Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau.
PENGELOLAAN KEBUN INDUK DAN PEMBIBITAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI MINAMAS
RESEARCH CENTER, MINAMAS PLANTATION, RIAU
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Kebun
Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas
Research Center, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Muhamad Subhi Huzaifi
NIM A24090061
ABSTRAK
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI. Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas
Plantation, Riau. Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan SUWARTO.
Kegiatan magang ini secara umum bertujuan meningkatkan keterampilan
dan pengalaman dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial
dalam mengkoordinasikan karyawan. Secara khusus kegiatan magang ini
bertujuan untuk melakukan analisis vigor bibit kelapa sawit guna menghasilkan
deskripsi bibit bervigor yang lebih kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
vigor kekuatan tumbuh bibit (VKTbibit) dan stamina bibit. Kegiatan berlangsung
dari bulan Februari hingga Juni 2013 di Minamas Research Center (MRC)
PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. Metode yang
digunakan pada kegiatan magang yaitu (1) bekerja secara aktif di Departemen
Breeding MRC dan pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE) sebagai karyawan
harian lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten, (2) melakukan
wawancara dan diskusi langsung dengan para karyawan, mandor, asisten, dan
manajer, (3) studi pustaka sebagai bahan tambahan untuk analisis deskriptif.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji t-student, serta uji
korelasi. Data sekunder yang diperoleh berupa peta lokasi, luas lahan, keadaan
iklim dan tanah, populasi dasar, struktur organisasi, dan kondisi pertanaman.
Persentase hasil akhir kegiatan seleksi menunjukkan stok bibit jenis Socfindo dari
tiga blok yang diamati yakni sebesar 85.9%. Hasil analisis terhadap vigor bibit
melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh didapatkan bahwa bibit jenis Socfindo
yang ditanam di pembibitan PSE pada blok B6 memiliki VKTbibit tertinggi yaitu
sebesar 70% sedangkan blok A2 dan A3 memiliki VKTbibit sebesar 60%. Hasil
analisis terhadap vigor bibit melalui pendekatan stamina bibit didapatkan bahwa
untuk bibit bervigor jenis Socfindo yaitu 0.89 ± 0.31 m3. Hasil uji perbandingan
antar hasil analisis vigor bibit menyatakan bahwa perbandingan hasil analisis tiap
bloknya tidak berbeda nyata pada taraf uji α = 5%. Hal ini menunjukkan analisis
vigor secara kualitatif (seleksi) dan analisis vigor secara kuantitatif (V KTbibit dan
stamina bibit) memiliki hasil yang sama ketika digunakan, sehingga metode
VKTbibit dan stamina bibit dapat dinyatakan layak sebagai metode analisis vigor
bibit kelapa sawit.
Kata kunci: Minamas Research Center, seleksi, stamina bibit, vigor bibit
ABSTRACT
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI. Management of Mother Palm Garden and
Nursery of The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Minamas Research Center,
Minamas Plantation, Riau. Supervised by ABDUL QADIR and SUWARTO.
This internship program was aimed generally to improve skills and
experience in both technical aspect of oil palm planting and man management.
This program especially was aimed to analyze the vigourity of oil palm germ so
that can produce a more quantitative description of vigourous germ with the
approach of germ vigourity grow strength (VKTbibit) and germ stamina. This
program was conducted from February to June 2013 at Minamas Research Center
(MRC), PT Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. This program
used three methods (1) working actively in Breeding Department of MRC as daily
worker, co-mandor, and co-field assistant, (2) holding interviews and discussion
with workers, mandors, assistant, and manager, (3) book studying as additional
material for descriptive analysis. This analysis activity used the descriptive
analysis, t-student test, and correlation test. Secondary data consisted of site map,
areal broad, soil and climate condition, basic population, organization structure,
and plant condition. The last pecentation of selection, the Socfindo germ form
three blocks resulted 85.9%. The germ vigourity analysis with the approach of
germ vigourity grow strength resulted that the Socfindo type germs which were
planted in block B6 of PSE nursery had the highest VKT around 70%. Meanwhile
block A2 and A3 had VKT around 60%. The germ vigourity analysis with the
approach of germ stamina resulted for Socfindo type vigourous germ was
0.89 ± 0.31 m3. From the test of comparation between the result of vigourous
analysis resulted not different at the α test rate = 5%. From this we can concluded
that qualitative analysis (selection) as conventional method to anlysing vigourity
germ has a same result with the quantitative method (VKTbibit and germ stamina)
and feasible to use this as method to analysis germ vigourity.
Keywords: germ stamina, germ vigourity, Minamas Research Center, selection
PENGELOLAAN KEBUN INDUK DAN PEMBIBITAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI MINAMAS
RESEARCH CENTER, MINAMAS PLANTATION, RIAU
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center,
Minamas Plantation, Riau.
Nama
: Muhamad Subhi Huzaifi
NIM
: A24090061
Disetujui oleh
Dr Ir Abdul Qadir, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Suwarto, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau. Skripsi ini merupakan
hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan di
Minamas Research Center, PT Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation,
Riau selama empat bulan dan hasil magang ini diajukan sebagai tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Drs H.M. Nurdin Azhary dan Dra N.Ida Rosida serta adikadikku Iqbal, Zaki, Rayhan, Ai dan seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan moril dan materil serta doa yang tulus kepada penulis.
2. Dr Ir Abdul Qadir, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi I dan
Dr Ir Suwarto, Msi sebagai dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pelaksanaan magang dan
penyusunan skripsi.
3. Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas
arahan dan masukannya selama penulis melaksanakan studi.
4. Dr Ir Hariyadi, MS selaku dosen penguji atas masukan, motivasi dan revisi
yang diberikan terhadap skripsi penulis.
5. PT Minamas Gemilang yang telah membantu penulis dalam memberikan
beasiswa selama kegiatan perkuliahan di IPB selama tiga tahun terakhir.
6. Rekan-rekan Agronomi 46 (Socrates) khususnya Resti Putri Septyani, Taufiq
Akbar, Gema N M, Andri Setiawan, Whan Ahmad Sabillah, Habib Husein,
Yan Pratama, Bina S, Bagindo, Jastri, Tri S, Hendito, Fajar, Bonifasius, Jorex,
Sukirman, Safitri, Luki, dan Bambang yang selalu memberikan dukungan
serta bantuannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.
7. Pak Yuares A Dharma Manajer Departemen Breeding MRC, Pak Aris dan
Pak Eko Asisten MRC, Pak Rahmat Asisten Bibitan PSE, Pak Cecep Mandor
Bibitan dan Pak Amin Mandor Breeding dan semuanya yang telah menjadi
tempat diskusi dan berbagi ilmu selama kegiatan magang berlangsung.
8. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Agronomi dan Hortikultura yang
telah memberikan bantuannya.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan secara langsung
maupun tidak langsung selama pelaksanaan studi, magang dan penyusunan
skripsi.
Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi mahasiswa atau sivitas akademik
Institut Pertanian Bogor khususnya dan semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Juni 2014
Muhamad Subhi Huzaifi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Magang
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Kelapa Sawit di Indonesia
2
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
3
Pembibitan Kelapa Sawit
4
Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
4
Abnormalitas Bibit Kelapa Sawit
5
METODE MAGANG
6
Waktu dan Tempat
6
Metode Pelaksanaan
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data
7
Analisis Data dan Informasi
7
KEADAAN UMUM
8
Tentang Minamas Research Center (MRC)
8
Visi dan Sasaran Riset serta Tujuan
8
Letak Geografis dan Administratif
9
Keadaan Iklim dan Tanah
9
Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Induk
HASIL KEGIATAN MAGANG
10
10
Populasi Dasar
10
Kegiatan Kebun Induk
11
Pembibitan
22
ASPEK MANAJERIAL
31
PEMBAHASAN
33
Kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)
33
Kegiatan sebagai Pendamping Mandor
34
Kegiatan sebagai Pendamping Asisten
35
SIMPULAN DAN SARAN
40
Simpulan
40
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
51
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC)
Hasil analisis janjang (bunch analysis) pada pokok nomor 315
Hasil kegiatan yield recording tahun 2010 (umur tanaman 13 tahun)
Hasil kegiatan yield recording tahun 2011 (umur tanaman 14 tahun)
Hasil kegiatan yield recording tahun 2012 (umur tanaman 15 tahun)
Hasil pengamatan sensus vegetatif di kebun induk MRC
Hasil pengamatan kegiatan pengendalian gulma kimiawi
Hasil sensus bibit di pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE)
Prestasi kerja penulis, karyawan, dan standar yang ditetapkan
perusahaan
Hasil pengawasan kegiatan pengendalian gulma kimiawi
Persentase jumlah akhir sisa bibit hingga seleksi ke III
Hasil uji t-student hasil seleksi antar tiap blok bibit Socfindo
Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan
Hasil uji t-student perbandingan tinggi bibit di pembibitan PSE dengan
standar tinggi bibit umur 12 bulan
Hasil perhitungan VKTbibit blok sampel bibit Socfindo di pembibitan
Hasil perhitungan terhadap parameter stamina bibit
Hasil uji perbandingan antar hasil analisis vigor bibit
11
17
18
18
19
20
29
30
34
35
36
37
37
38
38
39
40
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ilustrasi stamina bibit pada bibit kelapa sawit
Kegiatan kastrasi dan sanitasi
Hasil kegiatan pembuatan piringan
Kegiatan penyemprotan hama ulat api di kebun induk
Pengambilan sampel di kebun induk untuk analisis tandan
Kegiatan sensus vegetatif pada pokok induk
Grafik korelasi hasil relative leaf area (RLA) dan jumlah tandan buah
Fruit typing
Hasil kegiatan penyerbukan buatan
Kondisi bibit lewat umur pada pembibitan MRC
7
13
14
15
16
20
21
21
22
23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta kebun induk Minamas Research Center (MRC)
2 Data curah hujan di Pinang Sebatang Estate (PSE)
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di
Minamas Research Center (MRC), Minamas Plantation
4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Minamas
Research Center (MRC), Minamas Plantation
5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Minamas
Research Center (MRC), Minamas Plantation
43
44
45
46
47
6 Bibit-bibit abnormal di pembibitan
48
7 Deskripsi varietas Socfindo
49
8 Data pengamatan stamina bibit di pembibitan Pinang Sebatang Estate
(PSE)
50
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas
penting perkebunan Indonesia. Tanaman penghasil minyak nabati ini bukan
tanaman asli asal Indonesia melainkan hasil introduksi dari Benua Afrika tepatnya
dari Negara Guinea. Tanaman ini tumbuh subur dan meluas hampir di seluruh
pulau di Indonesia. Pengelola perkebunan kelapa sawit berasal dari berbagai
macam stakeholders dari perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, hingga
perkebunan besar negara (Direktorat Jendral Perkebunan 2008).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 1995-2013 pertumbuhan luas areal
kelapa sawit mengalami kenaikan sebesar 120.7% dari 4.18 juta ha di tahun 2000
menjadi 9.23 juta ha pada tahun 2012, sedangkan angka produksi kelapa sawit
Indonesia mengalami kenaikan sebesar 245% dari 7 juta ton pada tahun 2000
menjadi 24.4 juta ton pada tahun 2012. Data tersebut menggambarkan besarnya
potensi perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan pada tahun 2006 Indonesia
menjadi negara produsen minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil)
terbesar di dunia.
Peningkatan luas areal penanaman kelapa sawit yang semakin tinggi
berbanding lurus dengan tingginya kebutuhan akan bibit kelapa sawit. Bibit
kelapa sawit merupakan investasi yang sebenarnya dari perusahaan perkebunan,
karena pokok yang akan ditanam sekarang akan menentukan generasi yang akan
datang (Pahan 2006). Bibit kelapa sawit digunakan sebagai bahan tanam awal
pembukaan perkebunan dan juga dibutuhkan untuk peremajaan kelapa sawit
(replanting).
Bibit yang baik dapat diperoleh dari pengelolaan pembibitan yang baik
pula. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun
sebelum penanaman (Lubis 2008). Bibit yang sehat, kuat, dan kokoh merupakan
ciri bibit yang bermutu. Bibit bermutu akan menjadi penentu keberhasilan
produksi tanaman kelapa sawit. Vigor bibit adalah salah satu indikator bibit
bermutu. Vigor merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat
tumbuh di lapangan dalam kondisi yang suboptimum (Sadjad 1993), sedangkan
viabilitas merupakan tolok ukur kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi
yang optimum. Viabilitas dapat disebut juga dengan daya tumbuh benih atau daya
kecambah benih.
Lazimnya vigor merupakan istilah yang digunakan dalam ruang lingkup
benih sama seperti halnya viabilitas, namun menurut Sadjad (1993) untuk
mengukur kekuatan tumbuh benih (VKT) dapat diindikasikan menggunakan vigor
bibit. Vigor bibit merupakan kemampuan benih menumbuhkan tanaman kuat di
lapangan yang disimulasi berdasarkan kekuatan tumbuh bibit. Bibit bervigor
memiliki kekuatan tumbuh (VKT) karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. Terdapat variabel lain yang dapat
digunakan untuk mengukur vigor bibit yaitu dengan menggunakan stamina bibit.
Menurut Sadjad (1993) stamina bibit merupakan variabel yang lebih informatif
bila dibandingkan dengan tinggi bibit.
2
Variabel dalam melihat vigor bibit di lapangan secara konvensional pada
perusahaan perkebunan kelapa sawit menggunakan kriteria-kriteria seleksi yang
telah ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Analisis vigor bibit merupakan upaya
menilai keragaan bibit yang ada di lapangan selain menggunakan kriteria seleksi.
Analisis vigor berdasarkan standar pertumbuhan bibit di lapangan serta
berdasarkan stamina bibit merupakan metode yang lebih kuantitatif dibandingkan
dengan metode seleksi yang bersifat kualitatif.
Tujuan Magang
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah meningkatkan keterampilan
dan pengalaman dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial
dalam mengkoordinasikan karyawan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah melakukan analisis vigor bibit
kelapa sawit guna mengetahui keadaan bibit yang ditanam di perusahaan baik dan
sesuai dengan standar bibit bermutu yang siap untuk ditanam di lapangan. Serta
menghasilkan deskripsi bibit bervigor yang lebih kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan vigor kekuatan tumbuh bibit (VKTbibit) dan stamina bibit.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan
unggul Indonesia. Tanaman ini merupakan introduksi dari Benua Afrika tepatnya
dari negara Guinea (pantai barat Afrika). Asal muasal tanaman ini sampai di
Indonesia adalah ketika masa penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda membawa
bibit kelapa sawit ke Indonesia untuk ditanam sebagai tanaman perkebunan,
karena Indonesia memiliki iklim tropis yang sesuai sebagai sarana tumbuh bagi
tanaman ini. Induk dari kelapa sawit yang dibawa ke Indonesia hingga saat ini
terdapat di Kebun Raya Bogor dan telah mencapai umur ratusan tahun
(Lubis 1992).
Sejarah kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkebunan di
Indonesia secara umum. Perkebunan Indonesia telah melewati sejarah yang
panjang. Menurut Pahan (2006) pada awalnya perkebunan merupakan sistem
perekonomian pertanian komersial yang bercorak kolonial yang dibawa oleh
bangsa Eropa khususnya Belanda pada saat masa penjajahan tahun 1600-1942,
pada periode itu banyak terjadi perubahan dari sistem perkebunan rakyat menjadi
perkebunan besar swasta. Pada zaman pendudukan Jepang sempat terhenti akibat
penurunan produksi (1942-1945), kemudian masa pemulihan perkebunan
(1945-1955) ditengah-tengah ketidakstabilan ekonomi Indonesia. Setelah periode
tersebut pada tahun 1956-1990 terjadi pengalihan atau nasionalisasi perkebunan
3
dari swasta ke PTP/PNP. Pada tahun 2000-2004 merupakan masa-masa
pembangunan perkebunan dan merupakan awal pelaksanaan Undang Undang
Perkebunan No.18 tahun 2004. Hingga sekarang Indonesia masih tercatat sebagai
negara produsen kelapa sawit atau minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan
jumlah luas areal lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit terluas di
dunia.
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq.) termasuk anggota famili
Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati.
Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi
Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo
Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq.
(Corley 1976). Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting
penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati
(biodiesel).
Morfologi kelapa sawit terdiri dari kondisi batang, akar, tajuk, daun,
bunga, serta buahnya. Kondisi batang kelapa sawit berbentuk bulat memanjang
tanpa cabang, batang ini akan terus bertambah panjang sepanjang umur hidupnya.
Diameter batang antara 25-75 cm sedangkan tinggi dapat mencapai 10-11 m.
Perakaran tanaman serabut terdiri dari akar primer, akar sekunder, akar tertier, dan
akar kuarter. Tajuk tanaman kelapa sawit berbentuk membulat memiliki filotaksi
3/8 yang artinya tiga lingkaran dengan delapan daun. Daun berbentuk memanjang
dengan panjang dapat mencapai 5-7 m. Kelapa sawit merupakan tanaman
monoecious atau berumah satu, infloresens, terdiri dari bunga jantan dan betina
dalam satu pohon. Buah kelapa sawit merupakan buah batu yang sessile terdiri
atas tiga bagian yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara
5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1 500-4 000 mm,
temperatur optimal 24 oC-28 oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara
1-500 m di atas permukaan laut (dpl). Kelembaban optimum yang ideal untuk
tanaman sawit sekitar 80%-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk
membantu proses penyerbukan (Kiswanto et al. 2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik
kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara
sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5.0-5.5. Kelapa
sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik
dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas.
Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o
(Kiswanto et al. 2008).
4
Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Menurut Lubis (2008) sampai tahun 1963 pembibitan masih menggunakan
bibit tanam (field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan
kemudian ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah
tidak digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien.
Kemudian sistem pembibitan berkembang dengan menggunakan keranjang yang
terbuat dari bambu dan pelepah kelapa sawit. Namun kesukaran memperoleh
bambu dan pelepah serta keranjang yang cepat rusak menjadi kendala baru
sehingga sejak tahun 1965 keranjang diganti dengan dengan kantong plastik hitam
(black polythene). Setelah ditemukannya plastik tersebut mulai muncul dua sistem
pembibitan kelapa sawit yakni sistem langsung atau sistem pembibitan langsung
di lapangan dan sistem tidak langsung, pre nursery dan main nursery
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2008).
Tahapan pre nursery dilaksanakan pada saat awal tanam benih hingga
masa tumbuh benih umur 4 bulan. Kegiatan yang dilakukan pada saat tahapan ini
adalah persiapan plot, pengisian babybag, pemberian pupuk awal, penanaman
kecambah, penyiraman, perawatan, pemupukan tambahan, pengendalian OPT.
setelah empat bulan di prenursery bibit siap dipindah tanamkan ke main nursery
hinga mencapai umur bibit 12 bulan. Tahapannya adalah pengisian polybag,
pembuatan lubang tanam, transplanting, pemupukan, penyiraman, pengendalian
OPT, sensus, seleksi, pemberikan pupuk tambahan, konsolidasi bibit.
Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
Angka standar pertumbuhan bibit sangat diperlukan sebagai pelaksana
pembibitan guna melihat perkembangan pertumbuhan bibitnya. Menurut
Lubis (2008) bibit dapat hidup sendiri setelah umur tiga bulan dimana akar primer
dan sekunder telah terbentuk dan pada saat ini penggemukan batang sudah
dimulai. Daun berubah-ubah bentuknya dari lanceolate menjadi bifurcate dan
kemudian berbentuk pinnate pada umur 5-6 bulan. Fotosintesis dimulai pada umur
satu bulan yaitu ketika daun pertama telah terbentuk dan selanjutnya secara
berangsur-angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan makanan mulai
tergantikan.
Pertumbuhan bibit banyak dipengaruhi jenis persilangan, tindakan kultur
teknis, media tanah, jarak tanam, pemupukan, hama penyakit, dan penyiraman
(Lubis 2008). Beberapa standar pertumbuhan bibit dilihat dari beberapa
komponen: (1) tinggi tanaman yang diukur dari pangkal atau dasar batang sampai
keujung daun termuda yang telah kembang. Terlebih dahulu daun ditegakkan
keatas lalu diukur, (2) batang yang diukur dengan menggunakan kaliper sehingga
diameternya diperoleh atau dengan melilitkan tali pengukur sehingga dapat
diketahui lingkarannya, dan (3) jumlah daun yang dihitung dari banyaknya daun
yang sudah berkembang.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2008)
standar pertumbuhan bibit terbagi pada dua tahapan pembibitan. Standar
pertumbuhan bibit pada fase pre nursery adalah umur 3-4 bulan, jumlah daun
3.5-4.5 helai dalam keadaan sempurna, tinggi tanaman 20-25 cm, dan bebas dari
5
organisme pengganggu tanaman (OPT). Fase main nursery memiliki standar
pertumbuhan bibit yang baik sebagai berikut umur bibit 10-12 bulan, tinggi bibit
101.9-126.0 cm, jumlah daun 15.5-18.5 pelepah, diameter batang 5.5-6.0 cm,
warna daun dan pelepah hijau tua, serta bebas dari OPT.
Abnormalitas Bibit Kelapa Sawit
Tidak semua bibit yang disemaikan di pre nursery dan dipelihara di
pembibitan utama akan berkembang menjadi bibit yang unggul. Sekitar 25% dari
jumlah benih yang akan disemaikan akan diafkir dari pembibitan karena tumbuh
abnormal (Darmosarkoro et al. 2008). Keberadaan tanaman abnormal di lapangan
sangat merugikan. Hal ini dikarenakan pohon tersebut tidak dapat berproduksi,
dan bila berproduksi hanya 25-50% dari produksi tanaman normal. Jika di
lapangan dijumpai tanaman abnormal 5% maka kerugian produksi akan mencapai
lebih dari 4.42% (Lubis 2008). Pengamatan di Marihat pada tanaman 1958 dan di
Bah Jambi tanaman 1968 menunjukkan bahwa produksi tanaman abnormal hanya
61% dan 65% saja dari tanaman normal bahkan ada yang sama sekali tidak
berproduksi (Fauzy et al. 1999).
Salah satu cara untuk mengantisipasi abnormalitas bibit melalui
pelaksanaan seleksi yang ketat pada pembibitan sebelum dipindahtanamkan.
Menurut Lubis (2008) tindakan tegas sewaktu di pembibitan perlu dilakukan
seperti segera memusnahkan bibit yang dicurigai abnormal, memperketat
pengawasan terutama seleksi akhir dan memperkecil kerusakan sewaktu
pembongkaran, pengangkutan dan penanaman. Selain itu dianjurkan untuk
melakukan tindakan pembongkaran sejak dini terhadap pohon-pohon yang
diketahui abnormal di lapangan (Fauzy et al. 1999).
Timbulnya pohon abnormal dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
genetis dan faktor lingkungan. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor genetis
bersifat menetap dan diturunkan kepada generasi selanjutnya. Abnormalitas yang
disebabkan oleh faktor lingkungan bersifat sementara (Fauzy et al. 1999). Pada
tanaman kelapa sawit, abnormalitas dapat terjadi pada bagian vegetatif dan
generatif keadaan ini dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan, sifat genetis
tanaman atau keduanya. Abnormalitas yang disebabkan oleh keadaan lingkungan
pada umumnya dapat diperbaiki atau dicegah melalui tindakan kultur teknis,
seperti pemupukan sedangkan abnormalitas yang disebabkan oleh sifat genetis
sulit untuk diperbaiki (Fauzy et al. 1999).
Abnormalitas yang disebabkan secara genetis dapat terjadi karena
beberapa hal, salah satu diantaranya adalah proses inbreeding. Gejala
abnormalitas ini dapat dilihat pada tanaman dengan ciri-ciri kaku, merunduk,
terputar, memiliki rachis pendek atau panjang, dan kerdil. Ciri-ciri itu umumnya
ditemui ditahap pembibitan gejalanya yakni bergaris putih (chimere), memiliki
anakan (vivipary), steril, dan bercak oranye (orange spotting) (Fauzy et al. 1999).
Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor lingkungan disebut
abnormalitas accidental. Abnormalitas ini masih memungkinkan untuk diperbaiki.
Abnormalitas accidental terjadi dikarenakan oleh faktor manusia dan faktor
lingkungan itu sendiri. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor manusia
diantaranya, terbakarnya daun-daun pada tanaman dan pelukaan pada akar serta
batang tanaman. Abnormalitas ini terjadi karena kekeliruan kultur teknis, antara
6
lain kesalahan pemupukan, kesalahan penanaman, dan drainase yang buruk.
Faktor lingkungan yang menyebabkan abnormalitas antara lain banjir, angin
keras, kebakaran, naungan, dan gangguan hama dan penyakit (Fauzy et al. 1999).
Menurut Lubis (2008) abnormalitas juga dapat terjadi karena: (1) salah tanam
seperti terbalik, terlalu dalam atau dangkal, (2) tanah terlalu padat hingga akar
sulit terbentuk, (3) tanah bercampur batu, kayu, dan lain-lain karena tidak
disaring, (4) kurang pelindung terbakar karena kekeringan, (5) kurang siram atau
tergenang atau akar busuk karena ada kantong air pada kantongan, (6) tanah
terlalu penuh hingga akar terbongkar, pupuk hanyut, dan air tidak terserap tanah,
(7) gangguan hama dan penyakit, (8) salah pupuk, terkena serangan hama, dan
keracunan pestisida, (9) jarak tanam terlalu rapat, (10) tanahnya kurang sesuai
terlalu asam (peat=gambut), dan (11) air penyiraman kurang baik (asin dan
mengandung racun).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di Minamas Research Center (MRC)
PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. Kegiatan ini
dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Februari 2013 dan berakhir
pada bulan Juni 2013.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada kegiatan magang yaitu (1) bekerja secara
aktif di Departemen Breeding MRC dan pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE)
sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor
selama satu bulan, dan pendamping asisten selama dua bulan, (2) melakukan
wawancara dan diskusi langsung dengan para karyawan, mandor, asisten serta
manajer, dan (3) studi pustaka sebagai bahan tambahan untuk analisis deskriptif.
Kegiatan sebagai KHL meliputi persiapan areal pre nursery, penanaman
kecambah, persiapan areal main nursery, transplanting bibit dari pre nursery ke
main nursery, pengendalian gulma, dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT). Data yang didapatkan adalah prestasi kerja selama melaksanakan
kegiatan magang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang
didukung dengan hasil studi pustaka serta wawancara dan diskusi langsung
dengan berbagai sumber.
Kegiatan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan dan
pengkoordinasian kegiatan karyawan serta membantu dalam pembuatan buku
kegiatan mandor (BKM). Data yang diperoleh adalah data hasil pengawasan
terhadap prestasi kerja karyawan serta efisiensi penggunaan bahan kimia dalam
kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi. Analisis data dilaksanakan
menggunakan uji korelasi serta analisis deskriptif yang didukung dengan hasil
studi pustaka dan wawancara serta diskusi langsung dengan mandor dan asisten.
7
Kegiatan sebagai pendamping asisten meliputi pengawasan kegiatan
karyawan di kebun induk MRC dan pembibitan PSE, membantu pengolahan data
hasil pengamatan di lapangan maupun laboratorium, mendampingi asisten dalam
memimpin lingkaran pagi, dan mempelajari administrasi tingkat divisi. Kegiatan
khusus pada saat menjadi pendamping asisten adalah pengukuran data primer di
pembibitan sebagai bahan analisis untuk mencapai tujuan khusus kegiatan magang
ini.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan pada saat umur bibit berkisar 10-12 bulan, hal ini
dilaksanakan karena pada umur tersebut kondisi bibit telah mencapai bentuk
sempurna, sehingga perhitungan akan lebih cermat dan tepat. Jumlah tanaman
sampel yang diamati adalah 60 tanaman yang berasal dari tiga blok yang berbeda,
masing-masing blok terdiri dari 20 tanaman sampel. Variabel yang diukur adalah
tinggi bibit (cm) yang dihitung dari pangkal batang hingga ujung daun yang
dikuncupkan dan lebar tajuk bibit (cm) yang dihitung berdasarkan lebar antar
daun terluar bibit. Data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis vigor bibit
melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh (VKTbibit) dan stamina bibit.
Analisis vigor melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh dihitung
menggunakan rumus VKTbibit yang kemudian dibandingkan dengan standar
pertumbuhan bibit. Rumus VKTbibit menurut Sadjad (1993) adalah sebagai berikut:
VKTbibit =
umlah i it kuat
Total i it
x 100%
sedangkan analisis vigor bibit dengan pendekatan stamina bibit dihitung
menggunakan rumus bangun ruang volume bola yang memiliki dua jari-jari (r)
yang berbeda yaitu jari-jari mayor dan jari-jari minor. Jari-jari mayor merupakan
hasil pengamatan setengah tinggi bibit sedangkan jari-jari minor merupakan
setengah lebar tajuk bibit. Rumus volume bola adalah :
Volume bola = ¾ x π x (r minor)2 x r mayor
sehingga rumus stamina bibit dalam kegiatan khusus magang ini yang telah
disesuaikan dengan metode pengamatan yang dilakukan adalah:
Stamina bibit = ¾ x 22/7 x (Lebar tajuk bibit)2 x Tinggi bibit
Ilustrasi untuk stamina bibit dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Ilustrasi stamina bibit pada bibit kelapa sawit
8
Analisis Data dan Informasi
Analisis data yang digunakan pada kegiatan khusus tersebut dilakukan
menggunakan uji t-student untuk membandingkan tinggi bibit di pembibitan
dengan standar pertumbuhan bibit juga untuk membandingkan hasil analisis
kualitatif (seleksi) dengan kuantitatif (VKTbibit dan stamina bibit). Uji korelasi
digunakan untuk mengkorelasikan tinggi bibit dengan hasil stamina bibit.
Data sekunder didapatkan dari laporan manajerial harian, bulanan maupun
tahunan yang berupa peta lokasi, luas lahan, keadaan iklim dan tanah, populasi
dasar, organisasi, dan kondisi pertanaman.
KEADAAN UMUM
Tentang Minamas Research Center (MRC)
Minamas Research Center (MRC) adalah pusat penelitian kelapa sawit
dibawah naungan PT. Anugerah Sumber Makmur, PT. Minamas Gemilang.
Dahulu pusat riset ini merupakan unit yang dimiliki oleh PT. Salim Indo
Plantation. Namun setelah terjadinya take over pemindahan kepemilikan baik itu
hak guna usaha (HGU) kebun-kebun dari PT. Salim ke PT. Minamas pada tahun
1997-1998 serta sarana penunjang lainnya, maka pusat riset pun ikut serta
berpindah tangan ke PT. Minamas Gemilang dan diberi nama “Minamas Research
Center”. Pada tahun 2005 terjadi perombakan kepengurusan manajemen maupun
staf-staf yang bekerja didalamnya. Staf-staf dari kebun minamas sendiri yang
memiliki kemampuan lebih dalam hal riset direkrut untuk melanjutkan tongkat
estafet perjalanan riset ini, selain itu beberapa jajaran manajer pun direkrut dari
pihak eksternal minamas untuk mempertajam kemampuan riset staf serta
karyawan yang berada didalamnya.
Aktifitas di MRC bergerak dalam bidang riset maupun jasa dan terbagi
kedalam tujuh aktivitas utama yaitu penelitian kelapa sawit (oil palm research),
penelitian perlindungan tanaman (crop protection research), penelitian pembiakan
tanaman (plant breeding research), jasa penelitian dan pengembangan
(R&D services), statistik dan pengolahan data (stats & data processing),
laboratorium jasa (laboratory services), dan pelatihan teknis (technical training).
Tujuh aktifitas utama itu dilaksanakan oleh sekitar 20 orang staf dengan lebih dari
60 personil pendukung.
Visi dan Sasaran Riset serta Tujuan
Sebagai sebuah lembaga yang berdiri untuk keperluan pengembangan
penelitian kelapa sawit maka MRC memiliki visi, sasaran riset, serta tujuan yang
menjadi pedoman pergerakan aktifitas utama. Visi MRC yaitu menjadi pusat riset
yang unggul dan diakui dalam inovasi dan teknologi, sedangkan sasaran risetnya
yaitu untuk melakukan penelitian dan pengembangan kelapa sawit dan untuk
9
menyediakan keahlian teknis yang strategis untuk tingkatkan hasil dan
keuntungan.
Tujuan riset terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bidang
penelitiannya. Tujuan bidang penelitian kelapa sawit melakukan penelitian untuk
mengurangi masalah agronomi untuk peningkatan hasil. Tujuan bidang penelitian
perlindungan tanaman melakukan penelitian untuk mengurangi kerugian hasil
tanaman dari serangan hama dan penyakit. Tujuan bidang penelitian pembiakan
tanaman melakukan penelitian untuk menyediakan bibit kelapa sawit yang
menghasilkan produksi tinggi. Tujuan bidang jasa penelitian dan pengembangan
menyediakan jasa konsultsi teknis untuk peningkatan hasil. Tujuan bidang statistik
dan pengolahan data menyediakan data manajemen, analisa, dan pengolahan data.
Tujuan bidang laboratorium jasa menyediakan dukungan analitis untuk penelitian
dan rekomendasi teknis. Tujuan bidang pelatihan teknis menyediakan pelatihan
untuk meningkatkan mutu kemampuan teknis di tingkat staf internal dan
eksternal.
Letak Geografis dan Administratif
Minamas Research Center (MRC) berada di Kecamatan Tualang,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Terletak dekat dengan ibukota provinsi Pekanbaru
sekitar ± 40 km. Terdapat tiga estate yang berdampingan dengan MRC dibawah
naungan PT. Aneka Inti Persada yakni Aneka Persada Estate, Teluk Siak Estate,
serta Pinang Sebatang Estate. Letak geografis MRC berada dikoordinat
0° 32' 25"-0° 35' 24" LS dan 101° 34' 30"-101° 39' 21" LU. Ketinggian tempat
sekitar ± 52 m dpl dengan suhu berkisar antara 28 °C-32 °C. Peta kebun induk
MRC dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah
Minamas Research Center (MRC) memiliki kebun induk yang terletak
pada dua estate yang berbeda yaitu Teluk Siak Estate (TSE) dan Pinang Sebatang
Estate (PSE). Kebun induk yang terletak di TSE secara umum memiliki curah
hujan tahunan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Tercatat
pada periode 2007-2011 curah hujan tahunan berkisar antara 2 048-2 743 mm,
curah hujan rata-rata tahunannya adalah 2 454 mm. Hari hujan rata-rata
tahunannya adalah 154 hari. Suhu udara harian di TSE antara 20 ºC-35 ºC.
Kelembaban udara rata-rata mencapai 80%. Lama penyinaran matahari di kebun
maksimal 12 jam/hari. Terletak pada 10-100 m dpl. Bentuk topogafi adalah datar
(flat) kemiringan 0-4%, bergelombang (undulating) kemiringan 4-12%, dan
berbukit (hilly) kemiringan 12-38%. Jenis tanah TSE adalah ultisol yang berasal
dari bahan induk alluvial dengan tekstur liat berpasir (sandy clay).
Kebun induk yang berada di PSE memiliki curah hujan rata-rata dari tahun
2002 sampai 2011 sebesar 2 128 mm/tahun. Curah hujan tertinggi umumnya
terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata 232 mm/bulan (Lampiran 2).
Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson kondisi iklim di Pinang Sebatang Estate
termasuk dalam klasifikasi iklim A yaitu daerah sangat basah karena dengan
10
rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering (BK) 1 bulan
maka didapatkan nilai Q sebesar 10%. Ketentuan tipe iklim A pada ketetapan
Schmidth-Ferguson adalah 0.5%-14.3%. Jenis tanah di PSE memiliki jenis yang
sama dengan di TSE yaitu tanah ultisol.
Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Induk
Tanaman kelapa sawit yang ada di kebun induk MRC merupakan tanaman
yang diperuntukkan sebagai bahan penelitian pembiakan dan pemuliaan kelapa
sawit guna mencari pokok induk yang unggul baik dari segi produktivitas, kualitas
minyak, keragaaan tanaman yang mampu tahan terhadap cekaman lingkungan
maupun hama dan penyakit. Kebun induk berada di dua lokasi yaitu di kebun
Pinang Sebatang Estate yang merupakan tanaman tahun tanam 1997 dan 2010
serta di kebun Teluk Siak Estate yang ditanam tahun tanam 2010. Pada tanaman
yang ditanam tahun 1997 tetua betina merupakan jenis Deli Dura sedangkan tetua
jantannya merupakan Psifera AVROS. Tanaman tahun tanam 2010 memiliki tetua
betina berasal dari Kamerun yang berjenis Dura sedangkan tetua jantannya
merupakan Psifera berasal dari Angola. Semua tanaman yang telah berproduksi
hasilnya dipanen oleh estate tempat kebun induk berada dikarenakan hasil belum
dimanfaatkan untuk dijadikan benih.
HASIL KEGIATAN MAGANG
Departemen Breeding di Minamas Research Center (MRC) merupakan
salah satu departemen riset yang berada dibawah naungan PT. Anugerah Sumber
Makmur, Minamas Plantation. Departemen ini mengelola riset untuk bagian
pemuliaan tanaman. Tujuan pemuliaan tanaman ini adalah untuk mendapatkan
pokok tanaman unggul baik dalam hal produksi maupun kualitas minyak yang
akan dijadikan tanaman induk penghasil bahan tanam. Selain itu pemuliaan
tanaman kelapa sawit ditujukan untuk mendapatkan varietas baru yang memiliki
beberapa sifat unggul tanaman seperti petumbuhan yang homogen, toleran
terhadap berbagai macam penyakit dan kekeringan. Seluruh kegiatan magang
terangkum dalam jurnal kegiatan magang yang terdapat pada Lampiran 3,4, dan 5.
Populasi Dasar
Kegiatan penelitian di Departemen Breeding memiliki tujuan untuk
mengevaluasi pokok induk baru dan produksi benih melalui pengujian progeni.
Populasi progeni yang digunakan pada penelitian yaitu Deli Dura serta AVROS
(Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra) Psifera.
Perlakuan serta populasi dasar yang digunakan pada penelitian tertera pada
Tabel 1.
11
Tabel 1 Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC)
No progeny
No blok
No famili
Tipe
Pedigree
No pokok
1
C1
IM87
DXP
Deli Dura X AVROS
36
2
C2
IM88
DXP
Deli Dura X AVROS
36
3
C3
IM89
DXP
Deli Dura X AVROS
36
4
C4
IM90
DXP
Deli Dura X AVROS
36
5
C5
IM91
DXP
Deli Dura X AVROS
36
6
C6
IM92
DXP
Deli Dura X AVROS
36
7
C7
IM93
DXP
Deli Dura X AVROS
36
8
C8
IM94
DXP
Deli Dura X AVROS
36
9
C9
IM95
DXP
Deli Dura X AVROS
36
10
C10
IM96
DXP
Deli Dura X AVROS
36
11
C15
IM97
DXP
Deli Dura X AVROS
36
12
C16
IM98
DXP
Deli Dura X AVROS
36
13
C17
IM99
DXP
Deli Dura X AVROS
36
14
C18
IM100
DXP
Deli Dura X AVROS
36
15
C19
IM101
DXP
Deli Dura X AVROS
36
16
C20
IM102
DXP
Deli Dura X AVROS
36
17
C21
IM103
DXP
Deli Dura X AVROS
36
18
C22
IM104
DXP
Deli Dura X AVROS
36
19
C23
IM105
DXP
Deli Dura X AVROS
36
20
C24
IM106
DXP
Deli Dura X AVROS
36
21
C25
IM107
DXP
Deli Dura X AVROS
36
22
C26
IM108
DXP
Deli Dura X AVROS
36
23
C28
IM109
DXP
Deli Dura X AVROS
36
24
C29
IM110
DXP
Deli Dura X AVROS
36
25
C30
IM111
DXP
Deli Dura X AVROS
36
26
C31
IM112
DXP
Deli Dura X AVROS
36
Sumber: Departemen Breeding MRC (2009)
Kegiatan Kebun Induk
Kegiatan kebun induk di Departemen Breeding tidak jauh berbeda dengan
kebun-kebun produksi, namun ada beberapa kegiatan khusus yang
membedakannya yaitu kegiatan yang lebih spesifik yang bertujuan untuk
mengetahui dan mengamati perkembangan pohon induk (mother plant). Produksi
(jumlah buah), perkembangan vegetatif, mutu minyak merupakan beberapa
parameter yang diamati dari kegiatan khusus tersebut. Kegiatan magang selama
seminggu awal adalah melaksanakan orientasi magang serta beberapa hari turun
12
ke lapangan untuk melihat dan mengamati secara langsung setelah dua bulan
melaksanakan kegiatan di pembibitan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di kebun
induk Departemen Breeding adalah sebagai berikut:
Kastrasi dan Sanitasi
Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga betina yang telah dibuahi
namun belum merupakan buah yang layak untuk dipanen, karena kualitas minyak
masih kurang baik dan belum termasuk didalam kriteria panen. Kastrasi
dilaksanakan
pada
tahun-tahun
pertama
kelapa
sawit
ditanam
(Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)) atau biasa disebut dengan pembuangan
buah pasir. Bunga yang difokuskan untuk dikastrasi hanya bunga betina. Tujuan
utama kastrasi adalah untuk memusatkan hasil fotosintesis pada pertumbuhan
vegetatif. Pada fase awal pertumbuhan tanaman, fase pertumbuhan vegetatif
merupakan fase yang sangat penting bagi tanaman agar tanaman dapat tumbuh
kokoh dan memiliki keragaan tumbuh yang baik sehingga memiliki ketahanan
terhadap iklim dan cuaca yang ekstrim.
Kegiatan kastrasi di kebun induk dilaksanakan oleh karyawan harian dan
diawasi oleh mandor. Setiap karyawan mengerjakan tugas kastrasi sesuai dengan
basis (target kerja) kastrasi per hari kerja (HK). Basis HK-1 karyawan adalah
130 bunga tandan-1 pada hari Senin- um’at, sedangkan pada hari Sa tu karyawan
dibebani basis 100 bunga tandan-1.
Sanitasi merupakan kegiatan pembersihan pokok kelapa sawit dan
sekitarnya dari buah busuk serta brondolan tinggal hasil kastrasi yang tertinggal di
piringan. Tujuan pelaksanaan sanitasi adalah agar mempermudah dalam
pemeliharaan serta pengendalian gulma di lapangan. Kegiatan sanitasi wajib
dilakukan untuk menghindari tertinggalnya brondolan buah sawit yang apabila
tidak dibersihkan akan memunculkan bibit-bibit liar di sekitar pokok sawit utama
dan tentu saja akan mengganggu pertumbuhan pokok utama. Kegiatan ini
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kastrasi untuk tujuan efektivitas jam
kerja karyawan.
Tahapan kegiatan kastrasi dan sanitasi dimulai dengan membuang bunga
betina yang telah dibuahi maupun buah yang telah membusuk. Cara pembuangan
bunga/buah tersebut dengan menggunakan alat dodos, setelah buah jatuh dari
pokok lalu buah dimasukkan kedalam kereta dorong (angkong) untuk dibawa ke
tempat pengumpulan hasil (TPH), dan tidak lupa karyawan mengutip brondol.
Buah yang telah terkumpul di TPH akan dipilah antara yang matang dengan yang
busuk. Buah matang akan dibawa ke pabrik sedangkan buah busuk dibuang ke
tempat sampah. Hasil kegiatan tertera pada Gambar 2.
13
(A)
(B)
Gambar 2 Kegiatan kastrasi dan sanitasi. (A) karyawan memanen buah pasir pada
salah satu pokok induk, dan (B) kegiatan sanitasi di kebun induk MRC
Taksasi
Taksasi adalah kegiatan sensus jenis bunga pada pokok induk. Sensus
tersebut dilaksanakan untuk mencatat jumlah bunga jantan, bunga betina, serta
bunga hermafrodit. Kegiatan yang dicatat setiap minggunya ini dilakukan untuk
mengamati pertumbuhan generatif pokok induk sehingga dapat memperkirakan
produktifitas pokok induk tersebut. Pada kebun induk kegiatan taksasi dapat
digunakan untuk mempersiapkan bunga jantan dan bunga betina yang akan
digunakan untuk bahan persilangan antar pokok induk dengan pokok lainnya
sebagai kegiatan pemuliaan kelapa sawit.
Pembuatan Piringan
Pohon induk harus bersih dari berbagai gangguan gulma agar
pertumbuhannya dapat optimal. Piringan merupakan kawasan bersih gulma,
1 hari 24 jam 1 tahun 365 hari piringan harus selalu bersih. Hal tersebut bertujuan
agar beberapa kegiatan baik itu perawatan, panen, pemupukan tidak terganggu
dengan gulma. Areal piringan disebut juga W0 atau 0% gulma tumbuh di areal
tersebut. Apabila areal piringan ditumbuhi gulma maka akan sulit bagi tenaga
pemupuk untuk menebar pupuk selain itu pada saat kegiatan pemanenan,
brondolan yang tertinggal akan tersangkut gulma sehingga akan menyebabkan
tumbuhnya bibit-bibit liar di sekitar pokok.
Pada kebun induk pembuatan piringan baru dibuat karena tanaman induk
baru tumbuh pada fase TBM 2. Piringan dibuat menggunakan metode manual
dengan menggunakan cangkul untuk membuat areal piringan tersebut. Jarak
antara batas terluar piringan dengan pokok berkisar 1-1.5 m dibuat melingkari
pokok tersebut. Areal piringan benar-benar dipastikan bersih dari gulma sehingga
pada tahap selanjutnya ketika gulma sudah kembali tumbuh hanya akan dilakukan
weeding chemist dengan menggunakan micron herbi sprayer (MHS). Hasil
kegiatan tertera pada Gambar 3.
14
(A)
(B)
Gambar 3 Hasil kegiatan pembuatan piringan. (A) pokok yang belum dibuat
piringan sekelilingnya, dan (B) pokok setelah dilakukan pembuatan
piringan di sekelilingnya
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan
pada perkebunan kelapa sawit. Tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman
memiliki keterbatasan untuk menyediakan unsur hara secara kontinyu bagi
tanaman. Perlunya penambahan unsur hara bagi tanaman dilakukan dengan
kegiatan pemupukan. Menurut Pahan (2006) pemupukan memiliki banyak
manfaat bagi tanaman salah satunya adalah meningkatnya kesuburan tanah yang
menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak
menguntungkan.
Perkebunan-perkebunan besar di Indonesia banyak menghabiskan
sebagian besar anggarannya (± 60%) untuk kegiatan pemupukan. Pelaksanaan
pemupukan dilakukan dengan memperhatikan lima tepat (5T) yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat mutu. Hal tersebut dilakukan guna
tercapainya efektivitas pemupukan di lapangan. Pemupukan di kebun induk MRC
dilakukan dua kali dalam setahun mengikuti jadwal pemupukan di kebun produksi
(estate) serta dilaksanakan oleh karyawan estate, karena lokasi kebun induk yang
berdekatan dengan kebun produksi.
Metode pemupukan yang dilaksanakan di kebun induk menyesuaikan
dengan metode estate kebun induk berada. Kebun induk yang berada di Teluk
Siak Estate (TSE) menggunakan metode pemupukan tanpa until artinya
pemupukan dilaksanakan dengan melangsir pupuk pada dua collection road yang
mengapit blok, lalu pupuk ditabur pada pokok dalam blok tersebut. Kebun induk
yang berada di Pinang Sebatang Estate (PSE) menggunakan metode until artinya
pupuk akan dibagi menjadi bagian kecil sesuai dengan dosis tiap pokok sebelum
dilaksanakan pemupukan. Metode penaburan pupuk pada pokok menggunakan
sistem membentuk huruf U atau U shape pada pokok yang berada ditengah,
membentuk huruf L/J pada pokok yang berada di tepi jalan, serta membentuk
angka 11 atau baris berganda pada pokok di tepian parit.
Pada tahun awal penanaman, pemupukan dilakukan oleh anggota
Departemen Breeding MRC. Berbeda dengan tahun kedua setelah tanam, di tahun
awal pemupukan dilaksanakan dengan frekuensi tiga bulan sekali. Hal ini
dikarenakan tanaman pada masa awal penanaman memerlukan unsur hara yang
lebih banyak untuk menstabilkan pertumbuhannya pasca pindah tanam. Dosis
15
yang digunakan 1 kg/pokok dengan pupuk ccm 25 serta ccm 44. Pada saat
kegiatan magang berlangsung penulis tidak melaksanakan kegiatan pemupukan di
kebun induk dikarenakan kebijakan perusahaan yang meniadakan kegiatan ini
mulai bulan Januari hingga bulan April.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit merupakan faktor
pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mengakibatkan
kematian pada tanaman. Hal ini sangat merugikan bagi perkebunan kelapa sawit.
Oleh karenanya hama dan penyakit tanaman haruslah dikendalikan agar tidak
sampai pada ambang batas ekonomi sehingga tidak merugikan bagi perusahaan.
Sebelum dilaksanakan pengendalian hal yang harus dilakukan adalah mengadakan
sensus terhadap populasi hama, apabila jumlah hama tersebut tidak mencapai
ambang batas ekonomi maka pengendalian dilakukan dengan penanaman
beneficial plant yaitu turnera subulata, andropogon sp., dan casia cobanensis
sebagai inang predator hama, dan apabila telah mencapai ambang batas ekonomi
maka dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan insektisida.
Hama yang banyak menyerang pokok kelapa sawit di kebun induk adalah
kumbang tanduk (Orictes rhinnoceros) dan ulat api (Setora nitens). Pengendalian
kumbang tanduk menggunakan insektisida dengan bahan aktif sipermetrin dengan
konsentrasi 50 ml/15 l air atau 0.3 %, sedangkan pengendalian ulat api
menggunakan insektisida dengan kandungan bahan aktif lamda sihalotrin dengan
konsentrasi
50 ml/15 l air atau 0.3 %. Aplikasi lamda sihalotrin untuk
mengendalikan ulat api menggunakan alat mist blower sprayer. Alat tersebut
mengubah cairan insektisida menjadi asap yang lalu diaplikasikan kepada pokok
yang terserang ulat api. Aplikasi dilakukan malam hari guna menjaga keamanan
dan kesehatan kerja, sebab di malam hari arah angin cenderung stabil. Kegiatan
pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.
(A)
(B)
Gambar 4 Kegiatan penyemprotan hama ulat
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI MINAMAS
RESEARCH CENTER, MINAMAS PLANTATION, RIAU
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Kebun
Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas
Research Center, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Muhamad Subhi Huzaifi
NIM A24090061
ABSTRAK
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI. Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas
Plantation, Riau. Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan SUWARTO.
Kegiatan magang ini secara umum bertujuan meningkatkan keterampilan
dan pengalaman dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial
dalam mengkoordinasikan karyawan. Secara khusus kegiatan magang ini
bertujuan untuk melakukan analisis vigor bibit kelapa sawit guna menghasilkan
deskripsi bibit bervigor yang lebih kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
vigor kekuatan tumbuh bibit (VKTbibit) dan stamina bibit. Kegiatan berlangsung
dari bulan Februari hingga Juni 2013 di Minamas Research Center (MRC)
PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. Metode yang
digunakan pada kegiatan magang yaitu (1) bekerja secara aktif di Departemen
Breeding MRC dan pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE) sebagai karyawan
harian lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten, (2) melakukan
wawancara dan diskusi langsung dengan para karyawan, mandor, asisten, dan
manajer, (3) studi pustaka sebagai bahan tambahan untuk analisis deskriptif.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji t-student, serta uji
korelasi. Data sekunder yang diperoleh berupa peta lokasi, luas lahan, keadaan
iklim dan tanah, populasi dasar, struktur organisasi, dan kondisi pertanaman.
Persentase hasil akhir kegiatan seleksi menunjukkan stok bibit jenis Socfindo dari
tiga blok yang diamati yakni sebesar 85.9%. Hasil analisis terhadap vigor bibit
melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh didapatkan bahwa bibit jenis Socfindo
yang ditanam di pembibitan PSE pada blok B6 memiliki VKTbibit tertinggi yaitu
sebesar 70% sedangkan blok A2 dan A3 memiliki VKTbibit sebesar 60%. Hasil
analisis terhadap vigor bibit melalui pendekatan stamina bibit didapatkan bahwa
untuk bibit bervigor jenis Socfindo yaitu 0.89 ± 0.31 m3. Hasil uji perbandingan
antar hasil analisis vigor bibit menyatakan bahwa perbandingan hasil analisis tiap
bloknya tidak berbeda nyata pada taraf uji α = 5%. Hal ini menunjukkan analisis
vigor secara kualitatif (seleksi) dan analisis vigor secara kuantitatif (V KTbibit dan
stamina bibit) memiliki hasil yang sama ketika digunakan, sehingga metode
VKTbibit dan stamina bibit dapat dinyatakan layak sebagai metode analisis vigor
bibit kelapa sawit.
Kata kunci: Minamas Research Center, seleksi, stamina bibit, vigor bibit
ABSTRACT
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI. Management of Mother Palm Garden and
Nursery of The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Minamas Research Center,
Minamas Plantation, Riau. Supervised by ABDUL QADIR and SUWARTO.
This internship program was aimed generally to improve skills and
experience in both technical aspect of oil palm planting and man management.
This program especially was aimed to analyze the vigourity of oil palm germ so
that can produce a more quantitative description of vigourous germ with the
approach of germ vigourity grow strength (VKTbibit) and germ stamina. This
program was conducted from February to June 2013 at Minamas Research Center
(MRC), PT Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. This program
used three methods (1) working actively in Breeding Department of MRC as daily
worker, co-mandor, and co-field assistant, (2) holding interviews and discussion
with workers, mandors, assistant, and manager, (3) book studying as additional
material for descriptive analysis. This analysis activity used the descriptive
analysis, t-student test, and correlation test. Secondary data consisted of site map,
areal broad, soil and climate condition, basic population, organization structure,
and plant condition. The last pecentation of selection, the Socfindo germ form
three blocks resulted 85.9%. The germ vigourity analysis with the approach of
germ vigourity grow strength resulted that the Socfindo type germs which were
planted in block B6 of PSE nursery had the highest VKT around 70%. Meanwhile
block A2 and A3 had VKT around 60%. The germ vigourity analysis with the
approach of germ stamina resulted for Socfindo type vigourous germ was
0.89 ± 0.31 m3. From the test of comparation between the result of vigourous
analysis resulted not different at the α test rate = 5%. From this we can concluded
that qualitative analysis (selection) as conventional method to anlysing vigourity
germ has a same result with the quantitative method (VKTbibit and germ stamina)
and feasible to use this as method to analysis germ vigourity.
Keywords: germ stamina, germ vigourity, Minamas Research Center, selection
PENGELOLAAN KEBUN INDUK DAN PEMBIBITAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI MINAMAS
RESEARCH CENTER, MINAMAS PLANTATION, RIAU
MUHAMAD SUBHI HUZAIFI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center,
Minamas Plantation, Riau.
Nama
: Muhamad Subhi Huzaifi
NIM
: A24090061
Disetujui oleh
Dr Ir Abdul Qadir, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Suwarto, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau. Skripsi ini merupakan
hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan di
Minamas Research Center, PT Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation,
Riau selama empat bulan dan hasil magang ini diajukan sebagai tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Drs H.M. Nurdin Azhary dan Dra N.Ida Rosida serta adikadikku Iqbal, Zaki, Rayhan, Ai dan seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan moril dan materil serta doa yang tulus kepada penulis.
2. Dr Ir Abdul Qadir, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi I dan
Dr Ir Suwarto, Msi sebagai dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pelaksanaan magang dan
penyusunan skripsi.
3. Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik atas
arahan dan masukannya selama penulis melaksanakan studi.
4. Dr Ir Hariyadi, MS selaku dosen penguji atas masukan, motivasi dan revisi
yang diberikan terhadap skripsi penulis.
5. PT Minamas Gemilang yang telah membantu penulis dalam memberikan
beasiswa selama kegiatan perkuliahan di IPB selama tiga tahun terakhir.
6. Rekan-rekan Agronomi 46 (Socrates) khususnya Resti Putri Septyani, Taufiq
Akbar, Gema N M, Andri Setiawan, Whan Ahmad Sabillah, Habib Husein,
Yan Pratama, Bina S, Bagindo, Jastri, Tri S, Hendito, Fajar, Bonifasius, Jorex,
Sukirman, Safitri, Luki, dan Bambang yang selalu memberikan dukungan
serta bantuannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.
7. Pak Yuares A Dharma Manajer Departemen Breeding MRC, Pak Aris dan
Pak Eko Asisten MRC, Pak Rahmat Asisten Bibitan PSE, Pak Cecep Mandor
Bibitan dan Pak Amin Mandor Breeding dan semuanya yang telah menjadi
tempat diskusi dan berbagi ilmu selama kegiatan magang berlangsung.
8. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Agronomi dan Hortikultura yang
telah memberikan bantuannya.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan secara langsung
maupun tidak langsung selama pelaksanaan studi, magang dan penyusunan
skripsi.
Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi mahasiswa atau sivitas akademik
Institut Pertanian Bogor khususnya dan semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Juni 2014
Muhamad Subhi Huzaifi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Magang
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Kelapa Sawit di Indonesia
2
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
3
Pembibitan Kelapa Sawit
4
Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
4
Abnormalitas Bibit Kelapa Sawit
5
METODE MAGANG
6
Waktu dan Tempat
6
Metode Pelaksanaan
6
Pengamatan dan Pengumpulan Data
7
Analisis Data dan Informasi
7
KEADAAN UMUM
8
Tentang Minamas Research Center (MRC)
8
Visi dan Sasaran Riset serta Tujuan
8
Letak Geografis dan Administratif
9
Keadaan Iklim dan Tanah
9
Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Induk
HASIL KEGIATAN MAGANG
10
10
Populasi Dasar
10
Kegiatan Kebun Induk
11
Pembibitan
22
ASPEK MANAJERIAL
31
PEMBAHASAN
33
Kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)
33
Kegiatan sebagai Pendamping Mandor
34
Kegiatan sebagai Pendamping Asisten
35
SIMPULAN DAN SARAN
40
Simpulan
40
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
51
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC)
Hasil analisis janjang (bunch analysis) pada pokok nomor 315
Hasil kegiatan yield recording tahun 2010 (umur tanaman 13 tahun)
Hasil kegiatan yield recording tahun 2011 (umur tanaman 14 tahun)
Hasil kegiatan yield recording tahun 2012 (umur tanaman 15 tahun)
Hasil pengamatan sensus vegetatif di kebun induk MRC
Hasil pengamatan kegiatan pengendalian gulma kimiawi
Hasil sensus bibit di pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE)
Prestasi kerja penulis, karyawan, dan standar yang ditetapkan
perusahaan
Hasil pengawasan kegiatan pengendalian gulma kimiawi
Persentase jumlah akhir sisa bibit hingga seleksi ke III
Hasil uji t-student hasil seleksi antar tiap blok bibit Socfindo
Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan
Hasil uji t-student perbandingan tinggi bibit di pembibitan PSE dengan
standar tinggi bibit umur 12 bulan
Hasil perhitungan VKTbibit blok sampel bibit Socfindo di pembibitan
Hasil perhitungan terhadap parameter stamina bibit
Hasil uji perbandingan antar hasil analisis vigor bibit
11
17
18
18
19
20
29
30
34
35
36
37
37
38
38
39
40
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ilustrasi stamina bibit pada bibit kelapa sawit
Kegiatan kastrasi dan sanitasi
Hasil kegiatan pembuatan piringan
Kegiatan penyemprotan hama ulat api di kebun induk
Pengambilan sampel di kebun induk untuk analisis tandan
Kegiatan sensus vegetatif pada pokok induk
Grafik korelasi hasil relative leaf area (RLA) dan jumlah tandan buah
Fruit typing
Hasil kegiatan penyerbukan buatan
Kondisi bibit lewat umur pada pembibitan MRC
7
13
14
15
16
20
21
21
22
23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta kebun induk Minamas Research Center (MRC)
2 Data curah hujan di Pinang Sebatang Estate (PSE)
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di
Minamas Research Center (MRC), Minamas Plantation
4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Minamas
Research Center (MRC), Minamas Plantation
5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Minamas
Research Center (MRC), Minamas Plantation
43
44
45
46
47
6 Bibit-bibit abnormal di pembibitan
48
7 Deskripsi varietas Socfindo
49
8 Data pengamatan stamina bibit di pembibitan Pinang Sebatang Estate
(PSE)
50
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas
penting perkebunan Indonesia. Tanaman penghasil minyak nabati ini bukan
tanaman asli asal Indonesia melainkan hasil introduksi dari Benua Afrika tepatnya
dari Negara Guinea. Tanaman ini tumbuh subur dan meluas hampir di seluruh
pulau di Indonesia. Pengelola perkebunan kelapa sawit berasal dari berbagai
macam stakeholders dari perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, hingga
perkebunan besar negara (Direktorat Jendral Perkebunan 2008).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 1995-2013 pertumbuhan luas areal
kelapa sawit mengalami kenaikan sebesar 120.7% dari 4.18 juta ha di tahun 2000
menjadi 9.23 juta ha pada tahun 2012, sedangkan angka produksi kelapa sawit
Indonesia mengalami kenaikan sebesar 245% dari 7 juta ton pada tahun 2000
menjadi 24.4 juta ton pada tahun 2012. Data tersebut menggambarkan besarnya
potensi perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan pada tahun 2006 Indonesia
menjadi negara produsen minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil)
terbesar di dunia.
Peningkatan luas areal penanaman kelapa sawit yang semakin tinggi
berbanding lurus dengan tingginya kebutuhan akan bibit kelapa sawit. Bibit
kelapa sawit merupakan investasi yang sebenarnya dari perusahaan perkebunan,
karena pokok yang akan ditanam sekarang akan menentukan generasi yang akan
datang (Pahan 2006). Bibit kelapa sawit digunakan sebagai bahan tanam awal
pembukaan perkebunan dan juga dibutuhkan untuk peremajaan kelapa sawit
(replanting).
Bibit yang baik dapat diperoleh dari pengelolaan pembibitan yang baik
pula. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun
sebelum penanaman (Lubis 2008). Bibit yang sehat, kuat, dan kokoh merupakan
ciri bibit yang bermutu. Bibit bermutu akan menjadi penentu keberhasilan
produksi tanaman kelapa sawit. Vigor bibit adalah salah satu indikator bibit
bermutu. Vigor merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat
tumbuh di lapangan dalam kondisi yang suboptimum (Sadjad 1993), sedangkan
viabilitas merupakan tolok ukur kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi
yang optimum. Viabilitas dapat disebut juga dengan daya tumbuh benih atau daya
kecambah benih.
Lazimnya vigor merupakan istilah yang digunakan dalam ruang lingkup
benih sama seperti halnya viabilitas, namun menurut Sadjad (1993) untuk
mengukur kekuatan tumbuh benih (VKT) dapat diindikasikan menggunakan vigor
bibit. Vigor bibit merupakan kemampuan benih menumbuhkan tanaman kuat di
lapangan yang disimulasi berdasarkan kekuatan tumbuh bibit. Bibit bervigor
memiliki kekuatan tumbuh (VKT) karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. Terdapat variabel lain yang dapat
digunakan untuk mengukur vigor bibit yaitu dengan menggunakan stamina bibit.
Menurut Sadjad (1993) stamina bibit merupakan variabel yang lebih informatif
bila dibandingkan dengan tinggi bibit.
2
Variabel dalam melihat vigor bibit di lapangan secara konvensional pada
perusahaan perkebunan kelapa sawit menggunakan kriteria-kriteria seleksi yang
telah ditentukan oleh kebijakan perusahaan. Analisis vigor bibit merupakan upaya
menilai keragaan bibit yang ada di lapangan selain menggunakan kriteria seleksi.
Analisis vigor berdasarkan standar pertumbuhan bibit di lapangan serta
berdasarkan stamina bibit merupakan metode yang lebih kuantitatif dibandingkan
dengan metode seleksi yang bersifat kualitatif.
Tujuan Magang
Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah meningkatkan keterampilan
dan pengalaman dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial
dalam mengkoordinasikan karyawan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah melakukan analisis vigor bibit
kelapa sawit guna mengetahui keadaan bibit yang ditanam di perusahaan baik dan
sesuai dengan standar bibit bermutu yang siap untuk ditanam di lapangan. Serta
menghasilkan deskripsi bibit bervigor yang lebih kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan vigor kekuatan tumbuh bibit (VKTbibit) dan stamina bibit.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan
unggul Indonesia. Tanaman ini merupakan introduksi dari Benua Afrika tepatnya
dari negara Guinea (pantai barat Afrika). Asal muasal tanaman ini sampai di
Indonesia adalah ketika masa penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda membawa
bibit kelapa sawit ke Indonesia untuk ditanam sebagai tanaman perkebunan,
karena Indonesia memiliki iklim tropis yang sesuai sebagai sarana tumbuh bagi
tanaman ini. Induk dari kelapa sawit yang dibawa ke Indonesia hingga saat ini
terdapat di Kebun Raya Bogor dan telah mencapai umur ratusan tahun
(Lubis 1992).
Sejarah kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkebunan di
Indonesia secara umum. Perkebunan Indonesia telah melewati sejarah yang
panjang. Menurut Pahan (2006) pada awalnya perkebunan merupakan sistem
perekonomian pertanian komersial yang bercorak kolonial yang dibawa oleh
bangsa Eropa khususnya Belanda pada saat masa penjajahan tahun 1600-1942,
pada periode itu banyak terjadi perubahan dari sistem perkebunan rakyat menjadi
perkebunan besar swasta. Pada zaman pendudukan Jepang sempat terhenti akibat
penurunan produksi (1942-1945), kemudian masa pemulihan perkebunan
(1945-1955) ditengah-tengah ketidakstabilan ekonomi Indonesia. Setelah periode
tersebut pada tahun 1956-1990 terjadi pengalihan atau nasionalisasi perkebunan
3
dari swasta ke PTP/PNP. Pada tahun 2000-2004 merupakan masa-masa
pembangunan perkebunan dan merupakan awal pelaksanaan Undang Undang
Perkebunan No.18 tahun 2004. Hingga sekarang Indonesia masih tercatat sebagai
negara produsen kelapa sawit atau minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan
jumlah luas areal lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit terluas di
dunia.
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaies guineensis Jacq.) termasuk anggota famili
Palmae yang merupakan golongan tanaman keras penghasil minyak nabati.
Berdasarkan taksonominya, tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam divisi
Tracheophita, kelas Angiospermeae, subkelas Monocotyledoneae, ordo
Cocoideae, famili Palmae, subfamili Elaeis, spesies Elaies guineensis Jacq.
(Corley 1976). Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting
penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati
(biodiesel).
Morfologi kelapa sawit terdiri dari kondisi batang, akar, tajuk, daun,
bunga, serta buahnya. Kondisi batang kelapa sawit berbentuk bulat memanjang
tanpa cabang, batang ini akan terus bertambah panjang sepanjang umur hidupnya.
Diameter batang antara 25-75 cm sedangkan tinggi dapat mencapai 10-11 m.
Perakaran tanaman serabut terdiri dari akar primer, akar sekunder, akar tertier, dan
akar kuarter. Tajuk tanaman kelapa sawit berbentuk membulat memiliki filotaksi
3/8 yang artinya tiga lingkaran dengan delapan daun. Daun berbentuk memanjang
dengan panjang dapat mencapai 5-7 m. Kelapa sawit merupakan tanaman
monoecious atau berumah satu, infloresens, terdiri dari bunga jantan dan betina
dalam satu pohon. Buah kelapa sawit merupakan buah batu yang sessile terdiri
atas tiga bagian yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara
5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1 500-4 000 mm,
temperatur optimal 24 oC-28 oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara
1-500 m di atas permukaan laut (dpl). Kelembaban optimum yang ideal untuk
tanaman sawit sekitar 80%-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk
membantu proses penyerbukan (Kiswanto et al. 2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik
kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara
sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5.0-5.5. Kelapa
sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik
dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas.
Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o
(Kiswanto et al. 2008).
4
Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Menurut Lubis (2008) sampai tahun 1963 pembibitan masih menggunakan
bibit tanam (field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan
kemudian ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah
tidak digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien.
Kemudian sistem pembibitan berkembang dengan menggunakan keranjang yang
terbuat dari bambu dan pelepah kelapa sawit. Namun kesukaran memperoleh
bambu dan pelepah serta keranjang yang cepat rusak menjadi kendala baru
sehingga sejak tahun 1965 keranjang diganti dengan dengan kantong plastik hitam
(black polythene). Setelah ditemukannya plastik tersebut mulai muncul dua sistem
pembibitan kelapa sawit yakni sistem langsung atau sistem pembibitan langsung
di lapangan dan sistem tidak langsung, pre nursery dan main nursery
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2008).
Tahapan pre nursery dilaksanakan pada saat awal tanam benih hingga
masa tumbuh benih umur 4 bulan. Kegiatan yang dilakukan pada saat tahapan ini
adalah persiapan plot, pengisian babybag, pemberian pupuk awal, penanaman
kecambah, penyiraman, perawatan, pemupukan tambahan, pengendalian OPT.
setelah empat bulan di prenursery bibit siap dipindah tanamkan ke main nursery
hinga mencapai umur bibit 12 bulan. Tahapannya adalah pengisian polybag,
pembuatan lubang tanam, transplanting, pemupukan, penyiraman, pengendalian
OPT, sensus, seleksi, pemberikan pupuk tambahan, konsolidasi bibit.
Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
Angka standar pertumbuhan bibit sangat diperlukan sebagai pelaksana
pembibitan guna melihat perkembangan pertumbuhan bibitnya. Menurut
Lubis (2008) bibit dapat hidup sendiri setelah umur tiga bulan dimana akar primer
dan sekunder telah terbentuk dan pada saat ini penggemukan batang sudah
dimulai. Daun berubah-ubah bentuknya dari lanceolate menjadi bifurcate dan
kemudian berbentuk pinnate pada umur 5-6 bulan. Fotosintesis dimulai pada umur
satu bulan yaitu ketika daun pertama telah terbentuk dan selanjutnya secara
berangsur-angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan makanan mulai
tergantikan.
Pertumbuhan bibit banyak dipengaruhi jenis persilangan, tindakan kultur
teknis, media tanah, jarak tanam, pemupukan, hama penyakit, dan penyiraman
(Lubis 2008). Beberapa standar pertumbuhan bibit dilihat dari beberapa
komponen: (1) tinggi tanaman yang diukur dari pangkal atau dasar batang sampai
keujung daun termuda yang telah kembang. Terlebih dahulu daun ditegakkan
keatas lalu diukur, (2) batang yang diukur dengan menggunakan kaliper sehingga
diameternya diperoleh atau dengan melilitkan tali pengukur sehingga dapat
diketahui lingkarannya, dan (3) jumlah daun yang dihitung dari banyaknya daun
yang sudah berkembang.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2008)
standar pertumbuhan bibit terbagi pada dua tahapan pembibitan. Standar
pertumbuhan bibit pada fase pre nursery adalah umur 3-4 bulan, jumlah daun
3.5-4.5 helai dalam keadaan sempurna, tinggi tanaman 20-25 cm, dan bebas dari
5
organisme pengganggu tanaman (OPT). Fase main nursery memiliki standar
pertumbuhan bibit yang baik sebagai berikut umur bibit 10-12 bulan, tinggi bibit
101.9-126.0 cm, jumlah daun 15.5-18.5 pelepah, diameter batang 5.5-6.0 cm,
warna daun dan pelepah hijau tua, serta bebas dari OPT.
Abnormalitas Bibit Kelapa Sawit
Tidak semua bibit yang disemaikan di pre nursery dan dipelihara di
pembibitan utama akan berkembang menjadi bibit yang unggul. Sekitar 25% dari
jumlah benih yang akan disemaikan akan diafkir dari pembibitan karena tumbuh
abnormal (Darmosarkoro et al. 2008). Keberadaan tanaman abnormal di lapangan
sangat merugikan. Hal ini dikarenakan pohon tersebut tidak dapat berproduksi,
dan bila berproduksi hanya 25-50% dari produksi tanaman normal. Jika di
lapangan dijumpai tanaman abnormal 5% maka kerugian produksi akan mencapai
lebih dari 4.42% (Lubis 2008). Pengamatan di Marihat pada tanaman 1958 dan di
Bah Jambi tanaman 1968 menunjukkan bahwa produksi tanaman abnormal hanya
61% dan 65% saja dari tanaman normal bahkan ada yang sama sekali tidak
berproduksi (Fauzy et al. 1999).
Salah satu cara untuk mengantisipasi abnormalitas bibit melalui
pelaksanaan seleksi yang ketat pada pembibitan sebelum dipindahtanamkan.
Menurut Lubis (2008) tindakan tegas sewaktu di pembibitan perlu dilakukan
seperti segera memusnahkan bibit yang dicurigai abnormal, memperketat
pengawasan terutama seleksi akhir dan memperkecil kerusakan sewaktu
pembongkaran, pengangkutan dan penanaman. Selain itu dianjurkan untuk
melakukan tindakan pembongkaran sejak dini terhadap pohon-pohon yang
diketahui abnormal di lapangan (Fauzy et al. 1999).
Timbulnya pohon abnormal dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
genetis dan faktor lingkungan. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor genetis
bersifat menetap dan diturunkan kepada generasi selanjutnya. Abnormalitas yang
disebabkan oleh faktor lingkungan bersifat sementara (Fauzy et al. 1999). Pada
tanaman kelapa sawit, abnormalitas dapat terjadi pada bagian vegetatif dan
generatif keadaan ini dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan, sifat genetis
tanaman atau keduanya. Abnormalitas yang disebabkan oleh keadaan lingkungan
pada umumnya dapat diperbaiki atau dicegah melalui tindakan kultur teknis,
seperti pemupukan sedangkan abnormalitas yang disebabkan oleh sifat genetis
sulit untuk diperbaiki (Fauzy et al. 1999).
Abnormalitas yang disebabkan secara genetis dapat terjadi karena
beberapa hal, salah satu diantaranya adalah proses inbreeding. Gejala
abnormalitas ini dapat dilihat pada tanaman dengan ciri-ciri kaku, merunduk,
terputar, memiliki rachis pendek atau panjang, dan kerdil. Ciri-ciri itu umumnya
ditemui ditahap pembibitan gejalanya yakni bergaris putih (chimere), memiliki
anakan (vivipary), steril, dan bercak oranye (orange spotting) (Fauzy et al. 1999).
Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor lingkungan disebut
abnormalitas accidental. Abnormalitas ini masih memungkinkan untuk diperbaiki.
Abnormalitas accidental terjadi dikarenakan oleh faktor manusia dan faktor
lingkungan itu sendiri. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor manusia
diantaranya, terbakarnya daun-daun pada tanaman dan pelukaan pada akar serta
batang tanaman. Abnormalitas ini terjadi karena kekeliruan kultur teknis, antara
6
lain kesalahan pemupukan, kesalahan penanaman, dan drainase yang buruk.
Faktor lingkungan yang menyebabkan abnormalitas antara lain banjir, angin
keras, kebakaran, naungan, dan gangguan hama dan penyakit (Fauzy et al. 1999).
Menurut Lubis (2008) abnormalitas juga dapat terjadi karena: (1) salah tanam
seperti terbalik, terlalu dalam atau dangkal, (2) tanah terlalu padat hingga akar
sulit terbentuk, (3) tanah bercampur batu, kayu, dan lain-lain karena tidak
disaring, (4) kurang pelindung terbakar karena kekeringan, (5) kurang siram atau
tergenang atau akar busuk karena ada kantong air pada kantongan, (6) tanah
terlalu penuh hingga akar terbongkar, pupuk hanyut, dan air tidak terserap tanah,
(7) gangguan hama dan penyakit, (8) salah pupuk, terkena serangan hama, dan
keracunan pestisida, (9) jarak tanam terlalu rapat, (10) tanahnya kurang sesuai
terlalu asam (peat=gambut), dan (11) air penyiraman kurang baik (asin dan
mengandung racun).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di Minamas Research Center (MRC)
PT. Anugerah Sumber Makmur, Minamas Plantation, Riau. Kegiatan ini
dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Februari 2013 dan berakhir
pada bulan Juni 2013.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada kegiatan magang yaitu (1) bekerja secara
aktif di Departemen Breeding MRC dan pembibitan Pinang Sebatang Estate (PSE)
sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor
selama satu bulan, dan pendamping asisten selama dua bulan, (2) melakukan
wawancara dan diskusi langsung dengan para karyawan, mandor, asisten serta
manajer, dan (3) studi pustaka sebagai bahan tambahan untuk analisis deskriptif.
Kegiatan sebagai KHL meliputi persiapan areal pre nursery, penanaman
kecambah, persiapan areal main nursery, transplanting bibit dari pre nursery ke
main nursery, pengendalian gulma, dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT). Data yang didapatkan adalah prestasi kerja selama melaksanakan
kegiatan magang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang
didukung dengan hasil studi pustaka serta wawancara dan diskusi langsung
dengan berbagai sumber.
Kegiatan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan dan
pengkoordinasian kegiatan karyawan serta membantu dalam pembuatan buku
kegiatan mandor (BKM). Data yang diperoleh adalah data hasil pengawasan
terhadap prestasi kerja karyawan serta efisiensi penggunaan bahan kimia dalam
kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi. Analisis data dilaksanakan
menggunakan uji korelasi serta analisis deskriptif yang didukung dengan hasil
studi pustaka dan wawancara serta diskusi langsung dengan mandor dan asisten.
7
Kegiatan sebagai pendamping asisten meliputi pengawasan kegiatan
karyawan di kebun induk MRC dan pembibitan PSE, membantu pengolahan data
hasil pengamatan di lapangan maupun laboratorium, mendampingi asisten dalam
memimpin lingkaran pagi, dan mempelajari administrasi tingkat divisi. Kegiatan
khusus pada saat menjadi pendamping asisten adalah pengukuran data primer di
pembibitan sebagai bahan analisis untuk mencapai tujuan khusus kegiatan magang
ini.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan pada saat umur bibit berkisar 10-12 bulan, hal ini
dilaksanakan karena pada umur tersebut kondisi bibit telah mencapai bentuk
sempurna, sehingga perhitungan akan lebih cermat dan tepat. Jumlah tanaman
sampel yang diamati adalah 60 tanaman yang berasal dari tiga blok yang berbeda,
masing-masing blok terdiri dari 20 tanaman sampel. Variabel yang diukur adalah
tinggi bibit (cm) yang dihitung dari pangkal batang hingga ujung daun yang
dikuncupkan dan lebar tajuk bibit (cm) yang dihitung berdasarkan lebar antar
daun terluar bibit. Data yang diperoleh digunakan untuk menganalisis vigor bibit
melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh (VKTbibit) dan stamina bibit.
Analisis vigor melalui pendekatan vigor kekuatan tumbuh dihitung
menggunakan rumus VKTbibit yang kemudian dibandingkan dengan standar
pertumbuhan bibit. Rumus VKTbibit menurut Sadjad (1993) adalah sebagai berikut:
VKTbibit =
umlah i it kuat
Total i it
x 100%
sedangkan analisis vigor bibit dengan pendekatan stamina bibit dihitung
menggunakan rumus bangun ruang volume bola yang memiliki dua jari-jari (r)
yang berbeda yaitu jari-jari mayor dan jari-jari minor. Jari-jari mayor merupakan
hasil pengamatan setengah tinggi bibit sedangkan jari-jari minor merupakan
setengah lebar tajuk bibit. Rumus volume bola adalah :
Volume bola = ¾ x π x (r minor)2 x r mayor
sehingga rumus stamina bibit dalam kegiatan khusus magang ini yang telah
disesuaikan dengan metode pengamatan yang dilakukan adalah:
Stamina bibit = ¾ x 22/7 x (Lebar tajuk bibit)2 x Tinggi bibit
Ilustrasi untuk stamina bibit dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Ilustrasi stamina bibit pada bibit kelapa sawit
8
Analisis Data dan Informasi
Analisis data yang digunakan pada kegiatan khusus tersebut dilakukan
menggunakan uji t-student untuk membandingkan tinggi bibit di pembibitan
dengan standar pertumbuhan bibit juga untuk membandingkan hasil analisis
kualitatif (seleksi) dengan kuantitatif (VKTbibit dan stamina bibit). Uji korelasi
digunakan untuk mengkorelasikan tinggi bibit dengan hasil stamina bibit.
Data sekunder didapatkan dari laporan manajerial harian, bulanan maupun
tahunan yang berupa peta lokasi, luas lahan, keadaan iklim dan tanah, populasi
dasar, organisasi, dan kondisi pertanaman.
KEADAAN UMUM
Tentang Minamas Research Center (MRC)
Minamas Research Center (MRC) adalah pusat penelitian kelapa sawit
dibawah naungan PT. Anugerah Sumber Makmur, PT. Minamas Gemilang.
Dahulu pusat riset ini merupakan unit yang dimiliki oleh PT. Salim Indo
Plantation. Namun setelah terjadinya take over pemindahan kepemilikan baik itu
hak guna usaha (HGU) kebun-kebun dari PT. Salim ke PT. Minamas pada tahun
1997-1998 serta sarana penunjang lainnya, maka pusat riset pun ikut serta
berpindah tangan ke PT. Minamas Gemilang dan diberi nama “Minamas Research
Center”. Pada tahun 2005 terjadi perombakan kepengurusan manajemen maupun
staf-staf yang bekerja didalamnya. Staf-staf dari kebun minamas sendiri yang
memiliki kemampuan lebih dalam hal riset direkrut untuk melanjutkan tongkat
estafet perjalanan riset ini, selain itu beberapa jajaran manajer pun direkrut dari
pihak eksternal minamas untuk mempertajam kemampuan riset staf serta
karyawan yang berada didalamnya.
Aktifitas di MRC bergerak dalam bidang riset maupun jasa dan terbagi
kedalam tujuh aktivitas utama yaitu penelitian kelapa sawit (oil palm research),
penelitian perlindungan tanaman (crop protection research), penelitian pembiakan
tanaman (plant breeding research), jasa penelitian dan pengembangan
(R&D services), statistik dan pengolahan data (stats & data processing),
laboratorium jasa (laboratory services), dan pelatihan teknis (technical training).
Tujuh aktifitas utama itu dilaksanakan oleh sekitar 20 orang staf dengan lebih dari
60 personil pendukung.
Visi dan Sasaran Riset serta Tujuan
Sebagai sebuah lembaga yang berdiri untuk keperluan pengembangan
penelitian kelapa sawit maka MRC memiliki visi, sasaran riset, serta tujuan yang
menjadi pedoman pergerakan aktifitas utama. Visi MRC yaitu menjadi pusat riset
yang unggul dan diakui dalam inovasi dan teknologi, sedangkan sasaran risetnya
yaitu untuk melakukan penelitian dan pengembangan kelapa sawit dan untuk
9
menyediakan keahlian teknis yang strategis untuk tingkatkan hasil dan
keuntungan.
Tujuan riset terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan bidang
penelitiannya. Tujuan bidang penelitian kelapa sawit melakukan penelitian untuk
mengurangi masalah agronomi untuk peningkatan hasil. Tujuan bidang penelitian
perlindungan tanaman melakukan penelitian untuk mengurangi kerugian hasil
tanaman dari serangan hama dan penyakit. Tujuan bidang penelitian pembiakan
tanaman melakukan penelitian untuk menyediakan bibit kelapa sawit yang
menghasilkan produksi tinggi. Tujuan bidang jasa penelitian dan pengembangan
menyediakan jasa konsultsi teknis untuk peningkatan hasil. Tujuan bidang statistik
dan pengolahan data menyediakan data manajemen, analisa, dan pengolahan data.
Tujuan bidang laboratorium jasa menyediakan dukungan analitis untuk penelitian
dan rekomendasi teknis. Tujuan bidang pelatihan teknis menyediakan pelatihan
untuk meningkatkan mutu kemampuan teknis di tingkat staf internal dan
eksternal.
Letak Geografis dan Administratif
Minamas Research Center (MRC) berada di Kecamatan Tualang,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Terletak dekat dengan ibukota provinsi Pekanbaru
sekitar ± 40 km. Terdapat tiga estate yang berdampingan dengan MRC dibawah
naungan PT. Aneka Inti Persada yakni Aneka Persada Estate, Teluk Siak Estate,
serta Pinang Sebatang Estate. Letak geografis MRC berada dikoordinat
0° 32' 25"-0° 35' 24" LS dan 101° 34' 30"-101° 39' 21" LU. Ketinggian tempat
sekitar ± 52 m dpl dengan suhu berkisar antara 28 °C-32 °C. Peta kebun induk
MRC dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah
Minamas Research Center (MRC) memiliki kebun induk yang terletak
pada dua estate yang berbeda yaitu Teluk Siak Estate (TSE) dan Pinang Sebatang
Estate (PSE). Kebun induk yang terletak di TSE secara umum memiliki curah
hujan tahunan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Tercatat
pada periode 2007-2011 curah hujan tahunan berkisar antara 2 048-2 743 mm,
curah hujan rata-rata tahunannya adalah 2 454 mm. Hari hujan rata-rata
tahunannya adalah 154 hari. Suhu udara harian di TSE antara 20 ºC-35 ºC.
Kelembaban udara rata-rata mencapai 80%. Lama penyinaran matahari di kebun
maksimal 12 jam/hari. Terletak pada 10-100 m dpl. Bentuk topogafi adalah datar
(flat) kemiringan 0-4%, bergelombang (undulating) kemiringan 4-12%, dan
berbukit (hilly) kemiringan 12-38%. Jenis tanah TSE adalah ultisol yang berasal
dari bahan induk alluvial dengan tekstur liat berpasir (sandy clay).
Kebun induk yang berada di PSE memiliki curah hujan rata-rata dari tahun
2002 sampai 2011 sebesar 2 128 mm/tahun. Curah hujan tertinggi umumnya
terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata 232 mm/bulan (Lampiran 2).
Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson kondisi iklim di Pinang Sebatang Estate
termasuk dalam klasifikasi iklim A yaitu daerah sangat basah karena dengan
10
rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering (BK) 1 bulan
maka didapatkan nilai Q sebesar 10%. Ketentuan tipe iklim A pada ketetapan
Schmidth-Ferguson adalah 0.5%-14.3%. Jenis tanah di PSE memiliki jenis yang
sama dengan di TSE yaitu tanah ultisol.
Keadaan Tanaman dan Produksi Kebun Induk
Tanaman kelapa sawit yang ada di kebun induk MRC merupakan tanaman
yang diperuntukkan sebagai bahan penelitian pembiakan dan pemuliaan kelapa
sawit guna mencari pokok induk yang unggul baik dari segi produktivitas, kualitas
minyak, keragaaan tanaman yang mampu tahan terhadap cekaman lingkungan
maupun hama dan penyakit. Kebun induk berada di dua lokasi yaitu di kebun
Pinang Sebatang Estate yang merupakan tanaman tahun tanam 1997 dan 2010
serta di kebun Teluk Siak Estate yang ditanam tahun tanam 2010. Pada tanaman
yang ditanam tahun 1997 tetua betina merupakan jenis Deli Dura sedangkan tetua
jantannya merupakan Psifera AVROS. Tanaman tahun tanam 2010 memiliki tetua
betina berasal dari Kamerun yang berjenis Dura sedangkan tetua jantannya
merupakan Psifera berasal dari Angola. Semua tanaman yang telah berproduksi
hasilnya dipanen oleh estate tempat kebun induk berada dikarenakan hasil belum
dimanfaatkan untuk dijadikan benih.
HASIL KEGIATAN MAGANG
Departemen Breeding di Minamas Research Center (MRC) merupakan
salah satu departemen riset yang berada dibawah naungan PT. Anugerah Sumber
Makmur, Minamas Plantation. Departemen ini mengelola riset untuk bagian
pemuliaan tanaman. Tujuan pemuliaan tanaman ini adalah untuk mendapatkan
pokok tanaman unggul baik dalam hal produksi maupun kualitas minyak yang
akan dijadikan tanaman induk penghasil bahan tanam. Selain itu pemuliaan
tanaman kelapa sawit ditujukan untuk mendapatkan varietas baru yang memiliki
beberapa sifat unggul tanaman seperti petumbuhan yang homogen, toleran
terhadap berbagai macam penyakit dan kekeringan. Seluruh kegiatan magang
terangkum dalam jurnal kegiatan magang yang terdapat pada Lampiran 3,4, dan 5.
Populasi Dasar
Kegiatan penelitian di Departemen Breeding memiliki tujuan untuk
mengevaluasi pokok induk baru dan produksi benih melalui pengujian progeni.
Populasi progeni yang digunakan pada penelitian yaitu Deli Dura serta AVROS
(Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra) Psifera.
Perlakuan serta populasi dasar yang digunakan pada penelitian tertera pada
Tabel 1.
11
Tabel 1 Populasi dasar kebun induk Minamas Research Center (MRC)
No progeny
No blok
No famili
Tipe
Pedigree
No pokok
1
C1
IM87
DXP
Deli Dura X AVROS
36
2
C2
IM88
DXP
Deli Dura X AVROS
36
3
C3
IM89
DXP
Deli Dura X AVROS
36
4
C4
IM90
DXP
Deli Dura X AVROS
36
5
C5
IM91
DXP
Deli Dura X AVROS
36
6
C6
IM92
DXP
Deli Dura X AVROS
36
7
C7
IM93
DXP
Deli Dura X AVROS
36
8
C8
IM94
DXP
Deli Dura X AVROS
36
9
C9
IM95
DXP
Deli Dura X AVROS
36
10
C10
IM96
DXP
Deli Dura X AVROS
36
11
C15
IM97
DXP
Deli Dura X AVROS
36
12
C16
IM98
DXP
Deli Dura X AVROS
36
13
C17
IM99
DXP
Deli Dura X AVROS
36
14
C18
IM100
DXP
Deli Dura X AVROS
36
15
C19
IM101
DXP
Deli Dura X AVROS
36
16
C20
IM102
DXP
Deli Dura X AVROS
36
17
C21
IM103
DXP
Deli Dura X AVROS
36
18
C22
IM104
DXP
Deli Dura X AVROS
36
19
C23
IM105
DXP
Deli Dura X AVROS
36
20
C24
IM106
DXP
Deli Dura X AVROS
36
21
C25
IM107
DXP
Deli Dura X AVROS
36
22
C26
IM108
DXP
Deli Dura X AVROS
36
23
C28
IM109
DXP
Deli Dura X AVROS
36
24
C29
IM110
DXP
Deli Dura X AVROS
36
25
C30
IM111
DXP
Deli Dura X AVROS
36
26
C31
IM112
DXP
Deli Dura X AVROS
36
Sumber: Departemen Breeding MRC (2009)
Kegiatan Kebun Induk
Kegiatan kebun induk di Departemen Breeding tidak jauh berbeda dengan
kebun-kebun produksi, namun ada beberapa kegiatan khusus yang
membedakannya yaitu kegiatan yang lebih spesifik yang bertujuan untuk
mengetahui dan mengamati perkembangan pohon induk (mother plant). Produksi
(jumlah buah), perkembangan vegetatif, mutu minyak merupakan beberapa
parameter yang diamati dari kegiatan khusus tersebut. Kegiatan magang selama
seminggu awal adalah melaksanakan orientasi magang serta beberapa hari turun
12
ke lapangan untuk melihat dan mengamati secara langsung setelah dua bulan
melaksanakan kegiatan di pembibitan. Kegiatan-kegiatan yang terdapat di kebun
induk Departemen Breeding adalah sebagai berikut:
Kastrasi dan Sanitasi
Kastrasi merupakan kegiatan membuang bunga betina yang telah dibuahi
namun belum merupakan buah yang layak untuk dipanen, karena kualitas minyak
masih kurang baik dan belum termasuk didalam kriteria panen. Kastrasi
dilaksanakan
pada
tahun-tahun
pertama
kelapa
sawit
ditanam
(Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)) atau biasa disebut dengan pembuangan
buah pasir. Bunga yang difokuskan untuk dikastrasi hanya bunga betina. Tujuan
utama kastrasi adalah untuk memusatkan hasil fotosintesis pada pertumbuhan
vegetatif. Pada fase awal pertumbuhan tanaman, fase pertumbuhan vegetatif
merupakan fase yang sangat penting bagi tanaman agar tanaman dapat tumbuh
kokoh dan memiliki keragaan tumbuh yang baik sehingga memiliki ketahanan
terhadap iklim dan cuaca yang ekstrim.
Kegiatan kastrasi di kebun induk dilaksanakan oleh karyawan harian dan
diawasi oleh mandor. Setiap karyawan mengerjakan tugas kastrasi sesuai dengan
basis (target kerja) kastrasi per hari kerja (HK). Basis HK-1 karyawan adalah
130 bunga tandan-1 pada hari Senin- um’at, sedangkan pada hari Sa tu karyawan
dibebani basis 100 bunga tandan-1.
Sanitasi merupakan kegiatan pembersihan pokok kelapa sawit dan
sekitarnya dari buah busuk serta brondolan tinggal hasil kastrasi yang tertinggal di
piringan. Tujuan pelaksanaan sanitasi adalah agar mempermudah dalam
pemeliharaan serta pengendalian gulma di lapangan. Kegiatan sanitasi wajib
dilakukan untuk menghindari tertinggalnya brondolan buah sawit yang apabila
tidak dibersihkan akan memunculkan bibit-bibit liar di sekitar pokok sawit utama
dan tentu saja akan mengganggu pertumbuhan pokok utama. Kegiatan ini
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kastrasi untuk tujuan efektivitas jam
kerja karyawan.
Tahapan kegiatan kastrasi dan sanitasi dimulai dengan membuang bunga
betina yang telah dibuahi maupun buah yang telah membusuk. Cara pembuangan
bunga/buah tersebut dengan menggunakan alat dodos, setelah buah jatuh dari
pokok lalu buah dimasukkan kedalam kereta dorong (angkong) untuk dibawa ke
tempat pengumpulan hasil (TPH), dan tidak lupa karyawan mengutip brondol.
Buah yang telah terkumpul di TPH akan dipilah antara yang matang dengan yang
busuk. Buah matang akan dibawa ke pabrik sedangkan buah busuk dibuang ke
tempat sampah. Hasil kegiatan tertera pada Gambar 2.
13
(A)
(B)
Gambar 2 Kegiatan kastrasi dan sanitasi. (A) karyawan memanen buah pasir pada
salah satu pokok induk, dan (B) kegiatan sanitasi di kebun induk MRC
Taksasi
Taksasi adalah kegiatan sensus jenis bunga pada pokok induk. Sensus
tersebut dilaksanakan untuk mencatat jumlah bunga jantan, bunga betina, serta
bunga hermafrodit. Kegiatan yang dicatat setiap minggunya ini dilakukan untuk
mengamati pertumbuhan generatif pokok induk sehingga dapat memperkirakan
produktifitas pokok induk tersebut. Pada kebun induk kegiatan taksasi dapat
digunakan untuk mempersiapkan bunga jantan dan bunga betina yang akan
digunakan untuk bahan persilangan antar pokok induk dengan pokok lainnya
sebagai kegiatan pemuliaan kelapa sawit.
Pembuatan Piringan
Pohon induk harus bersih dari berbagai gangguan gulma agar
pertumbuhannya dapat optimal. Piringan merupakan kawasan bersih gulma,
1 hari 24 jam 1 tahun 365 hari piringan harus selalu bersih. Hal tersebut bertujuan
agar beberapa kegiatan baik itu perawatan, panen, pemupukan tidak terganggu
dengan gulma. Areal piringan disebut juga W0 atau 0% gulma tumbuh di areal
tersebut. Apabila areal piringan ditumbuhi gulma maka akan sulit bagi tenaga
pemupuk untuk menebar pupuk selain itu pada saat kegiatan pemanenan,
brondolan yang tertinggal akan tersangkut gulma sehingga akan menyebabkan
tumbuhnya bibit-bibit liar di sekitar pokok.
Pada kebun induk pembuatan piringan baru dibuat karena tanaman induk
baru tumbuh pada fase TBM 2. Piringan dibuat menggunakan metode manual
dengan menggunakan cangkul untuk membuat areal piringan tersebut. Jarak
antara batas terluar piringan dengan pokok berkisar 1-1.5 m dibuat melingkari
pokok tersebut. Areal piringan benar-benar dipastikan bersih dari gulma sehingga
pada tahap selanjutnya ketika gulma sudah kembali tumbuh hanya akan dilakukan
weeding chemist dengan menggunakan micron herbi sprayer (MHS). Hasil
kegiatan tertera pada Gambar 3.
14
(A)
(B)
Gambar 3 Hasil kegiatan pembuatan piringan. (A) pokok yang belum dibuat
piringan sekelilingnya, dan (B) pokok setelah dilakukan pembuatan
piringan di sekelilingnya
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan
pada perkebunan kelapa sawit. Tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman
memiliki keterbatasan untuk menyediakan unsur hara secara kontinyu bagi
tanaman. Perlunya penambahan unsur hara bagi tanaman dilakukan dengan
kegiatan pemupukan. Menurut Pahan (2006) pemupukan memiliki banyak
manfaat bagi tanaman salah satunya adalah meningkatnya kesuburan tanah yang
menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak
menguntungkan.
Perkebunan-perkebunan besar di Indonesia banyak menghabiskan
sebagian besar anggarannya (± 60%) untuk kegiatan pemupukan. Pelaksanaan
pemupukan dilakukan dengan memperhatikan lima tepat (5T) yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat mutu. Hal tersebut dilakukan guna
tercapainya efektivitas pemupukan di lapangan. Pemupukan di kebun induk MRC
dilakukan dua kali dalam setahun mengikuti jadwal pemupukan di kebun produksi
(estate) serta dilaksanakan oleh karyawan estate, karena lokasi kebun induk yang
berdekatan dengan kebun produksi.
Metode pemupukan yang dilaksanakan di kebun induk menyesuaikan
dengan metode estate kebun induk berada. Kebun induk yang berada di Teluk
Siak Estate (TSE) menggunakan metode pemupukan tanpa until artinya
pemupukan dilaksanakan dengan melangsir pupuk pada dua collection road yang
mengapit blok, lalu pupuk ditabur pada pokok dalam blok tersebut. Kebun induk
yang berada di Pinang Sebatang Estate (PSE) menggunakan metode until artinya
pupuk akan dibagi menjadi bagian kecil sesuai dengan dosis tiap pokok sebelum
dilaksanakan pemupukan. Metode penaburan pupuk pada pokok menggunakan
sistem membentuk huruf U atau U shape pada pokok yang berada ditengah,
membentuk huruf L/J pada pokok yang berada di tepi jalan, serta membentuk
angka 11 atau baris berganda pada pokok di tepian parit.
Pada tahun awal penanaman, pemupukan dilakukan oleh anggota
Departemen Breeding MRC. Berbeda dengan tahun kedua setelah tanam, di tahun
awal pemupukan dilaksanakan dengan frekuensi tiga bulan sekali. Hal ini
dikarenakan tanaman pada masa awal penanaman memerlukan unsur hara yang
lebih banyak untuk menstabilkan pertumbuhannya pasca pindah tanam. Dosis
15
yang digunakan 1 kg/pokok dengan pupuk ccm 25 serta ccm 44. Pada saat
kegiatan magang berlangsung penulis tidak melaksanakan kegiatan pemupukan di
kebun induk dikarenakan kebijakan perusahaan yang meniadakan kegiatan ini
mulai bulan Januari hingga bulan April.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit merupakan faktor
pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mengakibatkan
kematian pada tanaman. Hal ini sangat merugikan bagi perkebunan kelapa sawit.
Oleh karenanya hama dan penyakit tanaman haruslah dikendalikan agar tidak
sampai pada ambang batas ekonomi sehingga tidak merugikan bagi perusahaan.
Sebelum dilaksanakan pengendalian hal yang harus dilakukan adalah mengadakan
sensus terhadap populasi hama, apabila jumlah hama tersebut tidak mencapai
ambang batas ekonomi maka pengendalian dilakukan dengan penanaman
beneficial plant yaitu turnera subulata, andropogon sp., dan casia cobanensis
sebagai inang predator hama, dan apabila telah mencapai ambang batas ekonomi
maka dilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan insektisida.
Hama yang banyak menyerang pokok kelapa sawit di kebun induk adalah
kumbang tanduk (Orictes rhinnoceros) dan ulat api (Setora nitens). Pengendalian
kumbang tanduk menggunakan insektisida dengan bahan aktif sipermetrin dengan
konsentrasi 50 ml/15 l air atau 0.3 %, sedangkan pengendalian ulat api
menggunakan insektisida dengan kandungan bahan aktif lamda sihalotrin dengan
konsentrasi
50 ml/15 l air atau 0.3 %. Aplikasi lamda sihalotrin untuk
mengendalikan ulat api menggunakan alat mist blower sprayer. Alat tersebut
mengubah cairan insektisida menjadi asap yang lalu diaplikasikan kepada pokok
yang terserang ulat api. Aplikasi dilakukan malam hari guna menjaga keamanan
dan kesehatan kerja, sebab di malam hari arah angin cenderung stabil. Kegiatan
pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.
(A)
(B)
Gambar 4 Kegiatan penyemprotan hama ulat