4. Ease of licensing process tracking, artinya bahwa setiap
pemangku kepentingan dapat dengan mudah melakukan tracking terhadap status pemrosesan perizinan.
3.2.4 Alur Proses Pelayanan SPIPISE
Alur proses pelayanan informasi dan pelayanan investasi secara umum digambarkan pada diagram berikut:
Gambar 3.4 Halaman depan NSWi
Sumber :http:www.nswi.bkpm.go.id
Gambar 3.5 Login ID SPIPISE
Sumber :http:www.nswi.bkpm.go.id
Gambar 3.6 Alur Proses Pelayanan SPIPISE
Sumber :http:www.nswi.bkpm.go.id
Secara lebih detail, alur diagram di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Investor dapat meminta dan melihat informasi a pada Subsistem Informasi Investasi dalam Portal Investasi dan
Portal akan memberikan dan menyajikan informasi investasi yang diperlukan c oleh Investor.
2. Investor dapat melakukan permohonan perizinan dan non- perizinan secara online dengan terlebih dahulu melakukan
registrasi 1 melalui lembaga pelayanan penanaman modal yang telah menggunakan SPIPISE. SPIPISE akan
menghasilkan user account 2 yang akan diberikan kepada investor melalui lembaga pelayanan penanaman modal yang
memberikan pelayanan registrasi kepada Investor. 3. Setelah
memiliki user account, Investor dapat mengajukan data
permohonan perizinan dan non-perizinan 3 secara online maupun offline dan selanjutnya akan diproses oleh Instansi
pelayanan penanaman modal melalui NSWi. Jika investor dinyatakan telah memenuhi seluruh ketentuan yang
diisyaratkan, maka akan dikeluarkan surat persetujuansurat izinrekomendasi yang selanjutnya akan diberikan 5 kepada
Investor. 4. Selain
investor, Departemen Teknis dan Dinas Daerah juga
dapat meminta dan melihat informasi b1,b2 yang menjadi kewenangannya dan berkewajiban untuk memperbaharui atau
memasukkan informasi d1,d2 yang ada di dalam NSWi secara terus menerus sesuai dengan tugasnya.
5. Instansi pelayanan perizinan penanaman modal tingkat pusat dapat berkoordinasi 4a dengan Departemen Teknis jika
terdapat perizinan dan non-perizinan yang masih dilayani oleh Departemen Teknis terkait atau jika terdapat rekomendasi
teknis yang dibutuhkan dalam proses verifikasi permohonan, melalui sistem interface pada NSWi yang akan dikembangkan
bersama-sama dengan Departemen Teknis terkait. 6. Instansi pelayanan perizinan penanaman modal tingkat
propinsi, kabupaten atau kotamadya dapat berkoordinasi dengan Dinas 4b, 4c jika terdapat perizinan dan non-perizinan
yang masih dilayani oleh Dinas terkait atau jika terdapat rekomendasi teknis yang dibutuhkan dalam proses verifikasi
permohonan melalui sistem interface pada NSWi yang akan dikembangkan bersama-sama dengan Dinas terkait.
52
BAB IV HASIL KKL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tahap persiapan Preparatory Stage aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi.
Dalam rangka mendukung operasionalisasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP di Bidang Penanaman Modal dan Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal BKPM Nomor 11, 12, 13,dan 14 Tahun 2010 sebagai norma, standar, prosedur dan kriteria dari pelaksanaan PTSP serta
perubahannya, BKPM melalui Pusdiklatnya seharusnya menyelenggarakan Diklat SPIPISE. Dari hasil presentasi dan diskusi yang
berkembang dalam diklat terkait penataan kelembagaan, PTSP agar siap menerapkan SPIPISE melalui langkah-langkah yang dapat ditempuh
sebagai berikut : 1. Mendorong untuk meningkatkan kesiapan PTSP untuk dapat
menerapkan SPIPISE.
2. Peningkatan kopetensi aparatur PTSP melalui diklat dan kursus yang terkait dengan pelayanan perijinan dan non perijinan
termasuk aplikasi SPIPISE lewat Website BKPM tentang tata cara pendaftaran penanaman modal, ijin prinsip dan ijin usaha
melalui tahapan di Front Office, Staf, Kepala dan Tata Usaha.
3. Mengembangkan penyelenggaraan pelayanan perijinan dan
non perijinan melalui PTSP yang berbasis teknologi informasi.
Pusat Pengolahan Data dan Informasi BKPM kota Cimahi juga melakukan kegiatan lain untuk SPIPISE. Kegiatan tersebut adalah
Pelatihan Pemantapan SPIPISE KabupatenKota. Maksud diadakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kemantapan
bagi aparatur di daerah khususnya kota Cimahi dalam kegiatan pengoperasian SPIPISE. Dengan mengikuti pelatihan pemantapan ini,
diharapkan para pengguna SPIPISE pada PTSP-PTSP di daerah akan semakin cakap dan terampil dalam penggunaan sistem pelayanan
perijinan ini. Sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada investor di daerahnya masing-masing.
Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pelayanan di bidang penanaman modal terutama dalam penerapan SPIPISE, BKPM di Kota
Cimahi sangat penting untuk melakukan kegiatan berikut ini: 1. Memberikan sosialisasi dalam hal penerapan SPIPISE di Kota
Cimahi dan asistensi kepada aparatur yang terkait dengan penyelenggaraan fungsi PTSP di bidang penanaman modal,
termasuk anggota DPRD dan dunia usaha di seluruh provinsi dan kabupatenkota.
2. Melakukan pelatihan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non-perizinan secara online melalui SPIPISE di bidang penanaman
modal kepada para aparatur yang terkait dengan penyelenggara
fungsi PTSP di bidang penanaman modal seluruh provinsi dan kabupatenkota.
3. Melakukan penilaian dan evaluasi penyelenggaraan fungsi PTSP di bidang penanaman modal di Kota Cimahi.
4.2 Tahap meniru Play Stage oleh aparatur yang bersangkutan di bidang penanaman modal dalam penerapan SPIPISE pada Kantor
Penanaman Modal di Kota Cimahi
Dengan di tetapkan Batam sebagai daerah percontohan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik SPIPISE,
kota Cimahi sebagai salah satu kota yang tiap tahunnya minat investasinya terus mengalami kenaikan tidak mau kalah bersaing dengan
kota lain dalam penerapan SPIPISE. Untuk menarik minat para investor dari dalam negeri PMDN dan juga pemodal asing PMA, BKPM kota
Cimahi mulai mensosialisasikan tentang SPIPISE kepada aparatur daerahnya. Dengan adanya layanan secara online ini dapat menjawab
permasalahan perizinan yang selama ini terkesan birokratis dan berbelit- belit.
Pelayanan Spipise memang bertujuan untuk memangkas birokrasi perizinan yang biasa berbelit, lambat dan tidak bisa diprediksi, menuju ke
perizinan yang murah, lebih efisien dan bisa diprediksi. Pelayanan ini juga bebas pungutan liar sebab untuk melakukan pengurusan suatu perizinan
dapat dilakukan dari rumah yang bersangkutan melalui perangkat teknologi yang ada. Sehingga yang bersangkutan tidak perlu lagi
bersentuhan langsung dengan petugas yang menangani perizinan itu. Untuk peningkatan investasi di kota Cimahi, aparat daerah yang berkaitan
dengan bidang penanaman modal harus menyediakan fasilitas pelayanan yang lebih menguntungkan penggunanya, meningkatkan infrastruktur
yang mendukung perkembangan ekonomi di kota Cimahi, juga dalam proses perizinan dan nonperizinan penanaman modal di kota Cimahi.
Dengan tahap pertama mensosialisasikan SPIPISE di kota Cimahi terutama kepada aparatur daerah, diharapkan mereka siap untuk
mensosialisasikannya juga kepada masyarakat khususnya para investor. Aparatur daerah harus bekerja keras agar para investor berminat
menggunakan SPIPISE untuk melakukan kegiatan penanaman modal di kota Cimahi. Adanya SPIPISE dalam bidang penanaman modal
diharapkan dapat lebih cepat dan realtime tepat waktu dalam memberikan pelayanan informasi dan perizinan di bidang penanaman
modal sehingga iklim investasipun menjadi lebih meningkat dan berkembang pesat
.
4.3 Tahap siap bertindak Game Stage aparatur dalam penerapan SPIPISE pada Kantor Penanaman Modal di Kota Cimahi
Jika SPIPISE sudah di sosialisasikan kepada aparatur daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan bidang penanaman modal, serta
persiapan-persiapan kelengkapan dalam penerapan SPIPISE sudah tersedia, maka aparatur daerah kota Cimahi harus sudah siap untuk
mensosialisasikannya kepada para investor yang ingin melakukan
kegiatan penanaman modal di kota Cimahi. Aparat daerah diharapkan sudah memahami bagaimana penggunaan SPIPISE melalui pelatihan-
pelatihan yang sudah diberikan oleh BKPM. Untuk menarik perhatian para investor dalam menggunakan
SPIPISE, aparat yang bersangkutan harus memiliki keterampilan dan kreatif dalam proses pelaksanaan sosialisasi SPIPISE tersebut, apakah
tampilan-tampilan yang menarik dari website SPIPISE itu sendiri atau pun dari cara mempersentasikan penerapan SPIPISE kepada para investor.
Menampilkan kemudahan-kemudahan dalam proses perizinan dan nonperizinan yang lebih cepat, simpel, murah, efisien, dan
predictablediharapkan mempengaruhi minat para investor untuk menggunakan SPIPISE dalam kegiatan penanaman modal.
4.4 Tahap penerimaan norma kolektif Generalized StageGeneralized other para investor dengan diterapkannya SPIPISE pada Kantor
Penanaman Modal di Kota Cimahi
Melalui proses persiapan, tahap meniru dan siap bertindak, para investor diharapkan berminat menggunakan SPIPISE dalam proses
perizinan dan nonperizinan kegiatan penanaman modal. Dalam tahap ini para investor sudah bisa menentukan pilihan-pilihan sistem apa yang
akan digunakan dalam kegiatan penanaman modal, apakah memilih secara manual atau secara online dengan menggunakan SPIPISE.
Sebagai contoh kasus dalam hal mengapa para investor diharapkan memilih melakukan kegiatan penanaman modal secara online yaitu,
terkadang informasi yang diberikan dari berbagai sumber dan ke- sahhannya bisa berbeda dari satu instansi ke yang lainnya. Dengan
adanya sistem terpusat, diharapkan para investor yang mau menanam modalnya dapat mengetahui informasi mengenai jenis usaha, lokasi, luas
areal, status apakah PMDN atau PMA, dan biaya perizinan transparan dan akuntabilitas yang harus dikeluarkan untuk mengurus perizinan.
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penulis pada bab sebelumnya mengenai Sosialisasi Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi
Secara Elektronik SPIPISE Pada Kantor Penanaman Modal Di Kota Cimahi, maka penulis mengemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Dengan adanya kegiatan dari Pusat Pengolahan Data dan Informasi BKPM kota Cimahi untuk melakukan kegiatan Pelatihan
Pemantapan SPIPISE KabupatenKota, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kemantapan bagi aparatur di daerah khususnya kota
Cimahi dalam kegiatan pengoperasian SPIPISE. Dengan mengikuti pelatihan pemantapan ini, diharapkan para pengguna SPIPISE pada
PTSP di daerah akan semakin cakap dan terampil dalam penggunaan sistem pelayanan perijinan ini. Sehingga dapat memberikan pelayanan
prima kepada investor di daerahnya masing-masing. Kota Cimahi sebagai salah satu kota yang tiap tahunnya minat
investasinya terus mengalami kenaikan tidak mau kalah bersaing dengan kota lain dalam penerapan SPIPISE. Untuk menarik minat para investor
dari dalam negeri PMDN dan juga pemodal asing PMA, BKPM kota Cimahi mulai mensosialisasikan tentang SPIPISE kepada aparatur
daerahnya. Dengan adanya layanan secara online ini dapat menjawab permasalahan perizinan yang selama ini terkesan birokratis dan berbelit-