Persekutuan Doa Karismatik Katolik PDKK

BAB III KELOMPOK DOA KARISMATIK KATOLIK VINEA DEI DALAM

PERKEMBANGAN HIDUP DOA PRIBADI Cara berdoa yang ditawarkan oleh Gereja Katolik sangat beragam agar melalui cara berdoa yang sesuai dengan pribadi, umat dapat mengambangkan hidup doa umat sendiri. Hidup doa merupakan warna hidup atau jiwa batin seseorang yang akan terungkap dalam bahasa perbuatan Darminta, 2006: 92. Perkembangan hidup doa melalui tahap-tahap yang sejalan dengan perkembangan iman seseorang. Perkembangan hidup doa pribadi dapat diperoleh melalui kelompok doa salah satunya adalah Kelompok Doa Karismatik Katolik Vinea Dei. Kelompok Doa Karismatik Katolik Vinea Dei merupakan salah satu cara berdoa dalam Persekutuan, yang ditawarkan oleh Gereja Katolik bagi umat Katolik yang ingin membuka diri selebar-lebarnya bagi karya Roh kudus. Kelompok Doa Karismatik Katolik Vinea Dei merupakan bagian dari Kelompok Doa Karismatik Katolik PDKK. Hal-hal mendasar dari Kelompok Doa Karismatik Katolik Vinea Dei berasal dari PDKK. Perkembangan PDKK sangat cepat dan terus berkembang Kelompok Doa Karismatik Katolik Vinea Dei merupakan salah satu bentuk perkembangan PDKK bagi kaum muda di kevikepan Yogyakarta.

A. Persekutuan Doa Karismatik Katolik PDKK

PDKK semakin berkembang di kalangan Gereja Katolik, sehingga melatarbelakangi dikeluarkannya dokumen KWI tentang PDKK yang kemudian 58 menjadi acuan untuk memperhatikan gerakan Karismatik Katolik. Perkembangan PDKK didasari oleh kesadaran Gereja untuk menghantarkan umat pada perjumpaan pribadi dengan Allah. Tidak sedikit orang-orang karismatik yang akhirnya meninggalkan Gereja Katolik karena tidak mendapatkan pembinaan yang baik. Pemahaman umat Katolik terhadap Persekutuan Doa Karismatik perlu ditingkatkan. Umat Katolik perlu pemahaman lebih mendalam tentang pengertian, tujuan, sejarah, serta kekhasan PDKK terutama dasar teologi PDKK supaya identitas Katolik menjadi jelas. 1. Pengertian Umum Persekutuan Doa Karismatik Katolik PDKK merupakan salah satu bentuk komunitas doa yang dihidupi semangat karismatik katolik. Persekutuan doa ini berdevosi kepada Roh kudus sehingga memberi ruang seluas-luasnya bagi karya Roh Kudus Pidyarto Gunawan, 2000: 58. PDKK tidak hanya tertuju kepada suatu golongan tertentu tapi bertujuan untuk merangkul setiap umat karena setiap orang membutuhkan karunia Roh Kudus dan setiap orang memiliki karunia Roh dalam diri masing - masing. Roh Kudus melakukan pembaruan melalui karunia-karunia yang telah ada dalam diri setiap orang Eligia, 2003: 7. Istilah awal yang dipakai untuk menyebut PDKK adalah ‘pentakosta Katolik’ istilah pentakosta ingin merujuk pada pengalaman Gereja perdana sebagaimana dikisahkan pada bab-bab pertama Kisah Para Rasul. Gereja ingin kembali mengalami kekuatan untuk menjadi saksi kebangkitan seperti yang dialami oleh para rasul pada waktu Pentakosta Deshi Ramadhani, 2008: 35. Saat ini sebutan ‘pentakosta Katolik’ tidak lagi dipakai karena perkembangan pentakostalisme 59 bergerak melampaui batas-batas Gereja. Sebutan untuk Persekutuan Karismatik di Indonesia mengikuti sebutan di Amerika Serikat pada umumnya ‘Catholic Charismatic Renewal’ atau pembaruan karismatik Katolik, di negara lain ada pula yang menggunakan istilah ‘renewal in the Spirit’ atau pembaruan dalam Roh Indrakusuma, 2010: 15. Kata ‘karismatik’ berasal dari bahasa Yunani ‘kharis’ yang berarti ‘rahmat’. Dalam bahasa Indonesia istilah ‘kharisma’ berarti ‘karya atau karunia rahmat’. Paulus mengartikan kharisma dalam tiga arti hal yaitu: rahmat yang mendasar yang dibutuhkan agar orang mengalami penebusan dan hidup abadi; pemberian khusus dari Allah; dan pemberian-pemberian dari Allah yang dibagi-bagikan di antara para anggota jemaat Deshi Ramadhani, 2008: 175. Dasar PDKK mengacu pada Ensiklik Paus Yohanes Paulus II Dominum et Vivificantem, art. 65 sebagaimana dikutip oleh Suwartinah 1999: 85 yaitu: Zaman kita yang sulit sekarang ini secara khusus membutuhkan doa ... Sejak beberapa tahun lalu terdapat sejumlah orang yang makin hari makin bertambah jumlahnya, baik dalam gerakan-gerakan maupun dalam Persekutuan-Persekutuan yang selalu makin berkembang. Mereka memprioritaskan doa dan pembaruan hidup Rohani. Hal ini merupakan suatu fakta yang penuh arti dan hiburan, sebab berdasarkan pengalaman ini, doa benar-benar dapat dibangun kembali ditengah-tengah orang beriman. Ensiklik itu menunjukkan Paus Yohanes Paulus II menerima dan bahagia menyembut hadirnya PDKK yang memprioritaskan doa sebagai tanggapan dari karunia-karunia yang diberikan Roh Kudus. Pada umumnya, dalam PDKK umat mulai membagi-bagikan doa bersama dengan saudara mereka di bawah bimbingan Roh Kudus serta kesadaran akan kedatangan Yesus Suwartinah, 1999: 86. PDKK ingin menekankan ‘pembaruan hidup dalam Roh’ sebagai suatu 60 pembaruan hidup Kristiani dalam kuasa Roh Kudus. Pembaruan hidup dalam Roh merupakan hasil dari pengalaman hidup yang dihayati dalam persatuan dengan Roh Kudus. Pengalaman hidup baru dalam Roh mengendalikan seseorang untuk menginginkan hidup dalam kehendak Allah melalui Roh Kudus seturut teladan Yesus Kristus. Pengalaman hidup bersama Roh Kudus dapat diperoleh melalui Pencurahan Roh Kudus yang diperoleh dengan berdoa dan penumpangan tangan tidak jarang diberikan oleh Tuhan secara langsung. Secara teori pengalaman Rohani semacam itu hanya dapat diperoleh secara pribadi tanpa bantuan orang lain, namun bagi kebanyakan orang perlu adanya suatu penyadaran dan persiapan yang membantu orang tersebut. Pengalaman tersebut bukan hanya milik Persekutuan doa karismatik melainkan suatu anugerah Allah sendiri kepadaseluruh Gereja untuk melayani dan mewartakan kasih Tuhan Indrakusuma, 2011: 29-35. Melayani Gereja merupakan kewajiban kita sebagai seorang Katolik. Melalui Baptis kita dipersatukan dengan Tri tunggal Maha Kudus Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus dengan demikan tiga tugas pokok Yesus yaitu menjadi nabi mewartakan, imam menguduskan, dan raja memimpin dan mempersatukan juga menjadi tugas kita sebagai seorang Katolik. Tiga tugas pokok tersebut menjadi tanggung jawab umat beriman yang terwujud dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja. Untuk melaksanakan tugas tersebut kita memerlukan bimbingan dari Roh Kudus. PDKK memiliki peranan dalam mewujudkan tugas tersebut melalui segala kegiatannya yang sejalan dengan dasar hidup menggereja yaitu koinonia persekutuan, leiturgia liturgi, kerygma pewartaan, diakonia pelayanan dan martyria kesaksian Wardayanti Perdani, 2014: 45. 61 2. Sejarah PDKK dan Perubahan Nama PDKK dilahirkan tepatnya pada bulan Februari 1967 ketika mahasiswa dari universitas Dequesne AS yang memiliki kerinduan yang begitu mendalam untuk menerima pentakosta baru, mengalami pencurahan Roh Kudus dalam sebuah retret di kota Pittsburgh, AS. Setelah mengalami pencurahan Roh Kudus, mereka mulai mengalami karunia-karunia Roh Kudus dan mempunyai hubungan pribadi yang lebih dekat dengan Yesus. Sejak tahun 1967 itu, berjuta-juta orang Katolik dari kurang lebih 120 negara di dunia ini telah mengalami pembaruan Rohani yang luar biasa dalam hidup Kristiani mereka, disertai dengan banyak karunia- karunia karismatis dari Roh Kudus Deshi Ramadhani, 2008 :47. Peristiwa pembaruan Rohani tersebut sebenarnya diawali oleh beberapa dosen dan imam Katolik di universitas Dequesne Amerika Serikat yang merasa tertarik dengan sebuah buku karya seorang pendeta Pentakosta yaitu David Wilkerson yang mengisahkan keberhasilannya melakukan Baptisan Roh kepada para kriminal dan pecandu narkoba di daerah dengan tingkat kriminalitas tinggi yang merupakan tempat ia berkarya. Para dosen dan beberapa imam tersebut merasa tertarik lalu mengalami kerinduan akan Roh yang sama yaitu Roh Tuhan sendiri kemudian ingin mengalami pentakosta baru tanpa merubah atau menantang tradisi Katolik, maka dari itu mereka mengadakan acara tersebut yang diisi dengan penumpangan tangan dan berdoa berdasarkan empat bab dalam Kisah Para Rasul. Doa tersebut dimulai oleh beberapa mahasiswa yang merasakan dengan kuat kehadiran Yesus kemudian seluruh peserta yang hadir ikut merasakan kehadiran Yesus dan memuji sepanjang malam sebagai ungkapan syukur atas kehadiran Roh Tuhan sendiri Deshi Ramadhani, 2008 :48. 62 Peristiwa tersebut membuat Persekutuan Karismatik dianggap sebagai pemenuhan atas dokumen konsili Vatikan II LG, art. 12 yaitu: Selain itu, Roh kudus juga tidak hanya menyucikan dan membimbing umat Allah melalui sakramen-sakramen serta pelayanan-pelayanan, dan menghiasinya dengan keutamaan-keutamaan saja. Melainkan Ia juga “membagi-bagikan” karunia-karunia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendaknya” 1 Kor 12:11.............” Kepada setiap orang dianugerahkan pernyartaan Roh demi kepentingan bersama” 1 Kor 12:7. Atas dasar dokumen tersebut Paus Yohanes Paulus II juga memberi pernyataan yang mendukung berdirinya gerakan Karismatik. Pernyataan tersebut diucapkan langsung oleh Paus Yohanes Paulus II di lapangan St. Petrus pada 29 Mei 2004, sebagaimana dikutip oleh Deshi Ramadhani 2008: 62 sebagai berikut: Karena Gerakan karismatik, sejumlah besar orang Kristiani, laki-laki dan perempuan, orang-orang muda dan orang-orang dewasa telah menemukan kembali Pentakosta sebagai sebuah kenyataan yang hidup dalam kehidupan mereka setiap hari. Saya berharap bahwa spiritualitas Pentakosta akan menyebar dalam Gereja sebagai sebuah dorongan yang diperbarui untuk doa, kekudusan, kesatuan dan pewartaan. Dukungan ini kemudian menjadi dasar bagi para imam untuk mulai memberi pendampingan untuk gerakan-gerakan Karismatik Katolik yang mulai berkembang. Paus berharap bukan hanya gerakan karismatik yang berkembang namun lebih pada dorongan yang lebih kuat kearah hal-hal baik sebagai buah nyata yang dihasilkan bagi pembaruan Gereja sebagai tujuan diberikannya karisma itu, untuk pembangunan Gereja Deshi Ramadhani, 2008: 62-65 Persekutuan doa karismatik dewasa ini mulai berkembang pesat di Indonesia. Tidak diketahui pasti kapan Persekutuan doa yang berdevosi kepada rahmat dan karunia dari Allah Roh Kudus ini pertama kali mulai masuk ke Indonesia namun pada umumnya tahun 1976 dianggap sebagai titik awal Karismatik Katolik secara resmi mulai di Indonesia. Dari tahun itu Karismatik Katolik sempat mengalami 63 dinamika penolakan dan perubahan nama hingga ahirnya sekarang mulai diterima oleh Gereja Katolik Deshi Ramadhani, 2008: 53-57. Sr. Bernadette, RGS di susteran Gembala Baik Jakarta, diketahui sebagai orang pertama membawa gerakan ini, namun dihentikan oleh Mgr. Leo Sukoto, SJ tidak jelas kapan waktunya. Di Malang, Jawa Timur gerakan Karismatik diusahakan oleh Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm yang terus berkembang hingga saat ini. Di Bandung gerakan Karismatik mulai berkembang dengan dipimpin oleh Sr. Yohana, OCD. Setelah Sr. Yohana pergi ke Amerika Serikat, Mgr. Leo Soekoto, SJ melanjutkan inisiatif Sr Yohana untuk meminta bantuan kepada Rm. Paul O’Brien, S.J. superior SJ yang berdomisili di Bangkok dan Rm. Hebert Schneider, S.J. Dosen Kitab Suci di Loyola School of Theology, Manila untuk secara resmi mengenalkan gerakan Karismatik di Indonesia. Maka mulailah gerakan ini disusun dalam rangkaian pertemuan yang dimulai awal Mei 1976. Pertemuan ini berahir tanggal 24-28 Mei 1976 Deshi Ramadhani, 2008: 65-68. Hasil dari pertemuan tersebut adalah terbentuknya persekutuan inti yang terdiri dari 20 orang yang secara rutin mengadakan persekutuan doa, sehingga banyak umat yang tertarik dan peserta semakin bertambah banyak. Pada tahun 1983, Konferensi Wali Gereja Indonesia pada saat itu disebut MAWI mengeluarkan dokumen resmi pertama tentang pembaruan Karismatik yaitu Pedoman Pastoral Para Uskup Indonesia Mengenai Pembarun Karismatik . Pada tahun 1993 KWI mengeluarkan surat gembala berjudul Aneka Karunia, Satu Roh: Surat Gembala mengenai Pembaruan Karismatik Katolik. Surat gembala tersebut ditujukan kepada seluruh umat. Dokumen ini menyatakan “Gereja sekarang 64 memahami ‘Baptis dalam Roh’ sebagai doa permohonan iman yang sungguh- sungguh agar berkat rahmat Baptis dan karisma, hidup umat digairahkan dan dipenuhi dengan Roh Kudus”. Dua Tahun kemudian KWI mengeluarkan dokumen berjudul Pembaruan Hidup Kristiani Sebagai Karisma Roh: Pedoman Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia. Dokumen ini khusus ditujukan kepada mereka yang sudah terlibat dalam pembaruan karismatik Indrakusuma, 2010: 21- 22 . Sebelum nama ‘Karismatik’ dipakai, beberapa istilah lain dipakai untuk menyebut persekutuan yang berdevosi pada Roh kudus. Nama awal yang dipakai adalah ‘Pentakosta Katolik’. Nama ini menunjuk pada dua sudut pengertian yaitu pengertian bibilis dan pengertian gerakan. Pertama adalah pengertian biblis, karena kata ‘pentakosta’ disini ingin menunjuk pada pengalaman Gereja perdana sebagaimana dikisahkan dalam bab-bab pertama kisah para rasul. Dengan kata lain yang dimaksud adalah pengalaman Gereja Katolik akan pentakosta zaman modern ini. Pengertian kedua menunjuk pada pengertian pentakosta sebagai suatu gerakan sehingga menimbulkan pertanyaan tentang kemurnian identitas Katolik. Pentakosta Katolik memunculkan pula pertanyaan apakah sudah terjadi perpecahan baru antara Katolik Klasik dan Katolik Pentakosta. Karena permasalahan ini kemudian nama pentakosta tidak lagi dipakai. Dalam perkembangan selanjutnya nama ‘pentakosta’ diganti dengan ‘Karismatik Katolik’. Secara lengkap disebut ‘Gerakan Pembaruan Karismatik’. Kata karismatik memang tidak menunjukkan khas Katolik namun yang dimaksud adalah pengalaman akan karisma-karisma Roh. Kata ‘gerakan’ kemudian dihilangkan karena ingin memberi tekanan pada kata ‘pembaruan’. Namun nama 65 ‘pembaruan Karismatik’ pun masih memunculkan tafsiran yang salah karena menimbulkan konotasi bahwa Karismatiklah yang dibarui, maka untuk meluruskan hal itu sering kali digunakan nama yakni ‘Pembaruan Hidup dalam Roh’. Nama ini lebih netral karena menunjuk pada akar pengalaman Kristiani dalam kaitan erat dengan peran Roh Kudus sendiri. Dengan nama ini ingin memberikan kesan bahwa yang dibarui adalah ‘hidup’ manusia yang bersangkutan. Namun untuk memberikan kekhasan Persekutuan karena mengingat pengalaman akan Roh Kudus adalah hak setiap umat beriman maka nama Karismatik tetap dipakai dan di Indonesia nama yang dipakai adalah Pembaruan Karismatik Katolik PKK Deshi Ramadhani, 2008 : 33-37. 3. Kekhasan PDKK PDKK memang tidak dapat lepas dari pengaruh neo-pentakostalisme meskipun demikian Karismatik tetap bagian utuh dari Katolik. Banyak yang menjadi khas karismatik terutama dari cara berdoa, bahasa Roh Karunia Roh. Meski kebanyakan cara berdoa yang dipakai cenderung ramai karena menggunakan lagu Rohani populer namun tidak menutup kemungkinan Persekutuan doa Karismatik juga menggunkan metode hening dan khusyuk yang memberi kesempatan kepada setiap orang untuk dapat merasakan kehadiran Roh Allah dalam keheningan. Cara yang dipakai baik itu dengan hingar-bingar atau hening merupakan sebuah sarana agar tujuan dari Persekutuan doa Karismatik yaitu mendapatkan karunia Roh dapat tercapai. Kekhasannya justru terletak pada pengalaman Rohani akan pertobatan yang radikal yang mengajak seseorang untuk lebih merasakan kehadiran Roh Allah dan hidup kudus seturut kehendak Allah 66

a. Cara berdoa

Kekhasan PDKK adalah cara berdoa yang cenderung ramai dengan diiringi musik Rohani populer jika dibandingkan dengan liturgi Gereja Katolik umumnya yang cenderung hening dan khusyuk Pidyarto Gunawan, 2000: 60. Melihat dari sejarah perkembangan liturgi Gereja ada peralihan dari suasana liturgi Gereja perdana yang bebas, spontan, penuh antusiasme dengan musik yang hingar bingar dan gerakan tubuh yang asli ke sebuah bentuk liturgi yang lebih tenang, terstruktur, dan tidak banyak melibatkan ekspresi tubuh yang spontan. Pengaruh akar-akar kebudayaan yang lebih kusyuk dan hening mempengaruhi gaya berdoa di suatu daerah, di sisi lain jika melihat perayaan Ekaristi pada kebudayaan Afro-Afrika yang berkembang justru perayaan Ekaristi yang diiringi dengan musik, gerakan tubuh, dan ungkapan-ungkapan emosi yang histeris. Cara ini dipakai karena lebih sesuai dengan kebudayaan setempat dan memberikan kenyamanan. Artinya gaya bernyanyi dengan tepuk tangan, menari atau gerakan tubuh yang spontan dan misa yang hingar-bingar, meskipun sudah melekat dengan identitas PDKK bukanlah ciri mutlak Persekutuan Karismatik Deshi Ramadhani, 2008: 234.

b. Kesadaran baru akan peranan Roh Kudus

Persekutuan Doa Karismatik merupakan salah satu jalan untuk mengalami hidup baru dalam Roh. Pada masa awal perkembangannya persekutuan ini justru didukung oleh kalangan biarawan-biarawati yang hidup secara kontemplatif. Bagi mereka ini karismatik membawa mereka untuk semakin memiliki keberanian masik ke inti hati yang paling dalam. Lebih jauh dari sekedar pengalaman 67 bernyanyi, bersorak, bersorak, berteriak, atau tertawa, menangis dan menari Deshi Ramadhani, 2008: 233-234. Pengalaman karismatik adalah pengalaman yang mendalam akan cinta kasih Allah yang menuntun seseorang dalam pertobatan radikal dalam hidupnya. Kekhasan pengalaman pertobatan karismatik terletak pada sebuah kesadaran baru akan peran Roh Kudus dalam hidup seseorang sehingga karenanya pula muncul motivasi yang lebih kuat untuk menjalani hidup yang kudus seturut bimbingan Roh Kudus. Karena ada kesadaran ini, muncul keterbukaan terhadap karisma- karisma Roh Kudus yang mungkin ingin dibagi-bagikan demi kepentingan bersama. Sebuah misa Krismatik harus membawa seseorang pada kesadaran baru akan cinta Allah dan menyediakan ruang agar setiap orang kembali bersentuhan dengan kesadaran terdalam akan Roh Kudus dalam hidupnya yang memperkuat kerinduannya untuk hidup dalam kekudusan Deshi Ramadhani, 2008 : 235-238 Pengalaman hidup dalam Roh Kudus menjadikan seseorang sadar bahwa Roh Kudus hidup dalam dirinya dan bekerja melalui dia. Hidup dalam Roh baru mulai apabila seseorang mengalami pencurahan Roh. Pencurahan Roh Kudus sebenarnya telah ada sejak awal mula Gereja meski baru dialami oleh Persekutuan yang sangat kecil karena pemahaman bahwa untuk memperoleh pencurahan Roh kudus harus melalui usaha-usaha yang keras. Dewasa ini Persekutuan doa Karismatik membantu seseorang mengalami pencurahan Roh kudus melaui doa- doa dan penumpangan tangan. Meskipun pengalaman hidup dalam Roh Kudus sangat personal dalam prakteknya dukungan orang lain melalui doa dan penyadaran akan karunia Roh kudus membantu seseorang untuk mengalami pencurahan Roh Kudus Eligia, 2003: 5-18 . 68 Pengalaman akan Roh Kudus memampukan seseorang untuk memberi kesaksian tentang Yesus. Kesaksian timbul karena Roh Kudus membawa kesadaran akan cinta kasih Tuhan serta kesatuan dengan-Nya. Santo Paulus menyatakan hal tersebut dalam suratnya kepada jemaat di Roma: “sebab kamu tidak menerima Roh Perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu, kita berseru: ‘Abba, ya Bapa’ Roh itu bersaksi bersama dengan Roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah” Rm 8:15-16. Seluruh Perjanjian Baru sangat diresapi oleh orang-orang Kristiani purba sehingga mengalami kehadiran Roh Kudus dalam diri mereka beserta dengan karya-karyanya. Orang-orang Kristiani dewasa ini ingin mengalami hal yang sama seperti jemaat Kristiani purba. Banyak orang bercerita tentang kasih Allah pada diri mereka, bernubuat, berbicara, memiliki karunia penyembuhan dan mukjizat. Karunia-karunia Roh Kudus yang disikapi dengan iman dewasa menjadikan pengalaman akan Allah yang sangat mendalam akan diri seseorang. Pengalaman akan Allah sungguh diperdalam dengan melihat dimensi-dimensi baru kasih Allah. Seluruh pengalaman akan Roh Kudus harus dilihat sebagai sesuatu yang normal dan wajar bagi orang Kristiani. Meski tidak banyak yang mengalami pencurahan Roh namun seharusnya menjadi ukuran bagi hidup orang Kristiani menjadi normal Indrakusuma, 2010: 24-32.

c. Bahasa Roh atau Bahasa Lidah

Bahasa Roh berasal dari bahasa Yunani: ‘glossolalia’, yang berasal dari kta ‘glosa’ yang berarti ‘lidah’, dan kata ‘lalei’ yang berarti ‘berbicara’. Jadi 69 ‘glossolalia’ secara harafiah berarti ‘berbicra dengan lidah’ atau ‘berkata-kata dengan bahasa’. Menurut konteks pemakaiannya, kata benda ‘glossa’ dapat diartikan sebagai ‘bahasa Roh’, yang berfungsi sebagi wahana doa manusia kepada Allah Njiolah, 2003: 1. Bahasa Roh mengacu pada peristiwa Pentakosta pada saat zaman Gereja Purba dimana saat itu para murid berkumpul dan Roh Kudus turun dalam rupa lidah api kemudian mereka berbicara dalam bahasa yang lain yang diberikan oleh Roh Kudus kepada mereka Kis 2:1-13. Santo Paulus mengartikan bahasa Roh itu sebagai bahasa malaikat Njiolah, 2003: 6. Dalam Kitab Suci sering disebutkan adanya bahasa Roh seperti dalam surat pertama rasul paulus kepada jemaat di Korintus 1 Kor 14:1-40 dalam ayat lain disebutkan pula: “berkata-kata dan memuliakan Allah” Kis 10:46, “berkata kata dalam bahasa Roh dan bernubuat” Kis 19:6. Menurut Deshi Rahmadhani 2008: 225 dalam PDKK pemahaman bahasa Roh adalah karunia berdoa yang khusus yang memampukan orang yang bersangkutan untuk berkontak dengan Tuhan dalam bahasa yang tak terpahami. Orang-orang karismatik yang telah mengalami pencurahan dalam Roh menjadi semakin tertarik dan gembira dalam pembacaan Kitab Suci dan kehidupan doa yang mendalam. Kehidupan doa yang demikian menjadikan seseorang mampu berbahasa Roh karena seluruh hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus yang selalu membimbingnya. Pengalaman akan Roh Kudus membawa orang untuk berdoa dengan melibatkan seluruh pribadi: Rohani, afeksinya, emosi, serta ekspresi badaniah Sugino, 1982: 28. 70 4. Dasar Teologis Karismatik Katolik PDKK merupakan Persekutuan yang berdevosi pada Roh Kudus. Peristiwa turunnya Roh Kudus kepada para rasul pada peristiwa Pentakosta merupakan dasar terbentuk dan berdirinya kegiatan karismatik. Seperti Roh kudus yang dianugerahkan oleh Yesus kepada para rasul, kita sebagai umat Allah yang mengimani Yesus juga turut dianugerahi rahmat Roh Kudus. Roh Kudus membantu kita mengarahkan hidup menuju keselamatan. Dasar teologis dari pembaharuan karismatik Katolik ialah keterbukaan kepada Roh Kudus dan karisma-karisma-Nya. Keterbukaan ini dimaksudkan agar orang menyadari, bahwa karya Gereja sesungguhnya adalah karya Allah sendiri. Oleh karena itu dalam segala aktivitasnya orang bersandar dan bergantung pada kuasa Roh Kudus sendiri yang adalah jiwa Gereja Wardayanti Perdani, 2014: 61- 64 . Yohanes Indrakusuma 2008: 3 menyebutkan bahwa: Aspek teologis Persekutuan Doa Karismatik atau lebih tepatnya disebut pemaruan hidup dalam Roh, merupakan pembaruan yang menjadikan Yesus Kristus Tuhan dan pusat hidup kita dalam suatu keterbukaan kita terhadap Roh Kudus dan segala kepenuhannya hal itu mengandung pokok-pokok berikut: 1. Pengalaman nyata akan Allah yang hidup. Orang sungguh boleh mengalami bahwa Allah sungguh-sungguh hidup dan mengasihi dia. Secara nyata dia boleh mengalami kasih Allah. Pengalaman itulah yang disebut dengan istilah Pencurahan Roh Kudus. Pengalaman inilah yang mengubah seluruh hidup dan nilai-nilainya. 2. Karena pengalaman itu Yesus menjadi sungguh-sungguh hidup dan menjadi titik pusat hidup mereka. Sekurang-kurangnya itulah yang menjadi tujuan pembaharuan tersebut. 3. Melalui pencurahan Roh Kudus itu orang mengalami kehadiran dan aktivitas Roh Kudus dan menjadi terbuka terhadap segala karismata Roh Kudus, seperti a.l. karunia penyembuhan, nubuat, iman, dll. Itulah yang memberikan kekuatan dan kesuburan kepada segala karya pelayanan mereka. 4. Pemakaian karisma-karisma Roh Kudus justeru membantu menghilangkan tahyul-tahyul yang ada dalam masyarakat, karena melalui pelbagai macam karisma itu orang boleh mengalami secara langsung, bahwa Allah hidup. 71 Penekanan pembaruan hidup dalam Roh dalam PDKK merupakan pembaruan cara berpikir, cara kerja dan cara hidup orang Kristiani. Pembaruan tersebut membawa kesadaran bahwa manusia tergantung sepenuhnya pada kuasa Roh Kudus baik untuk menghayati Injil maupun untuk mewartakannya. Melalui pencurahan Roh Kudus, suatu pengalaman Roh Kudus yang konkret, manusia diperbarui dan boleh mengalami, bahwa Allah itu hidup dan mengasihi dia. Melalui pengalaman ini, suatu hubungan baru dengan Allah dijalin, diperbarui, atau diperdalam, tergantung pada keadaan masing-masing. Pencurahan Roh Kudus diperoleh lewat doa dan penumpangan tangan hal tersebut merupakan suatu karunia yang sangat berharga yang diberikan oleh Allah kepada Gereja-Nya Indrakusuma, 2010: 107. Melalui pembaharuan ini diharapkan orang dapat sungguh-sungguh terbuka kepada Roh Kudus, baik dalam hidup dan karyanya serta menyadari ketergantungan yang penuh kepada Roh Kudus dan kuasa-Ny, sehingga dia sungguh-sungguh menjadi orang Katolik yang terbuka sepenuhnya terhadap kehadiran dan kuasa Roh Kudus, meskipun demikian perlu diingatkan bahwa pengalaman pencurahan dalam Roh Kudus tidak hanya didapat melalui Persekutuan Doa Karismatik saja melainkan anugerah Allah kepada Gereja-Nya Sugino, 1982: 25. 5. Tujuan Karismatik Katolik Peristiwa yang dasar dalam Persekutuan doa karismatik adalah “Pembaptisan dalam Roh” menurut deskripsi dan kesaksian kaum karismatik yang dimaksud dengan Pembaptisan dalam Roh adalah pengalaman batin akan kuasa Roh Kudus 72 yang memenuhi dan mengubah hati serta diri mereka. Pembaptisan dalam Roh itu merupakan suatu karya rahmat dalam batin orang yang hanya dapat dikerjkan oleh Allah. Pembaptisan dalam Roh bukan untuk menggantikan sakramen Pembaptisan yang sudah kita terima dari awal, karena kata Pembaptisan dalam Pembaptisan Roh hanya ingin menunjukkan adanya sebuah pengalaman pertobatan sebagai sebuah pengalaman dicelupkan atau ditenggelamkan dalam Roh. Perubahan sikap batin dari yang lama menjadi baru akan nampak dalam sikap dari yang dulunya tidak suka berdoa dan membaca Kitab Suci menjadi sangat mendalami dan menghayatinya sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting untuk menjalani hidup dalam Roh karena keyakinan bahwa hidup orang percaya harus senantiasa dikuasai dan dibimbing oleh Roh kudus Sugino, 1982: 17. PDKK mengajak seluruh anggotanya untuk mengalami dan merasakan Allah sebagai sesuatu yang nyata bukan lagi sebagai gambaran yang abstrak dengan menerima ‘Pembaptisan dalam Roh’, yang pertama-tama dicari bukanlah pengetahuan mengenai Allah melainkan pengalaman akan Allah, pengalman akan daya kekuatan Allah yaitu Roh Kudus. Pertanyaan yang muncul adalah apa tanda yang menunjukkan bahwa hal tersebut sungguh terjadi dalam orang-orang karismatik. Sugio, 1982: 15 dalam ‘penilaian terhadap pembaruan karismatik katolik’ menyebutkan: Tanda bahwa seseorang sungguh mengalami Allah dalam Roh Kudus dapat dilihat dalam dua pendekatan 1 pendekatan intern kepastian subjektif berdasarkan kenyataan bahwa orng-orang karismatik merasa pasti, bahwa pengalaman itu adalah pengalaman yang wajar. 2 pendekatan Ekstern, yaitu pendekatan melalui buah-buah Roh yang timbul akibat Pembaptisan Roh. Yang ingin disampaikan dari pernyataan tersebut adalah pengalaman akan Allah hanya dapat dirasakan ketika seseorang sungguh membuka hati dan mau 73 menyediakan diri untuk melakukan kehendak Allah. PDKK adalah salah satu dari sekian banyak cara yang dapat ditempuh seseorang yang sungguh ingin menerima dan merasakan karya Allah dalam hidupnya. Melalui kegiatan rutin yang dilaksanakan PDKK mengajak seseorang untuk meningkatkan hidup doa baik dalam persekutuan maupun pribadi sebagai bentuk persatuan dengan Allah.

B. Komunitas Doa Karismatik Katolik Vinea Dei