7
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II dalam penelitian ini membahas kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Teori
Kajian  teori  membahas  tentang  tes  hasil  belajar,  konstruksi  tes  hasil  belajar, pengembangan tes hasil belajar taksonomi Bloom.
1. Tes Hasil Belajar
Menurut Sulistyorini, 2009: 87 tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Suatu cara
dalam  penilaian  yang  berbentuk  tugas  yang  wajib  dikerjakan  siswa  dengan tujuan  mendapat  data  tentang  nilai  dan  prestasi  siswa  Suwandi,  2010:  39.
Berdasar  pendapat  beberapa  ahli  diatas  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  tes adalah suatu alat pengumpul data yang resmi berbentuk tugas wajib dikerjakan.
Hasil  belajar  adalah  respon  yang  baru  berupa  tingkah  laku Sulistyorini,  2009:  10.  Hasil  belajar  sendiri  dapat  berbentuk  nilai  atau  karya
yang dapat mengukur penampilan seseorang Purwanto: 2009: 56. Berdasarkan  beberapa  ahli  dapat  disimpulkan  bahwa  tes  hasil  belajar
suatu  alat  yang  sah  untuk  mengetahui  nilai  atau  kemampuan  sesuai  tingkah laku.
8 a
Ciri-ciri tes Ada  beberapa  ciri  yang  harus  dipenuhi  oleh  suatu  tes  yang  baik.  Valid
berarti    sesuai  dan  dapat  dikatakan  valid  jika  tes  sesuai  yang  dituju.  Sehingga memberi  informasi  jika  tes  tersebut  mencapai  tujuan.  Tes  tersebut  dapat
memberi  gambaran  mengenai  suatu  yang  diinginkan  Sulistiyorini,  2009:  161- 167.  Jadi  dapat  dijelaskan  suatu  item  yang  valid  merupakan  item  yang  dapat
memberi  informasi  bahwa  item  tersebut  telah  mencapai  tujuan  dari  tes. Reliabilitas, tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut tetap tidak menunjukan
perubahan-perubahan yang berarti. Alat  ukur  harus  disusun  sedemikian  rupa  sehingga  dapat  menunjukan
perbedaan  secara  teliti  dengan  adanya  daya  pembeda.  Tingkat  kesukaran  soal harus  diperhatikan  juga  sehingga  dapat  menentukan  mudah,  sedang,  dan  sukar
pada  soal.  Besar  kecilnya  tingkat  kesukaran  soal  tidak  ada  yang  mutlak. Biasanya  soal  mudah  dan  sukar  lebih  sedikit  dibanding  dengan  soal  sedang.
Namun  biasanya  soal  mudah  dan  sukar  sama  banyaknya  Arifin,  2009:  97. Pada  soal  pilihan  ganda  ada  alternatif  jawaban  atau  pengecoh.  Soal  yang  baik
membuat  peserta  didik  yang  menjawab  salah  akan  memilih  secara  merata. Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  pengecoh  memiliki  peran  penting  dalam
soal pilihan ganda. b
Jenis Tes
9 Menurut Sulistyorini 2009: 89, tes ditinjau dari bentuk soal, dibedakan
menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes subjektif. 1.
Tes Obyektif Tes  obyektif  juga  disebut  short  answer  tes  atau  tes  jawab  singkat.
Biasanya  tes  obyektif  berada  pada  soal  essay  karena  hanya  menjawab pertanyaan dengan jawab singkat  Sulistyorini, 2009:  89. Tes ini juga disebut
tes dikotomi  karena jawaban hanya benar dan salah serta memiliki skor 0 atau 1.  Dikatakan  tes  obyektif  karena  penilaian  bersifat  obyektif  dimana  siapapun
yang mengoreksi hasilnya akan sama karena kunci jawaban jelas. Jenis  tes  obyektif  yang  biasanya  digunakan  adalah  tes  jawaban  benar-
salah true-false. Tes benar salah merupakan tes berupa pernyataan-pernyataan ada benar dan salah. Peserta didik diminta memilih pernyataan-pernyataan yang
ada.  Tes  ini  dapat  berfungsi  untuk  mengukur  kemampuan  peserta  didik  dalam membedakan  antara  fakta  dan  pendapat.  Tes  benar  salah  memiliki  kelebihan
seperti mencakup bahan yang luas, pertanyaan singkat dan tidak membutuhkan tempat  yang  banyak,  mudah  menyususun,  dapat  digunakan  berkali-kali,  dan
pengerjaan mudah dimengerti. Tes pilihan ganda multiple choice tes yang jawabanya dapat memilih
alternatif  jawaban  yang  disediakan  Mardapi,  2004:  74.  Pilihan  ganda  terdiri dari  bagian  keterangan,  kemungkinan  jawaban  atau  alternatif.    Kemungkinan
jawaban yang benar yaitu kunci jawaban atau beberapa pengecoh Sulistyorini, 2009.  Soal  tes  pilihan  ganda  dapat  digunakan  untuk  mengukur  hasil  belajar
10 yang lebih kompleks dan berkenaan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis,  dan  evaluasi  Arifin,  2009:  156.  Materi  yang  dicakup  pada  pilihan ganda  cenderung  luas.  Menurut  Sulistyorini  2009  ada  beberapa  yang  perlu
diperhatikan  dalam  membuat  soal  pilihan  ganda:  a  petunjuk  yang  jelas,  b jawaban  dibuat  homogin,  seimbang  dan  sejenis  sehingga  seolah-olah  benar
semua, c hindari penggunaan kalimat dalam bentuk negatif, d jumlah options harus sama, e kalimat pada butir soal dibuat singkat, f pilihan jawaban dibuat
vertikal.  Kelebihan  dari  tes  piliha  ganda  adalah  penilaian  yang  mudah,  cepat, obyektif dan dapat mencakup materi yang luas, cocok untuk ujian yang memiiki
peserta  banyak  dan  harus  segera  di  umumkan  hasilnya.  Kelemahan  pilihan ganda  adalah  kurang  mampu  memberikan  informasi  yang  cukup  untuk
dijadikan  umpan  balik  bagi  guru,  sehingga  kurang  dianjurkan  untuk  penilaian kelas.
Syarat tes pilihan ganda yang baik menurut Kusnandar 2013: 201 a memiliki validitas yang tinggi b memiliki reliabititas tinggi, c tiap butir soal
memiliki  daya  pembeda  yang  memadai,  d  tingkat  kesukaran  yang  memadai. Kaidah  penulisan  tes  pilihan  ganda  menurut  Sudjana  2009:  50  memaparkan
bahwa  kaidah dan  contoh penulisan  soal  pilihan  ganda  ada 9,  yaitu:  a pokok soal  yang  merupakan  permasalahan  harus  dirumuskan  dengan  jelas,  b
perumusan pokok soal dan alternatif  jawaban hendaknya merupakan peryataan yang diperlukan saja, c untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar,
d  pada  pokok  soal  sebisa  mungkin  perumusan  pernyataan  yang  positif,  e
11 alternatif  jawaban  harus  logis  dan  pengecoh  harus  berfungsi,  f  diusahakan
agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar, g diusahakan untuk tidak menggunakan  piliha
n  jawaban  yang  berbunyi  “semua  jawaban  di  atas  salah” atau  “semua  jawaban  di  atas  benar”,  h  usahakan  agar  pilihan  jawaban  satu
jenis  baik  dari  segi  isi  maupun  dari  segi  struktur  kalimat,  i  apabila  pilihan jawaban berbentuk angka, maka disusun secara berurutan dari angka terkecil ke
angka terbesar atau sebaliknya. Kaidah  penulisan  tipe  pilihan  ganda  mempunyai  tiga  aspek.  Aspek
materi, aspek kontruksi,  dan aspek bahasa.  Ditinjau dari aspek materi:  a soal harus  sesuai  dengan  indikator,  b  pilihan  jawaban  harus  sejenis  dan  logis
ditinjau  dari  segi  materi,  c  setiap  soal  harus  mempunyai  satu  jawaban  yang benar.  Ditinjau  dari  aspek  konstruksi:  a  pokok  soal  harus  dirumuskan  secara
jelas  dan tegas,  b rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan  yang  diperlukan  saja,  c  pokok  soal  jangan  memberikan  petunjuk
ke  arah  jawaban  yang  benar,  d  pokok  soal  jangan  mengandung  pernyataan yang  bersifat  negatif,  e  panjang  rumusan  pilihan  jawaban  harus  relatif  sama,
f  pilihan  jawaban  jangan  m engandung  pernyataan  “semua  jawaban  di  atas
salah” atau “semua jawaban di atas benar”, g pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecil angka tersebut, h gambar,
grafik,  diagram  harus  jelas  dan  berfungsi,  i  butir  materi  soal  jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ditinjau dari segi bahasa: a setiap
soal  harus  menggunakan  bahasa  yang  sesuai  dengan  kaidah  bahasa  Indonesia,
12 b  jangan  menggunakan  bahasa  yang  berlaku  setempat  jika  soal  akan
digunakan  untuk  daerah  lain  atau  nasional,  c  pilihan  jawaban  jangan mengulang kata yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
Menjodohkan  matching  test  bentuk  tes  ini  terdiri  kumpulan  soal  dan jawaban  yang  keduanya  dikumulkan  pada  dua  kolom  yang  berbeda.  Kolom
sebelah  kiri  biasanya  kolom  soal  dan  kolom  sebelah  kanan  adalah  kolom jawaban.  Jumlah  pilihan  jawaban  dibuat  lebih  banyak  dibanding  soal  Arifin,
2009:  106.  Isian  Completion  tes  tes  ini  terdiri  dari  kalimat-kalimat  yang beberapa bagian dihilangkan. Bagian yang hilang itu harus diisi oleh murid.
2. Tes Subjektif
Subjektif  atau  tes  esai  suatu  bentuk  tes  yang  terdiri  dari  soal-soal  yang jawabannya  berbentuk  uraian  panjang  Sulistyorini,  2009:  89.  Konstruksi  Tes
Hasil  Belajar  Tes  hasil  belajar  yang  baik  di  konstruksi  dengan  memenuhi validasi,  reliabilitas,  dan  karakteristik  soal  yaitu  pembeda,  tingkat  kesukaran
dan pengecoh. a.
Validasi Supratman  2004:  50  menjelaskan  bahwa  validasi  adalah  suatu
konsep  berkaitan  dengan  sejauh  mana  tes  telah  mengukur  apa  yang seharusnya diukur. Validasi dapat sesuai apabila tes tersebut benar-benar
meyasar  pada  apa  yag  dituju.  Tes  tersebut  benar-benar  memberikan keterangan  atau  gambaran  tentang  apa  yang  diinginkan  Sulistyorini,
2009:15.
13 Berikut  ada  beberapa  jenis  validasi  berdasarkan  yang  disampaikan  oleh
Arifin 2009: 324-325. 1.
Validitas isi Validitas  isi  menyatakan  apakah  tes  sudah  menngembangkan
kompetensi yang dikembangkan serta materi dan indikator dan materi pembelajarannya.
2. Validitas Empiris
Validitas  empiris  biasanya  mencari  tolak  ukur  yang  berhubungan dengan skor tes dengan kriteria tertentu diluar tes  yang bersangkutan.
Namun  dapat  relevan  dengan  apa  yang  diukur.  Validitas  empiris disebut juga validitas statistik.
3. Validitas Kesejajaran
Dapat  dikatakan  validitas  kesejajaran  apabila  hasilnya  sesuai dengan  kriteria  yang  sudah  ada.  Berarti  tes  tersebut  memiliki
kesejajaran dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. b.
Reliabilitas Reliabilitas  suatu  tes  adalah  tingkat  konsistensitas  suatu  tes.  Suatu  tes
dapat  dikatakan  reliabel  jika  memberikan  hasil  yang  sama  bila  diteskan pada  kelompok  yang  sama    pada  waktu  atau  kesempatan  yang  berbeda
Arifin,  2009:  329.  Berikut  adalah  metode  yang  biasa  digunakan  dalam menentukan reliabilitas suatu tes Hamzah  Satria K, 2012: 153-155.
14 1.
test- retest, hal yang penting dalam hal ini adalah menentukan interval waktu  pelaksanaan  tes,  jika  interval  pendek  maka  siswa  masih  ingat  hasil
yang terdahulu, semakin besar interval maka semakin banyak variabel yang dapat mempengaruhi hasil tes. Koefisien 0,80-0,90 dianggap standar untuk
tes bakat dalam tahun yang sama. 2.
Metode  Equivalent-Form, tes menggunakan dua tes yang berbeda pada kelompok siswa yang sama dan waktu  yang berurutan, kemudian hasilnya
di  korelasikan.  Koefisien  korelasi  menyatakan  koefisien  reliabilitas  yaitu ukuran  ekuivalen  tes.  Semakin  tinggi  ukuran  menunjukan  kedua  tes
menghasilkan hasil yang cenderung sama. 3.
Split-Half Method atau metode belah dua, tes ini dapat diberikan dalam sekali  waktu  kepada  siswa  seperti  biasa,  kemudian  tes  dibagi  dua  dalam
pemberian  skor.  Biasanya  dilakukan  dengan  patokan  nomor  ganjil  dan genap. Kedua skor bagian tes kemudian direlasikan dengan teknik korelasi
product moment. 4.
Metode  Kuder  Richardson  yang  didasar  pada  varian  butir.  Ada  tiga prosedur dalam memperoleh kosistensi internal skor tes. Kuder Richardson
20 KR- 20 Cronbac’s Alpa; dan Hoyt. Rumus menurut Kuder Richardson
ada dua bentuk 1 KR-20 yang digunakan yang seluruhnya memiliki butir soal  yang taraf kesukarannya sama. 2  KR-21  yang digunakan pada taraf
kesukaran  yang  tidak  sama. Cronbac’s  Alpa  digunakan  pada  butir  soal
15 yang rentang bobot penskoran yang lebar seperti tes sikap dan uraian. Hoyt
memberikan hasil identik seperti koefisien alpha. c.
Karakteristik Butir Soal Memiliki  tiga  bahasan  yaitu  daya  pembeda,  tingkat  kesukaran,  dan
analisis pengecoh. 1.
Daya pembeda Daya  pembeda  merupakan  jawaban  benar  siswa  yang  tergolong  atas
berbeda  dari  siswa  tergolong  kelompok  bawah.  Menurut  Sulistyorini 2009:  177    daya  pembeda  merupakan  sebuah  pedoman  yang  ada  pada
sebuah tes  yang mampu membedakan antar kemampuan siswa pandai dan siswa  yang  rendah.  Daya  pembeda  menurut  Sudjana  2009:  141  dapat
mengkaji  butir-butir  soal  yang  bertujuan  untuk  mengetahui  seberapa sanggup soal tersebut membedakan siswa yang tergolong memiliki prestasi
pandai  dengan  siswa  yang  tergolong  memiliki  prestasi  rendah.  Pengujian daya  pembeda  memiliki  kriteria  yaitu  bila  jawaban  salah  dari  kelompok
siswa  berprestasi  rendah  dengan  siswa  dengan  siswa  berprestasi  tinggi sama atau  lebih besar dari nilai tabel, maka butir soal itu mempunyai daya
pembeda  Sudjana,  2009:  143.  Jika  soal  tidak  memiliki  daya  pembeda maka  dapat  dikatakan  soal  tersebut  terlalu  mudah  atau  terlalu  sulit  untuk
dikerjakan.
16 2.
Tingkat kesukaran Pada  suatu    tes    tingkat  kesukaran  sangatlah    penting  karena
menentukan  keseimbangan  soal-soal  mudah,  sedang,  dan  sukar.  Tingkat kesukaran  merupakan  proporsi  peserta  tes  menjawab  dengan  benar
terhadap  suatu  butir  soal  Widoyoko,  2014:  132.  Kesukaran  soal  tidak hanya dilihat dari sudut pandang guru atau  pembuat soal, tetapi dari siswa
yang  akan  mengerjakannya.  Karena  jika  soal  yang  dibuat  terlalu  mudah maka  tidak  akan  ada  usaha  siswa  dalam  berfikir  secara  tinggi  dalam
menjawab soal. Menurut Sulistyorini 2009: 173 cara untuk mendapatkan soal  yang  baik,  harus  memenuhi  validitas  dan  reliabilitas  serta  adanya
keseimbangan  dari  tingkat  kesulitan  soal  tersebut.  Sehingga  soal  yang tergolong  mudah  sedang,  dan  sukar  memiliki  bobot  yang  sama.  Menurut
Sulistyorini  2009:  174  perbandingan  antara  soal  mudah-sedang-sukar dapat dibuat 3-4-3, dimana 30 soal berkategori mudah, 40 berkategori
sedang,  dan  30  berkategori  sukar.  Selain  itu  dapat  dibuat  25-50-25, dimana  25  soal  mudah,  50  soal  berkategori  sedang,  dan  25
berkategori sukar. 3.
Analisis Pengecoh Pengecoh  biasanya  dibuat  pada  soal  pilihan  ganda  untuk  mengecoh
seseorang  agar    memilihnya  apabila  seseorang  itu  tidak  menguasai  materi dengan  baik.  Pengecoh  biasanya  adalah  jawaban  yang  tidak  benar  namun
hampir  menyerupai  jawaban  yang  benar.  Menurut  Kusaeri,  2014:  70
17 Pengecoh  merupakan  jawaban  salah  atau  tidak  tepat  sehingga  seorang
peserta  tes  dapat  terkecoh  memilihnya.  Pengecoh  yaitu  pilihan  yang  tidak merupakan jawaban yang benar Arifin, 1990: 35.
4. Pengembangan tes hsil belajar
Tes hasil belajar untuk memberikan  penilaian hasil belajar kemampuan yang dimiliki siswa  secara nyata dan menimbang secara adil Sulistyorini,
2009:  180.  Prosedur  pengembangan  tes  hasil  belajar  menurut  Purwanto 2009: 84 melibatkan tujuh kegiatan, antara lain:
a. Identifikasi hasil belajar
Dalam  hal  ini  peneliti  harus  tahu  materi  apa  yang  akan  diteskan sesuai  dengan  pengetahuan  yang  telah  diterima  siswa,  jadi  pemberian
tes  saat  setelah  siswa  sudah  mempelajari  materi  yag  akan  di  tes  kan. Hasil  belajar  harus  diidentifikasikan  aspek  yang  diukur,  baik  ranah
kognitif, afektif, dan psikomotornya Purwanto, 2009: 84. b.
Deskripsi materi Menurut  Purwanto  2009:  84-85  materi  menjadi  acuan  dalam
pengumpulan data serta dalam memahami hasil belajar. Materi tentang hasil  belajar  mempunyai  sesuatu  yang  sangat  penting  dalam
mengetahui hasil belajar siswa yang akan diukur kemampuannya. Data sangat ditentukan oleh uraian materi tentang hasil belajar tersebut yang
mana akan diukur datanya.
18 c.
Pengembangan Spesifikasi Pengembangan  pada  hasil  belajar  yang  dilakukan  dua  atau  lebih
pengembang menghasilkan kualitas yang sama. Bagi satu pengembang tes hasil belajar akan membuat dua atau lebih perangkat tes yang setara
sehingga  mendapat  hasil  yang  relatif  stabil  atau  konsisten.  Menurut Purwanto  2009:  85-86  hal  yang  dikembangankan  dalam  spesifikasi
seperti  ini    penentuan  jenis  tes  hasil  belajar,  banyaknya  butir  soal, waktu, peserta, aturan penskoran, kriteria uji coba, tujuan instruksional
umum, tujuan instruksional khusus dan menyusun kisi-kisi tes. d.
Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban Purwanto 2009: 87 mejelaskan bahwa pedoman-pedoman dalam
tes  ada  delapan,  yaitu  1  menyatakan  soal  sejelas  mungkin;  2 memilih kata yang sesuai; 3 menghindari pengaturan kata yang dirasa
janggal  dan  terlalu  berbelit-belit;  4  memasukan  semua  keterangan yang  dibutuhkan  dalam  membuat  jawaban;  5  merumuskan  soal
dengan  tepat;  6  menghindari  kata-kata  yang  tidak  berfungsi;  7 menyesuaikan  taraf  kesukaran  soal;  8  menghindari  isyarat  ke  arah
jawaban benar yang tidak seharusnya. Dalam  pembuatan  kunci  jawaban  berbeda-beda  tergantung  jenis  soal.
Untuk  soal  esai  akan  berupa  uraian,  Namun  untuk  soal  objektif  dapat berupa pilihan dari beberapa alternatif  jawaban. Kunci jawaban sendiri
19 dibuat  dengan  perhitungan  yang  tepat  disesuaikan  dengan  soal  dari
jawaban tersebut Purwanto, 2009: 91-92. e.
Mengumpulkan data uji coba hasil belajar Skor yang telah terkumpul akan diolah dan menjadi data uji coba
hasil  belajar  yang  dapat  menjadi  pedoman  dalam  mengukur kemampuan siswa Purwanto, 2009: 92-93. Data yang berbentuk skor
yang  sudah  dihitung  menurut  aturan  skoring  yang  telah  ditentukan. Sehingga  data  uji  coba  menjadi  tolak  ukur  dalam  menentukan  baik
tidaknya tes tersebut. f.
Uji kualitas tes hasil belajar Uji  kualitas  tes  hasil  belajar  dilakukan  agar  tes  hasil  belajar
dijamin  kelayakannya  sebagai  alat  ukur.  Hasil  dari  uji  kualitas  tes menjadi syarat dari kelayakan tes. Purwanto 2009: 93-94 menjelaskan
bahwa  tes  hasil  belajar  yang  dibuat  berdasarkan  kisi-kisi  umumnya mempunyai butir soal yang baik.
g. Kompilasi tes
Kompilasi  tes  menjadi  penyaring  bagi  butir  soal  yang  baik  dan yang tidak baik untuk digunakan dalam tes hasil belajar. Pemilihan soal
yang baik harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kekeliruan Purwanto, 2009: 94.
20 5.
Taksonomi Bloom Anderson  Krathwohl 2001: 6 mengungkapkan tahapan kognitif ini
terdiri  dari  6  tingkatan  yang  berurutan  dari  paling  rendah  mengingat sampai  paling  tinggi  mencipta.  Tahapan  ini  masuk  pada  dimensi  kedua
yang telah direvisi. a.
Mengingat Mengingat  merupakan  penggalian  informasi  kembali  yang  pernah
diterima  berupa  pengetahuan-pengetahuan.  Menghafal  kembali  atau mengulang pengetahuan yang pernah diterima. Pengetahuan mengingat
merupakan  bekal  yang  baik  untuk  belajar  yang  bermakna menyelesaikan  masalah  karena  pengetahuan  tersebut  dipakai  pada
tugas-tugas yang kompleks Anderson  Krathwohl 2001: 103. Proses kognitif  yang  termasuk  dalam  kategori  mengingat  misalnya
menyebutkan, mengidentifikasi, dan menunjukan b.Memahami
Kemampuan  dalam  menjabarkan  sendiri  pengetahuan  yang  telah didapat  dengan  caranya  sendiri,  yang  bersifat  lisan  atau  tulisan  yang
disampaikan  dari  buku  pelajaran  atau  komputer  Anderson Krathwohl  2001:  105.  Sehingga  mereka  dapat  menyimpulkan  dari
pengetahan baru dan pengetahuan lama. Proses kognitif yang termasuk dalam
kategori memahami
mencontohkan, menyimpulkan,
mengklarifikasi, membandingkan dan menjelaskan.
21 c.
Mengaplikasi Kemampuan  untuk  pemecahan  berbagai  masalah  yang  ada  dalam
kehidupan  sehari-hari  seperti  pengerjaan  soal  latihan  dan  tugas merupakan  masalah  Anderson    Krathwohl  2001:  116.  Proses
kognitif  yang  termasuk  dalam  kategori  mengaplikasi  proses melaksanakan dan proses mengimplementasikan.
d.Menganalisis Kemampuan  memecah-mecah  materi  menjadi  yang  lebih  kecil,
sehingga  mendapat  pemahaman  yang  lebih  luas.  Tujuan  pendidikan agar    dapat  menentukan  cara  menata  potongan  informasi  dan
membentuk  tujuan  dibalik  informasi  Anderson    Krathwohl  2001: 120.  Proses  kognitif  yang  termasuk  dalam  kategori  menganalisis
membedakan, mengorganisasi, dan menghubungkan. e.
Mengevaluasi Kemampuan  dalam  membuat  perkiraan  keputusan  yang  tepat.
Kategori  mengevaluasi  mencakup  proses-proses  kognitif  memeriksa dan  mengkritik  Anderson    Krathwohl  2001:  125.  Proses  kognitif
yang  termasuk  dalam  kategori  mengevaluasi  memeriksa  dan mengkritik.
f. Mencipta
Kegiatan  yang  untuk  pembuatan  produk  baru  dari  beberapa  materi atau elemen menjadi satu yang tidak pernah ada sebelumnya Anderson
22 Krathwohl 2001: 128. Proses kognitif yang termasuk dalam kategori
mencipta  biasanya  yang  dikoordinasikan  dengan  pengalaman  yang sudah di miliki oleh para siswa sebelumnya.
B. Peneltian Yang Relevan