40 test
dengan bantuan program SPSS for Windows 16. Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa body image subjek tinggi secara signifikan.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik one sample test diketahui, signifikasinya adalah 0,225 p=0,225 taraf signifikansinya
sebesar 0,05, artinya body image pada remaja putri penderita skoliosis signifikan tidak berbeda.
3. Sumbangan Tiap Aspek Body Image
Tabel 7 Sumbangan tiap aspek dalam body image
Toritik Empirik
N subjek
X
min
X
maks
µ X
min
X
maks
µ
SD
s
2
Global Subjective
35 15
60 37,5
23 52 38,171 6,947 48,264
Afektif Kognitif
Behavioral 35
35 35
15 13
11 60
52 44
37,5 32,5
27,5 27 55 39,800 7,737 59,871
22 46 33,457 5,606 31,432 10 41 28,457 4,507 20,314
Catatan . X
min
= skor paling rendah subyekpada skala yaitu 1; X
maks
= skor paling tinggi subyek pada skala yaitu 4;
μ= rata-rata skor maksimum dan minimum; SD Standar Deviasi= luas jarak sebaran; s
2
= varian; N= jumlah subyek
41 Dapat dilihat pada aspek global subjective, nilai mean empiric
38,171 lebih tinggi daripada nilai mean teoritik 37,5. Berikutnya pada aspek afektif, nilai mean empirik 39,800 lebih tinggi daripada nilai mean
teoritik 37,5. Pada aspek kognitif nilai mean empirik 33,457 lebih tinggi daripada nilai mean teoritik 32,5.Sedangkan yang terakhir yaitu
aspek behavioral, nilai mean empirik 28,457 lebih rendah daripada nilai mean teoritik 27,5.
C. Pembahasan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan keadaan body image remaja putri penderita skoliosis .
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai mean empirik 133
lebih besar daripada mean teoritik 130, dan uji t yang telah dilakukan menunjukan nilai t hitung sebesar 1.235
dengan p=0,225 0,05. Namun setelah dilakukan perhitungan uji statistik one sample test diketahui,
signifikasinya adalah 0,225 p=0,225 taraf signifikansinya sebesar 0,05, artinya body image pada remaja putri penderita skoliosis secara signifikan
tidak berbeda. Subyek yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama
hingga sekolah menengah atas dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap kondisi fisik mereka. Hal ini dikarenakan factor pendidikan dapat merubah
pola fikir mereka terhadap persepsi-persepsi negative body image. Seperti yang diungkapkan oleh Van der Linden Roeders, 1983dalam
Monks, Knoers Haditono, 2001
bahwa sekolah diharapkan dapat memberi pengaruh
42 positive terhadap perkembangan remaja. Pengaruh positive yang diberikan di
sekolah tidak langsung membentuk persepsi yang positive kepada remaja penderita skoliosis yang bersekolah di sekolah formal. Hal ini yang membuat
body image yang sedang pada remaja putri penderita skoliosis.
Faktor hubungan interpersonal memberikan pengaruh terhadap body image
pada remaja putri penderita skoliosis.Striegel-Moore Marcus dalaThompon,1996Faktor interpersonal pada penelitian ini memberikan
sumbangan yang sedang terhadap body image terhadap para remaja penderita skoliosis. Menurut Chas, dkk 2002 umpan balik pada kenampakan fisik juga
menjadi cara orang untuk membangun persepsi tentang bagaimana orang lain melihat dan menilai diri mereka. Umpan balik dapat berasal dari, orangtua,
saudara kerabat, pasangan, rekan sebaya, dan bahkan orang asing. Perbandingan sosial juga menjadi salah satu cara untuk mengukur body
image dengan jalan membandingkan diri individu terhadap individu atau kelompok individu di lingkungan lingkup sosial di mana individu tersebut
bersosialisasi. Subjek penelitian yang mayoritas berada di lingkungan desa serta kebanyakan dari mereka hanya bersosialisasi pada lingkup yang kecil.
Hal ini akan membuat body image mereka sedang.