ANALISIS RASIO MODAL SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

ANALISIS RASIO MODAL SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM

PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK

INDONESIA”

telah terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini

dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu,

Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan, petunjuk serta bantuan

baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms. Selaku Ketua Jurusan Fakultas

Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4.

Bapak Drs. Ec. Soewardjo, MM Selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan sara, nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada

peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.


(2)

5.

Seluruh Dosen dan staff dosen Jurusan Manajemen yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6.

Kepada kedua Orang Tuaku dan kedua kakakku yang telah memberikan

dukungan baik moril ataupun materiil.yang tidak mungkin penulis uraikan

dengan kata-kata.

7.

Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.

terima kasih atas semua dukungan, doa, semangat dan pengertiannya yang

telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Mei 2010


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………...

i

DAFTAR ISI ………...

ii

DAFTAR TABEL ………...

iii

DAFTAR GAMBAR ………..

iv

DAFTAR LAMPIRAN ………...

v

ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ………...

1

1.2

Perumusan Masalah ………...

5

1.3

Tujuan Penelitian ………...

5

1.4

Manfaat Penelitian ………...

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1

Penelitian Terdahulu ………...

7

2.2

Landasan Teori ………...

8

2.2.1. Pengertian Pasar Modal ………...

8

2.2.2. Analisa Laporan Keuangan...……… .

9

2.2.2.1 Kegunaan Analisis Laporan Keuangan ………...

9

2.2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan………...

11

2.2.3. Rasio Keuangan ………...

12

2.2.3.1 Definisi Rasio Keuangan ...

12

2.2.3.2 Keunggulan Rasio Keuangan ... 12

2.2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio ... 14

2.2.3.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan ………... 14

2.2.4 Rasio Modal Saham... ... 17

2.2.5 Definisi Laba Atas Ekuitas (ROE)... 18

2.2.6 Definisi Price earning Ratio (PER) ... 20


(4)

2.2.7.1 Definisi Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS) …. 21

2.2.7.2 Nilai Ekuitas Saham Preferen dan Saham Biasa... 22

2.2.8. Definisi Harga Saham Per Nilai Buku (PBV)... 23

2.2.9. Saham... 24

2.2.9.1 Pengertian Saham ... 24

2.2.9.2 Jenis – jenis saham ... 25

2.2.9.3 Definisi Return Saham ... 28

2.2.10 Pengaruh Laba Atas Ekuitas (ROE) terhadap Return Saham 28

2.2.11 Pengaruh

Price Earning Ratio

(PER) terhadap Return

Saham ... 30

2.2.12 Pengaruh Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS)

terhadap Return Saham ... 32

2.2.13Pengaruh Harga Saham Per Nilai Buku (PBV)

terhadap Return Saham ... 33

2.3 Kerangka Pikir ………... 35

2.4 Hipotesis ………... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel ………... 37

3.2 Teknik Penentuan Sampel………... 39

3.2.1 Populasi………....

39

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...

38

3.3. Jenis dan Sumber Data ...………...………... 40

3.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 40

3.5. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis... 41

3.5.1. Uji Normalitas Data ... 41

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………... 47

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ………...

47


(5)

4.1.3 Gambaran Umum Perusahaan ...………... 54

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………...

56

4.2.1 ROE (X

1

4.2.2 PER (X

) ……...………...

56

2

4.3.3 BVS (X

) …...………... 57

3

4.3.4 PBV (X

) ………...……...

.

58

4

4.3.5 Return Saham (Y) ... 60

) ………...

.

59

4.3 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ………... 61

4.3.1 Uji Normalitas………... 61

4.3.2 Uji Outlier ... 62

4.3.3 Uji Asumsi Klasik ………... .

63

4.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda …………... .

70

4.3.5 Koefisien Determinansi...

71

4.3.6 Uji t ...

72

4.4 Pembahasan ………... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ………... .

77

5.2. Saran ………... .

77

DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Perhitungan Return Saham Perusahaan Rokok yang go

Public di BEI ... 4

Tabel 2. ROE Perusahaan Rokok yang go Publik di BEI

tahun 2004-2008 ……….... 56

Tabel 3. PER Perusahaan Rokok yang go Publik di BEI

tahun 2004-2008 ………...…... 57

Tabel 4. BVS Perusahaan Rokok yang go Publik di BEI

tahun 2004-2008 …………...……… 58

Tabel 5. PBV Perusahaan Rokok yang go Publik di BEI

tahun 2004-2008 ………...…... 59

Tabel 6. Return Saham Perusahaan Otomotif yang go Publik di BEI

tahun 2004-2008 ………... 60

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas... ………... 62

Tabel 8. Hasil Nilai Mahalanobis Distance... 63

Tabel 9. Hasil Uji Autokolerasi ... 65

Tabel 10. Hasil Uji Multikolinearitas ... 66

Tabel 11. Hasil Uji Heteroskedasititas... 69

Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 70

Tabel 13. Nilai Koefisien Determinasi (R-square/R

2

Tabel 14. Uji t Hasil Regresi Linier Berganda ... 72


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir ...

35

Gambar 2. Kurva d Durbin – Watson, ...

44

Gambar 3. Hasil uji Statistik d Durbin – Watson ...

64


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan

Lampiran 2 : Uji Normalitas

Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik


(9)

ANALISIS RASIO MODAL SAHAM TERHADAP

RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG

GO

PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

Maslutfiyah

Abstraksi

Dalam melaksanakan kegiatannya, setiap perusahaan mempunyai tujuan

untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Usaha untuk mendapatkan

keuntungan yang maksimal atau tujuan perusahaan ini dimaksudkan agar

perusahaan mampu meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan dan membuat

perusahaan tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar, selain

itu kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan

menimbulkan kepercayaan pada pemilik perusahaan, akan tetapi sering kali

bahwa manajer dari sebuah perusahaan mungkin membuat keputusan yang

bertentangan dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan

pemegang saham. Atas dasar gambaran tersebut maka penelitian ini bermaksud

untuk meneliti mengenai analisis ratio modal saham terhadap

return

saham.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan rokok yang

go public

dan

masih terdaftar (

listing

) di Bursa Efek Indonesia sebanyak 4 perusahaan. Dengan

teknik

purposive sampling

yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang

menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang

dimiliki oleh sampel. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data

yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data

pendukung dalam pengumpulan data. Sedangkan analisis yang dipergunakan

adalah analisis regresi linier berganda

.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa variabel price

earning ratio tidak signifikan positif terhadap return saham, book value per share

berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham dan price to book value

tidak berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.

Keyword : Return On Equity

,

Price Earning Ratio

,

Book Value Per Share, Price

to book value

dan Return Saham

.


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan tidak hanya ditujukan bagi internal perusahaan tetapi juga ditujukan bagi eksternal perusahaan seperti kreditor dan investor. Laporan keuangan juga merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Kegunaan laporan keuangan tersebut akan menjadi optimal apabila dilakukan analisis lebih lanjut melalui model-model analisis laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan pemakai informasinya. (Winarni, 2003: 60)

Kebutuhan para pemakai informasi laporan keuangan sangat beraneka ragam tergantung dari tujuan pemakai laporan keuangan tersebut, salah satunya shareholders dan investor. Investor memiliki kepentingan yang cukup tinggi terhadap laporan keuangan entitas tertentu yang sahamnya hendak dimiliki. Salah satu kepentingan tersebut berupa ekspektasi atau harapan yang tinggi atas pengembalian yang akan didapatkannya setelah melakukan investasi terhadap kepemilikan saham. Shareholders atau pemegang saham juga memiliki kepentingan atas laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja dan prospek perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa depan. Shareholders dan investor sama-sama memiliki ekspektasi yang sama atas pengembalian investasi yang telah dilakukan, yaitu tingkat pengembalian yang tinggi.


(11)

2

Tingkat pengembalian (return saham) yang sangat bervariatif dan sulit diprediksi ini lambat laun menjadi suatu topik atau bahan penelitian yang menarik untuk diteliti dengan menghubungkan dengan faktor-faktor fundamental yang ada. Penelitian mengenai manfaat laporan keuangan dalam hubungannya dengan return saham pun telah banyak dilakukan.

Perusahaan rokok di Indonesia merupakan satu dari beberapa entitas yang tidak pernah lepas dari faktor fundamental yang ada di negara ini. Gejolak ekonomi yang seringkali melanda Indonesia membuat perusahaan rokok di Indonesia semakin belajar akan pentingnya suatu konsistensi kinerja yang baik dan produktif. Salah satu indikator kinerja perusahaan go public

yang seringkali dipakai adalah harga saham yang ada di pasar bursa. Harga saham secara otomatis juga mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang pada akhirnya akan terbentuk penilaian publik bahwa perusahaan yang memiliki harga saham yang baik akan dapat memberikan tingkat pengembalian yang konsisten dan menguntungkan.

Perusahaan yang telah go publik mempunyai tujuan yang bersifat normatif yaitu memaksimumkan kemakmuran dan kesejateraan ekonomi para pemengang saham denga memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan ini tidak mudah dicapai karena harga pasar saham berfluktuatif di bursa efek. Ada dua faktor yang mempengaruh tingkat bergerakan saham yaitu internal dan eksternal. Faktor internal disebut juga faktor fundamental adalah faktor yang berasal dalam perusahaan dan dapat dikendalikan perusahaan Faktor


(12)

3

fundamental mencoba mengitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.

Untuk menghitung data keuangan perusahaan tersebut dapat digunakan rasio-rasio modal saham diantaranya adalah Return on Equity

adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal saham tertentu, kemudian rasio Price earning ratio merupakan salah satu rasio yang sering digunakan oleh investor sebagai indikator dalam memilih instrumen saham yang tepat, juga rasio Nilai buku per lembar saham (BVS) merupakan ukuran seberapa besar nilai buku dari setiap lembar saham dan Harga saham per nilai buku (PBV) yang merupakan ukuran apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Ini berarti bahwa harga saham yang dibayarkan oleh investor sebesar X kali dari nilai bukunya serta Return saham merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya.

Informasi harga saham dan besarnya potensi laba yang diberikan oleh perusahaan merupakan cerminan dari ekspektasi investor pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan jaminan tingkat pengembalian investasi dimasa yang akan datang. Pengembalian investasi dapat berupa

capital gain, pemberian dividen dalam bentuk saham baru atau dalam dentuk dividen kas. Bentuk-bentuk pengembalian saham dalam penelitian ini lebih mengarah pada pendekatan capital gain. Dalam penelitian ini capital gain


(13)

4

digunakan sebagai elemen untuk menentukan return saham, sehingga untuk menentukan return saham investor akan membutuhkan harga saham perusahaan sebagai referensi. Berikut ini adalah informasi harga saham beberapa perusahaan rokok yang go public sampai dengan tahun 2008.

Tabel 1 : Return Saham Perusahaan Rokok Selama Lima Tahun

No Nama Perusahaan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 PT. BAT Indonesia Tbk 0,11 -0,17 -0,47 0,15 0,09

2 PT. Gudang Garam Tbk -0,004 -0,14 -0,12 -0,17 -0,50

3 PT. HM Sampoerna Tbk 0,49 0,34 0,09 -0,08 -0,09

4 PT. Bentoel Intarnational Investama Tbk 0,22 0,23 1,30 0,81 -0,07

Sumber: ICMD (diolah penulis)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa return saham perushaaan rokok mengalami penurunan secara terus-menerus selama lima tahun terakhir. Pada PT. BAT Indonesia Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. HM Sampoerna Tbk return sahamnya juga berfluktuatif dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Hal ini karena memang makin kecil harapan investor atas return saham tersebut. Sehingga kebanyakan saham-saham yang listing di bursa efek dengan nilai price earning ratio tinggi biasanya diperdagangkan dengan harga yang tinggi pula

Dari paparan diatas, tidak dapat dipungkiri bahwa stakeholders akan selalu memerlukan informasi return saham yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan serta melihat kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya membayar deviden kepada para shareholders.


(14)

5

Berdasarkan temuan-temuan diatas, maka penelitian ini tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”

RASIO MODAL SAHAM

TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI INDONESIA” dengan menggunakan regresi linear berganda.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

1.Apakah Laba Atas Ekuitas (ROE) berpengaruh terhadap Return Saham? 2.Apakah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh terhadap Return Saham? 3.Diduga Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS) berpengaruh terhadap

Return Saham?

4.Diduga Harga Saham Per Nilai Buku (PBV) berpengaruh terhadap Return Saham?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Laba Atas Ekuitas (ROE) terhadap Return Saham.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS) terhadap Return Saham.

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Harga Saham Per Nilai Buku (PBV) terhadap Return Saham.


(15)

6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga dalam upaya memberikan informasi agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan sebagai informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan pencegahan yang perlu pada saat menginterpretasikan data keuangan.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para investor yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan-perusahaan tertentu, sehingga para investor akan lebih mempertimbangkan berbagai macam faktor yang berhubungan.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan dalam menambah pengetahuan ilmiah selanjutnya, khususnya yang tertarik dalam bidang kebijakan deviden terhadap harga saham.


(16)

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Sebagai dasar melengkapi landasan teori, berikut ini disajikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi :

1. David Wijaya (2008)

Judul: Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham

Perusahaan - Perusahaan Telekomunikasi Go Public di Indonesia Periode

2007

Rumusan Masalah :

apakah variabel ROE (laba atas ekuitas) secara signifikan mempengaruhi

return saham. Kedua, apakah variabel PER (Price Earning Ratio) secara

signifikan mempengaruhi return saham. Ketiga, apakah variabel BVS (nilai buku per lembar saham) secara signifikan mempengaruhi return saham. Keempat, apakah variabel PBV (harga saham per nilai buku) secara signifikan mempengaruhi return saham. Kelima, apakah variabel ROE, PER, BVS, dan PBV secara bersama-sama mempengaruhi return saham

Kesimpulan :

Hasil Uji t menunjukkan bahwa secara parsial variabel ROE (rasio laba atas ekuitas), PER, BVS (rasio nilai buku per lembar saham), dan PBV (rasio harga saham per nilai buku) tidak mempunyai pengaruh secara signifikan dan positif terhadap Return (tingkat pengembalian saham) dan


(17)

8

bahwa seluruh variabel independen (ROE, PER, BVS, dan PBV) secara signifikan dan positif tidak memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Return saham).

2. Winarni(2003)

Judul : “Analisis rasio modal saham untuk menilai kinerja perusahaan kasus pada PT. Dankos Laboratories, Tbk”

Perumusan Masalah :

Bagaimana kinerja perusahaan berdasarkan rasio modal saham untuk mengetahui tingkat rasio,laba atas ekuitas, pendapatan per lembar saham, harga laba, tingkat kapitalisasi dan pendapatan deviden per lembar saham “. Kesimpulan :

Dalam jangka waktu lima tahun terakhir rasio modal saham perusahan berada di atas rasio rata-rata industri farmasi yaitu untuk rasio laba atas ekuitas (RLE), rasio pendapatan per lembar saham (RLE), rasio pendapatan deviden sedangkan untuk rasio harga laba (RHL) rasio perusahaan berada di bawah rasio rata-rata industri kecuali untuk tahun 1999. Rasio harga laba (PER) berada di bawah rasio rata-rata industri farmasi.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal (Capital market) adalah tempat pertemuan antara

penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat


(18)

9

berharga yang ditawarkan oleh emiten. Di tempat ini pula perusahaan yang

membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih

dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten (Sunariyah, 2003:5).

Menurut Husnan (1994:3) secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun

modal sendiri baik yang diterbitkan pemerintah, publik authorities maupun

perusahaan swasta.

Pengertian Pasar Modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.

2.2.2. Analisa Laporan Keuangan

2.2.2.1.Kegunaan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (1997: 17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencataan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang


(19)

10

bersangkutan. Laporan keuangan yang utama adalah perhitungan laba-rugi, laporan modal pemilik, neraca, dan laporan arus kas.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses pembukuan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode akuntansi yang dinyatakan dalam satuan uang yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.

Analisis laporan keuangan memiliki beberapa kegunaan yang dapat

bermanfaat bagi stakeholders. Kegunaan analisis laporan keuangan memiliki

kegunaan sebagai berikut :

1. Untuk memberikan informasi yang lebih mendalam terhadap laporan

keuangan itu sendiri.

2. Untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan.

3. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil

keputusan.

4. Dapat digunakan untuk membandingkan dengan perusahaan lain atau

dengan perusahaan lain secara industri (vertikal).

5. Untuk memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan.

6. Dapat juga digunakan untuk memprediksi bagaimana keadaan


(20)

11

2.2.2.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (1997: 19), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

Tujuan umum laporan keuangan tersebut yaitu untuk :

a. Memberikan informasi mengenai sumber-sumber ekonomi dan

kewajiban serta modal perusahaan.

b. Memberikan informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber

ekonomi netto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.

c. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan

keuangan dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Memberikan informasi lainnya mengenai perubahan dalam

sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman.

e. Menyediakan informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan

yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan. (Baridwan, 1997: 4) Menurut Riyanto (1995: 327), laporan finansial memberikan ikhtisar

mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet)


(21)

12

dan laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.

2.2.3. Rasio Keuangan

2.2.3.1. Definisi Rasio Keuangan

Rasio keuangan dalam analisis laporan keuangan adalah angka-angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana dan mudah dipahami. ”Secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan.” (Jumingan, 2008 : 118).

”Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan yang lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.” (Harahap, 2001:297).

2.2.3.2. Keunggulan Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah


(22)

13

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan dan model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah dalam memperbandingkan suatu perusahaan dengan

perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan datang.

2.2.3.3. Keterbatasan Analisis Rasio

Harahap (2001:298) mengatakan bahwa disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya.

Keterbatasan analisis rasio itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat untuk kepentingan

pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga


(23)

14

a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu yang

mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau

subyektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai

perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka

rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi

yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.3.4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan memiliki jenis yang sangat banyak sekali, namun pada penerapannya hanya beberapa rasio keuangan saja yang sering digunakan. Menurut Harahap (2001:301-311) ada beberapa jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis sebagai alat analisis. Rasio keuangan yang sering digunakan tersebut adalah :


(24)

15

1. Rasio Likuiditas.

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar

dan hutang lancar. Rasio likuiditas ini meliputi current ratio, quick

ratio(acid test ratio), rasio kas atas aktiva lancar, rasio kas atas hutang lancar, rasio aktiva lancar atas total aktiva, dan aktiva lancar atas total hutang.

2. Rasio Solvabilitas.

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Rasio solvabilitas meliputi rasio hutang atas modal, rasio pelunasan

hutang (debt service ratio), dan rasio hutang atas aktiva.

3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas.

Rasio rentabilitas atau yang biasa disebut profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga

operating ratio. Rasio profitabilitas meliputi gross profit margin, net profit margin/return on sales, basic earning power, earning per share,


(25)

16

contribution margin, return on asset (ROA), return on total asset dan

return on equity (ROE).

4. Rasio Leverage.

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang

digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik seharusnya

memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga

dianggap bagian dari rasio solvabilitas. Rasio leverage meliputi leverage,

capital adequacy ratio (rasio kecukupan modal), dan capital formation.

5. Rasio Aktivitas.

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan

kegiatan lainnya. Rasio aktivitas meliputi inventory turnover, inventory

days in hand, account receivable turnover, account receivable in days, account payable turnover, account payable in days, total asset turnover,

dan fixed asset turnover.

6. Rasio Pertumbuhan.

Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio pertumbuhan meliputi rasio kenaikan

penjualan, rasio kenaikan laba bersih, earning per share(EPS), dan rasio


(26)

17 7. Market BasedRatio (Penelitian Pasar).

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan dipasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal, tanpa menutup kemungkinan untuk

menggunakan rasio yang lainnya. Market based ratio meliputi price

earning ratio dan market to book value ratio.

8. Rasio Produktivitas.

Perusahaan yang ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung dengan menggunakan rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit-unit atau kegiatan yang dinilai. Rasio produktivitas meliputi rasio karyawan atas penjualan, rasio

biaya per karyawan, rasio penjualan terhadap space ruangan, rasio laba

terhadap karyawan, rasio laba terhadap cabang, dan rasio-rasio yang lainnya.

2.2.4. Rasio Modal Saham

Ketatnya persaingan dunia bisnis mengharuskan pihak manajemen untuk memanfaatkan sumber dana perusahaan secara efektif dan efisien. Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham merupakan bagian dari laporan keuangan yang harus dilaporkan manajemen perusahaan kepada para pemegang saham atau investor.

Menurut Halim, 2005 dalam Wijaya. Model penilaian saham merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel perusahaan (misalnya penjualan, laba, dan deviden) yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham.


(27)

18

Laporan keuangan perusahaan korporasi meliputi modal saham. Manajemen perusahaan korporasi harus melaporkan keadaan perusahaan kepada pemilik, yaitu pemegang saham. Salah satu teknik yang digunkan adalah rasio modal atau rasio pasar. Rasio pasar merupakan perhitungan keuangan yang digunakan oleh para investor untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan go public. Para pemegang saham sebagai investor sangat berkepentingan pada analisis rasio keuangan perusahaan ( dalam Winarmi : 61).

Dengan menggunakan analisis rasio modal saham ini dapat diketahui tingkat rasio laba atas ekuitas, pendapatan per lembar saham, harga laba, tingkat kapitalisasi, dan pendapatan deviden per lembar saham (dalam Winarmi : 60)

2.2.5. Definisi Laba Atas Ekuitas (ROE)

Menurut Hanafi (2003:85), Return on Equity adalah salah satu rasio

profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

“Rasio laba atas ekuitas (ROE) mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Rasio ini dipergunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh


(28)

19

laba bersih bila dukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus”. Harahap (2001:305)

Investor memiliki suatu cara tersendiri dalam memperkuat ekspektasi atas investasi yang dilakukannya dengan lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk mempertahankan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga permintaan saham akan meningkat dan pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah

berarti perusahaan tidak menggunakan equity-nya dengan efisien dan efektif,

sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor dan pemegang saham terhadap perusahaan dan menimbulkan dampak pada turunnya harga saham. Pada akhirnya ROE dijadikan sebagai salah satu indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.

Commite on Treminology mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari

penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan FASB Statement

mendefinikan laba sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari suatu


(29)

20

kejadian atau peristiwa yang berasal dari bukan pemilik. “Laba menunjukkan pendapatan dari penjualan yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu,

dalam income termasuk seluruh perubahan dalam equity selain dari pemilik

dan pembayaran kepada pemilik”. (Harahap, 2001:113)

Menurut Winarni (2003 : 61) Laba atas ekuitas digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemilik saham. Laba atas ekuitas dapat dihitung dengan rumus :

100% x saham pemegang modal

pajak setelah pendapatan

ekuitas atas

Laba 

2.2.6. Definisi Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio (PER) digunakan untuk mengukur seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk setiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Alternatif lain selain menggunakan arus kas atau arus deviden dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan

menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang

populer dalam penggunaan nilai earnings untuk mengestimasi nilai intrinsik

adalah melalui pendekatan PER (Price Earnings Ratio) atau disebut juga

pendekatan earning multiplier. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara

harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Harahap (2001:311) mengatakan bahwa PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi


(30)

21

Ratio) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap

kelipatan dari earnings”. (Jogiyanto, 2003:105)

Penggunaan price earning ratio dalam analisis bermula dari

terbentuknya harga saham di pasar. Tjiptono (1997:151) mengatakan bahwa harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Selain itu harga akan bersifat fleksibel atau dapat berubah dengan cepat, sehingga pemegang saham maupun investor secara tidak langsung akan berpedoman pada harga pasar saham di dalam membandingkan kemampuan perusahaan memberikan

return. “Laba menunjukkan pendapatan dari penjualan berbagai biaya, dan laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu, dalam income termasuk seluruh perubahan dalam equity selain dari pemilik dan pembayaran kepada pemilik”. (Harahap, 2001:113).

Rasio PER adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa tinggi para investor bersedia membayar atau menanamkan modalnya pada saham perusahaan. Rasio tersebut dapat dihitung dengan rumus :

biasa saham lembar per pendapatan

biasa saham lembar per pasar harga


(31)

22

2.2.7. Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS)

2.2.7.1. Definisi Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS)

Menurut Jogianto (2003:82) nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Nilai buku per lembar saham ini juga digunakan untuk menghitung

rasio harga saham per nilai buku (price to book value). Untuk menghitung

nilai buku per lembar saham dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

beredar saham

jumlah

ekuitas total

saham lembar per buku

nilai 

2.2.7.2. Nilai Ekuitas Saham Preferen dan Saham Biasa

Perusahaan biasanya mempunyai dua macam kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa. Walaupun kedua jenis saham tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan, namun kedua jenis saham tersebut

sama-sama memberikan return berupa earnings. Dalam memutuskan untuk

berinvestasi, investor juga memperhitungkan nilai aktiva bersih perusahaan yang mencerminkan asset yang dimiliki perusahaan. Perhitungan nilai buku per lembar saham untuk perusahaan yang memiliki beberapa kelas saham ini lebih rumit dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki saham biasa saja.


(32)

23

Perhitugan nilai buku per lembar saham untuk kedua kelas saham tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menghitung nilai ekuitas untuk saham preferen

Nilai ekuitas dihitung dengan mengalikan nilai tebus (call price)

ditambah dengan dividen yang dibagi dengan jumlah lembar saham preferen yang beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka yang digunakan adalah nilai nominal. Di dalam perhitungan ini agio saham untuk saham preferen tidak dimasukan karena pemegang saham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal dari saham preferen. sehingga agio ini dimasukkan sebagai nilai ekuitas saham biasa.

b. Menghitung nilai ekuitas untuk Saham Biasa

Nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan nilai ekuitas saham preferen.

c. Menghitung nilai buku per lembar saham biasa

Nilai buku per lembar saham biasa dapat dihitung dengan cara membagi nilai ekuitas saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

d. Menghitung nilai buku per lembar saham preferen

Nilai buku per lembar saham biasa dapat dihitung dengan cara membagi

nilai ekuitas saham preferen (preferred stock) dengan jumlah saham


(33)

24

2.2.8. Definisi Harga Saham Per Nilai Buku (PBV)

Rasio harga saham per nilai buku (PBV) digunakan untuk mengukur apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah

nilai buku saham tersebut. Price to book value menggambarkan seberapa

besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut di masa depan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio harga saham per nilai buku adalah sebagai berikut :

saham lembar per pasar harga

saham lembar per buku nilai buku

nilai per saham

Harga 

Jika angka PBV di bawah satu, maka dapat dipastikan bahwa harga pasar saham tersebut lebih rendah daripada nilai bukunya. “Sebagai suatu perusahaan yang memiliki manajemen yang baik maka diharapkan PBV perusahaan tersebut setidaknya adalah satu atau dengan kata lain diatas dari nilai bukunya”. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah saham dengan nilai PBV rendah tidak akan diminati oleh investor ? Jawabannya tergantung dari tujuan investasinya. Angka satu yang menjadi patokan minimal untuk sebuah perusahaan dengan manajemen yang baik tidak serta merta menjadi tolok ukur yang pasti. Motivasi investor dalam melakukan investasi juga menjadi pertimbangan tersendiri. Tidak sedikit investor yang membeli saham dengan nilai PBV yang rendah untuk menjadikan pemegang mayoritas, sehingga dapat memutuskan kemana arah tujuan perusahaan.


(34)

25

2.2.9. Saham

2.2.9.1. Pengertian Saham

Menurut Jogianto (2003:67) suatu perusahaan dapat menjual hak

kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika perusahaan hanya

mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Sedangkan menurut Darmadji, dkk (2001:5) saham dapat didefinisikan sebagai tanah penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau suatu perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Menurut Gitosudarmo (2002:265) saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas. Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu

yang disebut dengan saham preferen (preferred stock). Saham preferen

mempunyai hak – hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak – hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuiditas. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa. Saham preferen akan dibahas terlebih dahulu diikuti oleh saham biasa.

Investor membeli saham suatu perusahaan akan memperoleh manfaat antara lain sebagai berikut :

a. Deviden, yaitu pembagian sebagian keuntungan perusahaan atas operasi


(35)

26

b. Capital gain, yaitu kelebihan hasil atas pelepasan aktiva terhadap harga perolehan saham.

2.2.9.2. Jenis – Jenis Saham

Gitosudarmo (2002:265-266) mengatakan bahwa ada 7 jenis saham yang dikeluarkan perusahaan, yaitu :

1. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada rapat umum pemegang saham, dan pada likuidasi perseroan pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan perseroan setelah tagihan kreditur dan saham preferen dilunasi.

2. Saham Bonus

Saham Bonus diciptakan dari pos cadangan perseroan, yang terbentuk dari keuntungan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Pada saat penyerahan saham bonus kepada pemegang saham, kekayaan perseroan tidak mengalami perubahan, karena tidak ada kekayaan yang bertambah dan tidak ada modal yang dibayarkan. Perubahannya adalah pergeseran struktur permodalan perseroan saja.


(36)

27

3. Saham Pegawai

Saham yang dapat dimiliki oleh para pegawai dengan syarat tertentu serta dapat membeli saham perusahaan dengan kurs di bawah kurs bursa.

4. Saham Preferen Perseroan

Para pendiri perseroan biasanya dihargai dengan memberikan tanda jasa yaitu dapat berupa saham yang disebut saham pendiri.

5. Saham Preferen

Saham yang memberikan hak untuk mendapat deviden dan atau bagian kekayaan pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan di samping itu mempunyai preferen untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris.

6. Saham Preferen Kumulatif

Saham preferen yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden yang belum dibayarkan pada tahun – tahun yang lalu secara kumulatif.

7. Saham Preferen Partisipasi

Saham yang disamping hak prioritasnya masih dapat turut serta dalam pembagian deviden selanjutnya.

Menurut Baridwan (1997:394–398) ada 2 macam jenis saham, yaitu:

1. Saham Biasa (Common Stock)

Saham yang pembayaran dividennya dilakukan pada urutan yang paling akhir pada saat perusahaan di likuidasi. Pemegang saham biasa akan


(37)

28

menerima dividen setelah dividen pemegang saham preferen dan hutang kepada kreditor dibayarkan, sehingga resikonya adalah yang paling besar.

2. Saham Prioritas / Preferensi (Preferred Stock)

Saham prioritas / preferensi mempunyai macam–macam karakteristik yang berbeda dari saham biasa. Salah satunya mendapatkan prioritas pembayaran dividen sebelum dibayarkan kepada pemegang saham biasa dan kreditur saat perusahaan dilikuidasi.

2.2.9.3. Definisi Return Saham

Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran saham. Penilaian saham pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan fundamental approach yang menitikberatkan pada nilai

intrinsik saham, yaitu kemampuan perusahaan di masa yang akan datang dilihat dari keadaan aktiva, produksi, pemasaran, dan pendapatan, yang kesemuanya itu menggambarkan prospek perusahaan. Prospek suatu perusahaan dapat dilihat melalui proses analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang tujuan akhirnya akan mengarah pada tingkat pengembalian investasi atau return saham. Return saham merupakan tolok ukur bagi pemegang saham maupun investor untuk memperoleh jaminan pengembalian investasi yang dilakukan. Return saham yang tinggi tentunya akan menarik minat investor untuk menginvestasikan modalnya. Fuller dan James (1987) mengatakan bahwa variabilitas harga saham tergantung pada bagaimana laba dan deviden yang terjadi pada suatu perusahaan. Senada dengan Fuller dan Farrell (1987), Cahyono (2000)


(38)

29

mengemukakan bahwa harga saham mencerminkan ekspektasi investor pada laba emiten di masa yang akan datang dan berapa besarnya potensi laba tersebut harus didiskon.

2.2.10.Pengaruh Laba Atas Ekuitas (ROE) terhadap Return Saham

Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Dengan demikian investor akan lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya sendiri untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar tingkat pengembalian atas modal sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan dalam mengelola sumber dayanya.

Nilai ROE yang tinggi dapat diartikan bahwa setiap rupiah modal sendiri dapat menghasilkan laba bersih yang tinggi dimana hal itu secara tidak langsung menunjukkan bahwa return saham atau pengembalian investasi yang tersedia bagi investor juga tinggi. Return saham yang tinggi memperkuat anggapan investor maupun pemegang saham bahwa manajemen telah melakukan tugasnya dengan baik (atau menyembunyikan sesuatu hingga laporan tahunannya selesai).

Nilai rasio ROE yang sangat tinggi tentunya menggembirakan bagi investor karena semakin besar pula laba yang tersedia bagi mereka. Sebaliknya, kondisi ROE yang rendah dapat diartikan bahwa setiap rupiah


(39)

30

modal sendiri hanya dapat menghasilkan laba bersih yang rendah bagi investor. ROE yang rendah dapat mengisyaratkan investor bahwa sebenarnya mereka dapat menghasilkan lebih banyak bagian laba jika melakukan investasi di perusahaan lainnya. Namun demikian, ROE ini harus dipertimbangkan pula dari sudut pandang apa yang sedang terjadi selama siklus usaha yang sedang berlangsung, seperti adanya ekspansi, hutang, atau perubahan ekonomi.

Investor memiliki sudut pandang tersendiri mengenai tingkat laba dan resiko yang diharapkan. Terdapat dua aspek yang sering diteliti yaitu tentang tingkat keuntungan yang tinggi dan resiko yang rendah sebagai sesuatu yang dikehendaki oleh investor. Oleh karena itu investor perlu melakukan analisis lebih lanjut sebelum melakukan investasi. Peranan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting karena dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan serta kinerja masa lalu dan masa mendatang. Laporan keuangan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan salah satunya rasio profitabilitas yaitu ROE.

2.2.11.Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham

Investasi pada instrumen saham seringkali menuntut investor untuk lebih jeli dalam pemilihan saham yang memiliki potensi yang tinggi dalam menghasilkan laba dan memberikan return saham. Sebelum menginvestasikan dananya, investor perlu melakukan analisis terhadap


(40)

31

kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba, karena investor akan selalu dihadapkan pada berbagai kemungkinan seperti adanya ketidakpastian (risiko). Analisis tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor dapat diketahui dari informasi laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik dan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

Jogiyanto (2003:105) mengatakan bahwa alternatif lain selain menggunakan arus kas atau dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba perusahaan. Salah satu pendekatan yang populer untuk mengestimasi nilai intrinsik

dengan menggunakan nilai earnings adalah pendekatan PER. Rasio ini

menunjukkan seberapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan earnings.

Price earning ratio merupakan salah satu rasio yang sering digunakan oleh investor sebagai indikator dalam memilih instrumen saham

yang tepat. Price earning ratio menunjukkan seberapa tinggi investor

menilai suatu saham atas potensi laba yang diperoleh perusahaan di masa

mendatang. Makin tinggi price earning ratio berarti makin tinggi pula

tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan dalam memberikan pengembalian investasi atau return saham. Tingginya tingkat kepercayaan ini akan berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan tersebut. Sebaliknya,

makin kecil price earning ratio, makin kecil harapan investor atas return


(41)

32

efek dengan nilai price earning ratio tinggi biasanya diperdagangkan dengan

harga yang tinggi pula.

Nilai PER menggambarkan harga per lembar saham untuk setiap

earnings yang dibayarkan pada investor. Pada tingkat pendapatan tertentu, biasanya investor akan memperoleh uangnya kembali dalam bentuk deviden dan peningkatan nilai buku. Kondisi PER yang tinggi sangat diharapkan oleh investor karena akan semakin besar laba yang tersedia baginya. Namun pada saat tertentu posisi PER yang tinggi kurang disukai investor, karena nilai PER yang tinggi tentunya lebih berisiko daripada saham dengan PER yang relatif rendah. Nilai PER yang rendah memiliki potensi pertumbuhan yang positif dibanding saham yang memiliki nilai PER tinggi. Pada beberapa investor, PER yang tidak terlalu tinggi akan lebih diminati.

Saham dengan nilai PER yang rendah tidak selalu mencerminkan kinerja yang buruk. Perusahaan mungkin berada pada persaingan industri yang matang dengan pertumbuhan yang rendah, atau bisa juga disebabkan posisi perusahaan yang mapan serta memiliki saham unggulan dengan stabilitas laba dan deviden berkala yang panjang. Sehingga investor

dihadapkan pada pilihan saham dengan dividend yield yang tinggi atau

saham dengan PER yang tinggi namun resiko tidak terbayarnya deviden tinggi juga tinggi.


(42)

33

2.2.12.Pengaruh Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS) terhadap Return

Saham

Nilai buku per lembar saham (BVS) merupakan ukuran seberapa besar nilai buku dari setiap lembar saham. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada setiap 1 lembar saham biasa memiliki nilai buku sebesar nilai tertentu. Angka BVS yang tinggi tentunya mencerminkan potensi perusahaan di masa mendatang yang baik, sehingga dengan jaminan keamanan atau nilai klaim atas aktiva bersih perusahaan yang semakin tinggi investor akan bersedia membayar harga saham dengan nilai yang tinggi pula.

Rasio BVS yang tinggi tentu saja suatu hal yang menggembirakan bagi investor karena berarti perusahaan berjalan dengan baik. Melalui manajemen yang kuat dan struktur organisasi yang berfungsi secara efisien, perusahaan akan mampu meraih laba yang lebih tinggi karena biaya produknya yang kompetitif. Investor beranggapan bahwa nilai BVS yang tinggi akan berbanding lurus dengan return saham, karena perusahaan yang memiliki nilai buku yang tinggi biasanya memiliki kinerja yang baik pula. Perusahaan akan memiliki nilai pasar yang lebih besar atau sekurang-kurangnya sama dengan nilai buku aktiva bersihnya. Sebaliknya, kondisi BVS yang rendah memiliki arti bahwa setiap satu lembar saham biasa memiliki nilai buku yang berada dibawah harga pasar, sehingga dapat

dikatakan perusahaan memiliki earnings yang relatif rendah. Pada akhirnya

pasar akan menghargai saham tersebut beberapa kali lebih rendah daripada nilai bukunya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan rasio BVS yang


(43)

34

sangat rendah menunjukkan perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah serta nilai buku relatif lebih rendah daripada nilai pasarnya.

2.2.13.Pengaruh Harga Saham Per Nilai Buku (PBV) terhadap Return

Saham

Harga saham per nilai buku (PBV) merupakan ukuran apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut. Ini berarti bahwa harga saham yang dibayarkan oleh investor sebesar X kali dari nilai bukunya. Nilai rasio PBV ini merupakan gambaran dari tingkat kepercayaan pasar terhadap perusahaan. Rasio PBV yang tinggi tentu saja disukai investor, karena berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut atau nilai pasar aset perusahaan secara signifikan lebih tinggi daripada nilai bukunya. Sebaliknya, kondisi PBV yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memiliki harga saham yang murah atau berada di bawah harga yang sebenarnya, sehingga perusahaan dinilai tidak dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Rasio PBV yang rendah juga dapat diartikan investor bahwa ada sesuatu kesalahan mendasar pada perusahaan tersebut. Banyak dari investor yang beranggapan bahwa perusahaan yang memiliki nilai PBV yang tinggi biasanya juga memiliki

earning dan return yang tinggi pula. Anggapan seperti ini tidak selalu benar, karena ada perusahaan yang memiliki nilai PBV yang rendah namun

memberikan earning yang lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki PBV

tinggi. Rasio PBV yang rendah terjadi pada industri yang memerlukan lebih banyak modal infrastruktur dibanding industri lainnya.


(44)

35

2.3.Kerangka Pikir

Fenomena :

Adanya Fluktuasi Return saham dari tahun ke tahun pada perusahaan

Rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia

 Gill (2004), ROE mengukur besar pengembalian terhadap

investasi para pemegang saham.

 Jogiyanto (2003:105), PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi

investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.

 Natarsyah ( 2002), BVS mempunyai hubungan yang signifikan

terhadap return saham.

 Hartono (2000), PBV Mempunyai hubungan yang signifikan

terhadap return saham.

Return On Equity

Price Earning Ratio

Book Value PerShare

Price to book value

Return Saham

Analisis Regresi Linier Berganda


(45)

36

2.4.Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah, landasan teori, maka perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Diduga laba atas ekuitas (ROE) berpengaruh positif terhadap Return

Saham.

2. Diduga price earning ratio (PER) berpengaruh positif terhadap Return

Saham,

3. Diduga Nilai Buku Per Lembar Saham (BVS) berpengaruh positif

terhadap Return Saham.

4. Diduga Harga Saham Per Nilai Buku (PBV) berpengaruh positif


(46)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

1. Variabel bebas .

a. Laba Atas Ekuitas / Return On Equity (ROE)

Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu dan skala pengukuran data yang digunakan adalah skala rasio.

100% x saham pemegang modal pajak setelah pendapatan ekuitas atas Laba 

b. Price Earning Ratio (PER)

Merupakan ukuran seberapa banyak para investor bersedia membayar untuk rupiah dari laba yang dilaporkan dan skala pengukuran data yang digunakan adalah skala rasio

biasa saham lembar per pendapatan biasa saham lembar per pasar harga PER

c. Nilai Buku Per Lembar Saham / Book Value per Share (BVS)

Merupakan ukuran seberapa besar nilai buku dari setiap saham dan skala pengukuran data yang digunakan adalah skala rasio

beredar saham jumlah ekuitas total lembar per buku nilai 


(47)

38

d. Harga Saham Per Nilai Buku / Price to Book Value (PBV)

Merupakan ukuran apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut dan skala pengukuran data yang digunakan adalah skala rasio

saham lembar per pasar harga saham lembar per buku nilai Buku Nilai Per Saham Harga 

2. Variabel terikat (Return Saham)

Return saham merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Menurut Hartono

(2000:108) return total dari suatu investasi terdiri atas capital gain (loss)

dan yield.

Returntotal = Capital gain (loss) + yield

Capital gain merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif

dengan periode yang lalu.Skala pengukuran data yang digunakan adalah

skala rasio. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik

terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk

saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode

sebelumnya. Namun tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik kepada pemegang sahamnya, sehingga perhitungan return saham didefinisikan sebagai berikut :

Rit = 1 1    it it it p P P Keterangan :


(48)

39 Pit : Harga saham saat ini

Pit-1 : Harga saham tahun sebelumnya

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003 : 55). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai obyek

penelitian adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008.

3.2.2. Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah purposive

sampling yaitu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti adalah

1. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut selama 5

tahun untuk tahun pelaporan dari 2004 – 2008.

2. Perusahaan mempublikasi laporan keuangan auditan dengan

menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember Perusahaan rokok yang memenuhi kriteria tersebut diatas antara lain :

1. PT. BAT Indonesia Tbk


(49)

40

3. PT. HM Samporna Tbk

4. PT. Bentoel International Investama Tbk

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang telah mengumpulkan terlebih dahulu dan

menerbitkannya. Data sekunder tersebut berasal dari Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh Institute for Economic dan Financial Research dan laporan keuangan yang telah diterbitkan perusahaan.

Sugiyono (2003 : 55) mengatakan, “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah laporan keuangan perusahaan perbankan yang publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan tahun 2008.

3.4. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Teknik dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mendokumentasikan data-data perusahaan yang terkait dengan


(50)

41

penelitian. Data-data perusahaan tersebut diolah kembali hingga dapat dijadikan sumber informasi dalam penulisan skripsi ini.

b. Teknik studi kepustakaan

Nazir (2003) mendefinisikan teknik studi kepustakaan adalah teknik penelitian yang mempelajari tentang catatan perusahaan dan buku-buku teks pendukung maupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian ini banyak terinspirasi oleh jurnal-jurnal dan teori yang telah dipelajari sebelumnya.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut telah mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode

diantaranya adalah metode sketer plot. Menurut Ghozali (2001:76), pedoman

dalam pengambilan keputusan bahwa sebuah distribusi data tersebut mengikuti sebaran normal adalah sebagai berikut :

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah


(51)

42

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Syarat dari suatu persamaan regresi adalah harus bersifat BLUE (Best

Linier Unbiased Estimator). Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu :

1. Tidak boleh ada multikolinearitas.

2. Tidak boleh ada heterokedastisitas.

3. Tidak boleh ada autokorelasi.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Multikolinearitas

Model regresi linier yang baik mensyaratkan tidak adanya korelasi diantara variabel bebas. Pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi dapat menggunakan uji multikolinearitas. Kriteria pengujian multikolinearitas menurut Ghozali (2001: 57) adalah sebagai berikut :

a. Jika VIF lebih besar dari 10, maka dalam persamaan tersebut terdapat

multikolinearitas.

b. Jika VIF lebih kecil dari 10, maka dalam persamaan tersebut tidak


(52)

43

2. Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke

pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi

heteroskedastisitas, karena ini mengimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman

yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas.

Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

(Gujarati, 1999 : 177 )

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas

b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas

3. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data

observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data

yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional)” (Gujarati,

1999:201). Jadi di dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Yobservasi–Yprediksi) pada

waktu ke-t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode

sebelumnya (et-1).

Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (Uji Dw), dengan persamaan :


(53)

44

     

t N

t t N t t t t e e e Dw 1 2 1 1 Keterangan :

Dw = Nilai Durbin Watson

et = Residual pada waktu ke-t

et - 1 = Residual pada wak-tu ke-t

N = Banyaknya data

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.

Gambar 2. Kurva Durbin Watson

Sumber : Gujarati, 1999, 216, Ekonometrika Dasar.

3.6. Teknik Analisis

Data yang telah selesai dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan model dan alat analisis yang tepat untuk memecahkan masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya. Bentuk model yang dipilih menggunakan metode regresi linear berganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif

dL dU 4 - dU 4 - dL 4

0 ada a ut o kore la si pos it if daerah keragu raguan ada a ut o kore la si ne ga ti f daerah keragu raguan


(54)

45

Y = bo + b,X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan :

Y = return saham

bo = konstanta

bl,...b4 = koefisien regresi variabel bebas X1 =Return on Equity / laba atas ekuitas (ROE) X2 = Price Earning Ratio (PER)

X3 = Book Value per Share / nilai buku per lembar saham (BVS) X4 =Price to Book Value / harga saham per nilai buku (PBV) e = standart error

3.6.1. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, sehingga menggunakan prosedur sebagai berikut :

1. Ho : βj = 0 (tidak terdapat pengaruh X1,X2,X3…….. Xn terhadap Y) 2. Ha : βj  0 (terdapat pengaruh X1,X2,X3…….. Xn terhadap Y)

3. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat

bebas [n-k-1], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.

4. Dengan nilai t hitung :

) ( j

j hit

b Se

b


(55)

46 Keterangan :

thit = t hasil perhitungan

bj = koefisien regresi

Se(bj) = simpangan baku untuk masing-masing koefisien regresi

5.Daerah kritis Ho melalui distribusi t student dua sisi, dengan penjelasan :

a.Ho diterima jika –t tabel  t hitung  t tabel


(56)

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia.

Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan uang dan efek yaitu pada tanggal 11 januari 1925 atau 13 tahun setelah terbentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 di bentuk bursa bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya.

Di masa revolusi kemerdekaan, kegiatan perdagangan di bursa efek Indonesia sempat terhenti karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951, pemerintah memberlakukan undang-undang darurat no. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagi undang-undang no. 15 tahun 1952 tentang bursa efek.

Pasar modal Indonesia dari tahun 1977 sampai tahun 1987 kurang memberikan hasil yang di harapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersendatnya perkembangan pasar modal disebabkan oleh beberapa hal antara mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi Return saham dan campur tangan pemerintah dalam penetapan Return saham pada pasar perdana.


(57)

48

Sebagai upaya mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal, pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakto 1988), Paket Kebijakan Desember 1988 (Pakdes 1988).

4.1.2. Sejarah Bingkat Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange merupakan akhir perjalanan panjang pasar modal Indonesia. Sejarah pasar modal Indonesia dimulai dengan di bentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel. Kemudian pada tahun 1925 pemerintah colonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu bursa efek Semarang, dan Bursa efek Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1956 yang mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.

Pada 10 Agustus pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal dengan membentuk badan pelaksana pasar modal (BAPEPAM), sebuah badan pemerintah dibawah pengawasan Deaprtemen Keuangan. Kebijakan pemerintah menerbitkan paket Desember 1987 menjadikan pasar modal di Indonesia memasuki masa “Bullish” dan membutuhkan profesionalisme dalam pengelolaan bursa, oleh karena itu pada tahun1990 pemerintah mengeluarkan peraturan tentang swastanisasi Bursa efek pada tanggal 4 Desember 1991 berdirilah PT. Bursa Efek Jakarta. PT. Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta pendirian No.27, di muat di hadapan notaris Ny. Siti Poerbaningsih A,SH di Jakarta pada tanggal 4 Desember 1991 dengan 221


(58)

49

perusahaan efek sebagai pemegang sahamnya dan modal dasar sebesar Rp 15 milyar serta modal di setor Rp 11.820 juta.

Tahun 1995 merupakan era baru bagi PT. bursa efek Jakarta dengan diterapkannya system perdagangan otomatis (Jakarta Automatoc Trading System atau JATS). System ini memungkinkan frekuensi perdagangan saham yang lebih besar dan menjamin perdagangan lebih wajar dan lebih transparan. Di samping itu JATS memberikan sumbangan yang besar dalam likuidasi pasar dan melindungi para investor secara maksimal dan bersamaan dengan itu system ini menghubungkan dengan perdagangan, pengawasan, kliring dan penyelesaian serta system dipositori dan system akuntansi anggota bursa.

Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda bangsa-bangsa di Asia termasuk Indonesia yang di mulai dengan penurunan nilai mata uang terhadap Dollar Amerika. Hal ini disebabkan spekulasi dari para pedagang Vallas, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang sendiri dan tidak kalah pentingnya kurang kuatnya pondasi perekonomian yang berakibat pada lesunya pasar modal dengan ditunjukkannya penurunan nilai IHSG (Indeks Return saham Gabungan) secara tajam. 750,83 poin pada tanggal 8 juli 1997 menjadi 546,69 poin pada tanggal 30 september 1997. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian pemerintah mengumumkan melikuidasi 16 Bank swasta Nasional tetapi pengumuman ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar.


(59)

50

4.1.3. Gambaran Umum Perusahaan

Adapun gambaran umum mengenai ke-4 perusahaan sehingga sample dapat di jelaskan secara singkat sebagi berikut:

1. PT. BAT Indonesia Tbk

PT. BAT Indonesia “perseroan” didirikan dalam kerangka undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing yang di buat berdasarkan Akta Notaris Kartini Mulyadi,SH No.199 tanggal 23 September 1979. Anggaran dasar perseroan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5/421/20 tanggal 13 Oktober 1979 dan telah di umumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 92 tanggal 16 November 1979.

Anggaran dasar perseroan telah beberapa kali di ubah, dan Perubahan terakhir berdasarkan akta Notaris Singgih Susilo,SH No. 9 dan 10 tanggal 6 Agustus 2002 berkaitan dengan perluasan bidang usaha serta jumlah dan susunan dewan Komisaris. Akta no. 9 tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan Surat Keputusan No. C/15697 HT. 01 TH.2003 tanggal 20 Agustus 2002. Akta notaris No. 10 telah diserahkan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 3 september 2002 dan telah di daftarkan pada perusahaan di departemen perindustrian dan perdagangan pada tanggal 23 September 2002.

Perseroan bergerak di bidang Industri dan penjualan ekspor impor, distribusi cerutu, rokok dan produk-produk lain yang di buat dengan atau


(60)

51

dari tembakau. Perseroan memulai kegiatan komersilnya pada tanggal 17 Agustus 1917 dengan nama N.V Indo Egyptian Cigarette Company.

Kantor pusat perseroan masing-masing berlokasi di Cirebon dan Jakarta. Pada tahun 1979, perseroan melakukan penawaran umum perdana saham kepada masyarakat sebanyak 6.600.000 lembar saham atau 30% dari22.000.000 saham yang di tempatkan dan di setor penuh. Saham yang di tawarkan kepada masyarakat dalam penawaran umum saham tersebut dicatatkan pada bursa efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 20 Desember 1979 dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 16 Juni 1989.

Pada tanggal 23 Maret 2000, perseroan mengajukan pernyataan pendaftaran kepada badan pengawas pasar Modal (BAPEPAM) sehubungan dengan penawaran umum terbatas Hak Memesan Efek Terkabih Dahulu (penawaran umum terbatas I) sebanyak 44.000.000 saham perseroan. Pernyataan pendaftaran tersebut menjadi efektif tanggal 24 April 2000 dan hak memesan efek terlebih dahulu telah dilaksanakan sepenuhnya pada tanggal 25 Mei 2000.

2. PT. HM Sampoerna Tbk

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin,SH, No. 69. Akta pendirian perusahaan disahkan oleh menteri Kehaakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. J.A. 5/95/15 tanggal 30 April 1964 serta diumumkan dalam lembaran berita Negara republik Indonesia No. 94 Tanggal 24 Nopember 1964. Anggaran dasar perusahaan


(61)

52

telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 18 Juni 2004 dari Deddy Syamri,SH sebagai pengganti Notaris Sutjipto,SH. Sehubungan dengan penurunan modal ditempatkan dan disetor penuh (catatan 14), yang kemudian di ubah dengan Akta No. 82 tanggal 15 Juli 2004 dari Aulia Taufani,SH sebagai pengganti Notaris Sutjipto,SH. Perubahan anggaran dasar ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat keputusan No. C-20646 HT.01.04. Th 2004 tanggal 16 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam daftar perusahaan pada departemen perindustrian dan perdagangan Kotamadya Surabaya No. 085/BH.13.01/Sept/2004 tanggal 8 September 2004.

Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi Industri perdagangan rokok serta Investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913. di Surabaya sebagai Industri rumah tangga. Pada tahun 1930,Industri rumah tangga ini diresmikan dengan di bentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna.

Perusahaan berkedudukan di Surabaya dengan lokasi kantor pusat di Jl. Rungkut Industri Raya No.18, kantor operasional di Jakarta dan mempunyai cabang di Pandaan serta Malang.

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan anak perusahaan (bersama-sama di sebut group) memiliki kurang lebih 39.400 orang dan 40.000 orang karyawan tetap masing-masing pada tanggal 31 Desember


(62)

53

2005 dan 2004. Pada tahun 1990, perusahaan melakukan penawaran umum sebanyak 27.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp 1000 (rupiah penuh) per saham melalui Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran sebesar Rp 12.600 per saham.

3. PT. Bentoel Internasional Investama Tbk

PT. Bentoel Internasional Investama Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 247 tanggal 11 April 1987 dari Misahardi Wilamarta,SH Notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C-1219.HT.01.01.Th.89 tanggal 4 Februari 1989 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 10 November 1989 tambahan No. 2990/1989. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan dan perubahan terakhir pada tahun 2001 berdasarkan Akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa perusahaan No. 102 tanggal 30 Mei 2001 dari Eliwaty Tjitra,SH Notaris di Jakarta. Pemegang saham menyetujui peningkatan modal dasar perusahaan. Akta perubahan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C-01751.HT.01.04.Th 2001 tanggal 8 Juni 2001 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 91 tanggal 13 November 2001 tambahan No. 7129/2001.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dan kantor pusat beralamat di menara rajawali lantai 23, Jl. Mega Kuningan Lot # 5.1 Jakarta 12950.


(1)

73

nilai t hitung > t tabel sehingga nilai t hitung di daerah terima Ho maka Price Earning Ratio berpengaruh tidak signifikan positif secara nyata terhadap Return saham perusahaan rokok, sehingga penggunaan variabel bebas Price Earning Ratio untuk menganalisis variabel terikat dapat diterima.

2. Pengaruh Secara Parsial Book Value per Share terhadap Return saham Dari uji-t atau t-test dari Variabel X2 (BVS), didapat thitung adalah -2,202 dengan tingkat signifikansi 0,043 (lampiran II). Sedangkan ttabel 2,120 Karena probabilitas 0,043 lebih kecil dari 0,05 atau nilai t hitung < t tabel sehingga nilai thitung di daerah terima Hi maka Book Value per Share berpengaruh signifikan negatif secara nyata terhadap Return saham perusahaan rokok sehingga penggunaan variabel bebas Book Value per Share untuk menganalisis variabel terikat tidak dapat diterima. 3. Pengaruh Secara Parsial Price to Book Value terhadap Return saham

Dari uji-t atau t-test dari Variabel X3 (Price to Book Value), didapat t hitung adalah 1,907 dengan tingkat signifikansi 0,075 (lampiran II). Sedangkan ttabel 2,120. Karena probabilitas 2,120 lebih kecil dari 0,05 atau nilai t hitung > t tabel sehingga nilai t hitung di daerah terima HO maka Price to Book Value berpengaruh tidak sigifikan positif secara nyata terhadap Return saham perusahaan rokok sehingga penggunaan variabel bebas Price to Book Value untuk menganalisis variabel terikat dapat diterima.


(2)

74 4.4. Pembahasan

1. Price Earning Ratio Tidak Signifikan Positif Terhadap Return Saham Perusahaan Rokok

Variabel Price Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan positif terhadap Return saham pada perusahaan Rokok yang go publik di BEI tahun 2004-2008. Price Earning Ratio pada Uji-t didapatkan tingkat signifikansi lebih besar dari α (0,05). Ini menunjukkan bila Price Earning Ratio turun maka Return Saham Perusahaan rokok mengalami penurunan pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Jogiyanto (2003:105). pengukuran pengaruh Price Earning Ratio terhadap Return Saham menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan positif . Pengaruh positif menunjukkan bahwa Price Earning Ratio memiliki pola searah dengan Return Saham, artinya penrunannya mempunyai pengaruh terhadap Price Earning Ratio terhadap turunnya Return Saham. Hal ini disebabkan makin rendahnya Price Earning Ratio makin rendah pula tingkat kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan dalam memberikan pengembalian Return Saham , karena beberapa perusahaan rokok seperti PT. Gudang Garam, Tbk, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk, dan PT. Bentoel International Investama, Tbk, PT. BAT, Tbk, karena penjualan rokok pada tahun 2004-2008 mengalami penurunan, dengan Return Saham yang kecil yang dihasilkan dari Price Earning Ratio yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan rokok.


(3)

75

2. Book Value Per Share Berpengaruh Signifikan Negatif Terhadap Return Saham Perusahaan Rokok

Variabel Book Value per Share (BVS) berpengaruh signifikan negatif terhadap Return saham pada perusahaan Rokok yang go publik di BEI tahun 2004-2008. Book Value per Share (BVS) pada Uji-t didapatkan tingkat signifikansi lebih kecil dari α (0,05). Ini menunjukkan bila Book Value per Share (BVS) naik tetapi Return Saham Perusahaan rokok mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Capaul et al (1993), Fama dan French (1992), Hartono (2000). pengukuran pengaruh Book Value per terh Share (BVS) terhadap Return Saham menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Pengaruh positif menunjukkan bahwa Book Value per Share (BVS) memiliki pola searah dengan Return Saham, artinya kenaikkan Book Value per share mempunyai pengaruh terhadap kenaikan Return Saham akan tetapi tidak semua perusahaan mengalami hal tersebut. Hal ini disebabkan perusahaan Rokok tidak semuanya mendapatkan laba karena ada perusahaan rokok yang mengalami rugi, sehingga membuat tingkat Return saham menurun meskipun Book Value per Share (BVS) mengalami kenaikan, karena beberapa perusahaan rokok seperti PT. Gudang Garam, Tbk, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk, dan PT. Bentoel International Investama, Tbk karena penjualan rokok pada tahun 2004-2008 mengalami peningkatan, didukung oleh modal yang besar dihasilkan dari Book Value per Share (BVS) yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan rokok.


(4)

76

3. Price to Book Value Tidak Berpengaruh Signifikan Positif Terhadap Return Saham Perusahaan Rokok

Secara Parsial (uji-t) didapat hasil untuk variabel Price to Book Value bahwa thitung > ttabel yang artinya rasio Price to Book Value tidak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan positif terhadap Return saham Perusahaan Rokok.

Hal ini mungkin disebabkan perusahaan sudah melakukan kinerja secara maksimal tetapi laba yang diperoleh tidak begitu besar. Di samping itu perusahaan juga menanggung beban hutang sehingga laba digunakan untuk membayarnya. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat menghasilkan laba yang diharapkan oleh investor dan Return saham menjadi turun.

Hasil pengujian di atas tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Moestika dan Adhaniwati (2002) dengan hasil analisis secara parsial bahwa Price Earning Ratio berpengaruh secara nyata terhadap Return saham perusahaan kertas yang go-publik di Bursa Efek Surabaya.


(5)

77 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara Earning Per Share terhadap Return saham Perusahaan Rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.

b. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara Return On Equity terhadap Return saham Perusahaan Rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia tidak dapat diterima.

c. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara Price Earning Ratio terhadap Return saham Perusahaan Rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut :

a. Dalam melakukan investasi (penanaman modal) pada suatu perusahaan, investor tidak boleh hanya memperhatikan besarnya Earning Per Share Return On Equity, dan Price Earning Ratio dalam suatu perusahaan. Tetapi juga harus melihat faktor-faktor fundamental lain yang mempengaruhi Return saham agar dalam berinvestasi investor tidak


(6)

78

spekulatif dan hanya ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan faktor yang rasional.

b. Konsep Return saham sebagai konsep yang fundamental bagi pengembangan teori pasar modal sebaiknya lebih banyak dikupas lagi oleh para ahli.

c. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian hal yang sama dapat menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan berpengaruh signifikan terhadap Return saham.