Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 1. Pengertian Pengendalian Internal

j. Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa. k. Laporan Keuangan Konsolidasi Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan konsolidasi pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum general purpose financial statement demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan yang dimaksud. Yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.

C. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 1. Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian internal yang digunakan dalam suatu entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas. Boynton dkk 2003: 373 menyatakan Pengendalian internal adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut : a. keandalan pelaporan keuangan, b. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, c. efektifitas dan efisiensi operasi. Pengendalian internal memberikan kepastian yang layak atas pencapaian masing- masing dari tiga tujuan diatas. Pengendalian internal merupakan alat untuk mengendalikan aktivitas entitas guna membantu menjamin bahwa aktivitas-aktivitas yang diakukan pada akhirnya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tidak semua tujuan pengendalian keuangan relevan dengan audit atas laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor berkewajiban untuk memahami pengendalian internal yang ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Setiap orang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap, dan menjadi bagian dari pengendalian internal organisasi. Disamping itu, beberapa pihak luar, seperti auditor independen, dan badan pengatur regulatory body dapat membantu organisasi dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pemberlakuan pengendalian internal dalam organisasi tersebut.

2. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP

Sistem pengendalian intern didalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 60 Tahun 2008 artinya adalah proses yang intergral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Lalu kalau demikian halnya maka Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau SPIP didalam PP Nomor 60 Tahun 2008 adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa sistem pengendalian intern tidak bisa dilaksanakan secara parsial, tetapi harus terintegrasi dalam bentuk tindakan dan kegiatan. Dilaksanakan oleh semua anggota organisasi tidak terkecuali baik pimpinan maupun staf, pimpinan tertinggi top manajemen, middle manajemen maupun lower manajemen. Semua barsatu padu membentuk konfigurasi yang terpola dalam satu kesatuan dengan tekad yang sama yaitu mencapai tujuan organisasi sebagaimana termaksud dalam visi dan misinya. Tujuan tercapai tidak asal tercapai saja melainkan dengan sumber daya yang efektif dan efisien baik sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan. Laporan keuangannya handal, barang milik negara aset terjaga dengan baik aman dalam koridor yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan berlaku. Setiap kegiatan, setiap kebijakan dan setiap tindakan yang akan dilakukan harus dapat dipahami oleh semua unsurpelaku yang terlibat dalam organisasi tersebut. Tidak dikenal manajemen tunggal tetapi yang diutamakan adalah manajemen partisipatif.

3. Sejarah SPIP

Cikal bakal SPIP dimulai dengan adanya Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri PAN No. KEP46M.PAN2004. Dalam rangka upaya mereformasi bidang keuangan, pemerintah telah mengeluarkan 3 paket perundang-undangan di bidang keuangan negara, yaitu Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Dengan adanya tiga paket tersebut telah memberikan implikasi pengelolaan keuangan negara yang terdesentralisasi yang diwujudkan dalam suatu sistem yang transparan, akuntabel dan terukur. Guna mewujudkan itu semua diperlukan suatu sistem pengendalian intern yang dapat memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan instansi secara efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai wujudnya dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, pasal 58 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku kepala pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan SPI di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh, yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Oleh karena itu lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 tersebut selain sebagai amanah dari reformasi di bidang keuangan negara juga ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah sebagaimana dijelaskan diatas. Dengan membangun SPIP secara berkelanjutan pada akhirnya ditujukan untuk menciptakan pelaporan keuangan pemerintah yang handal, kegiatan yang efektif dan efisien, taat pada peraturan, serta iklim yang kondusif untuk mencegah korupsi, memperkuat akuntabilitas yang akhirnya menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik good governance. http:id.wikipedia.org.

4. Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Intern

Secara konseptual SPI mengadopsi konsep sistem pengendalian intern yang dikembangkan oleh The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commissions COSO. Sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2008 terdapat 5 unsur SPI yang perlu diimplementasikan oleh seluruh pimpinan dan staf pada semua jajaran instansi pemerintah terdiri atas lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. 1. Lingkungan pengendalian, adalah kondisi dalam instansi pemerintah yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya pengendalian dalam instansi untuk menjalankan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dapat meningkatkan efektifitas sistem pengendalian intern. 2. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis dan mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan instansi. 3. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. 4. Informasi dan komunikasi, dalam hal ini informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. 5. Pemantauan adalah proses penilaian atas mutu kinerja sistem pengendalian intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis Sugiyono, 2007 : 4. Adapun metode penelitian yang dipergunakan untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :

A. Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas, Studi Empiris pada Per

0 48 75

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Opini Audit Oleh BPK RI Atas LKPD Provinsi, Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara

13 159 140

Perbandingan reaksi pasar sebelum dan sesudah pengumuman opini audit unqualified

1 13 174

Analisis Dampak Publikasi Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (WTP-PP) dan Opini Audit Wajar dengan Pengecualian (WDP) terhadap Abnormal Return Saham

1 15 3

ANALISIS DAMPAK PUBLIKASI OPINI AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF PENJELAS (WTP-PP) Analisis Dampak Publikasi Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-PP) Dan Opini Audit Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Terhadap Ab

0 1 16

ANALISIS DAMPAK PUBLIKASI OPINI AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF PENJELAS (WTP-PP) Analisis Dampak Publikasi Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-PP) Dan Opini Audit Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Terhadap Ab

0 1 15

Evaluasi Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Diberikannya Opini Audit Disclaimer Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kota Padang (Tahun Anggaran 2007).

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjel

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas, St

0 0 8

Studi Perbandingan Faktor-faktor (Leverage, Likuiditas, dan Profitabilitas) Pada Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Perusahaan yang Menerima Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelas, Studi Empiris pada Per

0 0 12