2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal bisa didefinisikan sebagai suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar Sunariyah, 2004: 4.
Menurut Tandelilin 2010: 26 pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena
itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar
modal adalah lembaga yang bergerak di sektor keuangan yang melengkapi dua lembaga keuangan lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Lembaga
pasar modal ini menjembatani antara pemilik dana sebagai investor dengan pihak yang meminjam dana yang disebut dengan emiten, yaitu berupa
perusahaan yang go public akan menawarkan surat berharganya dipasar modal dalam usaha memenuhi kebutuhan dananya untuk diinvestasikan pada barang
modal yang bersifat jangka panjang. Bagi perusahaan yang go public, penambahan ini digunakan untuk menambah kemampuannya meningkatkan
keuntungan. Di pihak lain, investor mengharapkan hasil yang memadai secara
berkesinambungan dan harga pasar surat berharga yang diharapkan selalu meningkat untuk memperoleh capital gain.
2.2.1.2. Manfaat Pasar Modal
Menurut Sutrisno 2003: 342, pasar modal mempunyai beberapa fungsi atau manfaat, antara lain:
1. Sebagai sumber penghimpun dana
Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal dimana perusahaan bisa menggalang dana yang besarnya
sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada batasan besarnya dana. 2.
Sebagai sarana investasi Dengan adanya surat berharga yang mudah diperjualbelikan, maka bagi
investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah
memindahkan dananya dari satu perusahaan satu ke perusahaan lainnya. 3.
Pemerataan pendapatan Dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada
masyarakat luas untuk memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati
keuntungan dari perusahaan, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa pemilik, akhirnya bisa dirasakan oleh masyarakat luar artinya
terjadi pemerataan pendapatan kepada masyarakat.
4. Sebagai pendorong investasi
Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus
menciptakan iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal maka semakin banyak perusahaan yang masuk
ke pasar modal dan semakin banyak investor baik nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya melalui pembelian surat
berharga di pasar modal.
2.2.1.3. Mekanisme Pasar Modal
Penujalan sekuritas umumnya dilakukan sesuai dengan jenis atau bentuk mekanisme pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan.
Menurut Tandelilin 2010: 28, mekanisme pasar modal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pasar Perdana
Pasar perdana yaitu pasar yang terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder yaitu tempat perdagangan atau jual-beli sekuritas oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana.
2.2.1.4. Pelaku Pasar Modal
Menurut Tandelilin 2010: 62-72, kegiatan pasar modal dilakukan oleh beberapa pihak atau pelaku. Beberapa pelaku atau pihak yang terkait
tersebut antara lain: 1.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Kekuangan Bapepam-LK
Bapepam-LK adalah lembaga yang bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang keuangan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
menteri keuangan, dan berdasarkan peraturan perunsang-undangan yang berlaku.
2. Emiten
Emiten merupakan sebutan bagi perusahaan yang menerbitkan saham atau obligasi bond dan pembelinya adalah masyarakat umum.
3. Bursa Efek
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual
dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka.
4. Self Regulatory Organizations SRO
Self Regulatory Organizations SRO adalah organisasi yang mempunyai kewenangan untuk membuat peraturan yang berkaitan
dengan kegiatan usahanya. SRO terdiri dari tiga pihak, salah satunya adalah bursa efek. Dua SRO lainnya adalah sebagai berikut:
a. Lembaga Kliring dan Penjamin LKPI
Lembaga Kliring dan Penjamin LKPI adalah pihak yang menjalankan jasa kliring dan penjamin transaksi bursa agar
terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. b.
Lembaga Penyimpan dan Penyelesaian LPP Lembaga Penyimpana dan Penyelesaian LPP adalah pihak
yang menyelenggarakan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain
5. Perusaahan Efek
Perusahaaan efek atau disebut perusahaan sekuritas adalah perusahaan yang memiliki satu atau gabungan tiga kegiatan berikut ini:
a. Penjamin emisi efek
Penjamin emisi efek underwriter adalah salah satu aktivitas pada perusahaan efek yang melakukan kontrak dengan emiten
untuk melaksanakn penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual.
b. Perantara pedagang efek
Perantara pedagang efek broker dealer atau perusahaa pialang adalah salah satu aktivitas pada perusahaan efek yang
melakukan usah jual-beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
c. Manajer investasi
Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya melakukan kegiatan portofolio efek untuk para nasabah atau
mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank
yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peundang-undangan yang berlaku.
6. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lima lembaga penunjang pasar modal berikut ini merupakan lembaga yang menyediakan kegiatan yang membantu
terselenggaranya pasar modal. a.
Biro Administrasi Efek Biro administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilihan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.
b. Kustodian
Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak
lain, menyelesaikan transakasi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
c. Wali Amanat
Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.
d. Penasihat Investasi
Penasihat investasi adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai pembelian dan penjualan efek.
e. Pemeringkat Efek
Perusahaan pemeringkat efek adalah lembaga yang dapat menjembatani kesenjangan informasi antara emiten dan
investor dengan menyediakan informasi standar atas tingkat risiko kredit suatu perusahaan.
7. Profesi Penunjang Pasar modal
Profesi penunjang pasar modal yang mempunyai tanggung jawab dalam membantu emiten dalam proses emisinya, diantaranya
adalah: a.
Akuntan publik b.
Notaris
c. Konsultan hukum
d. Perusahaan penilai
8. Investor
Investor atau sering disebut pemodal adalah pihak yang menginvestasikan dana pada sekuritas.
2.2.2. Investasi 2.2.2.1. Pengertian Investasi
Investasi yang diteliti pada kesempatan ini adalah investasi yang berkaitan dengan saham. Investasi menurut Sunariyah 2004:4, adalah
penanaman modal untuk atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang. Sedangkan menurut Tandelilin 2010: 2, investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada
saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi
adalah penanaman modal atau dana yang dimiliki dan berjangka waktu lama yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa
yang akan datang.
2.2.3.2. Tujuan Investasi
Menurut Tandelilin 2010: 8, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan invetasi, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih layak di masa datang. Seseorang akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya
berusaha bagimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi dengan melakukan investasi dalam
pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindari diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat
pengaruh inflasi. 3.
Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
2.2.3. Saham
2.2.3.1. Pengertian Saham
Pengertian saham menurut Jogiyanto 2000: 8, secara umum saham adalah “Surat Tanda Kepemilikan Perusahaan”. Menurut Sunariyah 2004:
127, definisi saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yan berbentuk perseroan terbatas PT.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas
tersebut Sunariyah, 2004: 48.
2.2.3.2. Jenis-jenis Saham
Menurut Sunariyah 2004: 47, secara garis besar saham dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Saham biasa Common Stock
Saham biasa didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu paerusahaan. Setiap pemilik
memperoleh sertifikat sebagai tanda kepemilikan perusahaan. b.
Saham Preferen Preferred Stock Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan penghasilan tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen sama seperti saham biasa yaitu mempunyai hak-hak tertentu tersebut,
bagi saham preferen mempunyai hak istimewa dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Hak-hak istimewa tersebut tergantung pada
perjanjian kontrak dengan manajemen.
2.2.3.3. Harga saham
Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu tempat dimana terjadi tawar menawar atas harga suatu efek atau saham suatu perusahaan, maka
harga yang terjadi di pasar modal tersebutlah yang disebut harga pasar saham atau kurs saham. Menurut Halim 2003: 16, harga pasar saham adalah harga
yang terbentuk di pasar jual beli saham. Menurut Sartono 2001: 9, harga saham yang terjadi di pasar bursa
pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. harga
saham terbentuk di pasar modal dan di tentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per
lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi
perusahaan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga saham
akan terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Harga saham dapat dilihat dari nilai sertifikatnya. Menurut Sunariayah
2004: 128, nilai sertifikat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu antara lain:
1. Nilai Nominal
Nilai nominal merupakan harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha dan merupakan harga yang sudah disetujui oleh
RUPS. 2.
Nilai Perdana Nilai perdana merupakan harga saham ketika saham tersebut dijual
saat pertama kali di pasar modal yang harganya dijamin oleh penjamin emisi dan emiten.
3. Nilai Pasar
Nilai pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di Bursa Efek.
2.2.3.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Usmaan 1990: 167. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor yang menggambarkan keadaan suatu perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut, antara lain: kemampuan manajemen perusahaan, prospek perusahaan, prospek pemasaran,
perkembangan teknologi, kemampuan menghasilkan keuntungan, manfaat terhadap perekonomian sosial, kebijakan pemerintah, hak
investor.
2. Faktor Teknis
Faktor teknis adalah faktor yang menggambarkan pasaran suatu efek baik secara individu maupun kelompok, antara lain:
perkembangan kurs, keadaan pasar, volume dan frekuensi transaksi, kekuatan pasar.
3. Faktor-faktor Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik
Faktor ini adalah faktor diluar fundamental dan teknis diantaranya adalah tingkat inflasi, kebijakan moneter, musim, neraca
pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, serta keadaan politik.
2.2.4. Laporan Keuangan
2.2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut SAK 2009: 1-2, laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan kuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi kekuangan yang bisa disajikan dengan berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laoran
arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Sedangkan menurut Kasmir 2008: 7, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
dalam suatu periode tertentu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada
suatu periode tertentu.
2.2.4.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut SAK 2009: 3, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.2.4.3. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir 2008: 58, jenis-jenis laporan keuangan dikelompokkan menjadi lima laporan, antara lain sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang menunjukkan jumlah aktiva harta, kewajiban utang, dan modal ekuitas perusahaan pada saat tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu yang tergambar dari jumlah pendapatan yang
diterima dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya
modal. 4.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk
pendapatan dan arus kas keluar biaya. 5.
Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan laporan kekuangan adalah laporan yang dibuat berkaitan dengan
laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laoran keuangan yang ada
sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.
2.2.5. Analisis Rasio Keuangan 2.2.5.1. Pengertian Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alat untuk digunakan untuk mengukur kinerja finansial perusahaan. Menurut Kasmir 2008: 104, rasio
keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Melalui analisis rasio ini bisa diperoleh informasi dan gambaran perkembangan finansial perusahaan dengan mengadakan interpretasi dari
laporan keuangan, yaitu dengan menghubungkan pos-pos yang ada Sutrisno, 2003: 243.
Menurut Sartono 2001: 113, rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang business
entreprise. Karena analisis rasio ini mampu memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban
finansialnya, besarnya piutang yang cukup raisonal, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal
yang sehat sehingga tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham tercapai.
2.2.5.2. Jenis Rasio Keuangan
Menurut Sutrisno 2003: 247, rasio keuangan dibagi kedalam empat kelompok, antara lain sebgai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansial yang berjangka pendek tepat pada
waktunya. 2.
Rasio Aktivitas Rasio yang digunakan untuk mengukur efktifitas perusahaan dalam
menggunakan sumber dananya.
3. Financial Leverage Ratio
Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
5. Rasio Modal atau penilaian.
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
2.2.6. Return On Assets ROA 2.2.6.1. Pengertian Return On Assets ROA
Return On Assets ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Kasmir
2004: 139, ROA yaitu rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi
manajemen. Rasio ini menujukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Return On Assets merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimilki Sutrisno, 2003: 254. Rumus penghitungan ROA yaitu:
NIAT ROA =
Total Asset x 100
Thian Hin, 2001: 63
2.2.6.1. Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham
Return On Assets ROA menujukkan pengukuran efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan
untuk menghasilkan laba Sartono, 2001: 123. Return On Assets merupakan indikator keberhasilan manajemen menjalankan kegiatan operasionalnya.
Semakin besar nilai ROA, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. Rasio ini sering dipergunakan dalam mengukur efisiensi usaha suatu
perusahaan. ROA meupakan unsur penting yang dapat berpengaruh terhadap harga saham karena ROA mewakili efektifitas “earning power” perusahan
yang mencerminkan kinerja manajemen dalam mengasilkan laba bersamaan dengan asset yang ada Anastasia, 2003.
Para investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk saham akan lebih tertarik pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
ROA yang tinggi tentu disebabkan oleh laba yang tinggi, sehingga para investor tertarik untuk menanamkan modalnya sehingga dengan naiknya
permintaan saham aakn berimbas pada kenaikan harga saham. Begitu pula sebaliknya jika ROA yang menurun disebabkan oleh kinerja yang kurang baik
karena perusahaan kurang maksimal dalam menghasilkan laba sehingga permintaan investor akan saham juga ikut turun, implikasinya harga saham
juga akan turun. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Halim 2003: 8, “Apabila
profit yang diperoleh perusahaan semakin tinggi akan berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa dan investor akan tertarik untuk membelinya.
Akibatnya permintaan saham akan meningkat dan pada akhirnya harga saham juga ikut naik, sehingga beliau juga menyimpulkan bahwa “fluktuasi harga
saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh profit.” Tahun 2006 Sumule mengadakan penelitian tentang pengaruh Return
On Assets, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Devidend Pay Out Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share, Profit Margin, Book Value Equity
Per Share terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Di dalam penelitian tersebut, salah satu variabel yang
dipakai untuk menguji pengaruhnya terhadap harga saham adalah Return On Assets ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return On Assets ROA
secara parsial berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Jakarta
Berdasarkan uraian dan hasil riset terdahulu maka muncul pemikiran bahwa Return On Assets ROA berpengaruh terhadap harga saham.
2.2.7. Return On Equity ROE 2.2.7.1. Pengertian Return On Equity ROE
Return On Equity ROE merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui besarnya pengembalian yang diberikan perusahaan untuk setiap
modal dari pemilik Darsono dan Ashari, 2005: 57. Menurut Sutrisno 2003: 255, ROE sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri. ROE dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih ROE =
Total Ekuitas x 100
Sartono, 2001: 124
2.2.7.1. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham
Return On Equity ROE merupakan salah satu rasio yang dipakai untuk mengetahui profitabilitas yang mengkur tingkat pengembalian atas
investasi bagi pemegang saham. Menurut Sartono 2001: 124, ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba yang tersedia bagi para pemegang saham. Salah satu satu alasan utama mengapa mengoperasikan perusahaan
adalah untuk menghasilan laba yang bermanfaat bagi pemegang saham.
Ukuran keberhasilan dari pencapaian ini adalah return on equity yang berhasil dicapai Prastowo dan Juliaty, 2005: 92.
Menurut Bringham dan Houston 2006: 123, semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan dalam menggunakan
modalnya. Berarti akan memberikan jaminan untuk memperoleh laba yang diharapkan sehingga minat para investor terhadap saham perusahaan semakin
tinggi dan akan mendorong kenaikan pada harga saham. Demikian pula sebaliknya jika kinerja perusahan yang ditunjukkan melalui ROE yang rendah
akan menunjukkan penggunaan modal perusahaan kurang efisien dan efektif. Sehingga akan mengurangi minat investor untuk membeli saham perusahaan,
dan akan mendorong harga saham menjadi lebih rendah. Tahun 2006 Sumule mengadakan penelitian tentang pengaruh Return
On Assets, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Devidend Pay Out Ratio, Price Earning Ratio, Earning Per Share, Profit Margin, Book Value Equity
Per Share terhadap harga saham pada perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Di dalam penelitian tersebut, salah satu variabel yang
dipakai untuk menguji pengaruhnya terhadap harga saham adalah Return On Equity ROE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Return On
Eqiuty ROE berpengaruh terhadap harga saham perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Jakarta.
Berdasarkan uraian dan hasil riset terdahulu maka muncul pemikiran bahwa Return On Equity ROE berpengaruh terhadap harga saham.
2.2.8. Earning Per Share EPS 2.2.8.1. Pengertian Earning Per Share EPS
Earning Per Share EPS atau laba per lembar saham adalah jumlah yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar
Baridwan, 2000: 448. Menurut Sutrisno 2003: 255, EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar
saham. EPS dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba Bersih EPS =
Jumlah Lembar Saham
Tandelilin, 2010: 374
2.2.8.1. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham
EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham Sutrisno, 2003: 255. Rasio ini sangat disukai
oleh investor dan pemegang saham untuk menilai menilai kinerja perusahaan terutama untuk memaksimalisasi kekayaan pemegang saham dan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan earning tiap lembar sahamnya.
Menurut Tuanakotta 1986: 213, Salah satu sebab EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang
penting untuk melakukan prediksi mengenai devidend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham di masa yang akan datang. EPS juga dianngap
relevan dalam menilai efektivitas manajemen dan pembagian deviden. Menurut Stice dan Skousen 2005: 647, terdapat hubungan yang
signifikan antara antara perubahan earning dan perubahan saham. Apabila EPS tinggi, investor menganggap perusahaan mempunyai prospek yang baik
di masa yang akan datang, karena investor percaya bahwa nilai suatu saham akan bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
setiap lembar saham. Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka
keinginan investor untuk menanamkan modalnya juga meningkat dan akan meningkatkan harga saham seiring dengan tingginya permintaan saham.
Begitu pula sebaliknya, jika EPS rendah, investor akan menilai bahwa perusahaan memiliki prospek yang kurang baik di masa depan sehingga akan
mengurangi minat investor untuk berinvestasi atau membeli saham perusahaan. Dengan menurunnya permintaan saham, maka akan menurunkan
harga saham. Tahun 2006, Sasongko dan Wulandari melakukan penelitian tentang
pengaruh EVA dan rasio profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Salah satu variabel yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah Earning Per Share EPS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Earning Per Share EPS secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Berdasarkan uraian teori dan hasil riset terdahulu maka menghasilkan pemikiran bahwa Earning Per Share EPS berpengaruh terhadap harga
saham.
2.2.9. Pengaruh Return On Assets, Return On Equity dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham
Analisis terhadap faktor-faktor fundamental perusahaan bertujuan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan dengan cara
melakukan analisis pada laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan. Berdasarkan Teori Path Goal yang dikembangkan House
1970, menyatakan bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan
dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan Kurniawan:
2010. Dan dapat disimpulkan penilaian kinerja ini dapat memberikan umpan balik bagi manajemen bawah dan manajemen menengah tentang bagaimana
manajemen puncak menilai kinerja mereka dalam menghasilkan laba. Perusahaan dengan laba yang tinggi akan menarik perhatian para investor
untuk membeli sahamnya sehingga harga saham juga ikut naik seiring dengan permintaan yang tinggi.
Berbagai rasio yang digunakan dalam pendekatan fundamental adalah Return On Assets ROA. Return On Assets menujukkan pengukuran
efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. ROA mewakili efektivitas
“earning power” perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan asset yang ada Anastasia: 2003.
Return On Equity ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi para pemegang saham. ROE sering
disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri Sutrisno, 2003: 255.
Selain ROA dan ROE, Earning Per Share EPS merupakan salah satu rasio yang sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS
dianggap relevan dalam menilai efektivitas manajemen dan pembagian deviden. Rasio ini sangat disukai oleh investor dan pemegang saham untuk
menilai menilai kinerja perusahaan terutama untuk memaksimalisasi kekayaan pemegang saham dan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan earning tiap lembar sahamnya. Tahun 2006, Sumule mengadakan penelitian menggunakan variabel
ROA, ROE dan EPS untuk menguji pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Return On Assets, Return On Equity dan Earning Per
Share secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap haraga saham pada perusahaan farmasi yang go publik di Bursa Efek Jakarta.
Berdasarkan uraian teori dan hasil riset terdahulu maka menghasilkan pemikiran bahwa Return On Assets ROA, Return On Equity ROE, dan
Earning Per Share EPS secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.
2.4. Kerangka Pikir