STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI PENDERITA SKOLIOSIS Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI PENDERITA SKOLIOSIS Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Florentina Nanda Rasty Oktaviana NIM: 079114067 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

  

MOTTO

Selalu Belajar Dari Kegagalan

  PERSEMBAHAN Karya ini ku persembahkan untuk: Yesus Kristus Bunda Maria Ayah Ibu Tercinta Suami dan Anakku Tersayang Kawan-kawan Penderita Skoliosis

  

STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI

PENDERITA SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan body image berdasarkan aspek-aspek pada remaja putri penderita skoliosis dengan jumlah subjek sebanyak 35 remaja putri penderita skoliosis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body image remaja putri penderita skoliosis adalah skala body image yang dirancang berdasarkan teori dari Thompson, Menzel dan Krawczyk (dalam Smolack & Cash 2011). Pembuatan skala berdasarkan 4 aspek yaitu: global subjektif, afektif, kognitif, dan behavioral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Keseluruhan aitem penelitian berjumlah 60 item. Skala tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0,966. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean empirik yang lebih besar daripada nilai mean teoritik (Empirik > Teoritik = 140 >135). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki body image yang tergolong positive.

  Kata kunci : Body image, remaja putri, penderita skoliosis

  

DESCRIPTIVE STUDY: BODY IMAGE OF A GIRL WHO SUFFERS

SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

ABSTRACT

  The objective of this study is to describe the body image based on some aspects of a girl

who suffers skoliosis with the numbers of participants are 35 a girl who suffers skoliosis. The

instrument that is used to measure the body image of a girl who suffers skoliosis is the scale of

body image that is designed based on the theory of Thompson, Menzel, and Krawczyk (Smolack &

Cash 2011). The scale is made based on 4 aspects, namely: global subjective, affective, cognitive,

and behavioral. The method which is used in this study is quantitative descriptive. The numbers of

the whole items used in this study are 60 items. The reliability of the scale is 0.966. The research

findings shows that the value of the empirical mean is greater than the value of theoretical mean

(Empirical > theoretical = 140>135). Based on the result, the writer can conclude that the

subjects of this study can be classified of having positive-body image.

  Key words: Body image,a girl , suffers skoliosis

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang

selalumenyertai dan memberi kasih yang sempurna kepada penulis, sehingga

Studi Deskriptif : Body Image Pada Remaja Putri Penderita skripsi yang berjudul “ Skoliosis ” dapat diselesaikan.

  Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan informasi,

waktu, tenaga, pikiran dan nasehat serta dukungan yang tiada henti dalam

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima

kasih setulusnya kepada:

  

1. Tuhan Yesus dan Ibu Maria yang sudah memberikan berkat dan kuasanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

2. Orang tuaku, terima kasih atas segala, nasehat, pengertian, dorongan, dan

doa yang selalu diberikan kepada penulis.

  

3. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

  

4. Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

  

5. MM. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi

dan dosen pembimbing akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis. Terima kasih juga atas kesabaran dan ketulusannya selama membimbing penulis.

  

6. Buat suamiku R.B Bagus P.H terima kasih telah setia menemani,

mendampingi, memberikan dorongan dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai.

  

7. Untuk buah hatiku tercinta Melody Chaprisa Hamuluhur, terima kasih

telah memberi semangat dan kegembiraan.

  

8. Sahabat-sahabatku: Krisna, Gallo, Ira, Rosa, Aan terimakasih buat bantuan

dan semangatnya.

  

9. Terima kasih untuk tante Rahayu, om Yadi dan adikku Bagas yang sudah

meluangkan waktunya untuk mengantar ke kampus.

  

10. Terima kasih juga kepada teman-teman skoliosis yang bersedia membantu

mengisi skala yang telah dibuat oleh penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  

11. Terima kasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu, yang telah membantu kelancaran studi penulis.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap karya tulis ini

sehingga di masa yang akan dating karya-karya penulis dapat menjadi lebih baik

lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

  Penulis Florentina Nanda Rasty Oktaviana

xi

  DAFTAR ISI i HALAMAN JUDUL........................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING.................. iii HALAMAN PENGESAHAN............................................................. vi HALAMAN MOTTO.......................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................... vii ABSTRAK.......................................................................................... viii ABSTRACT........................................................................................... ix HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....... x KATA PENGANTAR......................................................................... xii DAFTAR ISI........................................................................................ xv DAFTAR TABEL................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................

  1 BAB I. PENDAHULUAN...................................................................

  1 A. Latar Belakang........................................................................

   Rumusan Masalah...................................................................

  6 B.

  6 C. Tujuan Penelitian.....................................................................

   Manfaat Penelitian...................................................................

  7 D. 7

1. Manfaat Teoritis............................................................

  7

  2. Manfaat Praktis ……………………………………….

  8 BAB II. LANDASAN TEORI..............................................................

  8 A. Body Image.................................................................................

xii

  8 Pengertian Body Image.................................................

  1.

  9

2. Aspek Body Image...........................................................

  10

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image......................

  14 Skoliosis.......................................................................................

  B.

  14

1. Definisi Skoliosis..............................................................

  15

2. Penyebab Skoliosis..........................................................

  16 Gejala Skoliosis 3. …………………………………………

  17

  4. Dampak Skoliosis ………………………………………

  19 Remaja Putri Penderita Skoliosis.............................................

  C.

  19 1.

  Batasan Remaja Putri………………………………….

  19

2. Ciri Remaja Penderita Skoliosis....................................

  23 Body Image Pada Remaja Putri Penderita Skoliosis..............

  D.

  29 E. Skema Body Image Pada Remaja Putri penderita Skoliosis..

  30 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN................................................

  30 A. Jenis Penelitian...........................................................................

  30 B. Variabel Penelitian....................................................................

  30 Definisi Operasional..................................................................

  C.

  31 D. Sampel Penelitian.......................................................................

  31 Metode Pengumpulan Data.......................................................

  E.

  33 F. Validitas dan Reliabilitas..........................................................

  33

1. Validitas............................................................................

  34 Seleksi Item......................................................................

  2.

  36

3. Reliabilitas........................................................................

xiii

  36 Metode Analisis Data G. ………………………………………….

  38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................

  38 A. Pelaksanaan Penelitian..............................................................

  38 Hasil Penelitian..........................................................................

  B.

  38 1. Uji Normalitas.................................................................

  39 2. Deskripsi Data Penelitian Secara umum.......................

  40 Sumbangan Tiap Aspek Body Image 3. …………………

  41 C. Pembahasan ……………………………………………………

  43 BAB V. PENUTUP......................................................................................

  43 A. Kesimpulan.................................................................................

  43 B. Saran...........................................................................................

  44 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….

  47 LAMPIRAN ……………………………………………………………….

xiv

  

xv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Skor Item Favorabel dan Unfavorabel.......................................

  Tabel 2. Blue Print Skala Try Out............................................................. Tabel 3. Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi.................... Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Body Image..................................... Tabel 5. Deskripsi Data Teoritik

  ………………………………………… Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum...................................

  Tabel 7. Sumbangan Tiap Aspek Dalam Body Image..............................

  32

  33

  35

  36

  37

  39

  40

  

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A: Skala Try Out.......................................................................

  Lampiran B: Data Try Out........................................................................ Lampiran C : Data Penelitian.................................................................... Lampiran D : Analisis Reliabilitas............................................................ Lampiran E : Data Penelitian Per Aspek.................................................. Lampiran F : Uji Normalitas..................................................................... Lampiran G : Statistik Diskriptif Body Image......................................... Lampiran H : One Sample t-test

  ………………………………………… Lampiran I :Statistik Deskriptif Per Aspek.............................................

  48

  59

  66

  68

  80

  82

  84

  86

  88

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skoliosis kebanyakan dialami oleh wanita. Skoliosis adalah kelainan

  tulang belakang yang melencong dan melintir ke salah satu sisi baik kekiri maupun kanan. Mengapa skoliosis kebanyakan dialami oleh wanita, dikarenakan fisik wanita lebih lemah dari pada pria (Ali, 2010). Skoliosis memiliki dampak yang cukup besar bagi penderitanya, terutama bagi wanita.

  Hal ini disebabkan karena mereka memiliki risiko peningkatan besar sudut kelengkungan tulang belakang 10 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Gatham, 2000).

  Skoliosis terlihat pada masa anak-anak dan makin tampak ketika penderita beranjak remaja. Hal ini dikarenakan pada masa remaja perubahan fisik yang semakin berkembang, dikarenakan remaja memasuki masa pubertas,sehingga bengkoknya tulang belakang akan semakin terlihat.

  Remaja pada umumnya merasa kawatir terhadap ketidaksempurnaan tubuhnya yaitu bentuk badan yang terlalu gemuk, terlalu kurus, terlalu pendek, terlalu tinggi, wajah yang kurang cantik, jerawat dan sebagainya (Mappiare, 1982). Para remaja menyadari bahwa mereka menarik biasanya diperlakukan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik. Akibatnya jika mereka merasa bahwa dirinya tidak seideal yang diharapkan. Selama masa pertumbuhan belum berakhir, mereka akan mencari cara untuk memperbaiki penampilannya (Hurlock, 1994)

  2 Pada remaja putri yang menderita skoliosis, perkembangan fisiknya tidak sama dengan remaja putri yang memiliki perkembangan fisik yang normal. Perkembangan fisik yang normal dapat terlihat dari postur tubuh. Remaja skoliosis memiliki postur tubuh yang tidak seperti remaja normal dengan tubuh tegap dan bahu sejajar namun mereka memiliki postur dengan bahu yang miring ke kiri atau ke kanan yang diakibatkan pembengkokan pada tulang belakang (Devier,2007)

  Penderita skoliosis memiliki kriteria ideal yang mereka ketahui seperti kebanyakan orang normal lainnya, yaitu memiliki bentuk tubuh proporsional dengan badan yang kurus, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang (Grogan, 1999) Namun, semua itu sulit untuk diwujudkan karena penbengkokan pada tulang belakang mempengaruhi bentuk fisik mereka. Pada penderita skoliosis tulang belakang membentuk lengkungan dalam huruf “S” atau “C” (Akoso, 2009). Hal ini mengakibatkan cara berjalan penderita skoliosis tidak normal (Davies, 2007). Serta dapat mempengaruhi fisik bagi penderita skoliosis.

  Remaja putri skoliosis tidak mengalami tahap perkembangan fisik secara maksimal (Rahayusalim, 2007). Hal ini akan mempengaruhi aktifitas remaja putri penderita skoliosis karena skoliosis dapat mempengaruhi cara berjalan bagi penderitanya. Hal ini juga mempengaruhi aktifitas fisik bagi remaja putri penderita skoliosis. Hal ini sama dengan apa yang dialami Mita seorang remaja putri penderita skoliosis yang merasa kesulitan untuk mengikuti pelajaran olahraga yang harus diikuti di sekolah formal. Hal ini

  3 menjadi suatu permasalahan dikarenakan Mita merasa memiliki fisik yang berbeda dari remaja normal lainnya. Hal ini mengakibatkan Mita yang menderita skoliosis memiliki keterbatasan untuk mengikuti aktifitas olahraga berat seperti, lompat galah, lompat matras, lari marathon, angkat beban. Apabila mereka melakukan aktifitas olehraga berat tersebut,maka kemungkinan menderita cidera tulang punggung sangat besar.

  Skoliosis membuat sebagian remaja putri penderita skoliosis merasa malu dengan fisiknya, dikarenakan pembengkokan tulang belakang yang mempengaruhi penampilan fisiknya. Meskipun remaja putri penderita skoliosis mengalami kemiringan tulang belakang baru sekitar 30 derajat.

  Perasaan malu sering muncul pada penderita skoliosis dapat dikarenakan pengaruh teman sebaya. Hal ini dikarenakan teman sebaya membawa pengaruh besar bagi remaja (Hurlock, 1999). Teman sebaya memberikan umpan balik pada remaja penderita skoliosis dengan memberikan persepsi mengenai tubuh yang ideal. Hal ini dapat dicontohkan dengan pendapat teman sebaya yang memberikan gambaran tubuh yang ideal, bahwa tubuh yang ideal itu memiliki postur tubuh tegap, kaki jenjang dan bahu yang sejajar. Namun criteria tersebut tidak dimiliki oleh remaja penderita skoliosis, sehingga remaja putri penderita skoliosis yang merasa kurang menarik dan memiliki keadaan fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan persepsi negative terhadap body image seseorang(Thompson,Heinberg,Altabe, & Tantlett Dunn, 1999) dalam Cash 2011. Persepsi negative tersebut dapat terlihat dari kurangnya rasa penerimaan terhadap fisiknya(Thompson,

  4 Heinberg, Altabe, & Tantlett Dunn, 1999) dalam Cash 2011. Persepsi negative terhadap keadaan kondisi fisik ini yang membentuk perasaan malu.

  Hal ini juga membuat penderita skoliosis memiliki perasaan segan untuk bersosialisasi dengan orang lain. . Perasaan malu ini sama halnya dengan yang dialami Mita. Perasaan malu akan keadaan fisiknya membuat Mita sebagai penderita skoliosis berusaha menutupi bengkoknya tulang belakang dengan baju yang longgar, melakukan operasi dan terapi untuk penyembuhan dan memakai brace untuk menompang tulang belakang. Usaha ini untuk membentuk fisiknya terlihat seperti remaja normal lainnya. Hal ini juga membuat rasa takut muncul sehingga membuat Mita mengisolasi diri dan mengalami stress karena perbedaan kondisi fisik yang dialami.

  Dampak yang paling besar dari permasalahan tersebut adalah stress dengan keadaan fisiknya yang berbeda sehingga remaja putri penderita skoliosis akan semakin terpuruk dengan penyakit yang diderita. Seperti apa yang dikatakan oleh (Hurlock, 1999) bahwa remaja memiliki tingkat kecemasan terhadap keadaan fisiknya.Keadaan fisik yang berbeda, seperti apa yang dialami Mita ini membuat Mita merasa menanggunng penyakitnya sendiri tanpa orang lain yang memberikan semangat atau menjadi teman untuk berkeluh kesah akan apa yang dialami dan diderita.

  Salah satu ciri bahwa seseorang memasuki usia remaja dalam perkembangan hidupnya adalah perubahan fisik. Al-Mighwar (2006) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa pesatnya pertumbuhan dan mencoloknya perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh. Perubahan yang

  5 terjadi ini akibat dari perubahan hormonal yang terjadi dalam diri seseorang yang juga menandai bahwa orang tersebut telah memasuki pubertas. Pertumbuhan tersebut antara lain seperti bertambahnya berat badan dan tinggi badan secara pesat, juga melebarnya pinggul pada anak perempuan dan bahu pada anak laki-laki (Santrocks, 2007). Pada penderita skoliosis, mereka juga sama mengalami perkembangan fisik seperti remaja lainnya namun, mereka memiliki perbedaan yaitu penyandang skoliosis memiliki perkembangan tulang belakang yang kurang sempurna yaitu membengkoknya tulang belakang. (Suratun, 2006) Skoliosis membawa pengaruh besar bagi pembentukan body image pada remaja putri penderita skoliosis. Tidak semua orang dapat menerima bahwa dirinya mengalami skoliosis. Hal ini dikarenakan skoliosis dapat mempengaruhi kondisi fisik secara keseluruhan, seperti bahu yang tidak sejajar, pinggul yang melencong. Seseorang yang menerima keadaan kondisi

fisiknya akan membentuk body image yang positive, begitu pula sebaliknya.

  Body image yang negatife tampaknya menimbulkan dampak bagi penderita skoliosis. Persepsi negative terhadap keadaan fisik dan perbedaan fisik yang dialami remaja putri penderita skoliosis, terbentuk dari kurangnya penerimaan diri terhadap kondisi fisik. Hal ini akan memunculkan dampak body image negative bagi remaja putri penderita skoliosis. dampak yang muncul adalah timbulnya perasaan malu dikarenakan fisik mereka yang berbeda. Perasaan malu ini akan mengakibatkan remaja penderita skoliosis tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini akan mengakibatkan

  6 remaja cenderung mengisolasi diri (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri sendiri) Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001).

  Itulah mengapa penting bagi peneliti untuk mengangkat tema body image pada remaja putri penderita skoliosis. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Sanata Dharma yang bernama Santa(2012) dengan judul “Kualitas Hidup Penyandang Skoliosis Pada Wanita Dewasa Muda”.Hasil penelitian ini memperoleh hasil yang positif sedangkan beberapa ahli seperti (Hurlock, 1999) mengungkapkan bahwa seseorang yang mengalami kecacatan itu pasti memiliki pandangan yang negative terhadap dirinya sendiri. Perbedaan antara hasil penelitian dan teori ini yang membuat peneliti merasa perlu untuk meneliti kembali dengan mengangkat subyek yang sama yaitu penderita skoliosis. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah hasil dari penelitian sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa seseorang yang mengalami kecacatan tubuh memiliki pandangan negative terhadap dirinya (Hurlock, 1999).

   Rumusan Masalah B.

  Permasalahan yang hendak diteliti yaitu “body image pada remaja putri penderita skoliosis”.

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan body image pada remaja putri penderita skoliosis.

  7 D. Manfaat Penelitian 1.

   Manfaat Teoritis

  a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu psikologi yang berhubungan dengan gambaran body image yang dialami oleh remaja putri penderita skoliosis.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian body image selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang body image pada remaja putri penderita skoliosis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Body Image

1. Pengertian Body Image

  Istilah body image pertama kali diperkenalkan oleh Paul schilder pada tahun 1920. Definisi body image menurut Schilder (dalam Grogan, 1999) adalah gambaran mental yang dimiliki oleh individu tentang penampilan tubuhriya. Dengan kata lain, body image adalah pandangan individu, pikiran dan perasaannya tentang tubuh mereka sendiri. Definisi tersebut merupakan gabungan dari unsur-unsur body image yang dijelaskan oleh Schilder yang terdiri dari pandangan tentang bentuk tubuh (persepsi), penilaian tentang ketertarikan tubuh (pikiran), emosi dan perasaan yang dibentuk oleh bentuk tubuh (dalam Grogan, 1999).

  Lebih lanjut, Rudd dan Lennon (2000) menyatakan bahwa body image adalah gambaran mental yang kita miliki tentang tubuh kita. Sedangkan Cash dan Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya berupa penilaian positif atau negatif.

  Teori-teori diatas menyimpulkan bahwa body image adalah pandangan seseorang terhadap penampilan fisiknya secara keseluruhan berdasar pada persepsi, pikiran dan perasaan yang dimilikinya.

  9 Hal ini berbeda dengan Cash, Marrow, Hrabosky & Perry (2004) yang menyatakan bahwa body image adalah pandangan yang bersifat multidimensional yang meliputi persepsi diri (self ) dan sikap perilaku (attitude) seseorang terhadap perception penampilan dirinya. Teori ini menjelaskan bahwa body image tidak hanya melihat sebatas pada persepsi semata, namun juga sikap perilaku seseorang terhadap penampilan fisiknya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral.

  Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka disimpulkan bahwa body image adalah gambaran mental, persepsi,pikiran, dan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh yang mengarah pada penampilan fisik. Gambaran mental tersebut berbicara tentang keakuratan dalam persepsi ukuran tubuh, evaluasi tentang apa yang dirasakan individu seperti kepuasan terhadap tubuh

dan sikap berupa penilaian positif atau negative terhadap tubuh.

   Aspek Body Image 2.

  Pengukuran body image menggunakan aspek-aspek menurut Thompson,Manzel dan Krawczyk (dalam Cash 2011 & Smolack ) yang terdiri dari:

  a. Global subjective yaitu evaluasi menyeluruh terhadap kepuasan tubuh individu

  10

  b. Aspek Afektif yaitu adanya emosi atau perubahan terhadap tubuhnya seperti kesal, kecewa, tidak puas, tidak suka, tertekan dan cemas.

c. Aspek kognitif yaitu ditandai adanya keinginan atau harapan untuk memiliki tubuh dan berpenampilan lebih baik.

  d. Behavioral yaitu tindakan yang berkaitan dengan kebiasaan penilaian tehadap tubuh individu yang umumnya berupa upaya menghindarkan diri dari situasi atau benda yang mengingatkan individu terhadap kondisi tubuhnya

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image

  Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan body image menurut Cash dan Pruzinsky (2002) adalah: a. Media Massa Dalam media massa tayangan sangat mempengaruhi perkembangan body image remaja putri.Tayangan media sering menggambarkan standar kecantikan wanita yang memiliki tubuh yang ideal seperti bertubuh tegap dan berkaki jenjang. Sehingga banyak wanita yang membandingkan tubuhnya dengan tubuh model yang ada di media massa. Body image negatife jika remaja terpengaruh dengan apa yang ditawarkan sehingga membuat remaja terobsesi untuk merubah keadaan fisiknya yang sebenarnya susah untuk dirubah dan mengakibatkan stress yang

  11 berlebilhan karena tidak bisa merubah fisiknya seperti yang ditampilkan di media massa.

  b. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan factor penting dalam perkembangan cirta tubuh seseorang. Menurut beberapa pengamatan wanita lebih negative memandang citra tubuh.

  Wanita cenderung ingin memiliki tubuh ramping dan tegap menyerupai ideal yang digunakan untuk memperhatikan pasangannya.

  c. Relasi Interpersonal Menurut teori pembelajaran sosial orang tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi body image anak-anaknya melalui umpan balik dan informasi. Body image yang negatife jika orang tua memberikan pesan kepada anak penderita skoliosis bahwa mengkhawatirkan keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain yang memiliki fisik yang normal adalah sesuatu yang wajar.

  Sehingga timbul kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain dan dapat mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian fisik. Hubungan

  12 interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. (Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh.Menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain.

  d. Usia Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh (body image) menjadi penting. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat menyebabkan

  13 remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder).

  Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003) e. Kebudayaan Berkembangnya pemikiran seseorang mengenai body image dipengaruhi oleh kebudayaan dan perkembangan jaman.Berawal dari tubuh gemuk yang mencerminkan bahwa seorang wanita itu dapat dikatakan ideal, hingga berubah menjadi seseorang yang memiliki tubuh tegap dan semampai menjadi criteria ideal wanita. Perubahan ini muncul dikarenakan semakin berkembangnya media massa dan munculnya artis-artis Holywod yang memiliki tubuh yang tegap, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang. Hal ini yang merubah persepsi seseorang mengenai fisik dan criteria ideal.

  f. Kelas Sosial Ketidakpuasan terhadap tubuh biasanya dialami oleh perempuan dari kalangan menengah keatas. Semakin tinggi kelas sosial akan semakin tidak puas dengan tubuh mereka (Striegel & Moore, 1986). Ketidakpuasan ini muncul dikarenakan relasi yang memperhatikan bentuk fisik. Keadaan kondisi fisik yang tidak sesuai dengan pandangan ideal mereka, akan menjadi

  14 perbincangan bagi kalangan yang memiliki kondisi fisik yang ideal. Hal ini akan semakin membuat seseorang yang memiliki kondisi fisik kurang sempurna merasa dikucilkan.

  Peneliti menduga dari beberapa factor yang mempengaruhi body image terdapat tiga factor yang lebih sesuai yaitu factor media massa relasi interpersonal dan jenis kelamin.

B. Skoliosis

1. Definisi Skoliosis

  Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal kearah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal, toraka maupun lumbal (Apotik online dan media informasi, 2006) Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.

  Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).

  Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang kea rah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sederhana. Namun

  15 apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007)

  Pembengkakan pada tulang belakang kea rah kiri atau kanan adalah kelainan bentuk pada tulang belakang yang sering disebut skoliosis. Perubahan pada tulang belakang terjadi akibat perubahan bentuk pada tulang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak dan struktur lainnya. (Rahayussalim, 2007).

2. Penyebab Skoliosis

  Pada penderita skoliosis, tulang belakang terpuntir secara tidak normal kekanan atau kekiri dan dapat mengakibatkan penderita berjalan tidak normal atau nyeri punggung (Davier, 2007) Skoliosis merupakan curvatur tulang belakang yang terjadi pada satu atau lebih pada bagian vertebrata.Kondisi ini merupakan dampak dari adanya suatu masalah pada perkembangan fisik (Martini & Nath, 2009).Pada skoliosis, tulang belakang terpuntir secara tidak normal ke kanan atau ke kiri.Penderita mungkin berjalan dengan tidak normal dan mengalami nyeri punggung (Davier, 2007).

  Menurut Porthy dan Matfin (2009), skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas penderita tidak mengeluh sakit, tetapi

  16 suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka akan membuat kerja otot tidak pernah seimbang. Hal ini dikarenakan akibat suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh justru bekerja berlebihan dikarenakan pada salah satu sisi otot yang tidak sempurna, sehingga yang terjadi dalam waktu terus menerus adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh

   Gejala Skoliosis 3.

  Gejala awal tidak di tunjukan oleh penderita skoliosis. Pembengkakan tulang belakang merupakan kesan yang dapat dilihat. Tulang rusuk menonjol yang disebabkan karena keadaan bertambah buruk pada penderita skoliosis dan penderita mungkin mengalami sakit punggung belakang serta sukar bernafas.Suratun (2006) Tinggi bahu yang tidak sama atau bahu tinggi sebelah, selain itu juga terlihat adanya scapula atau tonjolan vertebrata dan tulang rusuk menekan sehingga menyebabkan nyeri pada daerah torakal ( Porth & Matfin, 2009) Corwin (2008), menyatakan bahwa manifestasi gejala skoliosis dapat terlihat melalui beberapa hal, yaitu :

  a. Abnormalitas penampilan vertebrata yang biasa yaitu cekung- cembung yang terlihat menurun dari bahu sampai bokong.

  b. Penonjolan iga disisi cembung

  17

  c. Tinggi krista iliaka yang tidak sama yang dapat menyebabkan satu tungkai lebih pendek daripada tungkai lainnya.

  d. Asimetri selubung torak dan ketidaksejajaran vetebra spinalis akan tampak apabila individu membungkuk.

4. Dampak Skoliosis

  McCance(2008).Mengungkapkan bahwa komplikasi dapat ditimbulkan dikarenakan skoliosis. Hal tersebut, sebagai dampak dari deformitas tulang belakang. Komplikasi yang ditimbulkan antara lain, adalah: a. System pernafasan Pada skoliosis berat, paru-paru akan ditekan oleh iga, dimana lengkungan lebih dari 70 derajat, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. Volume pada paru-paru ataupun rongga dada akan berkurang karena bengkoknya tulang belakang. Hal tersebut dikarenakan sebagian bengkokan tulang mengambil ruang untuk tempat paru-paru.

  b. System kardiovaskuler Kerusakan bukan hanya pada paru-paru namun juga pada jantung, dikarenakan lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paruakan mudah terjadi. Penderita akan lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. Dikarenakan jantung mengalami kerusakan memompa darah.

  18 c.

   System musculoskeletal Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko kehilangan densitas tulang (osteopenia), terutama pada wanita yang menderita skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringandan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun.Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini, dibandingkan orang yang normal seusianya.

  d. System pencernaan Kerja peristaltic usus kian menurun karena system pencernaan terganggu karena ruang perut terdesak tulang.

  e.

   System neuromuskuler Komplikasi pada system ini, berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya, salah satunya adalah menekan saraf yang berseliweran di tulang belakang, gejalanya dapat berupa pegal, kesemutan, sulit bernafas (karena fungsi paru-paru dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, susahuntuk fokus, dan lain sebagainya.

  19 Remaja Putri Penderita Skoliosis C.

1. Batasan Remaja Putri

  Remaja berasal dari kata latin adolescence yang artinya tumbuh menjadi dewasa. Santrock (2001) mengatakan bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang merupakan transisi masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan psikososial.

  Remaja (adolescent) secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau mungkin lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal .

  Batasan usia remaja yang diungkapkan oleh beberapa ahli, seperti Hurlock (1990) yang mengatakan bahwa remaja dibagi menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir ( 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun ). Monks, dkk(2006) mengungkapkan bahwa remaja memiliki tiga fase. Fase yang pertama adalah remaja awal ( 12 hingga 15 tahun ), fase yang kedua adalah sremaja tengah (15 hingga 18 tahun), dan fase yang terakhir adalah remaja akhir (18 hingga 21 tahun).

   Ciri Remaja Penderita Skoliosis 2.

  Pada remaja penderita skoliosis juga melewati fase yang sama dengan remaja normal lainnya. Remaja penderita skoliosis juga

  20 melewati masa transisi dari masa kanak-kanak, remaja dan menjadi dewasa. Serta remaja penderita skoliosis juga memiliki batasan- batasan usia yang sama pula.

  Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja juga melewati suatu periode perkembangan individu dimana terjadi transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang matang meliputi kematangan fisik, kognitif, dan sosio-emosional (Hurlock, 1999). Hal ini juga dialami oleh remaja penderita skoliosis. Selain itu, mengikuti pembagian rentang usia remaja dari Monks, dkk. (2006) bahwa batasan usia remaja awal adalah 12 sampai 15 tahun, batasan usia remaja tengah adalah 15 sampai 18 tahun, dan batasan usia remaja akhir adalah 18 sampai 21 tahun.

  Hurlock (1997) menyatakan bahwa usia remaja adalah periode perkembangan yang sedang berproses dalam kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Ia memaparkan ciri-ciri usia dini sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai periode yang penting Disebut sebagai periode penting dalam kehidupan karena pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikis yang akan sangat mempengaruhi jiwa dan karakter dari remaja.

  Perubahan dan perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.

  21 Hal ini juga merupakan periode penting bagi penderita skoliosis.

  Perubahan fisik yang terjadi pada penderita skoliosis juga mempengaruhi perubahan psikisnya. Perubahan fisik yang dapat terlihat adalah berkembangnya payudara,sehingga remaja putri penderita skoliosis harus pintar dalam memilih bra.Meskipun terdengar sepele, psikis remaja penderita skoliosis dapat terpengaruh. Hal ini disebabkan banyak bra yang tidak sesuai dengan penderita skoliosis, dikarenakan payudara penderita skoliosis yang berbeda ukuran antara payudara kiri dan kanan serta payudara yang tidak sejajar atau miring yang disebabkan karena bengkoknya tulang belakang. Hal ini mengakibatkan remaja skoliosis merasa bahwa menjadi penderita skoliosis adalah hal yang menyusahkan dan membuat mereka merasa tidak diperhatikan sebagai penderita skoliosis.

  b. Masa remaja sebagai periode peralihan Terjadinya peralihan pola psikologis dan karakter dari seorang anak-anak tetapi belum sampai pada tahapan dewasa, maka dalam tahap ini sering menjadi kebingunggan dari remaja akibat pencarian dan pematangan jati dirinya. Remaja skoliosis juga sama halnya dengan remaja normal lainnya. Mereka juga sedang mencari jati diri. Peran besar terhadap pembantukan jati diri remaja yaitu peran teman sebaya dan lingkungannya (Hurlock, 1999). Hal ini juga dialami oleh remaja penderita skoliosis yang bersekolah di

  22 sekolah formal, bahwa teman sebaya yang lebih sering mereka temui diluar rumah berperan besar bagi pembentukan jati diri remaja penderita skoliosis.

  c. Masa remaja sebagai periode perubahan Terjadinya masa perubahan yang bersamaan baik fisik, psikis, dan perilaku.Perubahan tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat, apabila fisiknya berkembang dengan baik dan pesat, maka perilaku dan pikirannya pun mengalami peningkatan begitu juga sebaliknya. Namun bagi penderita skoliosis yang fisiknya berkembang tidak baik maka perilaku dan pikirannya akan berkembang sesuai dengan karakternya, apakah orang yang selalu berpandangan negative atau positive.

  d. Masa remaja sebagai pencari masa identitas Remaja adalah manusia biasa yang merupakan makhluk sosial maka mereka akan berusaha untuk mencari identitas dirinya apakah dalam kelompok, lingkungan atau mengidolakan seseorang.