun merupakan para-pinnate dengan pinnae (anak daun) tersusun dalam
dua atau lebih bidang yang ada pada setiap sisi rachis. Pada setiap ketiak daun
terdapat satu primordium bunga. Tidak semua primordia bunga pada ketiak daun
akan berkembang. Secara proporsional, beberapa bakal bunga akan rontok
sebelum penyerbukan (anthesis). Bunga jantan dan betina yang dihasilkan
mempunyai siklus dimana jumlahnya beragam dari waktu ke waktu. Setelah
terjadi penyerbukan, bunga betina berkembang menjadi tandan buah. Dari daging
buah (mesocarp) serta intinya, dihasilkan minyak nabati (Pahan 2006)
Ekologi
Menurut Fauzi et al. (2012), pertumbuhan dan produksi kelapa sawit
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa
sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
faktor lingkungan, genetis dan faktor teknis-agronomis. Faktor tersebut saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan dan
proses produksi kelapa sawit. Ketiga faktor tersebut diharapkan selalu dalam
keadaan optimal untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal.
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika
basah di antara 12oLU - 12oLS pada ketinggian 0 - 500 m dpl. Curah hujan
optimum rata-rata yang diperlukan tanaman kelapa sawit adalah 2 000 - 2 500
mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering (defisit).
Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 – 12
jam/hari dengan suhu optimum yang dibutuhkan agar tanaman tumbuh dengan
baik adalah 24 – 28oC. Sedangkan suhu optimum untuk memproduksi TBS yang
tinggi adalah berkisar antara 25 – 27oC. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan
kelapa sawit adalah 80% (Fauzi et al. 2012).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, diantaranya
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial dan regosol. Tanaman kelapa sawit
tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang

4

dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan tanah yang keras
(padas). Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20 – 60%, debu 10 – 40%
dan liat 20 – 50%. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah 4 – 6.5 dan dapat
tumbuh secara optimum pada pH 5 – 5.5. kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik
pada tanah yang memiliki C/N mendekati 10 (C 1% dan N 0.1%) (Fauzi et al.
2012).
Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
Indonesia saat ini memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 10.96 juta ha
dan 1.25 juta ha berada di lahan gambut (Ditjen Perkebunan 2015 dan ICCTF
2012). Pertanaman kelapa sawit pada lahan gambut mampu menghasilkan tandan
buah segar (TBS) 20.25 – 23.74 ton/ha/tahun (Barchia 2006). Lebih spesifik lagi,
menurut Wiratmoko et al. (2008), kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut
topogen dapat menghasilkan tandan buah segar (TBS) 19.64 - 25.53 ton/ha/tahun.
Sebagai pembanding, menurut Lubis dan Wahyono (2008), pengusahaan kelapa
sawit pada lahan mineral dapat menghasilkan TBS rata-rata 22.26 ton/ha/tahun
dengan puncak produksi sekitar 27.32 ton/ha/tahun.
Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan
organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya
lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau
daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus dan Subiksa 2008).
Lahan gambut dengan ketebalan antara 1.4 - 2 m tergolong sesuai marjinal
(kelas kesesuaian S3) untuk tanaman tahunan seperti kelapa sawit, sedangkan
gambut yang tipis termasuk agak sesuai (kelas kesesuaian S2). Gambut dengan
ketebalan 2-3 m tidak sesuai untuk tanaman tahunan kecuali jika ada
sisipan/pengkayaan lapisan tanah atau lumpur mineral (Djainudin et al. 2003).
Gambut dengan ketebalan lebih dari 3 m diperuntukkan sebagai kawasan
konservasi sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32/1990. Hal ini disebabkan
kondisi lingkungan lahan gambut dalam yang rapuh (fragile) apabila dikonversi
menjadi lahan pertanian (Agus dan Subiksa 2008).
Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No.32 Tahun 1990, tidak
semua lahan gambut dapat diarahkan untuk lahan pertanian dan perkebunan.
Lahan gambut dengan ketebalan lebih dari 3 meter diarahkan untuk dikonservasi
demi menjaga kelestarian lingkungan (Pasal 10 Keppres No.10/1990). Artinya,
dengan Keppres No. 32/1990 tersebut, lahan gambut yang dapat digunakan untuk
perkebunan kelapa sawit hanya gambut dengan ketebalan kurang dari 3 m.
Kementerian Pertanian kemudian mengembangkan kriteria, lahan gambut dengan
ketebalan gambut 0.5 - 1 m diprioritaskan untuk tanaman pangan/semusim,
sedangkan lahan gambut dengan ketebalan 1.0 - 3 m diarahkan untuk tanaman
tahunan (perkebunan dan hortikultura). Namun demikian, kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan kembali karena tidak hanya ketebalan gambut yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi juga faktor lain seperti tingkat
kematangan gambut, bahan mineral di bawah lapisan gambut/substratum, dan
status kesuburan lahan gambut (Wahyunto et al. 2013).

5

Tata Kelola Air Kelapa Sawit di Lahan Gambut
Menurut Agus dan Subiksa (2008) reklamasi gambut untuk tanaman
kelapa sawit memerlukan jaringan drainase makro yang dapat mengendalikan tata
air dalam satu wilayah dan drainase mikro untuk mengendalikan tata air di tingkat
lahan. Sistem drainase yang tepat dan benar sangat diperlukan pada lahan gambut
perkebunan. Sistem drainase yang tidak tepat akan mempercepat kerusakan lahan
gambut.
Tanaman kelapa sawit memerlukan saluran drainase sedalam 50-80 cm.
Semakin dalam saluran drainase semakin cepat terjadi penurunan permukaan
(subsiden) dan dekomposisi gambut sehingga ketebalan gambut akan cepat
berkurang dan daya sangganya terhadap air menjadi menurun. Salah satu
komponen penting dalam pengaturan tata air lahan gambut adalah bangunan
pengendali berupa pintu air di setiap saluran. Pintu air berfungsi untuk mengatur
muka air tanah supaya tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu dalam (Agus dan
Subiksa 2008).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan mengenai pengaturan tata kelola
air kelapa sawit di lahan gambut diantaranya adalah curah hujan, tinggi muka air
(water level), peat subsidence dan produksi tandan buah segar (TBS).
Curah hujan
Kelapa sawit umumnya dikembangkan pada daerah yang memiliki curah
hujan lebih dari 2000 mm/tahun atau berkisar 1700 - 3000 mm/tahun atau paling
sedikit 150 mm/bulan atau sebesar 5 - 6 mm/hari serta bulan kering kurang dari
satu bulan dalam satu tahun (Murtilaksono et al. 2007). Menurut PPKS (2006),
kelapa sawit masih dapat dibudidayakan pada lokasi dengan curah hujan kurang
dari 2000 mm/tahun dengan syarat tidak boleh ada defisit air lebih dari 250 mm.
Lokasi dengan jumlah curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun juga masih
berpotensi untuk budidaya kelapa sawit asalkan jumlah hari hujan setahun tidak
lebih dari 180 hari.
Menurut hasil magang kelapa sawit Saragih (2014), curah hujan
merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaturan tinggi
muka air di lahan gambut. Pendugaan tinggi muka air dengan pengukuran curah
hujan dapat menjadi antisipasi mengenai upaya-upaya untuk mencegah banjir dan
kekeringan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap kenaikan tinggi muka air
dari permukaan tanah yang menjadi landasan sistem pengaturan air (drainase) di
lahan gambut.
Sistem drainase dan tinggi muka air (water level)
Pengembangan kawasan lahan gambut dalam skala luas memerlukan
jaringan saluran drainase yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengendalikan
muka air tanah di seluruh kawasan. Dimensi saluran primer, sekunder, dan tersier
disesuaikan dengan luas kawasan dan jenis komoditas yang dikembangkan.
Tanaman kelapa sawit dan kelapa memerlukan saluran drainase sehingga
kedalaman air tanah menjadi sekitar 50 - 70 cm (Agus et al. 2010a).
Pengaturan tinggi muka air tanah diusahakan supaya tidak terlalu dangkal
dan tidak terlalu dalam, sehingga kelestarian gambut dapat terjaga. Pengaturan
tinggi muka air tanah berkisar 60 - 70 cm diperlukan untuk mendukung

6

pertumbuhan optimal tanaman kelapa sawit, dalam kondisi demikian permukaan
tanah tetap lembab, sehingga tidak mudah terjadi kebakaran dan penurunan tanah
gambut secara cepat sehingga emisi gas rumah kaca terutama emisi karbon dapat
dikurangi (Wahyunto et al. 2013).
Drainase yang baik untuk lahan gambut adalah drainase yang tetap
mempertahankan batas air kritis gambut. Usaha perbaikan drainase dilakukan
dengan pembuatan saluran primer, sekunder dan tersier. Saluran primer memiliki
lebar atas 4.8 m, lebar bawah 2.4 m dan kedalaman 1.8 m. Saluran sekunder
memiliki lebar atas sebesar 2.4 m, lebar bawah 1.8 dan kedalaman 1.2 m.
Sedangkan saluran tersier memiliki lebar atas sebesar 1.2 m, lebar bawah 0.9 m
dan kedalaman 0.6 m (Fadli et al. 2006).
Peat subsidence
Pembuatan saluran drainase di lahan gambut akan diikuti oleh peristiwa
penurunan permukaan lahan (subsiden). Proses ini terjadi karena pemadatan,
dekomposisi, dan erosi gambut di permukaan yang kering. Semakin dalam saluran
drainase, maka penurunan permukaan lahan semakin besar dan semakin cepat.
Penurunan permukaan gambut dengan mudah dapat diamati dengan munculnya
akar tanaman tahunan di permukaan tanah. Untuk mengurangi dampak penurunan
tanah terhadap perkembangan tanaman, sebaiknya penanaman tanaman tahunan
ditunda sampai satu tahun setelah pembukaan saluran. Hal ini dilakukan untuk
menghindari tanaman roboh karena daya sangga gambut yang rendah (Wahyunto
et al. 2013).
Produksi TBS di lahan gambut
Lahan gambut memiliki potensi produksi yang cukup tinggi apabila
dikelola dengan baik. Produktivitas puncak tanaman kelapa sawit pada lahan
gambut dapat mencapai 26 ton TBS/ha/tahun dengan pengelolaan tata air atau
sistem drainase yang baik (Fadli et al. 2006).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang telah dilaksanakan di Teluk Bakau Estate, PT
Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau. Kegiatan ini telah
dilaksanakan mulai dari tanggal 9 Februari 2015 hingga tanggal 8 Juni 2015.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan magang di kebun kelapa sawit yang digunakan adalah
praktek kerja langsung di kebun untuk mempelajari aspek teknis di lapangan dan
di kantor kebun untuk mempelajari aspek manajerial kebun. Kegiatan yang telah
dilakukan saat magang meliputi kerja langsung di lapangan sebagai karyawan
harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten divisi.

7

Pekerjaan yang dilakukan saat menjadi KHL adalah ikut serta
menjalankan pekerjaan kebun seperti penanaman LCC lahan replanting,
penanaman baru, pemupukan, pengendalian HPT, pengendalian gulma dan
pemanenan. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain mengawasi pekerjaan
KHL, melakukan kordinasi yang baik baik antar tenaga kerja maupun antar
mandor. Dilakukan pula diskusi dengan mandor mengenai tanggung jawab dan
hal-hal yang dilakukan mandor di lapangan serta mempelajari manajerial tingkat
mandor seperti menulis buku kegiatan mandor. Kegiatan yang dilakukan sebagai
pendamping asisten divisi yaitu membantu memastikan semua kegiatan
operasional dan pengaturan biaya di areal yang dibawahinya agar dapat terlaksana
sesuai rencana serta membina bawahan agar dapat mencapai target yang telah
ditetapkan.
Selain bekerja langsung layaknya karyawan perusahaan, penulis juga
melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus
yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder.
Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara secara langsung di
lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi diperoleh melalui metode langsung untuk
data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan diskusi
dengan karyawan kebun, mandor dan asisten divisi.
Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi meliputi
kegiatan pengelolaan air seperti pengamatan pada sistem drainase meliputi
jaringan drainase kebun, ukuran dan dimensi saluran drainase, fungsi masingmasing saluran, dan kondisi serta perawatannya. Pengamatan juga dilakukan pada
pengaturan tinggi muka air meliputi sasaran ketinggian air, penanda level air
(water level marker), water table, operasional pintu air spillway, water zoning dan
kondisi serta perawatan pintu air.
Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan
mengumpulkan data dari arsip kantor kebun dan studi pustaka mengenai data
produksi dan produktivitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, data subsiden
gambut, data curah hujan, dan data tinggi muka air di TBE.
Analisis Data dan Informasi
Kegiatan peremajaan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit
tanaman, pemanenan dan pengaturan tata kelola air di lahan gambut dijelaskan
dan dianalisis secara narasi (deskriptif). Kemudian hasil pengamatan data primer
berupa tata kelola air di TBE dianalisis juga secara deskriptif dan kemudian
dibandingkan dengan pengelolaan air pada umumnya.
Pengaruh curah hujan terhadap tinggi muka air dianalisis dengan uji
regresi linier sederhana menggunakan software Minitab 14. Uji ini dilakukan
untuk menduga nilai tinggi muka air berdasarkan curah hujan.
Nilai tinggi muka air merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya
dipengaruhi oleh curah hujan (X) yang bertindak sebagai peubah bebas. Model

8

yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang
digunakan dalam analisis tinggi muka air sebagai berikut:
Y = a + bX
Y
: Tinggi muka air
a
: Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika
Y = 0 (garis Y memotong sumbu X)
b
: Koefisien regresi linier atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu
unit peubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan
X
: Curah hujan
Kemudian pengaruh tinggi muka air (water level) di lahan gambut
terhadap produksi TBS kelapa sawit juga dianalisis dengan menggunakan uji
regresi linier sederhana menggunakan software Minitab 14. Pengujian ini
dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan level air.
Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi
oleh level air (X) yang bertindak sebagai peubah bebas. Model yang digunakan
adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang digunakan
dalam analisis produksi sebagai berikut:
Y = a + bX
Y
: Produksi TBS
a
: Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika
Y = 0 (garis Y memotong sumbu X)
b
: Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit
peubahan (naik atau turun) pada variabel X
X
: Level air

KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Lokasi kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati secara
administratif terletak di Desa Rotan Semelur, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten
Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Secara koordinat PT BNS terletak pada 00°015” –
00°000” Lintang Utara dan 103°20” – 103°40” Bujur Timur Perjalanan ke PT
BNS dapat ditempuh dari Batam ataupun dari Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten
Indragiri Hilir. Perjalanan dari bandara Hang Nadim Batam kemudian melalui
jalur darat menuju pelabuhan Sekupang selama 30 menit. Setelah itu melalui jalur
laut dengan menggunakan Boat Tenggiri menuju pelabuhan Guntung selama 2-3
Jam. Dari pelabuhan Guntung, kemudian menggunakan Boat Pancung atau Speed
Boat menuju PT BNS KM 00 kurang lebih selama 15 menit. Perjalanan ke PT
BNS juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, menggunakan
jalur laut dengan speed boat menuju pelabuhan Guntung selama 4-5 jam. Peta
areal statement PT BNS terdapat pada lampiran 1, dan peta areal statement Teluk
Bakau Estate terdapat pada lampiran 2.

9

Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan iklim di Teluk Bakau Estate berdasarkan data curah hujan lima
tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah
basah dengan nilai Q = 8.51% (0%50 cm, Tanah gambut mengandung bahan organik
tinggi dengan sifat fisik remah, ringan, mudah terbakar, porositas tinggi dan
irreversible drying serta mudah longsor akibat gelombang yang disebabkan
transportasi air. Tingkat kematangan gambut di TBE 89% adalah tanah saprik atau
gambut matang yang artinya bahan organik dalam tanah gambut sudah semua
terdekomposisi dengan baik serta berwarna gelap dengan humus tinggi. Sisanya
11% adalah tanah hemik atau gambut setengah matang dengan bahan organik
yang belum terdekomposisi dengan sempurna. Sedangkan kedalaman gambut di
TBE 92% areal lahan dengan kondisi kedalaman gambut < 3 m dan sisanya 8%
merupakan lahan gambut sangat dalam dengan ketebalan > 3 m
.
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Luas areal statement Teluk Bakau Estate sampai Mei 2015 adalah 4 025 ha
yang terdiri atas areal tanaman menghasilkan (TM) sebesar 2 352 ha, areal
tanaman belum menghasilkan (TBM) sebesar 867 ha, areal replanting 234 ha,
pembibitan 40 ha, pabrik kelapa sawit (PKS) 9 ha, okupasi 197 ha dan areal yang
belum ditanam lainnya sebesar 326 ha. Teluk Bakau Estate terbagi menjadi empat
divisi, yaitu divisi I dengan luas areal 970 ha (8 field), divisi II seluas 993 ha (8
field) dan pembibitan 40 ha, divisi III seluas 1 114 ha (6 field) dan divisi IV seluas
908 ha (6 field). Peta dan data mengenai luas areal konsesi (HGU) dan tata guna
lahan terdapat pada lampiran 1.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Teluk Bakau Estate terdiri atas tanaman belum
menghasilkan (TBM) tahun tanam 2013 dan 2014 yang berada di areal divisi I,
dan tanaman menghasilkan (TM) tahun tanam 1994, 1995 dan 1996 yang berada
di areal divisi II, III dan IV. Sedangkan areal replanting 2014-2015 divisi II field
E005 dan E006 sampai dengan Mei 2015 masih melakukan kegiatan penanaman
tanaman baru (tahun tanam 2015). Sumber bibit yang ditanam di areal Teluk
Bakau Estate (TBE) berasal dari Socfindo dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(Marihat). Jarak tanam kelapa sawit yang diberlakukan pada areal lahan TM
adalah jarak tanam segitiga sama sisi 9 m x 9 m x 9 m, sedangkan pada areal
TBM jarak tanam yang diberlakukan adalah jarak tanam segitiga sama sisi 7.9 m
x 7.9 m x 7.9 m . Produksi TBS Teluk Bakau Estate selama lima tahun terakhir
mengalami fluktuasi dengan rata-rata produksi sebesar 4 340 ton TBS /tahun.
Data mengenai produksi bulanan (5 tahun terakhir) terdapat pada lampiran 6.

10

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi Teluk Bakau Estate (TBE) terdiri dari seorang manjer
kebun (Estate Manager) yang memimpin dan bertanggung jawab pada seluruh
kegiatan operasional unit kebun. Seorang manajer kebun membawahi seorang
senior asisten. Senior asisten bertugas dan bertanggung jawab pada satu divisi dan
memiliki ruang kerja keseluruhan divisi. Seorang manejer kebun juga membawahi
asisten yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pada
divisi. Kepala Tata Usaha (KTU) yang bertanggung jawab dan memimpin seluruh
kegiatan administrasi kebun di kantor besar TBE. Struktur organisasi TBE dapat
dilihat pada lampiran 3.
Ketenagakerjaan di TBE terdiri atas karyawan staff/pimpinan dan
karyawan non staff. Seorang Estate Manager adalah pimpinan tingkat kebun,
senior asisten, KTU dan asisten merupakan karyawan staff yang memimpin ruang
kerjanya masing-masing. Sedangkan karyawan non staff terdiri dari SKU-H dan
SKU-B dimana keduanya merupakan tingkat kepegawaian pada sistem
ketenagakerjaan di TBE. SKU-H dan SKU-B terdiri atas mandor, krani divisi,
tenaga kerja kebun, karyawan kantor, traksi, kemamanan, perawat, mudim dan
pembantu rumah tangga.
Tabel 1 Data Ketenagakerjaan Teluk Bakau Estate, PT BNS
Uraian
Karyawan Staf
Esate Manager
Senior Asisten
-Asisten
Divisi
-Asisten Pembibitan
Kepala Tata Usaha (KTU)
Kepala Seksi
(Kasie)
Dokter
-Staf EMS dan ITS
-Staf GM
-Staf PSD
Karyawan Non Staf
Mandor
Pekerja perawatan
Pekerja panen
Kantor dan Umum
Traksi
Total
Luas TM dan TBM
Indeks Tenaga Kerja
(ITK)

Jumlah
1
1
3
1
1
0
1
2
1
1
43
253
130
96
41
575
3219 ha
0.18

11

Pengelolaan Kebun Tingkat Staf
Pengelolaan kebun TBE dilakukan oleh seorang estate manager TBE,
dibantu oleh asisten kepala/senior asisten, asisten divisi, asisten pembibitan dan
kepala tata usaha (KTU). Estate manager bertugas mengelola seluruh kegiatan,
asset dan sumberdaya yang berada dibawah pengawasannya. Mempersiapkan
rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Merencanakan,
mempersiapkan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi pengembangan
areal baru sesuai dengan jadwal pemeliharaan tanaman dan non-tanaman serta
panen sehingga dicapai biaya yang ekonomis.
Asisten kepala/senior asisten membantu estate manager dengan
menggantikan peran manajer jika tidak sedang berada di tempat. Asisten kepala
juga mengelola satu divisi, di TBE asisten manager mengelola divisi I. Asisten
kepala juga bertanggung jawab dalam pengawasan dan pengelolaan pada bagian
traksi, gudang klinik sentral dan emplasemen.
Asisten divisi mengelola masing-masing satu divisi, di TBE terdapat tiga
asisten divisi yakni pada divisi II, III dan IV. TBE juga memiliki satu asisten
pembibitan yang bertugas mengelola Pembibitan TBE. Asisten divisi dan
pembibitan bertanggung jawab mengelola seluruh kegiatan operasional di divisi
dan pembibitan sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur
teknis dalam buku Agriculture Reference Manual (ARM) Minamas Plantation.
Asisten divisi melakukan pelatihan terhadap karyawan baru, membina
kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi dan pembibitan.
Pelaksanaan kegiatan di lapangan, asisten dibantu oleh mandor 1 untuk
berkoordinasi dengan seluruh supervisi. Asisten dibantu oleh kerani divisi dalam
hal pengelolaan administrasi kebun.
Kepala tata usaha (KTU) memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam
mengelola administrasi di kantor besar dengan membawahi seluruh pegawai
kantor besar TBE, pegawai gudang central, pegawai traksi dan pegawai mess
tamu. KTU bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor besar TBE,
menyusun dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang bersifat
umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja ataupun hal-hal pendukung
lainnya.
Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf
Karyawan non staf TBE adalah mandor 1, seluruh mandor, kerani divisi,
kerani panen, kepala gudang, krani gudang, mandor traksi, krani traksi dan
karyawan kebun serta kantor. Kepala gudang bertugas melakukan pencatatan
seluruh kegiatan penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan bahan/barang di
gudang sentral dan gudang pembantu. Menjaga keutuhan barang yang tersimpan
di gudang sentral dan gudang pembantu.
Mandor 1 bertugas mengatur, mengawasi, membagi tugas dan memberi
petunjuk teknis kepada para mandor dalam melaksanakan pekerjaan, serta
mengawasi seluruh pekerjaan sesuai dengan rencana kerja harian (RKH). Mandor
bertugas dalam mengatur, mengawasi dan memberi tugas serta memberi petunjuk
teknis yang aman dalam hal pekerjaan operasional kebun kepada anggota
karyawan nya.

12

Kerani divisi bertugas mengelola persediaan bahan dan alat kerja yang
berada di divisi, memeriksa seluruh data dan laporan yang diterima sehubungan
dengan kegiatan administrasi di divisi. Kerani divisi juga melakukan pencatatan
untuk seluruh hasil pekerjaan kedalam sarana administrasi di divisi secara
sistematis benar dan tepat waktu. Kerani divisi juga bertugas untuk melakukan
check roll atau input data kedalam sistem pendataan kantor besar TBE setiap hari
secara up to date.
Mandor traksi memiliki tanggung jawab mengatur dan menentukan jumlah
karyawan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan atau perbaikan kendaraan, alat
berat, instalasi listrik, dan mempersiapkan kebutuhan bahan dan alat. Selain itu
mandor traksi juga bertugas dalam membagi tugas dan memberi petunjuk teknis
pada anggotanya dalam melaksanakan pekerjaan sebagai karyawan traksi. Mandor
traksi melakukan pencatatan untuk seluruh hasil pekerjaan dan membuat laporan
hasil kegiatan seluruh anggota karyawan traksi.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Pre nursery
Pembibitan merupakan fase penting untuk menghasilkan bibit sehat dan
bermutu untuk areal kebun kelapa sawit. TBE memiliki luas areal pembibtian
seluas 40 ha. Pengelolaan pre nursery yang baik menjadi hal penting dalam
menunjang bibit sehat untuk transplanting di main nursery. Kecambah yang
ditanam di pre nursery adalah kecambah yang berasal dari Socfindo dan Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Kegiatan penanaman kecambah dilakukan setiap
1-2 bulan sekali, tergantung rencana replanting dan stock bibit di main nursery.

Gambar 1 Signboard Pembibitan TBE (kiri) dan pre nursery TBE (kanan)
Penanaman kecambah dilakukan setelah pemupukan pertama
dilaksanakan, yaitu dengan pupuk CRF Simplot (NPK 18-7-9) dosis 5
gram/babybag dan mycogold (mikoriza) dosis 5 gram/babybag. Prestasi kerja
karyawan adalah 5000 babybag/HK. Sebelum pemupukan, dilakukan pembuatan
lubang tanam pada babybag yang sudah berisi media tanam abu janjang dan tanah
(1 : 5) dengan menggunakan tugal. Prestasi kerja karyawan pembuatan lubang

13

tanam adalah 5000 babybag/HK. Setelah pembuatan lubang tanam, kemudian
diikuti pemupukan pertama, barulah penanaman kecambah dapat dilakukan.
Penanaman kecambah diawali dengan perendaman kecambah dalam
fungisida (checkpoint) berbahan aktif klorotalonil konsentrasi 0.2% selama 60
detik. Setelah perendaman, kecambah ditiriskan pada wadah dan siap dilangsir
pada setiap babybag. Kecambah yang ditanam diposisikan agar posisi plumula
berada diatas dan radikula berada dibawah, hal ini dilakukan agar pertumbuhan
bibit tidak terganggu dan tidak menyebabkan twisted shoot (pucuk memutar).
Kecambah yang datang tidak boleh ditanam jauh hari dari hari datangnya
kecambah, maksimal penanaman dilakukan 2-3 hari sejak kecambah datang. Hal
ini diakarenakan untuk menjamin kualitas viabilitas dan pertumbuhan kecambah.
Penanaman kecambah pada 20 Maret 2015, kecambah Socfindo yang
datang sebanyak 25 750 kecambah, total kecambah afkir yaitu kecambah yang
radikula/plumula nya patah atau tidak normal sebanyak 422 kecambah (1.6%)
dam total kecambah yang ditanam sebany ak 25 328 kecambah.

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 2 Pemupukan (a), kecambah (b), Perendaman kecambah (c), dan
penanaman kecambah (d)
Setelah penanaman dilakukan kegiatan-kegiatan pemeliharaan bibit pre
nursery. Pemberian naungan 70% pada bibit pre nursery dari 0-2 BST penting
dilakukan agar kecambah yang baru ditanam tidak kekeringan karena panas
matahari langsung. Pengendalian gulma secara manual dilakukan secara berkala
untuk meminimalisir kompetisi antara bibit dan gulma. Konsolidasi merupakan
kegiatan penambahan tanah pada babybag agar tanah pada babybag tidak kurang
akibat pemadatan tanah yang terjadi setelah hujan.
Bibit pre nursery memerlukan waktu hingga 3 bulan untuk siap
transplanting ke main nursery, namun sebelum itu perlu dilakukan proses seleksi
terlebih dahulu (culling) untuk membuang bibit afkir yang pertumbuhannya tidak
normal dan memastikan kualitas bibit sebelum ditransplanting ke main nursery.

14

Kriteria seleksi bibit umur 3 bulan antara lain chimera, twisted shoot, rolled leaf
(daun menggulung), double tone (bibit kembar), collante (daun tidak membuka),
crinkle leaf (daun mengkerut) dan leaf spot disease (Curvulria sp.). Bibit afkir
hasil seleksi segera dimusnahkan dan bibit sehat hasil seleksi siap untuk segera
transplant ke main nursery.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)
Gambar 3 double tone (a), rolled leaf (b), collante (c), crinkle leaf (d),
leaf spot disease (Curvularia sp.) (e)
Main nursery
Main nursery merupakan pembibitan pada saat fase pertumbuhan bibit
umut 3 - 12 bulan sebelum kemudian siap ditanam ke areal replanting. Teluk
Bakau Estate memiliki luas main nursery seluas 35 ha dengan kapasistas 437 500
bibit.
Bibit hasil seleksi di pre nursery siap untuk transplanting ke main nursery.
Kegiatan transplanting meliputi pembuatan lubang tanam pada polybag,
pemupukan dan penanaman (transplant). Polybag yang sudah berisi media tanam
tanah dilubangi dengan alat pelubang (tugal), kemudian diberi pupuk CRF
Simplot (NPK 18-7-9) dosis 50 gram/polybag dan mycogold (mikoriza) dosis 50
gram/polybag. Setelah pembuatan lubang tanam dan pemupukan, dilakukan
penanaman bibit hasil pre nursery pada polybag yang sudah siap. Pelepasan
babybag dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak agregat tanah dan

15

mengganggu perakaran bibit. Transplanting dilakukan mulai pukul 07.00 hingga
11.00 agar tanaman tidak stress saat penanaman. Prestasi kerja karyawan
pembuatan lubang tanam 500 polybag/HK, prestasi kerja pemupuk adalah 500
polybag/HK dan prestasi kerja penanaman adalah 800 bibit/HK.

(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4 Pembuatan lubang tanam (a), pemupukan (b), transplanting
(c), bibit selesai transplant (d)
Pemeliharaan bibit main nursery meliputi pengendalian gulma secara
manual, biasanya diiringi dengan tunasan atau pemotongan pelepah kering pada
bibit. Weeding pada bibit main nursery dilakukan oleh karyawan dengan prestasi
kerja 1000 bibit/HK. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kompetsi antara bibit
dan gulma. Selain itu pemupukan dilakukan pada umur bibit 6 bulan dengan
pupuk ZincCop dosis 50 gram/bibit dan pada umur 9 bulan dengan pupuk NPK 44
dosis 50 gram/bibit. Prestasi kerja karyawan adalah 1000 bibit/HK. Pemupukan
juga dilakukan secara foliar application yaitu dengan cara penyemprotan. Pupuk
yang diaplikasikan adalah pupuk daun bayfolan dengan konsentrasi 0.3%. Pupuk
daun diaplikasikan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan hara karena
aplikasinya langsung pada daun bibit kelapa sawit. Namun cara ini beresiko
membuat hasil semprotan tercuci jika hujan turun setelah aplikasi. Pengendalian
hama dan penyakit tanaman juga perlu dilakukan mengingat perlunya menjaga
kualitas bibit untuk penanaman baru di areal replanting. Aplikasi insektisida decis
(bahan aktif deltametrin) konsentrasi 0.3% untuk mengantisipasi dan
mengendalikan serangan hama Oryctes rhinoceros. Pengendalian penyakit
Purcularia sp. penyebab penyakit leaf spot disease dikendalikan dengan aplikasi
fungisida dithane (mankozeb) konsetrasi 0.3% dan diaplikasikan dengan cara
penyemprotan.

Gambar 5 Penyemprotan pupuk daun (kiri), weeding dalam polybag
(kanan)

16

Culling/seleksi juga dilakukan pada saat umur bibit 6 bulan dan 9 bulan
untuk membuang bibit abnormal yang pertumbuhannya tidak bagus sehingga bibit
hasil seleksi diharapkan merupakan bibit yang sehat dan baik. Kriteria seleksi
bibit umur 6 dan 9 bulan antara lain kerdil, juvenil (bentuk muda), narrow pinnae
(anak daun sempit), chimera, short internode (jarak anak daun sempit), wide
internode (jarak anak daun lebar), crown disease (penyakit tajuk) dan terkena
hama atau penyakit parah.

(a)

(b)

(c)

(d)
(e)
(f)
Gambar 6 culling bibit (a), juvenile (b), narrow pinaae (c), short
internode (d), chimera (e), dan crown disease (f)
Setelah bibit berumur 12 bulan, bibit sudah siap ditanam di areal
replanting. Bibit yang sehat dan baik yang kemudian siap dilangsir ke
tempat/lokasi penanaman baru menggunakan bargas berkapasitas 500 bibit/trip.
Transportasi bibit dilakukan oleh karyawan dengan prestasi kerja 12 ton/HK.

Persiapan lahan (Replanting)
Persiapan lahan peremajaan untuk penanaman baru dilakukan untuk
menciptakan kondisi yang optimal untuk tanaman kelapa sawit yang akan
ditanam. Pekerjaan persiapan lahan replanting dikerjakan oleh kontraktor dengan
arahan dan pantauan dari pihak kebun. Adapun tahapan-tahapan persiapan lahan
diantaranya adalah sensus pokok yang hendak ditumbang, penetapan raja lining,
pre lining, pembongkaran pokok, pembuatan parit, compacting dan cambering
serta penataan areal konservasi.
Pembuatan field drain dan CECT
Field drain adalah saluran kebun yang berfungsi sebagai saluran drainase
dalam blok sehingga level air dalam blok terjaga dengan baik. Field drain
mengantisipasi terjadinya kekeringan tanah gambut dan mencegah terjadinya
banjir dalam blok sehingga kegiatan operasional kebun dapat berlangsung dengan

17

baik. Pembuatan field drain dikerjakan oleh kontraktor menggunakan alat berat
excavator PC 136 dengan prestasi kerja 848 m/10 BU atau 2.64 ha/10 BU, juga
dengan alat berat excavator BobCat dengan prestasi kerja 424 m/10 BU atau 1.32
ha/10 BU. Dimensi ukuran field drain yang dibuat yaitu 1 m x 1 m x 0.8 m (Lebar
atas 1 m, kedalaman 1 m dan lebar bawah 0.8 m). Sedangkan panjang saluran
field drain dari collection road sampai ke parit tengah adalah 116 m. Rasio field
drain pada field replanting adalah 339 m per ha, yang artinya dalam satu hektar
terdapat 339 m saluran field drain. Pembuatan field drain perlu dilakukan dengan
baik dan cermat agar sampah kayu hasil kerukan tidak tertinggal dalam saluran
field drain.
CECT (Close Ended Conservation Trenches) merupakan parit berukuran 2
m x 2.5 m x 2 m yang berfungsi sebagai parit untuk menyimpan dan
menggenangkan sampah hasil land clearing berupa hasil chipping dan
pembongkaran pokok. Tujuan pembuatan CECT yaitu selain untuk konservasi
tanah agar bahan organik dapat kembali kedalam tanah untuk pengayaan hara juga
untuk menekan perkembangan hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dan
hama rayap (Captotermes curvignathus) yang tersisa pada sampah land clearing.
Penggenangan sisa-sisa tanaman dalam CECT akan menghambat dan menekan
perkembangan hama k

Dokumen yang terkait

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 25 72

Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau

1 9 169

Manajemen panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada lahan gambut di Kebun Mandah, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

0 9 171

Analisis produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau.

0 4 53

Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau

1 9 70

Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

6 42 78

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Mandah Estate, Pt Bhumireksa Nusasejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 5 55

Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq) Di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

1 11 54