1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlindungan terhadap kesehatan sangat jelas diatur dimana dalam ketentuan Pasal 28H ayat 1 disebutkan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Dalam perkembangan dewasa ini, masih sering dijumpai pelanggaran
– pelanggaran terhadap hak seseorang di bidang kesehatan. Salah satu hal yang
sering dijumpai itu adalah pola hidup masyarakat dalam kegiatan merokok, kegiatan merokok sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia dan kegiatan ini sangat berdampak negatif bagi perokok itu sendiri maupun bagi orang lain yang terpaksa harus terkena paparan asap rokok.
Menurut World Health Organization WHO, manusia masih jauh dari kata sadar akan dampak negatif yang juga mematikan akibat tembakau rokok.
WHO juga mencatat adanya jumlah kematian yang sangat tinggi sekitar 11.000 orang tewas setiap harinya akibat terkena penyakit dari tembakau. Bahkan
tembakau setiap tahunnya menewaskan 4 juta orang di seluruh dunia dan
1
2
ironisnya angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta dalam 25tahun mendatang,
1
Penyakit berbahaya yang ditimbulkan akibat tembakau rokok ialah impotensi, kemandulan, gangguan janin, enfisema, bronhitis kronis sampai
berbagai jenis kanker.Kanker yang dimaksud seperti kanker paru – paru, mulut,
tenggorokan, pankreas, kandung kemih, mulut Rahim bahkan leukemia, serta kanker kerdiovaskular dan stroke. Bagi para wanita hamil, merokok tidak hanya
menyebabkan kelainan pada fisik, seperti terserang asma, epilepsi, bronhitis dan pneumonia, melainkan juga kelainan psikologis pada anak yang dapat berupa
depresi, hiperaktif atau imatur.
2
Racun tembakau rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari
pembakaran tembakau yang tidak sempurna.Asap rokok mengandung sejumlah zat yang berbahaya seperti benzene, nikotin, nitrosamin, senyawa amin, aromatik,
naftalen, ammonia, oksidan sianida, karbon monoksida benzaprin dan lain-lain. Partikel ini akan menghendap di saluran nafas dan sangat berbahaya bagi tubuh.
Endapanasap rokok juga mudah melekat di benda-benda di ruangan dan bisa bertahan sampai lebih dari tiga tahun dengan tetap berbahaya.
3
Di sisi lain kegiatan merokok mengakibatkan pencemaran udara dimana hal tersebut merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia dalam
1
http:www.who.intmediacentrefactsheetsfs339en, Diakses Pada Tanggal 10 Juli 2015.
2
http:www.who.inttobaccoresearchyouthhealth_effectsen, Diakses Pada Tanggal 10 Juli 2015.
3
Budhi Antariksa , 2015, “Bahaya merokok bagi kesehatan”, http:www.
dokita.codiakses tanggal 19 Februari 2015.
3
halmemperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat, di samping itu pencemaranterhadap lingkungan kerap kali mengandung adanya risiko terhadap
kesehatan manusia.
4
Pada kenyataan sehari – hari di lingkungan masyarakat
seorang perokok aktif tidak memperdulikan lingkungan di sekitar ketika dia sedang melakukan kegiatan merokokdan tidak menyadari akan bahaya yang
ditimbulkan bagi orang sekitarnya, terutama dalam hal ini adalah bagi seorang perokok pasif.
Selama ini bahaya asap rokok selalu menjadi ancaman bagi perokok pasif, perokok pasif adalah seorang penghirup asap rokok dari orang yang sedang
merokok, sebagai perokok pasif dampaknya lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif, bahkan bahaya yang harus di tanggung perokok pasif tiga kali lipat
dari bahaya perokok aktif.
5
Berdasarkan data fakta tentang rokok di Indonesia menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tjandra Yoga Aditama menyatakan : 1. Jumlah perokok aktif di Indonesia terbanyak ke tiga di dunia setelah China
dan India. 2. Prevalensi Perokok: 67,4 laki-laki 4,5perempuan
3. 61,4 juta perokok di Indonesia 4. 97 juta warga Indonesia non-smoker terpapar asap rokok orang lain
secondhand smoke 5. 43 juta anak-anak terpapar asap rokok secondhand smoke, diantaranya
11,4 juta anak usia 0-4 tahun 6. Lebih dari 200.000 meninggal setiap tahun akibat penyakit berhubungan
dengan rokok 7. Tren Kenaikan Anak usia 10-14 tahun yang merokok tahun 1995 dan
mengalami peningkatan hingga enam kali lipat pada tahun 2007. Jumlah
4
Takdir Rahmadi, 2012, Hukum Lingkungan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, h. 4.
5
Widyastuti Soerojo, 2014, “Perokok Pasif”, http:id.mwikipedia.orgwiki istimewa:historyPerokok_pasifdiakses tanggal 19 Februari 2015.
4
Perokok Anak 1995 sebesar 71.126 anak dan pada tahun 2007 sebesar 426.214 anak.
8. Beban ekonomi makro akibat penggunaan tembakau sebesar Rp.245,41 Triliun Rupiah 2010
6
Untuk mengantisipasi dampak buruk dan bahaya yang disebabkan rokok terhadap kesehatan manusia Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk
menetapkan Kawasan Tanpa Rokok. Kewenangan pembentukan Kawasan Tanpa Rokok tersebut tercantum pada Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dalam Pasal 115 ayat 2 yang menetapkan bahwa “Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok
di wilaya hnya.”
Berdasarkan kewenangan yang diperoleh dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada ketentuan Pasal 115 ayat2,Pemerintah
Provinsi Bali membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, selanjutnya disebut dengan Perda Provinsi Bali
tentang KTR. Dalam Perda Provinsi Bali tentang KTR pada Pasal 2 yang termasuk sebagai kawasan tanpa rokok meliputi “fasilitas pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan“.
Penegakan Perda Provinsi Bali tentang KTR ini terus digalakkan Pemerintah Provinsi di 9 Sembilan kabupaten yang ada di Bali, salah satunya
adalah di Kabupaten Buleleng yaitu di Kota Singaraja. Kota Singaraja merupakan wilayah administratif dari Kabupaten Buleleng, sebagai daerah administratif Kota
6
Gabriel Abdi Susanto, 2013, “8 Fakta Tentang Rokok di Indonesia” http:m.liputan6.comhealthread6011418-fakta-tentang-rokok-di-indonesia di akses
tanggal 24 februari 2015.
5
Singaraja menjadi salah satu percontohan bagi daerah – daerah yang ada di
Kabupaten Buleleng dalam menerapkan Perda Provinsi Bali tentang KTR. Kawasan tanpa rokok di Kota Singaraja meliputi :
a. fasilitas pelayanan kesehatan.
b. tempat proses belajar mengajar.
c. tempat anak bermain.
d. tempat ibadah.
e. angkutan umum.
f. tempat kerja.
g. tempat umum.
h. tempat lain yang ditetapkan.
Perda Provinsi Bali tentang KTR sudah berlaku selama 4 empat tahun.Namun kenyataannya masih banyak pelanggaran
– pelanggaran ditemukan pada kawasan
– kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok di Kota Singaraja.Berkaitan dengan hal tersebut penulis mengidentifikasi bahwa dalam
penerapannya Perda Provinsi Bali Nomor 10 tahun 2011 mengenai Kawasan Tanpa Rokok inimasih menimbulkan kesenjangan antara Das sollen norma yang
di cita-citakan dan Das sein kenyataan di masyarakat. Maka dari itu, melihat uraian latar belakang masalah tersebut, penulis
mengangkat skripsi
den gan
judul “EFEKTIVITASPELAKSANAAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA”.
6
1.2. Rumusan Masalah