Tampilan hasil kalibrasi absorban kurva baku alat ukur pada LCD character ditunjukkan pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Tampilan Hasil Kalibrasi Absorban Kurva Baku Alat Ukur Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 4.4, besar nilai error
rata-rata hasil kalibrasi yang didapat menggunakan persamaan 2.20 adalah sebesar 2,635. Nilai error yang didapat cukup kecil, sehingga dapat disimpulkan pengujian kalibrasi yang
dilakukan sudah sesuai. Setelah hasil pengujian kalibrasi sudah sesuai, dilakukan perhitungan absorban
pengukuran etanol dengan pengukuran kunyit. Perhitungan absorban pengukuran etanol dengan pengukuran larutan kunyit diawali dengan menghitung nilai ADC rata-rata
pengukuran pada Gambar 4.10 dan 4.12 menggunakan persamaan 2.20. Nilai ADC rata- rata pengukuran etanol dan kurkumin ditunjukkan pada Tabel 4.5. Kemudian, nilai ADC
rata-rata pengukuran dikonversi menjadi nilai tegangan menggunakan persamaan 4.1. Besar absorban dihitung dengan menggunakan persamaan 4.2 dengan
1
merupakan tegangan pengukuran etanol dan
2
merupakan tegangan pengukuran kunyit. Nilai ADC rata-rata yang sudah dikonversi dan hasil perhitungan besar absorban antara pengukuran
etanol dengan pengukuran larutan kunyit menggunakan alat ukur hasil perancangan ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil perhitungan absorban pengukuran etanol dengan larutan kunyit
No. Daerah
ADC Tegangan volt Absorban volt
1. Etanol
797 3,837
- 2.
Karanganyar 723
3,481 0,356
3. Magelang
739 3,558
0,279 4.
Wonosobo 748
3,601 0,236
5. Imogiri
768 3,698
0,140 6.
Wonogiri 775
3,731 0,106
Setelah besar absorban pada larutan kunyit diketahui, proses kalibrasi dapat dilakukan. Hasil kalibrasi ini akan digunakan untuk proses perhitungan kadar kurkumin.
Proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan persamaan 4.4, dengan merupakan nilai absorban larutan kunyit menggunakan alat ukur hasil perancangan. Hasil pengujian
kalibrasi akan ditampilkan pada LCD character. Hasil kalibrasi absorban larutan kunyit ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil kalibrasi absorban larutan kunyit
No. Daerah
1. Karanganyar 0,356 0,575
2. Magelang
0,279 0,459 3.
Wonosobo 0,236 0,394
4. Imogiri
0,140 0,248 5.
Wonogiri 0,106 0,197
Tampilan hasil kalibrasi absorban larutan kunyit pada LCD character ditunjukkan pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Tampilan Hasil Kalibrasi Absorban Larutan Kunyit Besar absorban larutan kunyit yang berasal dari lima daerah yang berbeda
menggunakan spektrofotometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Besar absorban larutan kunyit menggunakan spektrofotometer standar
No. Daerah
spektrofotometer standar
1. Karanganyar
0,703 2.
Magelang 0,656
3. Wonosobo
0,599 4.
Imogiri 0,343
5. Wonogiri
0,277
Perbandingan antara besar absorban larutan kunyit yang didapatkan pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 ditunjukkan pada Tabel 4.9 dan akan dibahas pada subbab 4.4.
4.4 Proses Perhitungan Kadar Kurkumin
Perhitungan kadar kurkumin dilakukan setelah proses kalibrasi selesai dilakukan. Nilai kadar kurkumin dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
= −
4.5 dengan = kadar kurkumin dalam
� , = absorban hasil kalibrasi dengan spektrofotometer standar, dan didapatkan dari persamaan kurva baku spektrofotometer
standar. Nilai kadar kurkumin dalam persentase
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
= ∗ 0,2 4.6
dengan = persentase kadar kurkumin dalam , = kadar kurkumin
dalam � , dan nilai 0,2 didapatkan dari campuran-campuran pelarut yang digunakan
untuk larutan kunyit. Persamaan 4.5 dan 4.6 dituliskan ke dalam program. Hasil perhitungan kadar kurkumin dan persentase kadar kurkumin secara manual
dan hasil pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan dan spektrofometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil perhitungan kadar kurkumin dan persentase kadar kurkumin
a = 0,031 dan b = 0,147 No.
Daerah Alat ukur
Perhitungan manual Spektrofotometer
standar
�� �
� ��
� �
�� �
�
1. Karanganyar 0,575
3,703 0,741
0,575 3,701
0,740 0,703 4,571 0,914 2.
Magelang 0,459
2,909 0,582
0,459 2,912
0,582 0,656 4,252 0,850 3.
Wonosobo 0,394
2,466 0,493
0,394 2,469
0,494 0,599 3,864 0,773 4.
Imogiri 0,248
1,477 0,295
0,248 1,476
0,295 0,343 2,122 0,424 5.
Wonogiri 0,197
1,126 0,225
0,197 1,129
0,226 0,277 1,673 0,335
Tampilan hasil perhitungan kadar kurkumin pada LCD character ditunjukkan pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Tampilan Hasil Perhitungan Kadar Kurkumin Besar error yang terjadi antara hasil kalibrasi absorban larutan kunyit
menggunakan alat ukur hasil perancangan dengan besar absorban larutan kunyit menggunakan spektrofotometer standar ditunjukkan pada Tabel 4.9. Nilai error dihitung
menggunakan persamaan 4.3. Tabel 4.9 Perhitungan error hasil kalibrasi absorban larutan kunyit
No. Daerah
hasil kalibrasi spektrofotometer standar Error
1. Karanganyar
0,575 0,703
18,208 2.
Magelang 0,459
0,656 30,030
3. Wonosobo
0,394 0,599
34,224 4.
Imogiri 0,248
0,343 27,697
5. Wonogiri
0,197 0,277
28,881 Berdasarkan Tabel 4.9, besar error rata-rata hasil kalibrasi larutan kunyit yang
didapatkan menggunakan persamaan 2.20 adalah sebesar 27,808. Nilai error kadar kurkumin
x
dan persentase kadar kurkumin yang terjadi antara alat ukur hasil perancangan dengan perhitungan manual dan spektrofotometer standar dihitung dengan
persamaan 4.3 dan ditunjukkan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil perhitungan error kadar kurkumin dan persentase kadar kurkumin
No. Daerah
Error Error persentase kadar
kurkumin Perhitungan
manual Spektrofotometer
standar Perhitungan
manual Spektrofotometer
standar
1. Karanganyar
0,054 18,989
0,135 18,928
2. Magelang
0,103 31,585
0,000 31,529
3. Wonosobo
0,122 36,180
0,202 36,223
4. Imogiri
0,068 30,396
0,000 30,425
5. Wonogiri
0,266 32,696
0,442 32,836
Rata-rata 0,122
29,969 0,156
29,988
Berdasarkan Tabel 4.10 besar error rata-rata yang didapatkan antara perhitungan secara manual dengan hasil pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan sangat
kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur hasil perancangan dapat menampilkan besar nilai kadar kurkumin dan persentase kadar kurkumin sesuai dengan perhitungan
secara manual. Akan tetapi, berdasarkan besar error rata-rata yang didapatkan pada Tabel 4.9 dan 4.10 antara hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer standar dengan hasil
pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan didapatkan nilai error yang cukup besar. Nilai error yang cukup besar ini dikarenakan pengukuran larutan kunyit tidak
dilakukan secara bersamaan dengan spektrofotometer standar. Pengukuran kadar kurkumin yang dilakukan spektrofotometer standar menggunakan larutan kunyit yang baru selesai
dibuat, sedangkan pengukuran kadar kurkumin oleh alat ukur hasil perancangan dilakukan setelah enam hari sampel diekstrak. Hal ini memungkinkan adanya perubahan pada sampel
kunyit dan menyebabkan persen error yang cukup besar antara pengukuran menggunakan alat ukur hasil perancangan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer standar.
Pembuktian terhadap adanya perubahan sampel kunyit dapat dilihat pada Lampiran B. Perbandingan hasil pengukuran kadar kurkumin antara pengukuran menggunakan
alat ukur hasil perancangan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer standar juga dilakukan untuk mengetahui urutan besar kadar kurkumin yang diperoleh dan kadar
kurkumin yang sesuai dengan standar industri. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa urutan besar kadar kurkumin mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil antara
alat ukur hasil perancangan dengan spektrofotometer standar sudah sesuai. Selain itu, informasi yang didapat dari pihak Farmasi adalah besar absorban pada kurva baku
spektrofotometer standar yang berada di antara 3 ppm – 5 ppm, yaitu 0,479 – 0,776 sesuai
dengan standar industri. Hal ini berarti besar absorban pada kurva baku alat ukur hasil perancangan yang berada di antara 3 ppm
– 5 ppm, yaitu 0,289 – 0,486 sesuai dengan standar industri. Jika absorban lebih dari 0,486, maka absorban yang didapat sudah di atas
standar dan jika absorban kurang dari 0,289, maka absorban yang didapat belum sesuai standar. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa besar absorban yang didapat pada
daerah Karanganyar sebesar 0,575, daerah Magelang sebesar 0,459, dan daerah Wonosobo sebesar 0,394 sudah sesuai dengan standar industri. Persentase kadar kurkumin di dalam
kunyit berdasarkan teori pada bab II adalah sebesar 3 – 4. Berdasarkan Tabel 4.8, nilai
persentase kadar kurkumin yang didapatkan baik pada alat ukur hasil perancangan dan spektrofotometer standar belum sesuai dengan teori. Hal ini dikarenakan sampel kunyit
yang digunakan adalah sampel kunyit yang diambil pada saat belum masa panen, sehingga kadar kurkumin yang terkandung di dalamnya masih kurang.
Berdasarkan analisa hasil pengujian kadar kurkumin, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dapat dijalankan sesuai dengan perancangan yang telah dibuat karena
sudah dapat melakukan semua proses pengukuran secara berurutan sesuai dengan langkah- langkah proses pengukuran. Akan tetapi, alat ukur ini belum bisa menghasilkan data yang
presisi seperti spektrofotometer standar. Besar error rata-rata kadar kurkumin yang didapat sebesar 29,969 dan besar error rata-rata persentase kadar kurkumin yang didapat sebesar
29,988. Pengujian larutan kunyit dapat dinyatakan berhasil karena nilai serapan yang
dihasilkan berbeda untuk masing-masing sampel kunyit. Akan tetapi, nilai serapan yang dihasilkan belum bisa menghasilkan data yang presisi seperti hasil pengukuran
menggunakan spektrofotometer standar. Selain itu, alat ukur hasil perancangan juga dapat menghasilkan besar absorban sesuai dengan urutan mulai dari yang terbesar sampai yang
terkecil sesuai dengan spektrofotometer standar, dan menghasilkan besar absorban yang sesuai dengan standar industri.
4.5 Pengujian Hardware
4.5.1 Pengujian Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler
Pengujian rangkaian sistem minimum mikrokontroler ini dilakukan untuk mengetahui mikrokontroler sudah bekerja dengan baik atau tidak. Pengujian dilakukan
dengan membuat program untuk menampilkan tulisan pada LCD character dan men- download
program tersebut pada mikrokontroler AVR ATMega8535. PORTB dijadikan sebagai output untuk menampilkan tulisan ke LCD character. Program yang dituliskan
pada software dengan bahasa C adalah sebagai berikut: Alphanumeric LCD Module functions
asm .equ __lcd_port=0x18 ;PORTB
endasm include lcd.h
Declare your global variables here void mainvoid
Program utama {
Declare your local variables here
LCD module initialization lcd_init16;
lcd_gotoxy 4,0;lcd_putsfAlat Ukur; lcd_gotoxy 1,1;lcd_putsfKadar Kurkumin;
delay_ms2000; lcd_clear;
}
Hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar 4.19.
Gambar 4.19 Hasil Pengujian Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler Pengujian juga dilakukan dengan membuat program untuk menyalakan LED
indikator setelah tombol push-on warna hijau ditekan dan men-download program tersebut pada mikrokontroler AVR ATMega8535. PORTD.0 dijadikan sebagai input dan
PORTD.1 dijadikan sebagai output. Program yang dituliskan pada software dengan bahasa C adalah sebagai berikut:
define PD0 PIND.0 Setiap kemunculan PD0 akan diganti dengan PIND.0 void mainvoid
Program utama {
Declare your local variables here InputOutput Ports initialization
Port D initialization PORTD=0xFF;
internal pull-up resistor diaktifkan DDRD=0x02;
PORTD.0 dikonfigurasi sebagai input PORTD.1 dikonfigurasi sebagai output
while 1 {
PORTD=0b11111111; LED pada PORTD.1 mati
{ if PD0==0
Tombol push-on pada PIND.0 ditekan {
PORTD=0b11111101; LED pada PORTD.1 menyala delay_ms500;
delay 500 ms }
} };
Akhir looping }
Akhir program utama