Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian LandasanTeoritis

8 Penulis : Diena Tiara Sari Mahasiswi Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, tahun 2014. Rumusan Masalah : 1. Bagaimana proses formulasi kebijakan kawasan tanpa rokok di Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana peran aktor dalam perumusan kebijakan KTR di Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus : 1.5.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dengan menganalisis bagaimana efektivitas pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok diKota Singaraja, mengingat pentingnya jaminan perlindungan hukum terhadap hak asasi manusia khususnya dalam memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat serta bebas dari asap rokok. 1.5.2 Tujuan Khusus a. Agar dapat mengetahui dan memahami pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Singaraja. 9 b. Agar dapat mengetahui dan memahami upayaPemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Singaraja.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat peneltian dari skripsi ini dibedakan atas manfaat praktis yaitu sebagai berikut : 1.6.1 Manfaat Teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam bidang Ilmu Hukum khususnya berkait dengan bidang Hukum Administrasi Negara. 1.6.2 Manfaat Praktis a. Manfaat praktis bagi pemerintah adalah terlaksananya penyampaian informasi mengenai adanya aturan – aturan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok. b. Dapat mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 20111 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Singaraja c. Dapat mengetahui upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dalam meningkatkan pelaksanaan peraturan daerah. d. Manfaat Praktis bagi masyarakat adalah dapat memberikan suatu informasi yang bermanfaat baik berupa masukan maupun sumbangan pemikiran bagi pihak – pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan bidangkesehatan. 10

1.7 LandasanTeoritis

Dalam penelitian ini akan digunakan teori – teori, konsep – konsep, maupun pandangan – pandangan para pakar yang berpengaruh sebagai landasan pemikiran penelitian,yaitu : 1 Teori Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.Kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Selain itu efektivitas juga merupakan suatu gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan atara nilai – nilai bervariasi. Ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama –tama harus dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati oleh sebagian target yang menjadi sasaran ketaatannya, kita akan mengatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif, namun demikian sekalipun dapat dikatakan aturan yang ditaati itu efektif, tetapi kita masih tetap dapat mempertanyakan lebih jauh derajat efektivitasnya. 8 8 Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum Legal Theory dan Teori Peradilan Judicialprudence Termasuk Interpretasi Undang – Undang Legisprudence, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h.375. 11 Berbicara mengenai efektivitas hukum, Soerjono Soekanto sebagaimana di kutip dalam Siswanto Sunarso berpendapat tentang pengaruh hukum, yaitu sebagai berikut : Salah satu fungsi hukum baik sebagai sikap tindak atau perilaku teratur adalah membimbing perilaku manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan hukum, tetapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap atau perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif. 9 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Friedman sebagaimana dikutip dalam Siswanto Sunarso mengemukakan bahwa : “pengaruh hukum terhadap sikap tindak atau perilaku dapat diklasifikasikan sebagai ketaatan Compliance, ketidaktaatan atau penyimpangan deviance, dan pengelakan evasion. Konsep – konsep ketaatan, ketidaktaatan atau penyimpangan, dan pengelakan sebenarnya berkaitan dengan hukum yang berisikan larangan atau suruhan. Bilamana hukum tersebut berisikan kebolehan, perlu dipergunakan konsep – konsep lain, yakni penggunaan use, tidak menggunakan nonuse, dan penyalahgunaan misuse, hal tersebut adalah lazim di bidang hukum perikatan.” 10 Efektivitas hukum menurut Scolars sebagaimana dikutip oleh friedman dalam Siswanto Sunarso diakui bahwa “pada umumnya dapat dikelompokkan dalam teori tentang perilaku hukum ialah aktualisasi kegiatan hukum. 11 Selanjutnya Siswanto Sunarso mengemukakan bahwa “efektivitas penegakan hukum amat berkaitan erat dengan efektivitas hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum untuk menegakkan sanksi tersebut.Suatu 9 Soerjono Soekanto, 1988, Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi, Ramadja Karya Bandung, dikutip dari Siswanto Sunarso, 2011, Penegakan Hukum Psikotropika Dalam Kajian Sosiologi Hukum,selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I,Cet.IV, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.88. 10 Ibid, h.89. 11 Ibid. 12 sanksi yang dapat diaktualisasikan kepada masyarakat dalam bentuk ketaatan compliance, dengan kondisi tersebut menunjukkan adanya indikator bahwa hukum tersebut adalah e fektif”. 12 2 Teori Penegakan Hukum Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin penataan terhadap ketentuan yang ditetapkan. Menurut Satjipto Rahardjo, “penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan – keinginan hukum yaitu pikiran – pikiran badan pembuat undang – undang yang dirumuskan dalam peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan”. 13 Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul penegakan hukum, menyebutkan bahwa : 14 Suatu penegakan hukum dapat dilakukan dengan baik dan mantap bukan hanya dilihat dari jumlah peraturan yang tertulis yang telah dikeluarkan dan luas bidang suatu kehidupan masyarakat karena hal itu akan mewujudkan penegakan hukum secara formal saja, namun dalam segi materialnya lebih hukum itu sendiri, karena tanpa kegiatan tersebut kesulitan besar akan dihadapi disamping biaya social yang sangat besar. Penegakan hukum law enforcement dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subyek 12 Ibid. 13 Satjipto Rahardjo, 1996, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, h. 24. 14 Soerjono Soekanto, 1983,Penegakan Hukum, Binacipta, Bandung, selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II, h 37. 13 hukum.Penegakan hukum mencakup pula segala aktivitas yang dimaksud agar hukum sebagai perangkat kaidah normatif yang mengatur dan mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan bernegara benar – benar ditaati dan sunguh – sunguh dijalankan sebagaimana mestinya. Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, faktor – faktor yang mempengaruhi dalam penegakan hukum ada 5 macam antara lain : 15 1. Faktor hukum atau norma hukum yang berlaku; 2. Faktor penegakan hukum, yakni pihak – pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum; 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; 5. Faktor kebudayaan, yang sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karya manusia dalam pergaulan hidup; Faktor – faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, sebab merupakan bagian dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas berlakunya undang – undang atau peraturan. Dari kelima faktor tersebut dapat dikaji berdasarkan Teori Sistem hukum dari Lawrence M. Friedman. Teori Sistem Hukum dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakup tiga komponen yaitu : 16 a. Legal substance subtansi hukum : merupakan aturan – aturan, norma- norma dan pola tingkah laku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau aturan baru yang merela susun. 15 Ibid, h 30. 16 Lawrence M. Friedman, 1969, The Legal System; A Social Science Perspektif, Russel Soge Foundation, New York, h. 16. 14 b. Legal structure struktur hukum : merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi – instansi penegak hukum antara lain ; institusi atau penegak hukum seperti advokat, polisi, jaksa dan hakim. c. Legal culture budaya hukum : merupakan suasana pikiran sistem dan kekuatan social yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari atau disalah gunakan oleh masyarakat. Sebagai daerah otonom, pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota, berwenang untuk membuat peraturan daerah dan peraturan kepala daerah, guna menyelenggarakan urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah, setelah mendapat persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Dalam menegakan Peraturan Daerah,Pemerintah Daerah wajib menyebarluaskan Peraturan Daerah tersebut yang telah diundangkan dalam berita daerah. Untuk menegakkan peraturan daerah tersebut, dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP yang bertugas dalam membantu kepala daerah untuk menegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 17 Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP dapat diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil dan penyelidikan, serta penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Maka dari itu peran Satpol PP sangat penting dalam penyelenggaraan penegakan hukum 17 Siswanto Sunarno, 2009, Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 37-38. 15 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Dalam menegakkan Peraturan Daerah dapat juga ditunjuk pejabat lain yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran selama berdasarkan pada ketentuan peraturan daerah tersebut. 18 Teori penegakan hukum dalam kaitannya dengan pembahasan skripsi ini adalah penegakan hukum terhadap masyarakat yang melanggar ketentuan larangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok. 3 Teori Kesadaran Hukum Kesadaran hukum tidaklah lepas dari ketaatan hukum, dan kesadaran hukum yang baik adalah ketaatan hukum.Pernyataan kesadaran hukum disandingkan sebagai awal dari ketaatan hukum itu sendiri. Sosiologi hukum sangat berperan dalam upaya sosialisasi hukum demi untuk meningkatkan kesadaran hukum yang positif, baik dari warga masyarakat secara keseluruhan maupun dari kalangan penegak hukum. Sebagaimana diketahui bahwa kesadaran hukum ada dua macam : a. Kesadaran hukum positif, identik dengan ‘ketaatan hukum’. b. Kesadaran hukum negatif, identik dengan ‘ketidaktaatan hukum’. 19 Hukum berbeda dengan ilmu yang lain dalam kehidupan manusia, hukum berbeda dengan ilmu seni, dan profesionalis lainya, struktur hukum pada dasarnya berbasis pada kewajiban dan komitmen. Kewajiban moral untuk mentaati dan 18 Ibid. 19 Achmad Ali, op.cit, h. 298. 16 peranan peraturan membentuk karakteristik masyarakat. Didalam kenyataannya kesadaran hukum tidaklah sama dengan kesadaran sosial lainnya, memenuhi ketaatan hukum harus didasari dari kesadaran hukum yang timbul dari diri masyarakat. Tidaklah berlebihan bila ketaatan dalam hukum cenderung dipaksakan akibat kesadaran yang tidak ada masyarakat itu sendiri. Selanjutnyta Menurut Soerjono Soekanto ada empat idikator kesadaran hukum, yaitu : a. Pengetahuan tentang hukum. b. Pemahaman tentang hukum. c. Sikap terhadap hukum; dan d. Perilaku hukum. 20 Teori kesadaran hukum dalam kaitannya dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok adalah bila mana masyarakat dapat taat dan patuh terhadap peraturan yang mengatur kawasan tanpa rokok dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi masyarakat terhadap ketaatan hukum yang berlaku dan mengatur kawasan tanpa rokok itu sendiri.

1.8 Metode Penelitian