Pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III Sekolah Dasar tahun pelajaran 2016 2017

(1)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI OPERASI HITUNG CAMPUR DAN UANG UNTUK

SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ramdan Nur Aminudin NIM: 131134160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

ii


(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

1. Orang tua penulis, Bapak Sartam S.Pd. dan Ibu Tumiyati S.Pd. 2. Kakak penulis, Agus Ansoru Awaludin S.Kep.

3. Seseorang yang selalu mendapat tempat spesial dalam diri penulis, Chendy Putriana Devi

4. Almamater Universitas Sanata Dharma dan seluruh pendidik dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar


(5)

v

MOTTO

“Menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, dan selalu membuat orang disamping kita tersenyum”

(Ramdan Nur Aminudin)

“Harta yang paling berharga adalah keluarga”


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 03 Mei 2017

Penulis


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ramdan Nur Aminudin

Nomor Mahasiswa : 131134160

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI HITUNG CAMPUR DAN UANG UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal : 03 Mei 2017 Yang menyatakan


(8)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPUR DAN UANG UNTUK SISWA KELAS III

SEKOLAH DASAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Ramdan Nur Aminudin

Universitas Sanata Dharma 2017

Awal dari dilakukannya penelitian ini adalah adanya potensi serta masalah yang muncul terkait dengan pengembangan tes hasil belajar. Analisis kebutuhan dalam penelitian ini adalah guru membutuhkan contoh soal tes hasil belajar yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Developement (R&D) yang bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

Prosedur pengembangan produk menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg dan Gall. Peneliti dalam melakukan analisis hanya menggunakan 7 langkah dari 10 langkah yang ada. Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti meliputi (1) Potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas III SD N Caturtunggal 1 dan siswa kelas III SD N Caturtunggal 3 yang secara keseluruhan berjumlah 60 siswa.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, serta (g) revisi produk. (2) dari 60 soal yang telah peneliti buat, terdapat 31 soal yang dinyatakan valid atau sekitar 52%, (3) mempunyai tingkat reliabilitas dengan kategori tinggi, (4) dari 31 butir soal tersebut, 1 soal atau sebesar 3,2% mempunyai daya pembeda dengan kategori jelek, 8 soal atau sebesar 25 % mempunyai daya pembeda dengan kategori cukup, 21 soal atau sebesar 67 % mempunyai daya pembeda dengan kategori baik, serta 1 soal atau 3,2 % mempunyai daya pembeda dengan kategori sangat baik, (5) tingkat kesukaran dari 31 soal adalah 10 soal dengan kriteria mudah, 12 soal dengan kriteria sedang, dan 9 soal dengan kriteria sukar. Apabila dikonversikan kedalam bentuk prosentasi hasilnya menjadi 32 % mudah, 38 % sedang, 30 % sukar, (6) kemudian ditinjau dari analisis pengecoh, sebanyak 17 pengecoh tidak berfungsi. Soal-soal dengan kualitas baik ini kemudian dijadikan produk akhir berupa prototipe tes hasil belajar matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

Kata kunci: pengembangan, tes hasil belajar, matematika, validitas, reliabilitas, daya pemeda, tingkat kesukaran, pengecoh.


(9)

ix

ABSTRACT

THE DEVLOPEMENT OF MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT TEST BASIC COMPETENCE’S MIXED OPERATION AND MONEY FOR

THIRD GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL Ramdan Nur Aminudin

Universitas Sanata Dharma 2017

This research begin with potentials and problems related with the making of learnig test result. The analysis is teachers needs an example of good learning test result. This type of research is (R&D) Research and Developement and the aim of this research are (1) to develop test result and (2) describe the quality of the test result product competence mixed operation and money for third grade of elementary school.

Procedure of product developement use stpes from Borg and Gall. Researcher just use 7 of 10 stpes, there are (1) potential and problems, (2) collecting data, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product testing, (7) product revision. Subject of this research are 60 student of Caturtunggal 1 elementary school and Caturtunggal 3 elemntary school.

Result of this research shows that (1) steps of developement research are (a) potential and problems, (b) collecting data, (c) product design, (d) design validation, (e) design revision, (f) product testing, (g) product revision. (2) there are 31 from 60 questions that is valid or about 52%, (3) reliability grade is high, (4) on distinguish ability of effort, from those 31 questions, 1 question or about 3,2% is categoried low grade, 8 questions or about 25% categoried enough, 21 questions or about 67% categoried good, and i question or about 3,2% categoried very good. (5) analysis of difficult shows that 10 questions categoried easy, 12 questions categoried medium, and 9 questions categoried hard.(6) on distraction analyisis, there are 17 distractions that did not work. These good questions will be the final product of test result prototype of mathematics competence mixed operation and money for third grade of elementary school.

Keywords: developement, learning result test, mathematic, validity, reliability, distinguishing, difficulty level, distractor analysis.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim , dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT Tuhan yang maha Agung, karena berkat kehendak-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta solawat serta salam kepada Nabi MUHAMMAD SAW utusan ALLAH SWT.

Maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Menyadari bahwasanya laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., selaku Kaprodi PGSD

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.Si., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si selaku dosen pembimbing I

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing II

6. Guru SD N Caturtunggal 1, Guru SD N Caturtunggal 3, Guru SD N Gejayan, Guru SD N 2 Sinduadi Timur selaku narasumber dan validator

7. Alm. Tumiyati S.Pd. selaku Ibu dari penulis dan Sartam S.Pd. yang telah membimbing dan memberikan segalanya kepada peneliti


(11)

xi

9. Agus Ansoru Awaludin S. Kep. selaku Kakak dari peneliti yang telah membimbing dan mengajarkan banyak hal

10. Wastiti Adiningrum dan Waskita selaku saudara dari peneliti yang telah memberikan semangat kepada peneliti

11. Dewantara Wahyu Pratama, Husni Faisal dan Nurul Fadhilah Asmara selaku sahabat dari penulis yang selalu mendukung penulis dalam pembuatan skripsi.

12. Sahabat-sahabat kontrakan holic yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selalu menghibur penulis disela-sela peenyususnan skripsi

13. Chendy Putriana Devi yang selalu memberi semangat, motivasi dan dukungan selama pembuatan skripsi ini

Penulis


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 6

G. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Tes ... 10

a. Definisi Tes ... 10

b. Jenis-Jenis Tes ... 11

c. Tes Pilihan Ganda ... 12

2. Hasil Belajar ... 15

a. Definisi Belajar ... 15

b. Ciri-ciri Perilaku Belajar ... 16

3. Tes Hasil Belajar ... 18

4. Daya Pembeda ... 19

5.Tingkat Kesukaran ... 22

6. Analisis Pengecoh ... 23

7. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 24

8. Matematika ... 27

9. Program TAP ... 28

10. Taksonomi Bloom ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 35

D. Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38


(13)

xiii

B. Setting Penelitian ... 42

C. Prosedur Pengembangan ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Tenik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil penelitian ... 67

B. Pembahasan ... 81

BAB V PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Keterbatasan Pengembangan ... 107

C. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan ... 50

Tabel 3.2 Kuesioner produk tes hasil belajar ... 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal tes hasil belajar matematika ... 52

Tabel 3.4 Kualifikasi skor validator ahli ... 54

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 56

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ... 59

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 61

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 64

Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Validator Ahli ... 69

Tabel 4.2 Komentar Validator dan Revisi Desain ... 70

Tabel 4.3 Daftar Pengecoh yang Tidak Berfungsi ... 71

Tabel 4.4 Hasil Analisis Validitas Soal Tipe A ... 72

Tabel 4.5 Hasil Analisis Validitas Soal Tipe B ... 73

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 75

Tabel 4.7 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 76

Tabel 4.8 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 77

Tabel 4.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 78

Tabel 4.10 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe A ... 79

Tabel 4.11 Hasil Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 80

Tabel 4.12 Analisis Hasil Validator Ahli ... 83

Tabel 4.13 Revisi Pengecoh ... 86

Tabel 4.14 Pembahasan Validitas Soal Tipe A ... 87

Tabel 4.15 Pembahasan Validitas Soal Tipe B ... 88

Tabel 4.16 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe A ... 90

Tabel 4.17 Pembahasan Daya Pembeda Soal Tipe B ... 91

Tabel 4.18 Pembahasan Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 93

Tabel 4.19 Pembahasan Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 94

Tabel 4.20 Pembahasan Analisis Pengecoh Soal Tipe A... 95

Tabel 4.21 Pembahasan Analisis Pengecoh Soal Tipe B ... 99


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 34

Gambar 3.1 Bagan langkah-langkah penelitian dan pengembangan ... 39

Gambar 3.2 Bagan modifikasi pengembangan tes hasil belajar menurut Borg dan Gall ... 44

Gambar 3.3 Hasil uji validitas pada program TAP ... 57

Gambar 3.4 Hasil uji reliabilitas pada program TAP ... 59

Gambar 3.5 Hasil uji daya pembeda pada program TAP ... 62

Gambar 3.6 Hasil uji tingkat kesukaran pada program TAP ... 64


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 113

Lampiran 2 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 114

Lampiran 3 Desain Produk ... 116

Lampiran 4 Validator Ahli ... 117

Lampiran 5 Soal Uji Coba Terbatas Paket A... 122

Lampiran 6 Soal Uji Coba Terbatas Paket B ... 129

Lampiran 7 Rangkuman Jawaban Siswa ... 136

Lampiran 8 Hasil Analisis Soal ... 138


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifik produk, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara yang dituliskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan dapat berlangsung melalui kegiatan belajar mengajar dan salah satunya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah Dasar merupakan salah satu sarana yang membantu manusia dalam mengetahui pengetahuan dasar diantaranya membaca, menulis, berhitung dan berinteraksi sebagai makhluk sosial.

Salah satu cara melihat peningkatan kualitas pendidikan dapat diperoleh dengan melihat peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman,1999). Belajar sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap (Jihad, dkk. 2008 :14). Untuk


(18)

memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencangkup segala hal yang dipelajari sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang diperoleh melalui sebuah sistem penilaian yang baik. Suprananto (2012: 8) memaparkan bahwa penilaian adalah suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan mengumpul, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau obyek. Penilaian yang baik juga harus terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain validitas, reliabilitas. Arikunto (2013: 67) mengemukakan bahwa tes yang baik, yaitu tes yang mencakup validitas, reliabilitas objektivitas, praktibilitas dan ekonomis. Syarat-syarat yang terdapat dalam pembuatan soal yang baik pada praktiknya tidak dilaksanakan dengan baik dan kurang diperhatikan oleh pendidik. Guru dalam pembuatan soal cenderung menilai hanya pada kemampuan dasar siswa dalam ranah kognitif yaitu mengingat. Pendidik dalam hal ini guru cenderung lebih memilih untuk secara cepat mengambil soal dari berbagai sumber yang belum terbukti validitasnya seperti dari LKS dan juga internet dan tidak melakukan pengujian soal tersebut sebelum benar-benar diujikan kepada siswa untuk penilaian hasil belajar.


(19)

Peneliti melakukan observasi di SD N Caturtunggal 1 pada tanggal 22 Oktober 2016 dan menemukan bahwa guru mengalami kesulitan dalam penilaian, hal ini peneliti peroleh melalui kegiatan wawancara dengan guru kelas III. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh beberapa informasi. Pertama dalam hal validitas dan reliabilitas, guru mengetahui bahwa validitas dan reliabilitas dalam soal sangatlah penting namun sangat jarang dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan alasan tidak ada waktu untuk melakukannya. Guru hanya melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk penilaian akhir semester. Selanjutnya penerapan ranah kognitif dalam setiap pembuatan soal, guru mengatakan bahwa mengetahui mengenai ranah kognitif dalam pembuatan soal, namun sangat jarang diterapkan semuanya ke dalam soal karena guru tidak mmemiliki banyak waktu untuk dengan matang memikirkannya dan lebih memilih untuk mengambil dari sumber seperti LKS dan internet dan memilih soal mana yang menurut guru masuk dalam ranah kognitif yang diinginkan. Kemudian peneliti mendapat informasi juga bahwa guru masih kesulitan dalam pembuatan soal matematika, kebanyakan soal yang guru buat hanya menguji pengetahuan dasar siswa dan belum mencapai taraf pemecahan masalah dan belum menuntut siswa untuk menganalisis soal terlebih dahulu sebelum mengerjakan. Beliau juga mengatakan bahwa dalam melakukan tes kemampuan siswa seperti ulangan harian, sebagian mengambil dari LKS dan sebagian lagi mengambil dari soal lama yang dulu pernah diujikan. Pada kompetensi dasar operasi hitung campur, guru mengambil soal dari LKS, begitu pula dengan kompetensi dasar uang , guru dalam


(20)

mengambil nilai kemampuan siswa hanya mengambil soal dari LKS atau siswa mengerjakan soal yang sudah ada dalam LKS.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, peneliti terdorong utntuk membuat penelitian dan pengembangan (Research ad Development) dengan membuat alaut ukur dimensi kognitif dan menghasilkan instrumen hasil belajar kognitif dengan bentuk pilihan ganda dengan 4 (empat) pilihan jawaban. Peneliti melakukan penelitian dengan judul : Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung Campur dan Uang Siswa Sekolah Dasar Kelas III.

Hasil dari penelitian ini nantinya dapat dignakan oleh guru sebagai alat ukur dalam ranah kognitif pengetahuan serta juga sebagai pedoman pembuatan soal evaluasi yang baik dan sudah dilakukan uji analisis butir soal di dalamnya.

B.Pembatasan Masalah

Peneitian ini memiliki batasan masalah yaitu :

1. Alat ukur digunakan untuk mata pelajaran matematika pada kompetensi 1.4 melakukan operasi hitung campur 1.5 memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang siswa kelas III SD.

2. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban.

3. Pembuatan tes berpedoman pada taksonomi Bloom yang direvisi dan memiliki tingkatan mulai dari level mengingat (C1) hingga mencipta (C6), serta menggunakan tingkat kesukaran, yakni mudah, sedang, dan sukar.


(21)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur mengembangkan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD.

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD.

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD.

E.Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup 2 hal yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis :

Menambah pengetahuan dan dapat menggali kemampuan siswa berdasarkan kompetensi dasar operasi hitung campur dan uang.

2. Manfaat Praktis :


(22)

Mendapatkan pengalaman dan wawasan dalam mengembangkan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD.

b. Bagi Guru

Dapat memberikan contoh soal tes hasil belajar pada matematika materi operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD.

c. Bagi Sekolah

Sekolah dapat menggunakan contoh soal tes hasil belajar belajar pada matematika materi operasi hitung campur dan uang sebagai bahan ujian sekolah.

F. Batasan Istilah

1. Tes hasil belajar adalah alat ntuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa terutama pada ranah kognitif.

2. Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites

3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.


(23)

4. Kompetensi Dasar adalah kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah memahami standar kompetensi yang telah ditetapkan, kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar komptensi.

5. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berkembang yang dapat meningkatkan daya pikir seseorang dalam memecahkan masalah.

6. Operasi hitung campuran adalah operasi hitung suatu bilangan yang melibatkan lebih dari satu operasi hitung.

7. Validitas adalah ketepatan alat penilaian dalam menilai apa yang harus dinilai

8. Reliabilitas adalah ketetapan alat penilaian dalam menilai.

9. Daya pembeda adalah kesanggupan soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

10.Tingkat kesukaran adalah proposi peserta tes yang menjawab soal dengan benar.


(24)

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen soal tes hasil belajar hanya berfokus pada ranah kognitif menurut taksonomi Bloom, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi/menerapkan, menganalisis, menilai, dan mencipta.

2. Instrumen soal pilihan ganda dilengkapi dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, soal, pilihan jawaban yang di dalamnya terdapat kunci jawaban dan pengecoh, ranah kognitif.

3. Instrumen soal tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda dengan empat option

jawaban.

4. Instrumen pilihan ganda sudah valid jika nilai item mencapai minimal 0,361 sesuai dengan kriteria r hitung

5. Instrumen soal pilihan ganda sudah diuji reliabilitas. Reliablilitas yang digunakan dengan menggunakan metode Split-Half (Odd/Even) Reliability

atau belah dua ganjil dan genap dan pada kategori tinggi lebih dari 0,6.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda. Daya pembeda yang digunakan adalah kategori “jelek”, “cukup”, “baik”, “baik sekali”.

7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis penegcoh. Pengecoh-pengecoh telah berfungsi dengan baik.


(25)

8. Instrumen soal pilihan ganda menggunakan tingkat kesukaran mudah (25%), sedang (50%), dan sulit (25%).

9. Instrumen soal pilihan ganda disusun dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan dengan memperhatikan aturan sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).


(26)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan daftar pertanyaan penelitian.

A. Kajian Teori

Kajian teori pada penelitian ini akan membahas teori-teori yang mendukng penelitian.

1. Tes

a. Definisi Tes

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek (Widoyoko. 2009: 45). Menurut Djemari (2008:67) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Sudijono (2011: 66) mengungkapkan bahwa tes merupakan alat bantu atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat bantu yang berbentuk sebuah pertanyaan yang disusun secara sistematis yang bertujuan untuk pengukuran dan penilaian.


(27)

b. Jenis-jenis tes

Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi penskorannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif.

a) Tes Objektif

Menurut Widoyoko (2009: 46), tes objektif memberi pengertian bahwa siapa saja yang memberikan lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Secara umum terdapat tiga tipe tes objektif, yaitu Benar salah

(True false), Menjodohkan (Matching), dan Pilihan ganda (Multiple choice).

1) Benar Salah (True-False)

Tes tipe benar-salah (true-false) adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah (Widoyoko. 2014: 119)

2) Menjodohkan (Matching)

Butir tes tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama di sebelah kiri adalah pernyataan/pertanyaan atau yang biasa disebut dengan premis. Kelompok kedua disebelah kanan adalah kelompok jawaban. Tugas


(28)

peserta tes adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan/pernyataan.

3) Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu pilihan. Jumlah alternatif jawaban tidak oleh terlalu banyak, maksimal 5 alternatif jawaban. Apabila alternatif lebih dari lima maka akan sangat membingungkan bagi peserta tes, dan juga akan sangat menyulitkan penyusunan butir soal.

b) Tes Subjektif

Tes subjektif adalah tes yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Jawaban yang sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan (Widoyoko. 2009: 46)

c. Tes pilihan ganda

Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu dan pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 (lima) (Widoyoko. 2009: 59). Tes pilihan ganda dapat dibedakan menjadi lima model, yaitu : pilihan ganda sederhana, pilihan ganda analisis hungan antar hal, pilihan ganda analisis


(29)

kasus, pilihan ganda asosiasi, dan pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel, dan seagainya. Kelima ragam tes pilhan ganda tersebut pada dasarnya memiliki format atau struktur yang sama, yaitu memiliki soal atau stem dan memiliki pilihan jawaban atau option. Di antara pilihan jawaban tersebut, hanya memiliki satu kunci jawaban atau key yang merupakan jawaban yang benar dari soal yang di ajukan. Pilihan jawaban dalam multiple choice juga berfungsi sebagai pengecoh atau distractors. Suprananto (2012: 107) menjelaskan bahwa tes bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal dan pilihan jaabn, pilihan jawaban terseut terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Mardapi (2008: 71) memaparkan bahwa tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang disediakan. Dalam tes pilihan ganda, bentuk tes terdiri dari pernayaan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda (multiple choice) merupakan salah satu jenis tes objektif dimana jawaban harus dipilih dari beberapa pilihan jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh.


(30)

a) Kelebihan Tes Pilihan Ganda

1) Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur semua level pengetahuan, mulai dari pengetahuan yang sederhana sampai pengetahuan yang cukup kompleks seperti analisis kasus.

2) Tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan yang cukup singkat sehingga memungkinkan untuk membuat banyak butir soal dan dapat mencakup materi yang lebih luas dan mendalam

3) Penghitungan skor hasil tes dapat dilakukan secara objektif dan tidak ada unsur subjektif yang dapat mempengaruhi hasil tes.

4) Tipe butir soal pilihan ganda dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk menentukan jawaban yang paling benar.

5) Tes pilihan ganda dapat di uji terlebih dahulu untuk mencari kelemahan atau kekurangan dari butir soal kemudian dilakukan perbaikan atau analisis sebelumm diujikan kembali.

6) Tingkat kesulitan butir soal dapat disesuaikan dengan cara mengatur alternatif pilihan jawaban. Semakin mirip atau homogen alternatif jawaban maka tingkat kesulitan akan meningkat, sebaliknya jika


(31)

tingkat kesamaan atau homogen dari alternatif jawaban menurun, maka tingkat kesulitan dari butir soal juga akan menurun.

b) Kekurangan Tes Pilihan Ganda

1) Dalam penyusunan butir soal cukup sulit, terutama dalam menentuukan pengecoh. Penguji cenderung hanya memiliki satu alternatif jawaban yaitu kunci jawaban, sedangkan untuk pengecoh penguji mencari sendiri dan cenderung tidak homogen sehingga butir soal memiliki nilai yang kurang dalam menguji kemampuan peserta tes.

2) Ada kecenderungan bahwa penguji menyusun butir soal dengan hanya mengukur aspek ingatan atau pengetahuan paling sederhana yaitu mengingat yang merupakan aspek paling rendah dalam ranah kognitif.

3) Kemungkinan siswa menentukan pilihan jawaban dengan cara menebak masih cukup besar.

2. Hasil Belajar

a. Definisi belajar

Menurut Jihad dan Abdul (2008: 1), belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan tujuan


(32)

pendidikan sangat bergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sudjana (Jihad, Abdul. 2008: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Slameto (Jihad, Abdul. 2008: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakuakan oleh seseorang untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah kegiatan yang menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap dan aspek-aspek lain.

b. Ciri-ciri perilaku belajar

Menurut Muhibbin dalam Jihad dan Abdul (2008: 6), adapun perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting adalah:


(33)

a) Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan;

b) Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri;

c) Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perubahan dalam belajar meliputi perubahan yang bersifat: (1) Intensional (disengaja); (2) Positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri); (3) Efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru).


(34)

3. Tes Hasil Belajar

a. Definisi tes hasil belajar

Tes hasil belajar adalah slah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkemangan atau kemajuan belajar peserta didik (Sudijono. 2011: 99). Haris (2012: 15) mengatakan bahwa tes hasil belajar merupakan cara mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Purwanto (2009: 33) menyatakan bahwa tes hasil belajar merupakan tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan dalam jangka waktu tertentu. Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa berupa kemajuan dan perkembangan dari materi yang telah peserta didik pelajari dalam jangka waktu yang ditentukan.

b. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar

Jihad dan Abdul (2008: 179) menyatakan bahwa sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur harus memenuhi persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran.


(35)

a) Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 2009: 5). Supranata (2004:50) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu konsep berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Masidjo (1995: 242) menyatakan bahwa validitas adalah taraf kemampuan tes mangukur yang seharusnya diukur.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yag seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan valid apabila alat tersebut menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang harus diukur.

Menurut jihad dan Abdul ( 2008: 179) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebt dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Sebelum soal bisa diujikan, harus dilakukan uji coba validitas yang terdiri dari :

1) Validitas isi dan konstruk, validitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli


(36)

(pakar) dalam bidang evaluasi atau ashli dalam bidang yang sedang diuji.

2) Validitas prediksi, validitas ini dimaksudkan agar hasil tes mampu memprediksi keberhasilan peserta didik di kemudian hari, misalny untuk ujian akhir atau lainnya.

3) Validitas empiris (kriterium), validitas ini bertujuan untuk menentukan tingkat kehandalan soal. Dalam penentuan tingkat validitas butir butir soal digunakan korelasi product moment Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang didapat.

b) Reliabilitas

Azwar (2009: 4) mengemukakan bahwa reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila memberikan hasil tes yang tetap apabila diujikan secara berulang-ulang. Purwanto (2009: 154) menjelaskan bahwa reliabilitas merupakan akuransi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan menghasilkan ukuran yang sebenarnya. Masidjo (1995: 208) menjelaskan bahwa reliabilitas adalah taraf kemampuan tes dalam menunjukkan konsistensi hasil


(37)

pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merupakan keajegan atau ketetapan pada suatu alat ukur dalam menilai.

4. Daya Pembeda

Arikunto (2015: 167) menjelaskan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya beda digunakan untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan kelompok dari aspek yang diukur, sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut (Widoyoko. 2014: 136). Dijelaskan juga oleh Sudjana (2009: 141) bahwa tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasil rendah, dan diberikan ke anak prestasi rendah hasilnya tinggi, atau diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut hasilnya sama.

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas , dapat disimpulkan bahwa daya pembeda merupakan kemampuan sebuah butir soal untuk mengkategorikan siswa mana yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa


(38)

mana yang memiliki kemampuan rendah dilihat dari berapa skor yang siswa peroleh.

5. Tingkat Kesukaran

Menurut Sudjana (2009: 135) tingkat kesukaran soal dilidhat dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, dan bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Hal ini dijelaskan pula oleh Arikunto (2012: 222) yang mengatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tingkat kesukarannya tidak terlalu mudah namun juga tidak terlalu sukar. Dalam hal ini pembuatan soal harus seimbang antar soal yang dikategorikan mudah, sedang dan soal yang dikategorikan sukar atau sulit. Menurut Sulistiyoini ( 2009: 174), salah satu dasar perbandingan jumlah soal setiap kategori yaitu dengan menggunakan pola 3-4-3, yaitu 30% dikategorikan dalam soal mudah, 40% dikategorikan soal sedang dan 30% dikategorikan dalam soal sukar atau sulit. Perbandingan lain yang bisa juga digunakan adalah 25-50-25 dimana 25% merupakan soal dengan kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang dan 25% soal dengan kategori sukar.

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kesukaran adalah proporsi atau peluang siswa untuk menjawab soal


(39)

dengan benar. Tingkat kesukaran yang baik adalah apabila soal tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit untuk dikerjakan oleh siswa.

6. Analisis Pengecoh

Suprananta (2009:43) mengatakan bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi. Pengecoh terdapat dalam pilihan jawaban yang disediakan , dimana dalam pilihan jawaban terdapat 1 (satu) kunci jawaban dan sisanya merupakan pengecoh bagi peserta tes. Pengecoh (disctractor) dikenal juga sebagai penyesat atau penggoda adalah plilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban (Purwanto. 2009:108). Tujan utama dari pengecoh pada suatu tes pilihan ganda yaitu supaya dari sekian banyak responden yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik uuntuk memilihnya, sebab responden akan menyangka bahwa pengecoh yang dipilihnya merupakan kunci jawaban (Sudjiono. 2011: 410).

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan salah satu dari dua komponen yang terdapat dalam

opsi atau pilihan jawaban yang bertujuan untuk mengecoh dan menggoda siswa untuk memilih jawaban lain selain kunci jawaban.


(40)

7. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Purwanto (2009: 82) menyatakan bahwa prosedur pengembangan tea hasil belajar ada 7 (tujuh) langkah, yaitu:

a. Identifikasi hasil belajar

Hasil belajar harus diidentifikasi bidang studi yang hendak diukur hasil belajarnya.

b. Deskripsi materi

Dalam pengumpulan data atas gejala alam, obyek kajian adalah obyek-obyek alam, sedangkan hasil belajr dalam pendidikan obyek-obyek kajiannya adalah perilaku siswa dalam suatu hasil belajar.

c. Pengembangan spesifikasi

Spesifikasi yan dikembangkan menyangkut penentuan jenis tes hasil belajar, banyak butir tes hasil belajar, waktu uji coba, peserta uji coba, aturan skoring, kriteria uji coba, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusu dan menyusun kisi-kisi tes.

d. Menuliskan butir-butir tes dan kunci jawaban

Butir-butir tes ditulis untuk mengukur variabel dengan berpedoman pada kisi-kisi.


(41)

e. Mengumpulkan data uji coba hasil belajar

Pengumpulan data uji coba dilakukan dengan mengujikan instrumen uji coba tes hasil belajar yang ditulis berdasarkan kisi-kisi.

f. Uji kualitas tes hasil belajar

Butir tes hasil belajar yang ditulis berdasarka kisi-kisi adalah butir soal yang secara teori bai. Kegiatan uji coba kualitas dilakukan untuk menjamin bahwa tes hasil belajar layak sebagai sebuah alat ukur.

g. Kompilasi tes

Kompilasi tes adalah menyusun kembali butir setelah uji coba dengan membuang butir yang jelek dan menata butir yang baik.

Mardapi (2008: 88) menyatakan bahwa langkah pengembangan tes ada sembilan, yaitu:

a. Menyusun spesifikasi tes

Menyusun spesifikasi tes mencakup kegiatan menentukkan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes.


(42)

b. Menulis soal tes

Penulisan soal merupakan lanhkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakterisitiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Menelaah soal tes

Menelaah soal tes dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan.

d. Melakukan uji coba tes

Uji coba digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun.

e. Menganalisis butir soal

Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda, dan juga efektivitas pengecoh.

f. Memperbaiki tes

Langkah ini dilakukan untuk memperbaiki masing-masing soal yang ternyata masih belum baik.


(43)

g. Merakit tes

Dalam hal merakit soal, hal-hal yang dapat dipengarui validitas soal, seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya.

h. Melaksanakan tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor. Skor ditafsirkan menjadi nilai dengan kriteria rendah, tengah, atau tinggi.

Berdasarkan dua teori di atas dapat peneliti simulkan bahwa prosedur pengembangan tes hasil belajar ada 9 (sembilan), yaitu; (1) identifikasi hasil belajar; (2) menulis soal tes; (3) menelaah soal tes; (4) melakukan uji coba tes; (5) menganalisi kualitas soal; (6) memperbaiki tes; (7) menyusun tes yang baik; (8) melakukan uji coba tes kembali; dan (9) menafsirka hasil tes.

8. Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 888), matematika adlah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Susanto (2013: 185) menjelaskan bahwa matematika merupakan salah satu disiplin ilmr yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat, serta memberikan kontribusi dalam pemecahan


(44)

masalah sehari-hari. Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, struktur yang terorgasisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Dari definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan-hubungan antar struktur tersebut.

9. Program TAP (Test Analysis Program)

TAP dirancang sebagai paket yang kuat dan mudah digunakan. Sebagai analisis tes, pengguna dapat memasukkan data nilai ujian dalam format teks atau memasukkan data tes langsung ke dalam program. Pengguna dapat mengatur berbagai parameter data sampel, termasuk kesulitan tes, jumlah skor, jumlah item tes, dan jumlah kemungkinan jawaban per item (Lewis dalam Wirastri, 2014: 36). Lawis (dalam Wirastri, 2014:43) menyatkan bahwa program TAP dapat digunakan untuk menganalisis:

a. Total nilai yang didapat siswa untuk mengetahui rata-rata atau

maen, maksimum nilai yang didapatkan, minimal nilai yang didapatkan, serta standar deviasi


(45)

b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesulitan soal, apakah termasuk soal yang mudah, sedang ataukan soal yang sulit c. Daya pembeda soal untuk mengetahui apakah soal tersebut dapat

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dilihat dari skor yang didapatkan siswa d. Tingkat validitas soal yang digunakan untuk melihat apakah soal

tersebut valid atau tidak

e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui apakah pengecoh berfungsi dengan baik.

Berdasarkan pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa program TAP dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesukaran, daya beda, pengecoh, validitas, dan reliabilitas.

10.Taksonomi Bloom yang Direvisi

Anderson dan Krathwohl (2010: 6) menyatakan bahwa Taksonomi adalah sebuah kerangka. Taksonomi tes hasil belajar ini akan membahas teksonomi bloom yang telah direvisi. Taksonomi bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi resvisi ini memiliki dua dimensi. Sebagaimana telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya, dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengembangan.

Kategori-kategori pada dimensi proses kognitif merupakan pengklasifikasian proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang


(46)

terdapat dalam tujuan-tujuan pendidikan yang meliputi mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010: 43). Kategori tersebut adalah:

a. Mengingat

Proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat kembali (Anderson & Krathwohl, 2010: 104)

b. Memahami

Memahami adalah suatu proses mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atapun grafis (Anderson & Krathwohl, 2010: 105).

c. Mengaplikasikan

Mengaplikasikan merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah (Anderson & Krathwohl, 2010: 106).

d. Menganalisis

Menganalisis merupakan salah satu proses kognitif yang melibatkan kegiatan memecah-mecahkan materi menjadi bagian-bagian kecil. Bagian-bagian kecil tersebut dapat menentukan bagaimana hubungan antar bagian, antara setiap bagian, dan struktur keseluruhan yang membentuk materi tersebut (Anderson & Krathwohl, 2010: 120).


(47)

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteri dan standar-standar tertentu. Proses kognitif mengevaluasi ini mencakup dua kategori yakni memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 125).

f. Mencipta

Mencipta adalah kegiatan yang melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang utuh dan koheren atau fungsional (Anderson & Krathwohl, 2010: 128). Tujuan kegiatan mencipta ini adalah menuntut siswa untuk dapat membuat produk baru dengan menyusun kembali sejumlah elemen atau bagian menjadi suatu pola ayau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. Proses mencipta ini memiliki kategori, yaitu: merumuskan, merencanakan dan memproduksi (Anderson & Krathwohl, 2010: 130).

Berdasarkan penjelasan tokoh diatas, terdapat enam tingkatan proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Keenam proses kognitif tersebut adalah mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.


(48)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian di bawah ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti tentang pengembangan tes belajar.

Pertama, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Vita Kurniawati (2016) melakukan penelitian yang bejudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Hitung, Pembulatan dan Penaksiran untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan tes hasil belajar matematika dan menganalisis butir soal. Hasil penelitian ini adalah: (1) Langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar matematika materi operasi hitung, pembulatan dan penaksiran meliputi tujuh langkah 1) Potensi dan Masalah; 2) Pengumpulan Data; 3) Desain produk; 4) Uji Validasi produk; 5) Revisi desain; 6) Uji coba produk dan 7) Revisi produk, (2) Analisis kualitas butir soal dengan hasil analisis validitas, reliabilitas dan kualitas butir soal bahwa dari 40 soal yang telah diujicobakan terdapat 20 soal yang layak untuk dipergunakan. Soal yang dianalisis dan layak digunakan akan disusun menjadi suatu buku kumpulan soal.

Kedua, penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen untuk Siswa Kelas V di SD Negeri 79 Palembang” oleh Darmawijoyo dkk (2011). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal pemecahan maslah berbasis argumen yang valid dan praktis pada pokok bahsan pecahan, bangun datar dan bangun ruang untuk


(49)

siswa kelas V SD serta untuk mengetahui efek potensial soal yang dikembangkan terhadap hasil belajar siswa kels V di SD Negeri 79 Palembang, hasil analisis data menyimpulkan bahwa penelitian ini telah menghasilkan produk soal pemecahan masalah berbasis argumen pada pokok bahsan pecahan, bangun datar dan bangun ruang utnuk siswa kelas V SD yang valid dan praktis.

Ketiga, penelitian yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD” oleh Suryanto dkk. (2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menemukan prosedur pengembangan tes diagnostik yang dikembangkan (2) mengetahui kualitas butir tes diagnostik yang dikembangkan, dan (3) mengetahui informasi yang dapat dimunculkan dari hasil analisis tes diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) pengembangan tes belajar diagnostik kesulitan belajar matematika di SD ini meliputi : studi pendahuluan, studi literatur dan hasil-hasil penelitian, analisis masalah, merumuskan learning continum, uji coba terbatas, dan uji yang diperluas, (2) indeks daya beda butir tes antara 0,391 sampai dengan 2,317, indeks kesukaran butir tes antara -2,158 sampai dengan 2,58, kecocockan uji tes dengan kemampuan peserta antara -2,00 sampai dengan 2,60, dan ungsi inormasi tes antara 0,111 sampai dengan 3,879, dan (3) informasi yang dapat dimunculkan dari tes meliputi: hasil tes secara


(50)

klasikal dan individual, grafik ketuntasan belajar, profil individual, analisis salah konsepsi dan saran remidial.

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan

Berdasarkan ketiga penelitian yang sudah ada menganai pengembangan tes di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk diteliti.

Vita Kurniawati (2016) melakukan penelitian yang

bejudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Operasi

Hitung, Pembulatan dan Penaksiran untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”

Suryanto, dkk (2014) Pengembanagan Tes

Hasil Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD Darmawijoyo, dkk (2011)

Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen untuk Siswa Kelas V di SD Negeri

Ramdan Nur A (2017) Pengembangan Tes Hasil Belajar

Matematika Materi Operasi Hitung Campur dan Uang untuk


(51)

C. Kerangka Berpikir

Penilaian hasil belajar merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan seseorang dalam hal ini siswa Sekolah Dasar dalam menerima pengetahuan dan pengalaman yang diberikan. Untuk memperoleh penilaian hasil belajar dilakukan dengan melakukan tes hasil belajar dimana terdapat tes hasil belajar obyektif dan tes hasil belajar uraian. Tes hasil belajar yang baik dibuat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku dengan melihat Standar Kompetensi, Kompetensi dasar kemudian Indikator dan setelah itu diturunkan menjadi soal. Dalam membuat soal juga hendaknya memperhatikan aspek kognitif agar menjadi sebuah sarana ukur atau alat ukur yang efektif. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru , diketahui bahwa guru terbiasa membuat soal secara instan yaitu dengan mengambil soal-soal yang sudah terdapat pada buku paket atau membuat sendiri tanpa memperhatikan aspek-aspek yang diperlukan.

Salah satu bentuk tes hasil belajar adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda termasuk dalam tes hasil belajar obyektif dimana peserta tes dalam hal ini siswa diwajibkan memilih satu dari beberapa pilihan jawaban yang disediakn yang terdiri dari kunci jawaban dan beberapa pengecoh. Kelebihan dari tes pilihan ganda ini salah satunya adalah jawaban dari siswa dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat, penilaian bersifat obyektif atau tidak terpengaruh oleh faktor-faktor lain sedangkan kelemahan tes pilihan ganda


(52)

adalah proses pembuatan soalnya memakan waktu yang cukup lama karena selain harus membuat soal yang sesuai dengan aspek-aspek yang dibutuhkan, juga harus mempertimbangkan pilihan jawaban yang disediakan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari wawancara bersama guru, peneliti terpacu untuk mengembangkan tes hasil belajar jenis pilihan ganda yang dapat mengukur ranah kognitif siswa secara keseluruhan dari mengingat sampai mencipta. Matematika dalam pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki beberapa Kompetensi Dasar, dan peneliti mengambil kompetensi dasar operasi hitung campur dan uang.

Pengembangan penelitian ini berdasrkan pada seluruh ranah kognitif siswa yang terdiri dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalsis, menilai dan mencipta. Pengembangan tes hasil belajar ini juga mendeskripsikan produk tes hasil belajar dilihat dari validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran serta analsisis pengecoh. Hasil dari penelitian pengembangan ini diharapkan mampu menjadi alat ukur yang efektif untuk mengetahui kemampuan belajar siswa.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana megembangkan tes hasil belajar Komptensi Dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD?


(53)

2. Bagaimana kualitas tes hasil belajar Komptensi Dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD berdasrkan hasil penilaian para ahli?

3. Bagaiman validitas tes hasil belajar Komptensi Dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris?

4. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar Komptensi Dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris?

5. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar Komptensi Dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD berdasarkan hasil uji coba empiris?

6. Bagaimana tingkat kesulitan tes hasil belajar Komptensi Dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD berdasrkan hasil uji coba empiris?

7. Bagaimana hasil analisis pengecoh tes hasil belajar Komptensi Dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III SD berdasrkan hasil uji coba empiris?


(54)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang jenis penelitian, seting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitiian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). R&D adalah bentuk metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono. 2014: 297). Sugitono (2014: 298) menambahkan bahwa menurut Borg and Gall ada 10 langkah yaitu: (1) potensi masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6) uji coba produk; (7) revisi produk; (8) uji coba pemakaian; (9) revisi produk; (10) produksi masal.


(55)

Gambar 3.1 Bagan Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Berikut adalah penjelasan mengenai sepuluh langkah-langkah penelitian menurut Sugiyono (2011:298-311)

1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Potensi dan masalah yang ditemukan dalam penelitian ditunjukkan dengan data empirik. Masalah ini dapat diatasi melalui

R&D dengan cara meneliti dan menggali setiap permasalahan sehingga dapat ditentukan suatu model, pola untuk menyelesaikan masalah sehingga dapat dijalankan dan dilaksanakan secara efektif. Masalah bisa didapat dari berbagai Potensi dan

masalah

Revisi desain

Revisi produk

Uji coba produk

Revisi produk

Uji coba pemakaian Produksi

masal

Pengumpulan data

Desain produk

Validasi desain


(56)

sumber seperti dari laporan kegiatan, dan juga dari orang lain yang bersangkutan.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang berkaitan dan dapat digunakan untuk perencanaan produk. Informasi ini diharapkan bisa mengatasi masalah-masalah yang ditemukan. Metode pengumpulan data dan informasi tergantung pada permasalahan yang akan diangkat.

3. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini harus berupa gambar dan bagan sehingga dapat menjadi pegangan dan acuan dalam menilai dan membuatnya.

4. Validasi Desain

Validasi desain adalah langkah yang dilakukan untuk membuktikan atau menilai rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru apakah lebih baik dari yang sebelumnya atau tidak secara rasional. Validasi desain ini dapat dilakukan dengan mendatangkan ahli dalam hal tertentu untuk menilai produk.


(57)

5. Revisi Desain

Kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada produk didapat dari para ahli dan pakar yang sudah melakukan validasi, kemudian kelemahan dan kekurangan yang ada dikurangi dengan memperbaiki desain.

6. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui kualitas desain produk yang telah peneliti buat. Dalam pelaksanaannya produk tetap harus diteliti lebih dalam untuk mencari apakah masih ada kekurangan. Uji coba produk dilakukan di lapangan pada subjek penelitian.

7. Revisi Produk

Setelah dilakukannya uji coba, akan muncul kelemahan dan kekurangan-kekurangan baru ketika di ujikan di lapangan. Kelemahan ini diperbaiki dengan penyempurnaan untuk selanjutnya kembali diujikan.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah dilakukan revisi, produk yang baru diterapkan pada obyek yang nyata dan lebih luas lingkupnya namun dalam praktiknya harus tetap ada penilaian tentang hambatan dan masalah yang ditemukan dalam pengujian.


(58)

9. Revisi Produk

Revisi produk dalam tahap ini merupakan revisi produk yang terakhir dilakukan oleh peneliti. Hal yang diperbaiki dan disempurnakan didapat dari masalah yang muncul ketika melakukan uji coba pemakaian.

10.Produk Masal

Hasil dari revisi yang terakhir dilakukan mmerupakan produk jadi yang telah disempurnakan. Produksi masal dilakukan apabila produk yang telah diuji dinyatakan telah layak untuk diproduksi masal.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian mencakup tempat penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian dan objek penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD N Caturtunggal 1 yang beralamat di Jalan Pandega Marga 1, Manggung, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta dan di SD N Caturtunggal 3 yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 4,5, Kocoran, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.


(59)

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian pengembangan ini dilakukan mulai dari Bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Januari 2017. Penelitian dimulai dari permohonan izin terhadap pihak sekolah hingga pengujian.

3. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas III SD N Caturtunggal 1 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah sebanyak 30 siswa dan siswa kelas III SD N Caturtunggal 3 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 siswa.

4. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah pengembangan tes hasil belajar kompetensi dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini berisi tentang langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti hingga menghasilkan produk akhir. Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2012: 298). Langkah-langkah tersebut dimodifikasi oleh peneliti. Langkah-langkah yang digunakan meliputi: (1) potensi masalah,


(60)

(2) pengumpulan data, (3) desain produ, (4) validasi desain, (5) revisi desai, (6) uji coba produk, (7) revisi akhir produk.

Gambar 3.2 Bagan modifikasi Pengembangan Tes Hasil Belajar menurut Borg dan Gall

1. Potensi dan Masalah

Potensi dan masalah merupakan tahapan awal dalam penelitian pengembangan. Potensi merupakan sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki nilai lebih (Sugiyono, 2012: 298) sedangkan masalah merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi (Sugiyono, 2012: 299). Dalam penelitian ini, potensi dan masalah bersumber dari observasi kelas III SD N Caturtunggal 1 dan SD N Caturtunggal III. Observasi dilakukan untuk mengetahui masalah yang ada terkait dengan pembelajaran. Potensi dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang akan dikembangkan oleh peneliti.

Langkah 1 Analisis masalah

Langkah 2 Pengumpulan data

Langkah 3 Desain produk

Langkah 6 Uji coba produk

Langkah 7 Revisi produk

Langkah 4 Validasi desain Langkah 5


(61)

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara dengan guru kelas III SD N Caturtunggal I dan SD N Caturtunggal III. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan belajar siswa mengenai operasi hitung campur dan uang.

3. Desain Produk

Penyusunan tes hasil belajar diawali dengan menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran matematika kelas III. Selanjutnya peneliti menyusun indikator-indikator berdasarkan SK dan KD yang telah dipilih kemudian membuat butir soal sebanyak 60 soal dengan memperhatikan aspek kognitif (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, mencipta). Dalam pembuatan butir soal peneliti memperhatikan karakteristik butir soal diantaranya tingkat kesulitan, daya beda, dan pengecoh.

4. Validasi Desain

Validasi desain dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan produk sudah cukup efektif untuk diujikan atau masih memiliki kekurangan. Validasi pada tahap ini hanya sebatas pendapat para ahli yang berprofesi sebagai guru dan belum melalui uji coba lapangan. Uji coba rancangan produk dilakukan oleh 4 orang guru Sekolah Dasar yang ahli dalam bidang matematika.


(62)

5. Revisi Desain

Revisi atau perbaikan desain rancangan produk dilakukan setelah ahli melakukan validasi dan menemukan kekurangan-kekurangan yang selanjutnya dikurangi dan diperbaiki oleh peneliti. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan diperbaiki sesuai dengan kritik dan saran yang diberikan oleh para ahli.

6. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan setelah peneliti melakukan perbaikan desain produk sesuai dengan masukan dan saran yang diterima oleh ahli. Uji coba produk ini dilakukan untuk mmengetahui kualitas desain produk yang dibuat. Produk yang sudah direvisi kemudian dibagi menjadi 2 tipe soal yaitu soal tope A dan soal tipe B.pembagian soal menjadi dua dilakukan oleh peneliti dengan tujuan agar siswa tidak mengerjakan soal terlalu banyak dan dapat selalu fokus dalam setiap pengerjaan soal. Pembagian soal dilakukan dengan membagi rata sesuai dengan indikator dan jumlah butir soal. Setelah produk selesai disusun, tahap selanjutnya adalah uji coba produk lapangan pada siswa kelas III SD N Caturtunggal 1 dan siswa kelas III SD N Caturtunggal 3. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari produk yang telah peneliti buat.


(63)

7. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan dengan melakukan analisis validitas, reliabilitas, serta karakteristik butir soal meliputi pengecoh, daya beda, tingkat kesukaran. Revisi produk tes hasil belajar ini dilakukan dengan mengambil soal-soal terbaik dari 60 soal yang peneliti buat yang telah diujikan. Soal-soal terbaik diambil berdasarkan validitas, reliabilitas dan karakteristik butir soal yang sesuai dengan kriteria yang benar. Tahap revisi produk ini merupakan revisi terakhir sebelum menghasilkan produk asli yang diakui keefektifannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan adalah salah satu hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengisian kuisioner, dan tes (Sugiyono, 2013: 137).

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data non tes yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahi informasi-informasi berkaitan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan tes hasil belajar serta masalah-masalah apa saja yang ditemui dalam pembuatan soal tes hasil belajar. Menurut Sugiyono (2011: 231), wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dengan tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu


(64)

topik tertentu. Wawancara merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara sepihak, berhadapan muka dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan (Sudijono, 2011: 82).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan tujuan untuk mengetahui sebuah topik yang sudah ditentukan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III SD N Caturtunggal 1. Wawancara dilakukan bertujuan untuk mengetahui kebutuhan guru terkait pembuatan soal tes hasil belajar.

2. Kuesioner

Sugiyono (2013: 142) menyatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memmberi seperangkat pertanyaan atau peertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selanjutnya Arikunto (2013: 42) menjelaskan bahwa kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang diukur (responden). Dengan kuesioner orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap dan pendapatnya. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan oleh peneliti untuk validasi isi desain produk oleh para


(65)

ahli. Peneliti memberikan instrumen validasi kepada empat guru ahli matematika.

3. Tes

Azwar (2016: 1) menyatakan bahwa tes merupakan instrumen atau alat pengukuran. Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut serta dapat dibandingkan dengan siswa yang lain atau nilai standar yang ditetapkan ( Nurkancana dalam Suwandi, 2009: 39).

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes obyektif pilihan ganda. Tes hasil belajar mengacu pada kompetensi dasar yang sudah ditentukan yaitu uang dan operasi hitung campur untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 102), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Peneliti membagi dua data dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa wawancara dan data kuantitatif dalam penelitian ini berupa kuesioner dan tes uji coba produk.


(66)

1. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa pedoman wawancara dengan guru. Wawancara dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai kebutuhan serta kesulitan guru dalam pembuatan soal matematika yang baik.

Tabel 3.1 Pedoman wawancara analisis kebutuhan

No Kisi-kisi Pertannyaan 1. Karakteristik soal yang baik

2. Prosedur atau langkah-langkah dalam penyusunan tes hasil belajar matematika

3. Pengalaman guru dalam menyusun tes hasil belajar matematika 4. Kesulitan atau kendala dalam pengembangan tes hasil belajar

matematika

5. Cara penyusunan tes hasil belajar matematika 6. Kebutuhan tes hasil belajar matematika

2. Data Kuantitatif

a. Kuesioner

Kuesioner dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Kuesioner berisi. Kuesioner ini berisi 15 butir pernataan dan memilii empat skala yaitu 1,2,3,4. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner produk tes hasil belajar.


(67)

Tabel 3.2 Kuesioner produk tes hasil belajar

No Indikator Komponen Penilaian No Item

1. 1. Materi Kesesuaian butir soal dengan setiap Indikator.

1 Setiap butir soal memiliki satu kunci jawaban yang paling benar.

2

2. Konstruksi Soal

Kalimat dalam setiap soal meminimalisir penggunaan kalimat negatif.

3

Soal jelas dan mudah dipahami

4 Setiap butir soal sesuai dengan materi

5 Penulisan kalimat setiap butir soal sesuai dengan EYD

6 Menghindari pengulangan kalimat dalam butir soal

7 Tingkat kesukaran sesuai dengan kemampuan siswa.

8 Pengecoh dalam opsi jawaban tidak terlalu tampak

9 Soal tidak memudahkan siswa untuk menjawab secara langsung.

10

b. Tes

Instrumen tes yang digunakan berupa tes hasil belajar kompetensi dasar operasi hitung campur dan uang. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kualitas pada setiap butir soal.


(68)

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal tes hasil belajar matematika

No Standar Kompetensi

Kelas / semester

Kompetensi dasar

Materi Indikator Nomor

soal tipe A dan B 1. 1.

melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka.

III / 1 1.4

Melakukan operasi hitung campur. Operasi hitung campuran 1.4.1 mengetahui cara menyelesaikan operasi hitung (C1) 1, 2 1.4.2 memahami operasi hitung campuran (C2) 3, 4 1.4.3 mengurutkan operasi hitung campuran(C3)

5, 6, 7, 8, 9 1.4.4 menyususn operasi hitung campuran sesuai dengan permasalahan yang ada dalam soal cerita (C6)

10, 11, 12, 13 1.5 memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang

uang 1.5.1 mengenal dan memahami mata uang rupiah (C2) 14, 15 1.5.2 membandingkan berbagai macam nilai mata uang (C5)

16, 17, 18, 19,


(69)

1.5.3

memecahkan masalah tentang nilai mata uang (C4) 20, 21, 22, 23, 24 1.5.4 mengidentifikasi soal cerita yang berkaitan dengan uang (C1) 25, 26, 1.5.5 menyelidiki jumlah harga dari sekelompok barang yang dibeli atau dijual (C3)

27, 28, 29, 30

F. Teknik Analasis Data

Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis yaitu data kualitatif yang berupa hasil wawancara peneliti serta dari kritik dan saran dari para ahli atau validator. Sedangkan data kuantitaif dari penelitian ini berupa validasi produk oleh ahli atau validator dan hasil analisis butir soal.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan ahli yaitu guru kelas III SD N Caturtunggal 1 dan guru kelas III SD N Caturtunggal 3. Data kualittaif juga berasal dari saran serta kritik yang diperoleh peneliti dari para ahli. Data dianalisis oleh peneliti dengan


(70)

mmembuat kesimpulan dari hasil wawancara serta kritik dan saran yang diberikan oleh ahli. Hasil dari data kualitatif digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam perbaikan produk yang dibuat.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk uji kelayakann tes hasil belajar. Data kuantitatif berasal dari penilaian validator ahli. Data hasil juga diperoleh dari analisis butir soal yang mencangkup validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, serta pengecoh.

a. Validator Ahli

Data kuantitatif yang diperoleh dari keempat validator ahli tersebut akan dianalisis sebagai hasil dari validitas isi, seperti tabel dibawah ini (Widoyoko, 2015: 69).

Tabel 3.4 Kualifikasi Skor Validator Ahli

Interval Tingkat Pencapaian Kualifikasi 3,25< M≤ 4,00 Sangat Baik

2,50< M≤ 3,25 Baik

1,75< M≤ 2,50 Kurang Baik

0,00< M≤ 1,75 Tidak Baik


(71)

Dari tabel diatas produk yang layak digunakan jika interval tingkat pencapaian mencapai 2,50<M<3,25 dengan kualifikasi baik atau tingkat pencapaian mencapai 3,25<M<4,00 dengan kualifikasi sangat baik.

b. Analisis Butir Soal

Data kuantitatif dalam penelitian ini juga berasal dari tes hasil belajar siswa. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan program TAP (Test Analysis Program).

1) Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 2009: 5). Suprananta (2004:50) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu konsep berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Masidjo (1995: 242). menyatakan bahwa validitas adalah taraf kemampuan tes mangukur yang seharusnya diukur. Peneliti dalam menganalisis validitas menggunakan program TAP dengan teknik korelasi poin bisserial. Menurut Sugiyono (2010: 258) item yang dapat dikatakan valid adalah item yang mempunyai nilai nilai > dengan atas dasar taraf signifikan yang digunakan sebesar 5% atau 0,05. adalah r yang diperoleh dari hasil TAP sama dengan atau lebih besar dari r dalam


(72)

tabel signifikansi. Rumus yang digunakan untuk mencari point bisserial menurut Sudijono (2009: 258) adalah sebagai berikut :

Keterangan

= koefisien korelasi biserwal

= rerata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya

= rerata skor total

= standar deviasi dari skor total proposisi =

= proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1-q)

Berdasarkan pada tabel signifikansi, pada taraf signifikan 5% dengan jumlah siswa (N) = 30 adalah 0,361. Maka soal dikatakan valid jika nilai itemnya mencapai minimal 0,361. Intepretasi validitas dibagi menjadi 5 (Masidjo, 1995: 243):

Tabel 3.5 Kriteria Validitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1.00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah


(73)

Gambar 3.3 Hasil Analisis validitas pada Program TAP

Keterangan : = hasil uji validitas TAP

2) Reliabilitas

Azwar (2009: 4) mengemukakan bahwa reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila memberikan hasil tes yang tetap apabila diujikan secara berulang-ulang. Purwanto (2009: 154) menjelaskan bahwa reliabilitas merupakan akuransi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan menghasilkan ukuran yang sebenarnya.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan oleh peneliti adalah metode belah dua atau Split-half Method. Metode ini dilaksanakan dengan cara membelah item tes menjadi dua bagian.


(74)

Langkah pertama menggunkan rumus product moment dengan angka kasar adalah sebagai berikut (Arikunto, 2013: 213):

R x y Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y X = Skor butir soal ganjil

Y = Skor butir soal genap N = Jumlah responden

Langkah kedua menggunkan formula Spearman-Brown sebagai berikut (Arikunto, 2013: 223) :

Keterangan

= koefisien reliabilitas penuh instrumen = koefisien reliabilitas setengah instrumen

Masidjo (1995: 208) menjelaskan bahwa reliabilitas adalah taraf kemampuan tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel x dan y :


(75)

Rxy =

Keterangan

Rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y X = Skor butir soal ganjil

Y = Skor butir soal genap N = Jumlah responden

Menurut Masidjo (1995: 209), interprestasi reliabilitas dibagi menjadi 5 yakni: Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat Rendah

Penelitian menetapkan item yang lolos yaitu item yang mencapai minimum r = 0,41 dalam kategori cukup.

Gambar 3.4 Hasil Analisis Reliabilitas pada Program TAP


(76)

3) Daya Beda

Arikunto (2015: 167) menjelaskan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya beda digunakan untuk menentukan apakah butir soal tersebut memiliki kemampuan membedakan kelompok dari aspek yang diukur, sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok tersebut (Widoyoko. 2014: 136). Dijelaskan juga oleh Sudjana (2009: 141) bahwa tes dikatakantidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasil rendah, dan diberikan ke anak prestasi rendah hasilnya tinggi, atau diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut hasilnya sama.

Angka yang menunjukkan besarnya daya beda disebut dengan indeks diskriminasi, disingkat “D”. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.

-1,00 0,00 1,00


(77)

Berikut merupakan rumus yang digunakan ntuk mencari daya pembeda menurut Kelley dalam Supranata (2005)

D = Indeks daya pembeda

BA = Jumlah jawaban benar butir soal tertentu siswa kelompok atas

BB = Jumlah jawaban benar butir soal tertentu siswa kelompok bawah

NA = Banyak siswa kelompok atas NB = Banyak siswa kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2012: 232) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda

Rentang Nilai Kategori

0,00-0,20 Jelek (poor)

0,21-0,40 Cukup(satistifactory)

0,41-0,70 Baik (good)

0,71-1,00 Baik sekali (excellent)

Negatif Semua tidak baik, dibuang

Berdasarkan tabel kriteria daya pembeda diatas, peneliti menggunakan kriteria tersebut untuk membedakan siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah.


(78)

Gambar 3.5 Hasil daya pembeda program TAP

Keterangan : = hail uji daya pembeda pada TAP

4) Tingkat Kesukaran

Menurut Sudjana (2009: 135) tingkat kesukaran soal dilidhat dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, dan bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Hal ini dijelaskan pula oleh Arikunto (2012: 222) yang mengatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tingkst kesukarannya tidak terlalu mudah namun juga tidak terlalu sukar. Dalam hal ini pembuatan soal harus seimbang antar soal yang dikategorikan mudah, sedang dan soal yang dikategorikan sukar atau sulit. Menurut Sulistiyoini ( 2009: 174), salah satu dasar perbandingan jumlah soal setiap kategori yaitu dengan menggunakan pola 3-4-3, yaitu 30% dikategorikan dalam soal


(79)

mudah, 40% dikategorikan soal sedang dan 30% dikategorikan dalam soal sukar atau sulit. Perbandingan lain yang bisa juga digunakan adalah 25-50-25 dimana 25% merupakan soal dengan kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang dan 25% soal dengan kategori sukar. Bilangan yang menunjukkan tingkat kesukaran sebuah soal disebut dengan Indeks Kesukaraan. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Apabila indeks kesukaran sebuah soal besarnya 0,00 maka soal tersebut dikategorikan sangat mudah, dan apabila indeks kesukaran sebuah soal besarnya 1,00 maka soal tersebut dikategorikan sangat sulit. Berikut ini adalah rumus tingkat kesukaran menurut Kusaeri (2014:106). Rumus mencari tingkat kesukaran menurut Arikunto (2012: 223) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2012: 225), secara umum indeks kesukaran dapat diklasifikasi sebagai berikut:


(80)

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Rentang nilai Kategori

0,00-0,30 Sukar 0,31-0,70 Sedang 0,71-1,00 Mudah

Gambar 3.6 Hasil tingkat kesukaran pada program TAP

Keterangan : = hasil uji tingkat kesukaran pada TAP

5) Pengecoh

Suprananta (2009:43) mengatakan bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi. Pengecoh terdapat dalam pilihan jawaban yang disediakan , dimana dalam pilihan jawaban terdapat 1 (satu) kunci jawaban dan sisanya merupakan pengecoh bagi peserta tes. Pengecoh (disctractor) dikenal juga sebagai penyesat atau penggoda adalah plilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban (Purwanto. 2009:108). Tujan utama dari pengecoh pada suatu tes pilihan


(81)

ganda yaitu supaya dari sekian banyak responden yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik uuntuk memilihnya, sebab responden akan menyangka bahwa pengecoh yang dipilihnya merupakan kunci jawaban (Sudjiono. 2011: 410).

Arikunto (2012: 234) berpendapat bahwa distraktor dikatakan dapat berfungsi dengan baik apabila pengecoh paling sedikit dipilih 5% dari pengikut tes. Pengecoh yang terdapat pada soal diharpkan dapat berfungsi semua dam apabila pengecoh tidak berungsi secara maksimal, maka peneliti akan melakukan revisi pada pengecoh yang kurang berfungsi. Peneliti pada penelitian ini menggunakan skor 5% atau apabila dikonversikan kedalam bentuk desimal menjadi 0,05 untuk menentukan batas minimal kriteria pengecoh yang baik.


(82)

Gambar 3.7 Hasil analisis pengecoh program TAP


(83)

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV pada penelitian ini membahas dua pokok bahasan. Kedua pokok bahasan tersebut meliputi hasil penelitian dan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar

Pengembangan tes hasil belajar kompetensi dasar operasi hitung campur dan uang untuk siswa Sekolah Dasar kelas III dikembangkan berdasarkan modifikasi langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall. Langkah-langkahnya pengembangannya meliputi tujuh langkah berikut :

a. Potensi dan Masalah

Masalah ditemukan oleh peneliti dengan melakukan analisis kebutuhan berupa wawancara pada tanggal 4 Juli 2016 dengan guru kelas III SD N Caturtunggal 1. Hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat potensi untuk mengembangkan tes hasil belajar matematika. Wawancara dilakukan oleh peneliti terkait dengan pembuatan tes hasil belajar yang dilakukan oleh guru selama ini. Hasil dari wawancara menunjukkan bahwa guru jarang membuat sendiri soal tes hasil belajar ketika akan


(1)

Item 25 19,167 4,719 0,793 2,148 0,934 0,867

Item 26 19,000 4,967 0,812+ 2,154 0,330 0,230

Item 27 19,167 4,906 0,811 2,133 0,388 0,276

Item 28 19,700 5,093 0,826+ 2,126 -0,223 -0,332

Item 29 19,433 4,924 0,815+ 2,119 0,291 0,169

Item 30 19,233 4,931 0,814+ 2,125 0,292 0,174

====================================================== ====================

+ indicates that KR20 (0,812) improves if the item is removed

Mean Biserial Correlation = 0,565 Minimum Biserial Corr. = -0,223 Maximum Biserial Corr. = 1,000

****************************************************** *********************

Answer Key Analysis

****************************************************** *********************

================================== Bar Chart for Correct Answer Usage


(2)

==================================

Answer Key Count Graph (each @ represents 1 case) --- --- --- Option 1/A 8 @@@@@@@@

Option 2/B 8 @@@@@@@@ Option 3/C 11 @@@@@@@@@@@ Option 4/D 3 @@@

===================================== Bar Chart for Number of Options Usage =====================================

# Options Count Graph (each @ represents 1 case) --- --- --- 2 Options 0

3 Options 0

4 Options 30 @@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

****************************************************** ******

Item Included, Answer Key, Additional Correct Options ****************************************************** ******


(3)

ITEMS INCLUDED: ===============

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

=============== ITEMS EXCLUDED: ===============

No Items were EXCLUDED from the analysis

============================ CORRECT ANSWERS (Item#-Key): ============================

# 1-2 # 2-2 # 3-2 # 4-1 # 5-1 # 6-4 # 7-2 # 8-2 # 9-3 #10-4

#11-1 #12-1 #13-3 #14-3 #15-2 #16-1 #17-4 #18-1 #19-2 #20-1

#21-3 #22-3 #23-3 #24-3 #25-1 #26-2 #27-3 #28-3 #29-3 #30-3

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ TAP: Test Analysis Program (version 14.7.4) Copyright © 2003-2014 Gordon P. Brooks


(4)

(5)

Lampiran 9 Tabel Nilai r


(6)

Ramdan Nur Aminudin merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Lahir di Banyumas 28 Januari 1996. Peneliti menempuh Pendidikan Dasar di SD N 3 Cihonje pada tahun 2001-2007. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP N 1 Gumelar pada tahun 2007-2010. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA N 4 Purwokerto pada tahun 2010 dan dinyatakan lulus pada tahun 2013. Peneliti mulai tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma sejak tahun 2013, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar.

Selama menempuh perkuliahan, peneliti aktif mengikuti berbagai kegiatan untuk membangun soft skill. Pada tahun 2014, peneliti mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I dan II. Pada tahun yang sama peneliti juga mengikuti Kursus Mahir Dasar (KMD) pramuka di Youth Centre Sleman. Selama empat semester, peneliti juga mengikuti kegiatan English Club yang diselenggarakan oleh PGSD USD serta Penguasaan Bahasa Inggris Aktif untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris. Peneliti mengikuti berbagai kepanitiaan di lingkungan Prodi dan Fakultas, diantaranya Kuliah Umum “Indonesia Mengajar” pada tahun 2014, Inisiasi Prodi PGSD pada tahun 2015, serta Pekan Ilmiah Fakutas (PIF) pada tahun 2016