Struktur Dan Produktivitas Rerumputan Di Kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

(1)

STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS RERUMPUTAN DI

KAWASAN DANAU TOBA DESA TOGU DOMU NAULI

KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

PINTA OMAS PASARIBU

080805034

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS RERUMPUTAN DI

KAWASAN DANAU TOBA DESA TOGU DOMU NAULI

KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

PINTA OMAS PASARIBU

080805034

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

PERSETUJUAN

Judul : STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS

RERUMPUTAN DI KAWASAN DANAU TOBA DESA TOGU DOMU NAULI KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

Kategori : SKRIPSI

Nama : PINTA OMAS PASARIBU

Nomor Induk Mahasiswa : 080805034

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Pebruari 2013

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. M. Zaidun Sofyan, M.Si Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP. 19680515 199303 1 001 NIP. 19630123 199003 2 001

Diketahui/ Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP. 19630123 199003 2 001


(4)

iii

PERNYATAAN

STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS RERUMPUTAN DI KAWASAN DANAU TOBA DESA TOGU DOMU NAULI KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN

KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa hasil penelitian ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Pebruari 2013

PINTA OMAS PASARIBU 080805034


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha atas segala berkat, anugerah, dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS RERUMPUTAN DI KAWASAN DANAU TOBA DESA TOGU DOMU NAULI KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA”, sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. M. Zaidun Sofyan, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Departemen Biologi FMIPA USU yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, serta dukungannya hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Riyanto Sinaga S.Si, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Nursal, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU dan selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku staff pegawai di Departemen Biologi, Ibu Nurhasni Muluk selaku analis laboran di laboratorium Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan dan perkuliahan yang diberikan yang sangat bermanfaat sebagai bekal di masa depan.

Teristimewa penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tersayang: S. Pasaribu dan L. Sihite yang telah memberikan doa, harapan, dukungan, materi sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Kepada abang Roy Marthin Pasaribu, SE/Rud Masta Butar-butar, Amd, Sudarman Pasaribu, SPi/Lely Tampubolon, SPi, kakak Miryam Pasaribu, SE/Rapen Sihaloho, SIP, Lamtiar Pasaribu,AmKeb/Rikardo Sitinjak, Irene Pasaribu, SP, serta keponakanku Jonathan Christian Marhara Pasaribu, Jeremy Natamaro Pasaribu, Agnetha Zefanya Pasaribu, Vilfredo Timothy Sihaloho, Beatrix Paulina Sihaloho, dan Cahaya Naomi Klarensyah Sitinjak yang telah memberikan doa dan semangat serta motivasi pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman seperjuangan Novia Wulandari Tarigan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim Salbeta, Eka, Jhon, Gilang, Frans, Jekmal, dan Intan yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini di lapangan dan terima kasaih kepada sahabat-sahabatku seluruh stambuk 2008. Terima kasih juga kepada abang dan kakak stambuk 2006 dan 2007 serta adik-adik stambuk 2009, 2010, 2011, dan 2012 yang sudah memberikan dukungan semangat dan motivasi kepada penulis.


(6)

v

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untul itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Pebruari 2013


(7)

STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS RERUMPUTAN DI KAWASAN DANAU TOBA DESA TOGU DOMU NAULI, KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN, KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Struktur dan Produktivitas Rerumputan di Kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara telah diteliti pada bulan Maret sampai Juni 2012. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling yang dibagi menjadi tiga berdasarkan ketinggian dengan plot berukuran 1 x 1 m berjumlah 20 pada setiap lokasi. Ditemukan 21 jenis rerumputan (12 jenis Poaceae dan 9 jenis Cyperaceae). Imperata cylindrica, mendomominasi pada lokasi I dan lokasi III, Leersia hexandra mendominasai pada lokasi II dengan nilai INP masing-masing 58.408 %, 81.316 %, dan 75.202 %, dan Indeks keanekaragaman (H’) pada lokasi I, II, dan III masing-masing adalah 1.826, 1.432, 1.010 dan Indeks keseragaman (E) rumput masing-masing adalah 0.658, 0.597, 0.519. Indeks similaritas pada lokasi I, II, dan III berkisar antara 46.91% - 62.56% dengan indeks similaritas tertinggi 62.56% yaitu antara lokasi II dan III. Produktivitas rerumputan pada lokasi I, II, dan III adalah 538.6 g/m2, 462.91 g/m2, dan 280.3 g/m2. Kata Kunci :Struktur, produktivitas, rerumputan, Simalungun


(8)

vii

THE STRUCTURE AND PRODUCTIVITY OF GRASSES IN TOBA LAKE AREA TOGU DOMU NAULI VILLAGE, DOLOK PARDAMEAN SUBDISTRICT, SIMALUNGUN REGENCY, NORTH SUMATRA

ABSTRACT

The Structure and Productivity of Grasses in Toba Lake Area Togu Domu Nauli Village, Dolok Pardamean Subdistrict, Simalungun Regency, North Sumatra has been studied from March to June 2012. The study site is determined by purposive sampling method and it is divided into three locations based on altitude with 20 plots of 1 x 1 m in size for each area. There are 21 species of grasses that belong to two families found at three study sites. The first area was dominated by Imperata cylindrica, the second was dominated by Leersia hexandra, and the third was dominated by Imperata cylindrica with importance values are 58.408 %, 72.202 %, and 81.316 %, respectively. The diversity index (H’) of grasses are 1.826, 1.432, 1.010 at area I, II, and III, respectively and equitability index (E) of grasses are 0.658, 0.597, 0.519 at area I, II, and III, respectively. The Similarity index of grasses range from 46.91% to 62.56%, with the highest similarity index is 62.56% that is found between area II and III. The productivity of grasses at area I, II, and III were 538.6 g/m2, 462.91 g/m2 and 280.3 g/m2.


(9)

DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ii iii iv

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Hipotesis 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Rumput 5

2.1.1 Poaceae 5

2.1.2 Cyperaceae 5

2.2 Manfaat Rumput 6

2.3 Analisis Vegetasi 6

2.4 Biomassa 7

2.5 Bahan Organik Tanah 8

Bab 3. Bahan dan Metode 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 9

3.2 Deskripsi Area 9

3.3 Alat dan Bahan 10

3.4 Metode Penelitian 10

3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Di Lapangan 11

3.5.2 Di Laboratorium 12

3.6 Analisis Data 15

Bab 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Jenis Rerumputan di Lokasi Penelitian 18

4.2 Nilai KR, FR, dan INP 22

4.3 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman 25

4.4 Indeks Similaritas 27

4.5 Produktivitas Rerumputan 28

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 32

5.2 Saran 32


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

Halaman

4.1 Jenis-jenis Rumput yang terdapat pada Lokasi Penelitian 18

4.2 Nilai KR, FR, dan INP 23

4.3 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Rerumputan 26

4.4 Indeks Similaritas Rerumputan 27

4.5 Nilai Produktivitas Rerumputan di Lokasi Penelitian 28

4.5.1 Hasil Analisis Kimia Tanah di Lokasi Penelitian 29

4.5.2 Analisis Korelasi Pearson antara Biomassa dengan Bahan Organik Tanah, Kadar Air Tanah, dan Intensitas Cahaya 30


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

Halaman


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Halaman

1 Peta Lokasi 36

2 Plot Penelitian 37

3 Data Faktor Fisik Kimia dan Ketinggian Lokasi Penelitian 38

4 Hasil Analisis Vegetasi Nilai KR, FR, dan INP 39

5 Produktivitas Rerumputan pada Lokasi Penelitian 40

6 Kadar Air Tanah pada Lokasi Penelitian 41

7 Analisis Kimia Tanah di Lokasi Penelitian 42

8 Contoh Perhitungan K, KR, F, FR, INP, H’, E, dan IS 43

9 Hasil Identifikasi Herbarium 46

10 Analisis Korelasi Pearson dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver 17.00 47


(13)

STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS RERUMPUTAN DI KAWASAN DANAU TOBA DESA TOGU DOMU NAULI, KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN, KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Struktur dan Produktivitas Rerumputan di Kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara telah diteliti pada bulan Maret sampai Juni 2012. Lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling yang dibagi menjadi tiga berdasarkan ketinggian dengan plot berukuran 1 x 1 m berjumlah 20 pada setiap lokasi. Ditemukan 21 jenis rerumputan (12 jenis Poaceae dan 9 jenis Cyperaceae). Imperata cylindrica, mendomominasi pada lokasi I dan lokasi III, Leersia hexandra mendominasai pada lokasi II dengan nilai INP masing-masing 58.408 %, 81.316 %, dan 75.202 %, dan Indeks keanekaragaman (H’) pada lokasi I, II, dan III masing-masing adalah 1.826, 1.432, 1.010 dan Indeks keseragaman (E) rumput masing-masing adalah 0.658, 0.597, 0.519. Indeks similaritas pada lokasi I, II, dan III berkisar antara 46.91% - 62.56% dengan indeks similaritas tertinggi 62.56% yaitu antara lokasi II dan III. Produktivitas rerumputan pada lokasi I, II, dan III adalah 538.6 g/m2, 462.91 g/m2, dan 280.3 g/m2. Kata Kunci :Struktur, produktivitas, rerumputan, Simalungun


(14)

vii

THE STRUCTURE AND PRODUCTIVITY OF GRASSES IN TOBA LAKE AREA TOGU DOMU NAULI VILLAGE, DOLOK PARDAMEAN SUBDISTRICT, SIMALUNGUN REGENCY, NORTH SUMATRA

ABSTRACT

The Structure and Productivity of Grasses in Toba Lake Area Togu Domu Nauli Village, Dolok Pardamean Subdistrict, Simalungun Regency, North Sumatra has been studied from March to June 2012. The study site is determined by purposive sampling method and it is divided into three locations based on altitude with 20 plots of 1 x 1 m in size for each area. There are 21 species of grasses that belong to two families found at three study sites. The first area was dominated by Imperata cylindrica, the second was dominated by Leersia hexandra, and the third was dominated by Imperata cylindrica with importance values are 58.408 %, 72.202 %, and 81.316 %, respectively. The diversity index (H’) of grasses are 1.826, 1.432, 1.010 at area I, II, and III, respectively and equitability index (E) of grasses are 0.658, 0.597, 0.519 at area I, II, and III, respectively. The Similarity index of grasses range from 46.91% to 62.56%, with the highest similarity index is 62.56% that is found between area II and III. The productivity of grasses at area I, II, and III were 538.6 g/m2, 462.91 g/m2 and 280.3 g/m2.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rumput merupakan famili tumbuhan yang sangat luas penyebarannya, memiliki sistem perakaran serabut yang berperan dalam pembentukan struktur tanah, titik tumbuh yang terdapat pada pangkal tanaman memungkinkan tumbuh kembali setelah pemotongan dan memiliki kemampuan membantu menutup tanah dengan cepat pada saat fase pertumbuhan pertama. Sifat-sifat pertumbuhan ini sangat erat hubungannya dengan keadaan air, unsur hara, keadaan tanah, cahaya dan temperatur (Mcilroy, 1976).

Rerumputan yang terdapat pada suatu lahan dapat memperbaiki kondisi tanah dan membuat tanah menjadi lebih gembur. Lahan yang ditanami rumput juga tahan terhadap kekeringan, hal ini terjadi karena perakaran yang dalam (Gonggo et al., 2005). Sistem perakaran rerumputan berhubungan dengan ruang poros dan struktur tanah, karena sistem perakaran dari rumput memegang dan mengikat partikel-partikel tanah, dan membantu memperbaiki struktur tanah (Mcilroy, 1976).

Rumput sebagai penutup tanah berperan dalam menahan daya tumbuk butir-butir hujan secara langsung kepada permukaan tanah sehingga penghancuran agregat tanah dapat dicegah, selain itu dapat menghambat daya laju aliran air sehingga dapat mengurangi pengikisan dan penghanyutan partikel-partikel tanah. Menurut hasil penelitian, jenis rumput tertentu sangat baik dikembangkan dalam usaha mengawetkan tanah-tanah kritis, karena selain pertumbuhan dan perkembangannya cepat, juga menunjang pembentukan agregat tanah, dan mengikat partikel-partikel tanah dengan kuat (Kartasapoetra, 1990).

Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau


(16)

2

manajemen. Mcilroy (1976) dalam Sinaga (2008), menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor-faktor seperti persistensi, agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah, dan iklim. Resosoedarmo et al., (1989), menyatakan bahwa produktivitas pada berbagai macam ekosistem berbeda dan hal ini banyak berkaitan dengan berbagai faktor lingkungan, seperti iklim, topografi, sifat tanah, letak geografis, air dan ketinggian dari permukaan laut atau elevasi.

Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman, karena relatif mudah diukur dan merupakan gambaran semua peristiwa yang dialami tanaman untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu. Semakin besar ukuran biomassa tanaman semakin baik fungsinya sebagai penutup tanah, pelindung tanah dari erosi, penyumbang bahan organik dan sumber pakan ternak (Ahmad, 2009).

Kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun memiliki lahan terbuka dengan topografi berbukit yang didominasi oleh vegetasi rerumputan (BPS, 2010). Ciri-ciri utama lahan terbuka adalah gundul, terkesan gersang dengan produktivitas yang rendah dan bahkan muncul bebatuan di permukaan tanah. Umumnya lahan terbuka tersebut ditandai dengan vegetasi rerumputan yang mendominasinya (Aswandi dan Sunandar, 2007). Sejauh ini, data tentang informasi bagaimanakah struktur dan produktivitas rerumputan di kawasan ini belum pernah dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian tentang struktur dan produktivitas rerumputan di kawasan ini.

1.2. Permasalahan

Kawasan Danau Toba memiliki lahan terbuka yang relatif luas dan didominasi oleh rerumputan. Sejauh ini, struktur dan produktivitas rerumputan pada ketinggian yang berbeda di kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara belum diketahui.


(17)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan produktivitas rerumputan pada beberapa ketinggian di kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

1.4. Hipotesis

Terdapat perbedaan struktur dan produktivitas rerumputan pada beberapa ketinggian di kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ekologi berupa data tentang struktur dan produktivitas rumput kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, serta sebagai masukan informasi untuk peneliti selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput

Rumput dapat dikatakan sebagai salah satu tumbuh-tumbuhan darat yang paling berhasil dan terdapat dalam semua tipe tempat tumbuh dan pada bermacam-macam keadaan. Bentuk kehidupannya bervariasi dari tumbuh-tumbuhan berumur pendek sampai tumbuh-tumbuhan berumur panjang yang akan mati tergantung pada keadaan tempat tumbuhnya (Mcilroy, 1976). Rerumputan sering tumbuh cepat dan dapat mencapai ketinggian sedemikian rupa sehingga sangat menonjol dengan tumbuh menembus percabangan yang rendah-rendah pada pepohonan. Rumput seperti Pennisetum purpureum (rumput gajah) dapat mencapai ketinggian lebih dari lima meter (Ewusie, 1990).

Rumput menunjukkan kisaran toleransi yang luas, terutama dalam hubungannya dengan tipe-tipe dan kondisi-kondisi tanah. Reaksi terhadap berbagai macam kondisi dinyatakan dalam perkembangan akar, unsur-nsur hara dan keadaan air. Rumput tidak mengikat nitrogen, tetapi tergantung dalam dan luasnya sistem perakaran, dan jangka panjang menampung membantu menghasilkan bahan organik dalam jumlah yang banyak. Rumput-rumput tidak memperbaiki tanah yang hilang oleh erosi, tetapi sifat fisiknya, terutama bila terjadi penutupan yang lebat, membantu mengurangi pencucian, menahan butir debu yang dibawa dari tempat lain dan mengurangi hempasan air hujan pada permukaan tanah. Rumput-rumput berperan penting untuk pengawetan tanah (Mcilroy, 1976).

Rumput merupakan tumbuhan monokotil yang terdiri dari tiga famili yaitu Poaceae, Cyperacea, dan Juncaceae, namun di daerah tropik hanya ditemukan famili Poaceae dan Cyperaceae. Kedua famili ini memiliki perbedaan struktur, morfologi, dan penyebaran (Hipp, 2008).


(19)

2.1.1 Poaceae

Poaceae adalah tumbuhan perennial dan herba, bentuk seperti pohon tetapi tanpa penebalan sekunder, dinding sel, dan memiliki epidermis kuat. Batang biasanya slinder dan dengan ruas kosong (internodus). Akar sering dengan rambut-rambut akar tetapi juga sering dengan endomikorhiza, memiliki pelepah daun. Penyerbukan bunga biasanya dengan bantuan angin, dan biasanya biseksual (Gibson, 2009). Famili rumput (Poaceae) adalah famili terbesar keempat tanaman berbunga di dunia dan berjumlah sekitar 11.000 spesies dengan 800 marga. Ciri-ciri yang paling penting dari rumput adalah biji yaitu kulit biji menyatu dengan dinding buah yang dikenal sebagai kariopsis. Endosperm kaya akan pati, walaupun juga terdiri dari protein dan lipid. Embrio terletak pada bagian basal dari caryopsis dan mengandung lebih banyak protein, lemak, dan vitamin (Peterson dan Soreng, 2007).

Anggota dari famili ini bersifat kosmopolit dalam penyebarannya. Tumbuhan ini biasanya tersebar di kawasan beriklim sedang, tetapi juga terdapat di kawasan tropik dan sub tropik. Contoh dari famili ini yaitu Poa, Festuca, Andropogon, Cynodon, Cymbopogon, dan bambu. Kemampuan adaptasi yang besar dari pada spesises lainnya memungkinkan famili ini untuk tetap bertahan pada berbagai kondisi (Pandey, 2003).

2.1.2 Cyperaceae

Cyperaceae berbatang kokoh, berbentuk segitiga, dan tidak memiliki pelepah daun. Ruang udara ditemukan di batang dan di daun dan memiliki bunga majemuk yaitu spikelet. Satu bagian dari bunga majemuk dikenal sebagai spikelet yang ditemukan juga pada famili Poaceae. Bunga bersifat hermaprodit atau uniseksual. Androecium biasanya terdiri atas tiga benang sari dan jarang terdiri dari enam benang sari. Gynoecium terdiri dari tiga karpel atau dua karpel. Anggota dari famili ini bersifat kosmopolit dalam penyebarannya. Tumbuhan ini dapat tumbuh baik di tanah humus, dan famili ini populer dengan sebutan sedges (Pandey, 2003). Sedges tumbuh di pegunungan dan hutan, padang rumput kering, padang rumput sedges, lahan gambut dari segala jenis, dataran tinggi, selokan dan pinggir jalan, dan habitat lainnya. Sedges membentuk komponen penting sebagai tumbuhan bawah hutan, menyediakan makanan untuk unggas air dan habitat untuk invertebrata (Hipp, 2008).


(20)

6

2.2 Manfaat Rumput

Kartasapoetra (1990), menyatakan beberapa manfaat dalam mengembangkan tanaman rerumputan pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringin, mengalami pengikisan dan penghanyutan bagian-bagian tanahnya adalah :

a. Mengendalikan pengikisan dan penghanyutan tanah serta konservasinya dengan laju pesatnya aliran air permukaan

b. Kegunaan tanah menjadi lebih baik dan menguntungkan

2.3 Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Suatu vegetasi yang dipelajari atau diselidiki merupakan komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Tujuan dari analisis vegetasi adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dianalisis. Hasil analisis vegetasi tumbuhan disajikan dengan mendeskripsi komposisi spesies dan struktur komunitasnya (Indriyanto, 2006).

Struktur vegetasi tumbuhan merupakan hasil penataan ruang oleh komponen penyusun tegakan dan bentuk hidup, stratifikasi dan penutupan vegetasi yang digambarkan melalui keadaan diameter, tinggi, penyebaran dalam ruang, keanekaragaman tajuk serta kesinambungan jenis. Struktur suatu ekosistem dengan komposisinya akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan atau habitatnya. Komposisi vegetasi tumbuhan merupakan variasi jenis flora yang menyusun suatu komunitas, atau merupakan daftar floristik dari jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang ada dapat diketahui dari pengumpulan atau koleksi secara periodik dan diidentifikasi di lapangan. Daftar floristik sangat berguna karena dapat dipakai sebagai salah satu parameter vegetasi untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan dalam komunitas (Fachrul, 2007).


(21)

2.4 Biomassa

Proses metabolisme merupakan proses fisiologi yang terdapat pada tubuh organisme hidup dan proses ini menjadi ciri yang membedakan antara organisme hidup dengan benda mati. Metabolisme meliputi proses anabolisme dan katabolisme. Anabolisme yaitu proses penyusunan (asimilasi) kimiawi yang dilakukan dalam proses fotosintesis dan menghasilkan zat-zat kimia seperti karbohidrat, protein, lemak dan sebagainya. Katabolisme yaitu proses pembongkaran (disimilasi) energi yang tersimpan dalam zat-zat kimia hasil anabolisme untuk menyelenggarakan proses kehidupan, katabolisme ini dikenal juga sebagai proses respirasi. Hasil dari kegiatan metabolisme adalah pertumbuhan dan penambahan biomassa dan penimbunan biomassa disebut produksi (Indriyanto, 2006).

Energi matahari yang diubah menjadi energi kimia oleh tumbuh-tumbuhan hijau digunakan untuk memebentuk bahan-bahan organik tumbuhan dan hewan, yang makin tinggi kadar energinya. Bahan-bahan tersebut lazim disebut dengan nama biomas dan dinyatakan dengan unit produksi fotosintesa kotor per luas tertentu. Kesatuan atau derajat produksi (produktivitas) dalam ekosistem dinyatakan dalam berat (berat kering oven) atau kalori per satuan luas (meter persegi) dan persatuan waktu (hari, bulan dan tahun) (Thohir, 1991). Lebih lanjut Brown (1997), menyatakan bahwa biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau volume tertentu. Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas.

Biomassa tersusun secara unik yang membedakan antara satu spesies dengan spesies yang lain. Secara umum ada tiga kelompok besar penyusun biomassa pada tanaman yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Ketiga kelompok senyawa ini biasanya ditemukan secara bersama-sama dengan perbandingan tertentu yang unik yang didasarkan atas spesies, umur tanaman atau bagian tanaman dan keadaan lingkungan tempat tanaman itu hidup (Glazer and Nikaido, 2007 dalam Ambriyanto, 2010). Biomassa untuk rerumputan dapat ditaksir dengan memanen, mengeringkan, dan menimbang tumbuhan utuh di suatu daerah tertentu (Ewusia, 1990).


(22)

8

2.5 Bahan Organik Tanah

Tanah sebagai tubuh alam, sangat berperan dalam menopang kelangsungan hidup makhluk hidup. Dibidang budidaya pertanian, tanah berperan dalam hal penyediaan unsur hara dan sebagai tempat tumbuhnya tanaman, karena tanah mempunyai struktur lemah atau kondisi gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Pramuhadi dan Sembiring, 2001). Keberadaan bahan organik dalam tanah seringkali dijadikan sebagai indikator umum kesuburan tanah. Mcilroy (1976), menyatakan bahwa terdapat empat unsur hara utama yang diperlukan untuk pertumbuhan rerumputan yaitu nitrogen, fosfor, kalium dan kalsium.


(23)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan Juni 2012 di Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, Laboratorium Sistematika Tumbuhan Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Laboratorium Ilmu Dasar Universitas Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi Area a) Letak dan Luas

Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Sumatera Utara (Lampiran 1) secara administratif terletak 02 49’ 22,58” LU dan 98 45’ 16,79” BT dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Raya Sebelah Barat : Kecamatan Purba Sebelah Selatan : Kecamatan Sidamanik Sebelah Timur : Kecamatan Panei b) Topografi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya memiliki topografi berbukit, relatif bergelombang sampai dengan curam.

c) Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim oleh Schmidt dan Ferguson, maka iklim daerah Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun termasuk dalam tipe A. Suhu rata-rata adalah 25,5 0C dengan suhu terendah 21,1 0C dan tertinggi 31,5 0C.


(24)

10

d)Curah Hujan

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika Marihat, diperoleh data curah hujan kawasan Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun adalah rata-rata 246,83 mm pertahunnya.

d) Vegetasi

Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan yaitu dari famili Gramineae, Cyperaceae, Eucalyptus urophylla, Pinus mercusii, Coffea sp., Alleurites mollucana, Calliandra calithyrsus, Cinnamomum burmanii, Toona sureni, Ficus benjamina, Mangifera sp.

3.3 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuadrat bambu, meteran/pita ukur, soil tester, lux meter, altimeter, pH meter, GPS, kamera (dokumentasi), oven, timbangan, bor tanah, alat tulis dan buku lapangan, buku identifikasi.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah label gantung, tali raffia, lakban, alkohol 70%, kantung plastik 15 kg, kanting plastik 10 kg, dan kertas koran.

3.4 Metode Penelitian

Penentuan areal lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Purposive sampling. Pengambilan data pada areal penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat secara beraturan (systematic sampling). Pengambilan contoh biomassa tumbuhan rumput dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman (destructive).Analisis tanah dilakukan dengan pengukuran kandungan unsur karbon, unsur nitrogen, unsur fosfor, unsur kalium, dan unsur kalsium.


(25)

3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Di Lapangan

a) Struktur Rerumputan

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat secara beraturan (systematic sampling). Lokasi penelitian dibagi tiga berdasarkan ketinggian yakni :

o lokasi I : 1000 mdpl o lokasi II : 1100 mdpl o lokasi III : 1200 mdpl

Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat 1 jalur transek dengan panjang 220 m, pada setiap jalur transek tersebut diletakkan 20 plot berukuran 1x1 m dengan jarak antar plot 10 m. Ukuran plot digunakan sesuai dengan pendapat Oosting (1956) dalam Soerianegara dan Indrawan (1998) yaitu berukuran 1x1 m (Lampiran 2).

Spesimen rerumputan yang terdapat di dalam plot kuadrat 1x1 m, dikoleksi dan diberi label gantung setelah lebih dahulu dicatat ciri-ciri morfologinya. Spesimen dibungkus dengan koran, dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi alkohol 70%. Kantong plastik berisi spesimen ditutup dengan lakban dan dibawa ke laboratorium Sistematika Tumbuhan FMIPA USU untuk diidentifikasi.

Dilakukan pengukuran faktor abiotik yang meliputi: pengukuran suhu udara dengan termometer, kelembaban udara dengan higrometer, ketinggian tempat dengan alti meter, dan intensitas cahaya dengan lux meter.

b) Biomassa Rerumputan

Pengambilan contoh data biomassa dilakukan pada plot-plot contoh berukuran 1x1 m saat analisis vegetasi, dengan enam petak contoh pada masing-masing lokasi penelitian sehingga terdapat 18 plot contoh data biomassa pada seluruh lokasi penelitian. Rerumputan yang terdapat di dalam plot kuadrat 1x1 m dicabut, dimasukkan ke dalam plastik, diberi label sesuai dengan plot dan ditimbang berat basah. Semua kantong plastik berisi vegetasi rerumputan dimasukkan dalam karung besar untuk dibawa ke dalam laboratorium.


(26)

12

c) Kadar Air Tanah

Penentuan kadar air tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah pada masing-masing lokasi penelitian dengan menggunakan bor tanah sampai kedalaman 20 cm secara diagonal, dihomogenkan, diambil 100 g sampel tanah, dan dibawa ke laboratorium untuk di oven.

d) Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan bor tanah sampai kedalaman 20 cm dengan sistem diagonal pada masing-masing lokasi penelitian, sampel tanah yang diambil di homogenkan, diambil sebanyak 100 g untuk dianalisis di laboratorium, dan ditentukan pH tanah, kadar karbon (C) organik, nitrogen (N), kalsium (Ca), kalium (K), Fosfor (P) (Mukhlis, 2007).

3.5.2 Di Laboratorium a) Identifikasi Tumbuhan

Spesimen yang berasal dari lapangan dikeringkan dengan menggunakan oven yang selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku-buku acuan antara lain : 1) Plant Classification (Benson , 1957).

2) Rumput Pegunungan (Sastrapradja & Afriastini, 1981). 3) Flora (Van Steenis, 1987).

4) Weeds of Rice in Indonesia (Soerjani, Kostermans dan Tjitrosoepomo, 1987). 5) Tumbuhan Monokotil (Sudarnadi, 1995).

6) Prosea, Plant Resources of South-East Asia 4 (Volkenburg dan Bunyapraphatsara, 2002).

b) Pengukuran Biomassa

Spesimen-spesimen rerumputan dari lapangan dibawa ke dalam laboratorium. pengukuran biomassa rerumputan dilakukan dengan mengeringkan spesimen didalam oven pada suhu 80 ºC selama 2 x 24 jam sampai suhu konstan. Ditimbang berat keringnya dan dicatat (Hariah dan Rahayu, 2007).


(27)

c) Pengukuran Kadar Air Tanah

Tanah dari lapangan dibawa ke dalam laboratorium. Pengukuran kadar air tanah dilakukan dengan mengeringkan tanah didalam oven pada suhu 105 ºC selama 24 jam sampai suhu konstan. Ditimbang dan dicatat berat keringnya (Wirosoedarmo, 2005). d) Analisis Tanah

Sampel tanah yang dibawa dari lapangan dikeringkan di ruangan terbuka yang tidak langsung terkena sinar matahari. Pengeringan di ruangan terbuka dapat dilakukan dengan menempatkan sampel tanah pada wadah yang permukaannya luas. Wadah dilapisi dengan plastik agar tidak terkontaminasi. Sampel tanah ditabur secara merata agar lebih cepat kering dan temperatur udara tidak lebih dari 35 0 C. Dianalisis unsur hara karbon, nitrogen, kalsium, kalium, fosfor pada tanah di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Proses dan perhitungan analisiss tanah mengacu pada Mukhlis, 2007.

e) Proses Analisis Tanah

Penetapan C-organik dengan Metode Walkley & Black

Sampel tanah kering ditimbang 0,5 g, sampel tanah kering dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc, ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N dan secara perlahan-lahan ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat, yang digoncang selama 3-4 menit, didiamkan selama 30 menit. Ditambahkan 100 ml aquadest dan 5 ml H3PO4 85%, NaF 4% 2,5%, ditambahkan 5 tetes diphenilamine, digoncang sehingga terbentuk larutan berwarna biru tua kehijauan. Dititrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N hingga larutan berubah warna menjadi hijau terang.

Penetapan Nitrogen (N) dengan Metode Kjeldhal

Pengukur kandungan nitrogen pada tanah ada beberapa tahap, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Pada tahapan destruksi dimulai dengan menimbang 2 g sampel tanah dan ditempatkan pada tabung digester. Ditambahkan 2 g katalis campuran (sebanyak sampel tanah) dan ditambahkan 10 ml H2O, ditambahkan 10 ml campuran H2SO4 - asam salisilat dan dibiarkan selama 24 jam. Didestruksi dengan menggunakan alat Digestor (Kjeldhaltherm) pada suhu rendah dan dinaikkan secara bertahap hingga larutan menjadi jernih (temperatur < 200 ºC), setelah larutan jernih suhu dinaikkan


(28)

14

dan dilanjutkan selama 30 menit. Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 ml H2O.

Pada tahapan destilasi, ditempatkan tabung destruksi pada alat destilasi, ditambahkan 25 ml H3BO3 4% yang ditempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan ditambahkan 3 tetes indikator campuran, yang ditempatkan sebagai penampung hasil destilasi. Ditambahkan 25 ml NaOH 40% ke tabung destilasi dan langsung didestilasi. Amoniak hasil destilasi ditampung pada erlenmeyer yang berisi H3BO3, destilasi dihentikan jika larutan pada erlenmeyer menjadi berwarna hijau dan volumenya mencapai ± 75 ml. Pada tahapan titrasi, dipindahkan erlenmeyer hasil destilasi dan dititrasi dengan HCl 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari hijau menjadi merah.

Penetapan Fosfor dengan Metode Bray II

Ditimbang 2 g contoh tanah dan ditempatkan pada gelas erlenmeyer 250 cc. Ditambahkan larutan Bray II sebanyak 20 ml dan digoncang pada shaker selama 30 menit. Disaring dengan kertas saring Whatman nomor 42. Dipipet filtrat sebanyak 5 ml dan ditempatkan pada tabung reaksi. Ditambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml dan dibiarkan selama 5 menit. Diukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm. Disaat bersamaan dipipet juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0 - 0,5 - 1,0 - 2,0 - 3,0 - 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, ditambahkan 10 ml pereaksi fosfat B. Diukur transmitan standar pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.

Penetapan Kalium Tukar Tanah

Ditampung hasil perkolasi (perkolat) dari penetapan kapasitas tukar kation pada erlenmeyer. Diukur absorben perkolat pada Flamephotometer atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Diukur larutan standar K dengan konsentrasi 0 - 10 - 20 - 30 dan 40 ppm K pada Flamephotometer atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).


(29)

3.6 Analisis Data

a) Analisis Vegetasi Rerumputan

Data vegetasi rerumputan yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keragaman (Indriyanto, 2006). Jumlah Individu

Kerapatan = Luas Keseluruhan Plot K Suatu Spesies

K Relatif = X 100 % K Total Seluruh Spesies

Jumlah Plot Ditemukan Suatu spesies Frekuensi =

Jumlah Seluruh Plot F Suatu Spesies

F Relatif = X 100 % F Seluruh Spesies

Indeks Nilai Penting = K relatif (KR) + F relatif (FR)

Indeks KeanekaragamanShannon –Wiener

H’= -Σpi Ln pi Ni

pi = N dengan :

ni = jumlah individu suatu jenis N = jumlah total individu seluruh jenis Indeks Keragaman

H’ E =

H maks Keterangan :

E = Indeks keseragaman H’ = Indeks keragaman H Maks = Indeks Keragaman Maksimum, sebesar LnS S = Jumlah Genus/ spesies


(30)

16

Indeks Similaritas

2C

IS = X 100 % A + B

Keterangan:

A = Jumlah jenis yang terdapat pada lokasi A B = Jumlah jenis yang terdapat padalokasi B

C = Jumlah jenis yang terdapat pada kedua lokasi yang dibandingkan b) Perhitungan Biomassa

Menurut Hariah dan Rahayu (2007) perhitungan biomassa pada rerumputan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Total Biomassa = BK1 + BK2 + BK3 …..BKn Total Berat Kering (g) Biomassa per satuan luas =

Luas Area (m2)

Perhitungan Kadar Air Tanah

Kadar air tanah dihitung berdasarkan persamaan (Rasyid et al., 2010)

BB -BK

% Kadar air = X 100 % BK

Keterangan: BB = Berat Basah BK = Berat Kering

Perhitungan Kandungan Karbon (C) Organik dan Nitrogen (N) Perhitungan Kandungan Karbon (C) Organik

Perhitungan C-organik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Corg=5 x�1- T

S�x 0,003 x 1 0,77x

100 BCT

Dimana T= volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N dengan tanah, S= volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N blanko (tanpa tanah), 0,003= 1 ml K2Cr2O7 1 N + H2SO4 mampu mengoksidasi 0,003 g C-organik, 1

0,77= pada metode ini hanya 77% C-organik


(31)

Perhitungan Kandungan Nitrogen (N)

Perhitungan nitrogen (N) dihitung dengan menggunakan rumus berikut: ml titrasi (contoh-blanko) x NHCl x 14 x 100

N (%) = Berat Contoh Tanah x 1000

Perhitungan Kandungan Fosfor (P)

Perhitungan fosfat (P) dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Plrt x 20 x faktor pengencer

Pavl (ppm)= 2

Perhitungan Kandungan Kalium

Perhitungan Kalium (K) dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Klrt x 20 x faktor pengencer

Ktukar (me/100g) = 390

Analisis Korelasi

Analisis korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan metode komputerisasi spss ver 17,00. Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara bahan organik tanah, kadar air tanah, dan intensitas cahaya dengan biomassa rerumputan (Lampiran 10).


(32)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Rerumputan di Lokasi Penelitian

Penelitian di Kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun, menemukan 21 jenis rumput seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Jenis-Jenis Rumput Yang Terdapat Pada Lokasi Penelitian

No Famili Spesies Lokasi

I II III

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cyperaceae Cyperus cyperoides Cyperus iria Cyperus pumilus Cyperus rotundus Fimbristylis ovata Fimbristylis tomentosa Kyllinga brervifollius Kyllinga monocephala Scleria lacustris - 28 28 83 54 24 - 37 198 52 - - 61 33 37 23 - 87 - - - - - - - 16 - 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Poaceae Botriochloa glabra Sorghum nitidium Digitaria violascens Echinochloa colonum Echinochloa sp. Eleusine indica Eragrostis sp. Imperata cylindrica Leersia hexandra Saccioplepsis indica Setaria geniculata Themeda gigantea 828 447 32 47 129 - - 2388 1109 207 82 - - 109 - - - - - 986 2015 378 - 98 - 34 - - - 10 28 1025 729 - - 59

Jumlah Individu 5721 3879 1901

Jumlah Jenis 16 11 7

Keterangan:

Lokasi I ketinggian : 1000 mdpl Lokasi II ketinggian : 1100 mdpl


(33)

Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa di kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli terdapat dua famili rumput yang terdiri dari 21 jenis. Pada lokasi I terdapat 16 jenis dengan jumlah individu 5.721, pada lokasi II terdapat 11 jenis dengan jumlah individu 3.879, sedangkan pada lokasi III terdapat 7 jenis dengan jumlah individu sebanyak 1.901. Jumlah individu jenis famili Poaceae yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian sebanyak 10.740, sedangkan jumlah individu dari famili Cyperaceae sebanyak 765 individu. Perbedaan jumlah jenis dari dua famili tersebut dan jumlah individu diduga akibat perbedaan respon terhadap faktor lingkungan alam sebagai penyusun habitat yang beragam seperti iklim, penetrasi cahaya, kadar air tanah, pH tanah dan temperatur. Suin (2003), menyatakan bahwa penyebaran suatu organisme juga tergantung pada tanggapannya terhadap faktor lingkungan. Organisme yang dapat hidup pada selang faktor lingkungan yang lebar akan cenderung tersebar luas pula di permukaan bumi ini, sebaliknya jenis organisme yang dapat hidup pada selang faktor lingkungan yang sempit penyebarannya sangat terbatas.

Dari tiga lokasi, jumlah jenis dan jumlah individu terendah ditemukan di lokasi III. Rendahnya jumlah jenis dan jumlah individu rerumputan di lokasi III tidak terlepas dengan faktor abiotik lingkungannya. Hasil pengukuran faktor fisik dilapangan diperoleh bahwa suhu udara dan intensitas cahaya pada lokasi III lebih tinggi dari pada lokasi lainnya. Kondisi ini mengakibatkan kelembaban di lokasi III semakin rendah. Selanjutnya, kadar air tanah di lokasi III juga lebih rendah dari lokasi lainnya. Hal ini diduga akibat jumlah individu di lokasi III lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah individu di lokasi lainnya. Mcnaughton & Wolf (1990), menyatakan bahwa iklim, intensitas cahaya, ketersediaan air, dan temperatur merupakan variabel-variabel yang berhubungan dengan sifat-sifat umum rumput.

Jumlah jenis dan jumlah individu yang paling banyak ditemukan dari ketiga lokasi penelitian adalah dari famili Poaceae yaitu Imperata cylindrica dan Leersia hexandra. Dari ketiga famili rerumputan, Poaceae merupakan famili yang paling banyak ditemukan di permukaan bumi dibandingkan dengan famili Cyperaceae dan Juncaceae. Famili Poaceae merupakan salah satu tumbuhan pionir yang dapat berkembang baik secara vegetatif maupun generatif pada lokasi terbuka, sehingga memiliki kisaran toleransi yang luas dan memiliki sifat tumbuhan kosmopolit. Hal ini sesuai dengan Aththorick (2005), yang menyatakan bahwa suku Poaceae memiliki


(34)

20

jumlah jenis dan jumlah total individu tertinggi karena semua anggota suku ini merupakan tumbuhan bawah, mudah dipencarkan karena memiliki alat perkembangbiakan yang ringan serta persyaratan hidupnya yang sederhana sehingga mudah hidup pada berbagai tipe habitat.

Pada ketiga lokasi terdapat 3 jenis rumput dari kelompok Poaceae yang selalu ditemukan yaitu, Imperata cylindrica, Leersia hexandra, dan Sorghum nitidium. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis ini memiliki kemampuan adapatasi yang besar dan penyebaran yang luas. Imperata cylindrica merupakan rumput yang sangat luas penyebarannya. Rumput ini mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat melalui biji maupun rhizom. Tumbuhan ini mampu tumbuh pada tempat yang kering, tempat yang subur atau tandus sekalipun dan dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka dengan intensitas cahaya yang tinggi. Steenis (1975), menyatakan, Imperata cylindrica kebanyakan tumbuh pada daerah kering dengan intensitas cahaya yang tinggi. Jenis ini dapat ditemukan pada ketinggian 1- 2700 m dari permukaan laut. Rumput ini sukar diberantas karena terdapat banyak tunas pada rhizomnya yang menyebar di bawah permukaan tanah.

Leersia hexandra merupakan salah satu jenis rumput yang mempunyai tingkat penyebaran yang luas. Spesies ini mampu beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya dan dapat memperbanyak diri dengan biji dan rhizom, sehingga dapat mendominasi pada suatu lokasi. Syarif (2009), menyatakan Leersia hexandra dinamakan pepadian, memiliki bulir seperti bulir padi dengan ukuran lebih kecil. Rumput ini tumbuh pada daerah-daerah kering dan ditemukan sampai pada ketinggian 1750 m dari permukaan laut. Sorghum nitidium merupakan jenis yang memiliki penyebaran yang luas. Tumbuhan ini mampu berkembang biak secara vegetatif dan generatif serta memiliki biji yang mudah diterbangkan oleh angin sehingga memudahkan pemencaran. Sastrapradja & Afriastini (1981), menyatakan bahwa Sorghum nitidium dapat ditemukan pada ketinggian 5 sampai 1400 m dari permukaan laut.

Jenis rerumputan yang ditemukan pada setiap lokasi penelitian berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perbedaan kemampuan adaptasi dari setiap jenis rerumputan terhadap lingkungan di masing-masing lokasi penelitian. Jenis rumput


(35)

yang terdapat di lokasi I dan II adalah Cyperus rotundus, Fimbristylis ovata, Fimbristylis tomentosa, Scleria lacustris, dan Saccioplepis indica. Hal ini menunjukkan bahwa kelima jenis ini hanya mampu beradaptasi pada lingkungan di lokasi I dan II. Menurut Steenis (1975), Cyperus rotundus dapat tumbuh di bermacam-macam keadaan tanah dan ditemukan pada ketinggian 1-1000 m. Genus Fimbristylis dapat tumbuh di bermacam-macam keadaan tanah yang kering pada ketinggian 1-1000 m. Sastrapradja & Afriastini (1981), menyatakan bahwa Saccioplepis indica merupakan rumput yang tidak saja tumbuh di tempat basah seperti rawa atau parit, akan tetapi dapat tumbuh dengan subur di tempat yang kering.

Jenis rumput yang terdapat di lokasi I dan III adalah Kylingga monocepala. Menurut Steenis (1975), Kylingga monocepala dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m. Kylingga monocepala tidak ditemukan di lokasi II dikarenakan Kylingga monocepala tidak dapat beradaptasi dengan keadaan abiotik di lokasi II. Jenis rumput yang terdapat di lokasi II dan III adalah Themeda gigantea. Jenis rumput ini tumbuh tegak dan memiliki ukuran yang lebih tinggi dari jenis rumput lainnya.

Dari 16 jenis yang ditemukan di lokasi I, tujuh jenis diantaranya adalah Botriochloa glabra, Setaria geniculata, Cyperus iria, Cyperus pumilus, Digitaria violascens, Echinochloa colonum, dan Echinochloa sp. Sastrapradja & Afriastini (1981), menyatakan bahwa Botriochloa glabra mampu berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Tumbuhan ini memiliki masa perbungaan sepanjang tahun dan perbanyakannya dapat melalui rimpang dan bulirnya. Rimpangnya sangat tahan terhadap keadaan yang kurang menguntungkan karena tahan terhadap kekeringan. Umumnya ditemukan pada ketinggian 1-900 m, namun pada lokasi penelitian rumput ini ditemukan sampai pada ketinggian 1000 m. Rumput Setaria geniculata mampu tumbuh mulai dari pantai sampai tempat yang berbatu-batu pada ketinggian 1000 m. Cyperus merupakan jenis rumput teki-tekian dan sangat mudah ditemukan. Menurut Steenis (1975), Cyperus dapat ditemukan di bermacam-macam keadaan tanah. Umumnya ditemukan pada ketinggian 1-1000 m. Menurut Steenis (1975), Digitaria dapat ditemukan pada segala macam keadaan tempat dan ditemukan pada ketinggian 1-1800 m, tetapi pada lokasi penelitian rumput ini hanya ditemukan sampai pada ketinggian 1000 m.


(36)

22

Jenis rumput yang hanya terdapat di lokasi II adalah Kyllinga brervifollius dan Cyperus cyperoides. Kedua spesies ini hanya mampu tumbuh dan beradaptasi di ketinggian 1100. Jenis rumput yang hanya terdapat di lokasi III adalah Eleusine indica dan Eragrostis sp. Steenis (1975), menyatakan bahwa Eleusine indica dapat ditemukan di tempat terbuka dengan intensitas cahaya yang tinggi dan terdapat juga di tanah-tanah keras. Lokasi III merupakan lokasi terbuka dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi. Sehingga hal ini mungkin yang menyebabkan jenis ini hanya terdapat di lokasi III. Eragrostis sp. dapat tumbuh subur di tanah yang kering, tumbuhnya berkelompok dalam jumlah banyak, akan tetapi lebih umum dijumpai tumbuh bercampur dengan jenis rumput lain.

4.2 Nilai KR, FR dan INP

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tiga lokasi berdasarkan ketinggian yang berbeda, di Kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun nilai KR, FR, dan INP untuk rerumputan dapat dilihat pada tabel 4.2.


(37)

Tabel 4.2. Nilai KR, FR dan INP Rerumputan

No Spesies Lokasi I Lokasi II Lokasi III

KR (%) FR (%) INP (%) KR (%) FR (%) INP (%) KR (%) FR (%) INP (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Imperata cylindrica Leersia hexandra Botriochloa glabra Sorghum nitidium Scleria lacustris Saccioplepsis indica Cyperus rotundus Echinochloa sp. Setaria geniculata Fimbristylis ovata Echinochloa colonum Kyllinga monocephala Digitaria violascens Cyperus iria Cyperus pumilus Fimbristylis tomentosa Themeda gigantea Cyperus cyperoides Kyllinga brervifolius Eragrostis sp. Eleusine indica 41.741 19.385 14.473 7.813 3.461 3.618 1.451 2.255 1.433 0.944 0.822 0.647 0.559 0.489 0.489 0.420 16.667 15.000 13.333 13.333 7.500 6.667 4.167 3.333 3.333 3.333 3.333 2.500 2.500 1.667 1.667 1.667 58.408 34.385 27.806 21.147 10.961 10.285 5.617 5.588 4.767 4.277 4.155 3.147 3.059 2.156 2.156 2.086 25.419 51.946 2.810 2.243 9.745 0.851 0.954 2.526 1.341 0.593 22.093 23.256 9.302 9.302 6.977 3.488 4.651 9.302 4.651 3.488 47.512 75.202 12.112 11.545 16.772 4.339 5.605 11.829 5.992 4.081 53.919 38.348 1.789 0.842 3.104 1.473 0.526 27.397 27.397 12.329 8.219 12.329 6.849 5.479 81.316 65.745 14.117 9.061 15.432 8.322 6.005


(38)

24

Tabel 4.2 menunjukkan Kerapatan Relatif tertinggi di lokasi I ditemukan pada Imperata cylindrica dengan nilai sebesar 41,741 %, di lokasi II ditemukan Leersia hexandra dengan nilai sebesar 51,946 %, dan lokasi III Imperata cylindrica dengan nilai sebesar 53,919 %. Tingginya nilai ini menunjukkan banyaknya jenis tersebut di Desa Togu Domu Nauli. Syahbudin (1987) dalam Pitra (2008), menyatakan bahwa Kerapatan Relatif dari masing-masing jenis merupakan gambaran persentase penyebaran suatu jenis tumbuhan pada suatu areal yang disebabkan oleh faktor penyebaran, daya tumbuh biji dan faktor lingkungan. Dengan demikian semakin besar KR maka jenis tersebut cenderung tesebar merata pada suatu areal.

KR terendah di lokasi I ditemukan pada Fimbristylis tomentosa dengan nilai sebesar 0,420 %, di lokasi II Kyllinga brervifolius dengan nilai sebesar 0,593 %, dan di lokasi III Eleusine indica dengan nilai sebesar 0,526 %. Kerapatan Relatif terendah menunjukkan bahwa jenis-jenis dari famili tersebut mempunyai jumlah yang paling sedikit ditemukan, dan memiliki penyebaran yang sempit. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang ekstrim bagi tumbuhan itu sendiri seperti suhu yang tinggi, kelembaban yang rendah, pH rendah, unsur hara tanah yang sedikit, angin yang kuat serta intensitas cahaya yang tinggi. Resosoedarmo et al., (1989), menyatakan bahwa dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada batas yang nyata antara keduanya, sebab kedua-duanya dapat saja beroperasi secara bersama-sama atau saling mempengaruhi, misalnya saja kondisi tanah, topografi, elevasi dan iklim.

Frekuensi Relatif (FR) tertinggi di lokasi I ditemukan pada Imperata cylindrica dengan nilai sebesar 16,667 %, di lokasi II Leersia hexandra dengan nilai sebesar 23,256 %, dan di lokasi III adalah Imperata cylindrica dan Leersia hexandra dengan nilai sebesar 27,397 %. Frekuensi Relatif (FR) terendah pada lokasi I ditemukan pada Cyperus iria, Fimbristylis tomentosa dan Cyperus pumilus dengan nilai sebesar 1,667 %, pada lokasi II ditemukan pada Cyperus rotundus, Fimbristylis ovata dan Kyllinga brervifolius dengan nilai sebesar 3,488 %, dan pada lokasi III ditemukan pada Eleusine indica dengan nilai sebesar 5,479 %.


(39)

Tingginya nilai FR menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada masing-masing lokasi, mampu bertahan hidup dan berkembang serta memiliki penyebaran yang luas. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut toleran terhadap kondisi yang ada. Sebaliknya, jika semakin sedikit jumlah jenis yang terdapat pada masing-masing lokasi berarti semakin kecil frekuensi jenis tersebut. Loveless (1989), menyatakan bahwa sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh pada kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas. Selanjutnya Indriyanto (2006), menyatakan bahwa sesungguhnya frekuensi dapat menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam suatu habitat meskipun belum dapat menggambarkan tentang pola penyebarannya. Spesies organisme yang penyebarannya luas akan memiliki nilai frekuensi yang besar pula.

INP rerumputan pada lokasi I berkisar antara 2,086 % - 58,408 %. Lokasi II berkisar antara 4,081 % - 75,202 % dan di lokasi III berkisar antara 6,005 % - 81,316 %. INP tertinggi pada lokasi I dan III terdapat pada Imperata cylindrica dan INP tertinggi pada lokasi II terdapat pada Leersia hexandra. Kemampuan Imperata cylindrica dan Leersia hexandra dalam menempati sebagian besar lokasi penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis ini merupakan jenis dominan yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan pada seluruh wilayah penelitian.

Resosoedarmo et al., (1989), menyatakan bahwa suatu jenis dalam suatu komunitas menentukan atau mengendalikan kehadiran jenis lain disebut jenis dominan atau dapat dikatakan sebagai jenis yang berkuasa. Selanjutnya Indriyanto, 2006, menyatakan bahwa spesies-spesies yang dominan (yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar.

4.3 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman

Indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman vegetasi rerumputan dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(40)

26

Tabel 4.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Rerumputan

Lokasi H’ E

I II III

1,826 1,432 1,010

0,658 0,597 0,519

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman berkisar dari 1,010 sampai 1, 826. Indeks keanekaragaman ini menunjukkan jumlah jenis diantara jumlah total individu seluruh jenis yang ada di lokasi penelitian termasuk dalam kategori sedang. Menurut Mason (1980), menyatakan bahwa jika indeks keanekaragaman lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenis rendah, jika diantara 1-3 berarti keanekaragaman sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenis tinggi. Hal ini dikarenakan keadaan faktor lingkungan yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan penyebaran sehingga keanekaragaman rerumputan tergolong sedang. Keadaan ini sejalan dengan Resosoedarmo et al., (1989), menyatakan bahwa keadaan lingkungan dan faktor fisik kimia lingkungan juga mempengaruhi keanekaragaman dan keseragaman jenis tumbuhan di suatu lokasi. Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin akan unsur-unsur hara, dan pegunungan tinggi. Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan yang optimum.

Indriyanto (2006), menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan, sedangkan suatu komunitas dikatakan memiliki kenekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies.

Indeks keseragaman rerumputan didapat dengan membandingkan nilai H’ dengan total jumlah jenis atau genus (ln s) yang terdapat pada suatu lokasi. Indeks keseragaman berkisar dari 0,519 sampai 0,658. Indeks Keseragaman yang tertinggi tedapat pada lokasi I, hal ini menunjukkan bahwa keseragaman jenis pada lokasi I lebih tinggi dari pada lokasi lain. Menurut Krebs (1985), keseragaman dikatakan


(41)

Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman di lokasi I, II, dan III dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman

4.4 Indeks Similaritas

Hasil analisis data menunjukkan indeks similaritas rerumputan pada tabel berikut. Tabel 4. 4. Indeks Similaritas Rerumputan

IS I (%) II(%) III(%)

I (%) 54,5 46,91

II (%) 62,56

III (%)

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa indeks similaritas rumput tertinggi terdapat antara lokasi II dan III yaitu 62,56 %. Hal ini menunjukkan bahwa jenis yang ada di kedua lokasi memiliki kesamaan jenis. Indeks similaritas terendah terdapat di lokasi I dan III yaitu 46,91 %. Semakin tinggi nilai indeks similaritas maka semakin tinggi tingkat kesamaan jenis dari rerumputan yang ada di kedua lokasi tersebut. Indriyanto (2006), menyatakan Indeks kesamaan atau index of similarity (IS) diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara beberapa unit sampling, atau beberapa komunitas yang dipelajari dan dibandingkan komposisi dan struktur komunitasnya. Oleh karena itu, besar kecilnya indeks

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

I II III

H'

E


(42)

28

kesamaan tersebut, menggambarkan tingkat kesamaan komposisi spesies dan struktur dari dua komunitas,atau tegakan, atau unit sampling yang dibandingkan.

4.5 Produktivitas Rerumputan

Nilai produktivitas rerumputan di setiap lokasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5. Nilai Produktivitas Rerumputan di Lokasi Penelitian

Lokasi Total Berat Kering (g) Biomassa (g/m2)

I 3231,6 538,6

II 2777,5 462,91

III 1681,8 280,3

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa total berat kering rerumputan yang tertinggi pada ketiga lokasi penelitian terdapat di lokasi I dengan jumlah 3231,6 g dan terendah di lokasi III 1681,8 g. Berat biomassa rerumputan yang tertinggi di ketiga lokasi penelitian terdapat pada lokasi I dengan berat sekitar 538,6 g/m2. Total biomassa tumbuhan secara umum dalam suatu ekosistem sangat bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi jenis tumbuhannnya. Struktur dan komposisi rerumputan pada lokasi I memiliki jumlah individu dan spesies yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua lokasi lainnya. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah individu rerumputan yang ditemukan pada pada suatu area, maka berat basah dan biomassa rerumputan akan semakin banyak pula.

Gardner et al., (1991), menyatakan bahwa berat kering tumbuhan yang berupa biomassa total merupakan manifestasi dari proses-proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan. Berat kering dapat menunjukkan produktivitas tanaman karena 90% hasil fotosintesis terdapat dalam bentuk berat kering. Biomassa tumbuhan meliputi hasil fotosintesis, serapan unsur hara, dan air. Menurut Hafis (1994) dalam Hasanbari dan Purwanta (1996), penurunan produksi biomassa rumput berhubungan erat dengan berkurangnya berat serasah, kandungan bahan organik tanah, dan bertambahnya kepadatan tanah (penurunan kadar air tanah).


(43)

Berdasarkan penelitian, kadar air tanah yang tertinggi ditemukan di lokasi I sebesar 37,174 %, lokasi II sebesar 35,685 % dan kadar air tanah terendah terdapat pada lokasi III sebesar 29,870 % (Lampiran 6). Keadaaan ini menunjukkan bahwa semakin banyak air maka biomassa rerumputan juga semakin besar. Kadar air yang lebih besar akan menghasilkan pertumbuhan dan berat kering yang lebih besar.

Rasyid et al., (2010), menyatakan bahwa air diperlukan oleh tanaman untuk transpirasi dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat serta pengangkutan hasil-hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tanaman. Sebagian besar air yang diperlukan oleh tanaman berasal dari tanah yang disebut dengan air tanah. Gardner et al., (1991), menyatakan ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Pertumbuhan suatu tumbuhan dapat diukur melalui berat kering dan laju pertumbuhan relatifnya.

Selanjutnya Jumin (2002), menyatakan pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air bagi kelangsungan hidupnya. Air yang terdapat pada jaringan tanaman secara fungsional berperan sebagai pelarut pada proses fisiologis dan merupakan alat yang dapat membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman. Kebutuhan air tanaman dinyatakan sebagai jumlah satuan air yang diserap per satuan berat kering tanaman yang dibentuk, atau banyaknya air yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan berat kering tanaman.

Berat biomassa di lokasi penelitian tidak didukung dari hasil analisis kimia tanah pada lokasi penelitian, tetapi sejalan dengan kemampuan adaptasi rerumputan yang dapat tumbuh pada lahan-lahan marginal dengan kandungan unsur hara tanaman yang sedikit. Hasil analisa kimia tanah dapat dilihat pada tabel 4.5.1 berikut.

Tabel 4.5.1. Hasil Analisa Kimia Tanah di Lokasi Penelitian

Unsur Hara Lokasi

I II III

Carbon 3,53% 3,07% 1,29%

Nitrogen 0,13% 0,14% 0,12%

Posfor 17 ppm 17 ppm 15 ppm

Kalium 0,51 me/100 0,50 me/100 0,26 me/100


(44)

30

Tabel 4.5.1 menunjukkan bahwa hasil analisa kimia tanah pada ketiga lokasi bervariasi, namun jumlah karbon, fosfor dan kalium tertinggi diantara ketiga lokasi terdapat pada lokasi I. Nitrogen pada ketiga lokasi penelitian tergolong rendah dan calsium pada ketiga lokasi tergolong sangat rendah. Fauzi (2008), menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara bagi tanaman, peningkatan aktivitas mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia lainnya di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Unsur hara tanaman merupakan penentu produktivitas tanah dan merupakan sumber makanan organisme dalam tanah melalui reaksi-reaksi kimia. Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro dapat mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan/ perkembangan tanaman dan produktivitasnya.

Mcnaughton & Wolf (1990), menyatakan bahwa zat hara tanah dapat secara langsung membatasi produktivitas primer (biomassa) pada beberapa ekosistem. Suryani (2007), menyatakan bahwa bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Nilai Korelasi yang diperoleh antar parameter unsur hara tanaman dengan biomassa rerumputan dapat dilihat pada Tabel 4.5.2 berikut.

Tabel 4.5.2. Analisis Korelasi Pearson antara Biomassa dengan Bahan Organik Tanah, Kadar Air Tanah, dan Intensitas Cahaya

Korelasi Pearson (R)

Carbon Nitrogen Fosfor Kalium Calsium Kadar

Air Tanah

Intensitas Cahaya

Biomassa .996 .688 .959 .968 .270 .996 -.999*

Nilai+ =Arah korelasi Searah Nilai - =Arah korelai Berlawanan

Hasil nilai korelasi yang diperoleh antara parameter bahan organik tanah, kadar air tanah, dan intensitas cahaya dengan biomassa rerumputan menunjukkan bahan organik tanah dan kadar air tanah berkorelasi positif dengan biomassa


(45)

rerumputan, sedangkan intensitas cahaya dengan biomassa rerumputan berkorelasi negatif. Nilai positif menunjukkan hubungan yang searah antara biomassa dengan bahan organik tanah dan kadar air tanah, artinya semakin tinggi nilai suatu faktor bahan organik tanah dan kadar air tanah maka semakin tinggi pula produktivitas rerumputan, sedangkan nilai negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara biomassa dengan intensitas cahaya, artinya semakin tinggi nilai intensitas cahaya tanaman maka semakin rendah produktivitas rerumputan.


(46)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a) Ditemukan 21 jenis rerumputan (dua belas jenis Poaceae dan sembilan jenis Cyperaceae). Struktur rerumputan di lokasi I (1000 mdpl) didominasi oleh Imperata cylindrica dengan INP sebesar 58.408%, lokasi II (1100 mdpl) didominasi oleh Leersia hexandra sebesar 75.202% dan lokasi III (1200 mdpl) didominasi oleh Imperata cylindrica sebesar 81.316%.

b)Indeks keanekaragaman rerumputan di seluruh lokasi penelitian tergolong sedang (1,010 sampai 1,826) dan Indeks Keseragaman rerumputan di seluruh lokasi tergolong tinggi.

c) Berat biomassa rerumputan tertinggi ditemukan di ketinggian 1000 mdpl sebesar 533 g/m2, di ketinggian 1100 mdpl sebesar 462,91 g/m2 dan di ketinggian 1200 mdpl sebesar 280,3 g/m2, dengan kadar air tanah tertinggi ditemukan di ketinggian 1000 mdpl.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terhadap keadaan fisik tanah pada Kawasan Danau Toba Desa Togu Domu Nauli.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Z. 2009. Produksi Biomassa Tanaman Legum Penutup Tanah pada Beberapa Jarak Alur Tanam dan Bobot Benih Campuran. Jurnal Agroscientiae. 16(3): hal. 174.

Alikodra, H. S. 1983. Konservasi Alam dan Pengelolaan Margasatwa Bagian I.Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Ambriyanto, K. 2010. Isolasi dan Karekterisasi dan Bakteri Aerob Pendegradasi Selulosadari Srasah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schaum). Skripsi SarjanaBiologi. Surabaya: FMIPA-ITS. hal. 6.

Aswandi dan Sunandar, A. 2007. Peningkatan Kapasitas Rehabilitasi Lahan Kritis pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Ekspose Hasil-Hasil Penelitian Parapat. hal: 12.

Aththorick, A. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah pada Beberapa Tipe Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi Penelitian. 17(5): hal. 45-46.

Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a Primer. (FAO Forestry Paper - 134). FAO, Rome.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Kecamatan Dolok Pardamean 2010. Simalungun: Badan Pusat Statistik.

Ewusia, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja. Bandung: Penerbit ITB. hal. 161, 312.

Fachrul, M. 207. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara. hal. 32-33. Fauzi, 2008. Analisis Kadar Unsur Hara Karbon Organik dan Nitrogen didalam Tanah

Perkebunan Kelapa Sawit Bengkalis Riau. Tugas Akhir Diploma 3 Kimia Analis. Medan: FMIPA-USU. hal. 21,23.

Gardner, F. P., Perace, R. B., Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI Press.

Gibson, D. 2009. Grasses and Grasssland Ecology. New York: Oxford University Press. hal. 21-22.

Gonggo, B. M., Hermawan, B., dan Anggraeni, D. 2005. Pengaruh Jenis Tanaman Penutup dan Pengolakan Tanah terhadap Sifat Fisika Tanah pada Lahan Alang-alang. Jurnal ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 7(1): hal. 44-55.


(48)

34

Hasanbahri, S. dan Purwanta, S. 1996. Produktivita Rumput di bawah Acacia nilotica di Savana Bekol Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Buletin Kehutanan 30. Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Hariah, K. dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Lahan. Bogor: World Agroforestry Centre –CRAF, SEA Regional Office.

Hipp, A. 2008. Field Guide to Wisconsin Sedges. England: The University of Wisconsin Press. hal. 2.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara. hal. 120, 144-147.

Jumin, H. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 112, 132.

Kartasapoetra, A. 1990. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merahabilitasinya. Jakarta: Cileles Jaya. hal. 83, 94-96.

Krebs, C. J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Third Edition. New York: Harper & Row Publisher. page. 106. Loveless, A. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta:

PT Gramedia. hal. 242.

Mason, C. F. 1980. Ecology. Second Edision. New York: Longman Inc. page. 23. Mcilroy, R. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Jakarta: Pradanya

Paramita. hal. 14-16, 126, 146.

Mcnaughton, S. J. dan Wolf, L. 1990. Ekologi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 189.

Mukhlis, 2007.Analisis Tanah Tanaman. Medan: USU Press. hal. 61-63.

Pandey, B. 2003. A Textbook of Botany Angiosperms. New Delhi: S.Chand & Company LTD. hal. 378-382.

Peterson, P. dan Soreng, R. 2007. Systematics of California Grasses (Poaceae). London: University of California Press. hal. 7

Pitra. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Penutup Lantai Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara. Skripsi Sarjana Biologi (tidak dipublikasi). Medan: FMIPA-USU. hal. 40.

Pramuhadi, G. dan Sembiring, E. 2011. Adhesi Tanah Metal pada Berbagai Tingkat Perubahan Kepadatan dan Kadar Air Tanah. Buletin Keteknikan Pertanian. 15(2): hal. 57.


(49)

Rasyid, B., Samosir, S., Sutomo, F. 2010. Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim Air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen. Di dalam: Prosiding Pekan Serealia Nasional 2010. hal. 26-28.

Resosoedarmo, R., Kartawinata, K., Soegiarto, A. 1993. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hal. 32, 40-41.

Sastrapradja,S dan Afriastini, J. 1981. Rumput Pegunungan. Bogor: Lembaga Biologi Nasional LIPI. hal. 51.

Sinaga, R. 2008. Keterkaitan Nisbah Tajuk Akar dan Efisiensi Penggunaan Air pada Rumput Gajah dan Rumput Raja Akibat Penurunan Ketersediaan Air Tanah. Jurnal Biologi Sumatera. 3(1): hal. 29.

Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Steenis,V. 1975. Flora. Jakarta: Pradnya Paramita. hal. 121.

Suin, N. 2003. Ekologi Populasi. Padang: Andalas University Press. hal. 59.

Suryani, 2007. Perbaikan Tanah Media Tanaman Jeruk dengan Berbagai Bahan Organik dalam Bentuk Kompos. Tesis Sarjana Pertanian. Bogor: IPB. hal. 5. Syarif, F. 2009. Serapan sianida (Cn) pada Mikania cordata (Burm.f) B.L. Robinson,

Centrosema pubescens Bth dan Leersia hexandra Swartz yang ditanam pada media limbah tailing terkontaminasi Cn. Jurnal Teknologi Lingkungan. 10(1): hal. 70-71.

Thohir, K. 1991. Butir-butir Tata Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. hal. 16.

Wirosoedarmo, R. 2005. Pengaruh Kadar Air terhadap Kegemburan Tanah. Jurnal Teknologi Pertanian. 6(1): hal. 45-49.


(50)

36

LAMPIRAN 1 : PETA LOKASI PENELITIAN

Keterangan:

Lokasi I ketinggian : 1000 mdpl Lokasi II ketinggian : 1100 mdpl Lokasi III ketinggian : 1200 mdpl


(51)

LAMPIRAN 2 : PLOT PENELITIAN

Lokasi 1 (1000 mdpl)

Lokasi 2 (1100 mdpl)

Lokasi 3 (1200 mdpl)

10 m 10 m

1x1 m

10 m

220 m

10 m 1x1 m

10 m

220 m 10 m

10 m 10 m

1x1 m

10 m


(52)

38

LAMPIRAN 3 : DATA FAKTOR FISIK KIMIA DAN KETINGGIAN LOKASI PENELITIAN

Faktor Fisik Kimia

Intensitas Cahaya (Lux) pH tanah

Suhu Tanah (0C) Kelembaban (%) Suhu Udara (0C)

LOKASI

I II III

125 X 20.000 6,7

18 84 25

180 X 20.000 6,5

21 76 26

290 X 20.000 6,4

26 60 30,5 - Lokasi I : 1000 meter dpl

- Lokasi II : 1100 meter dpl - Lokasi III : 1200 meter dpl


(53)

LAMPIRAN 4 : HASIL ANALISIS VEGETASI NILAI K, KR, F, FR, DAN INP Lokasi I pada Ketinggian 1000 Mdpl

No Nama Spesies K KR F FR INP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Imperata cylindrica Leersia hexandra Botriochloa glabra Sorghum nitidium Scleria lacustris Saccioplepsis indica Cyperus rotundus Echinochloa sp.

Setaria geniculata Fimbristylis ovata Echinochloa colonum Kyllinga monocephala Digitaria violascens Cyperus iria Cyperus pumilus Fimbristylis tomentosa 119.40 55.45 41.40 22.35 9.90 10.35 4.15 6.45 4.10 2.70 2.35 1.85 1.60 1.40 1.40 1.20 41.741 19.385 14.473 7.813 3.461 3.618 1.451 2.255 1.433 0.944 0.822 0.647 0.559 0.489 0.489 0.420 1 0.9 0.8 0.8 0.45 0.4 0.25 0.2 0.2 0.2 0.2 0.15 0.15 0.1 0.1 0.1 16.667 15.000 13.333 13.333 7.500 6.667 4.167 3.333 3.333 3.333 3.333 2.500 2.500 1.667 1.667 1.667 58.408 34.385 27.806 21.147 10.961 10.285 5.617 5.588 4.767 4.277 4.155 3.147 3.059 2.156 2.156 2.086

Jumlah 286.05 100.000 6.00 100.000 200.000

Lokasi II pada Ketinggian 1100 Mdpl

No Nama Spesies K KR F FR INP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Leersia hexandra Imperata cylindrica Saccioplepsis indica Themeda gigantea Sorghum nitidium Scleria lacustris Cyperus rotundus Cyperus cyperoides Fimbristylis tomentosa Fimbristylis ovate Kyllinga brervifolius 100.75 49.3 18.9 4.9 5.45 4.35 3.05 2.6 1.85 1.65 1.15 51.946 25.419 9.745 2.526 2.810 2.243 1.573 1.341 0.954 0.851 0.593 1 0.9 0.3 0.4 0.4 0.4 0.15 0.2 0.2 0.15 0.15 23.256 22.093 6.977 9.302 9.302 9.302 3.488 4.651 4.651 3.488 3.488 75.202 47.512 16.722 11.829 12.112 11.545 5.061 5.992 5.605 4.339 4.081

Jumlah 193.95 100.000 4.3 100.000 200.000

Lokasi III pada Ketinggian 1200 Mdpl

No Nama Spesies K KR F FR INP

1 2 3 4 5 6 7 Leersia hexandra Imperata cylindrica Themeda gigantea Sorghum nitidium Kyllinga monocephala Eragrostis sp.

Eleusine indica 51.25 36.45 2.95 1.7 0.8 1.4 0.5 53.919 38.348 3.104 1.789 0.842 1.473 0.526 1 1 0.45 0.45 0.3 0.25 0.2 27.397 27.397 12.329 12.329 8.219 6.849 5.479 81.316 65.745 15.432 14.117 9.061 8.322 6.005


(54)

40

LAMPIRAN 5 : PRODUKTIVITAS RERUMPUTAN PADA LOKASI PENELITIAN

Plot

Berat Basah (g) Berat Kering (g)

Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi I Lokasi II Lokasi III

1 1287,3 1237,3 687,3 504,3 490,1 304,5

2 987,3 1387,3 487,3 456,3 531,2 214,7

3 1787,3 1187,3 687,3 731,6 447,9 306,4

4 987,3 837,3 487,3 453,8 403,8 168,1

5 1137,3 887,3 537,3 492,2 422,9 223,5

6 1587,3 937,3 887,3 593,4 451,6 418,6


(55)

LAMPIRAN 6 : KADAR AIR TANAH PADA LOKASI PENELITIAN

Lokasi Berat Basah (g) Berat Kering (g) % Kadar Air Tanah

I 100 72,9 37,174

II 100 73,7 35,685


(56)

42

LAMPIRAN 7 : ANALISIS KIMIA TANAH DI LOKASI PENELITIAN Lokasi C (%) N (%) P (ppm) K me/100 Ca me/100

I 3,53 0,13 17 0,51 1,21

II 3,07 0,14 17 0,50 1,43


(57)

LAMPIRAN 8 : CONTOH PERHITUNGAN K, KR, F, FR, INP, H’, E DAN IS

A. Perhitungan Kerapatan

Jumlah Individu Suatu Jenis Kerapatan (K) =

Luas Plot Contoh/ Plot Pengamatan 447 individu

= 20 m2

= 22, 35 individu/ m2 (Sorghum nitidium pada lokasi I) Kerapatan Mutlak Suatu jenis

Kerapatan Relatif (KR) = X 100 % Jumlah Total Kerapatan Mutlak

447/20 m2

= X 100 % 5721/ 20 m2

= 7,813 % (Sorghum nitidium pada lokasi I)

B. Perhitungan Frekuensi

Jumlah plot yang ditempati suatu jenis Frekuensi (F) =

Jumlah seluruh plot pengamatan 16

= 20

= 0,8 (Sorghum nitidium) Frekuensi Suatu jenis

Frekuensi Relatif (FR) = X 100 % Frekuensi Total Seluruh Jenis

0,8

= X 100 % 6


(58)

44

C. Perhitungan Indeks Nilai Penting INP = KR + FR

= 7,813% + 13,333%

= 21,147 % (Sorghum nitidium pada lokasi I)

D. Perhitungan Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener H’ = -Σpi ln pi

Dimana Pi: Ratio jumlah spesies dengan jumlah total individu dari seluruh jenis (Sorghum nitidium = 447 individu, total individu seluruh jenis = 5721 individu)

ni pi = N 447 = 5721 = 0,078

Maka pi ln pi = 0,078 X ln 0,078 = -0.1991

H’ = -Σpi ln pi = - (-1,826) = 1,826

E. Perhitungan Indeks Keseragaman H’

E =

H Maks 1,862

= Ln 16

1,826 =

2,772


(59)

H. Perhitungan Indeks Similaritas

2C

IS = X 100 % A + B

2 (729 + 1025 + 34 )

= X 100 % 5721 + 1901

3576

= X 100 % 7622


(1)

LAMPIRAN 9 : HASIL IDENTIFIKASI HERBARIUM

HERBARIUM MEDANENSE

(MEDA)

UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

JL. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan – 20155 Telp. 061 – 8223564 Fax. 061 – 8214290

E-mail.

Nama : Pinta Omas Pasaribu Nim : 080805034

No No. Koleksi Famili Spesies

1 Pn 01 Poaceae Leersia hexandra Swartz 2 Pn 02 Poaceae Imperata cylindrica Raenschel 3 Pn 03 Poaceae Sorghum nitidium (Vahl) Pres 4 Pn 04 Poaceae Themeda gigantea (Kav) Hack 5 Pn 05 Cyperaceae Scleria lacustris

6 Pn 06 Poaceae Eragrostis sp.

7 Pn 09 Poaceae Eleusine indica (L) Gaertn 8 Pn 10 Cyperaceae Fimbristylis tomentosa Vahl 9 Pn 11 Cyperaceae Kyllinga brervifolius Rottb 10 Pn 12 Poaceae Sacciolepis indica (L) Chase 11 Pn 13 Cyperaceae Fimbristylis ovata (Burm.f) Kern 12 Pn 14 Cyperaceae Cyperus cyperoides (L) O.K. 13 Pn 15 Cyperaceae Cyperus rotundus L.

14 Pn 16 Poaceae Botriochloa glabra (Roxb) A Camus 15 Pn 17 Cyperaceae Cyperus iria L.

16 Pn 18 Poaceae Echinocloa sp.

17 Pn 19 Poaceae Setaria geniculata (Lam) Beauv 18 Pn 20 Poaceae Echinocloa colonum Link 19 Pn 21 Poaceae Digitaria violascens Link 20 Pn 22 Cyperaceae Cyperus pumilus L.

21 Pn 23 Cyperaceae Kyllinga monocephala Rottb

Kepala Herbarium Medanense.


(2)

LAMPIRAN 10 : ANALISA KORELASI PEARRSON DENGAN METODE KOMPUTERISASI SPSS Ver.17.00

Correlations

Carb on

Nitro

gen Fosfor Kali um Calsi um Kadar Air Tanah Intensitas

Cahaya Biomassa Carbo

n

Pearson Correlation

1 .752 .981 .987 .358 1.000** -.991 .996 Sig. (2-tailed) .458 .125 .102 .767 .001 .088 .059

N 3 3 3 3 3 3 3 3

Nitrog en

Pearson Correlation

.752 1 .866 .848 .885 .753 -.655 .688 Sig. (2-tailed) .458 .333 .356 .309 .457 .546 .517

N 3 3 3 3 3 3 3 3

Fosfor Pearson Correlation

.981 .866 1 .999

*

.533 .981 -.945 .959 Sig. (2-tailed) .125 .333 .022 .642 .124 .212 .184

N 3 3 3 3 3 3 3 3

Kaliu m

Pearson Correlation

.987 .848 .999* 1 .503 .987 -.956 .968 Sig. (2-tailed) .102 .356 .022 .665 .101 .190 .161

N 3 3 3 3 3 3 3 3

Calsiu m

Pearson Correlation

.358 .885 .533 .503 1 .360 -.227 .270 Sig. (2-tailed) .767 .309 .642 .665 .766 .854 .826

N 3 3 3 3 3 3 3 3

Kadar AirTa nah Pearson Correlation 1.000 **

.753 .981 .987 .360 1 -.990 .996 Sig. (2-tailed) .001 .457 .124 .101 .766 .089 .060

N 3 3 3 3 3 3 3 3

Intensi tasCah aya

Pearson Correlation

-.991 -.655 -.945 -.956

-.227 -.990 1 -.999* Sig. (2-tailed) .088 .546 .212 .190 .854 .089 .028

N 3 3 3 3 3 3 3 3

Bioma ssa

Pearson Correlation

.996 .688 .959 .968 .270 .996 -.999* 1 Sig. (2-tailed) .059 .517 .184 .161 .826 .060 .028

N 3 3 3 3 3 3 3 3


(3)

LAMPIRAN 11 : FOTO-FOTO PENELITIAN

Pembuatan Plot Penelitian Plot Penelitian


(4)

Deskripsi Jenis-jenis Dominan pada Lokasi Penelitian

Botriochloa glabra (Roxb) A Camus Herba, perennial. Batang: tinggi 1-1,5 m, diameter 0,1-0,3 cm, tegak, bulat, jarak antar nodus 13-24 cm, permukaan licin. Daun: bentuk linear, 10-20 cm x 0,3-0,5 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, permukaan daun atas kasar, bawah licin. Bunga: terminal, majemuk, malai panjang malai 8-15 cm, spikelet bewarna hijau, bulir berekor, warna ungu.

Imperata cylindrical (L) Raenschel Herba, perennial. Batang: tinggi 20-150 cm, diameter 1-2 mm, tegak, bulat, permukaan licin. Daun: bentuk linear, 12-100 cm x 0,5-1,5 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, tajam, permukaan daun atas kasar, bawah licin. Bunga: terminal, majemuk, malai, panjang malai 6-20 cm, spikelet bewarna putih, berbulu keperakan atau keunguan.

Leersia hexandra Swartz

Herba, perennial. Batang: tinggi 1,5-2m, diameter 1-3mm, tegak, bulat, jarak antar nodus 15-30 cm, permukaan licin. Daun: bentuk linear, 15-30 cm x 0,4-0,7 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, tajam, permukaan daun atas kasar, bawah licin. Bunga: terminal, majemuk, malai, panjang malai 15-20 cm, spikelet bewarna hijau kekuning-kuningan.


(5)

Themeda gigantean (Cav) Hack Herba, perennial. Batang: tinggi 2-3 m, diameter 0,6-1,2 cm, tegak, bulat, jarak antar nodus 60-90 cm, permukaan licin. Daun: bentuk linear, 1-2 m x 0,6-1 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, tajam, permukaan daun atas kasar, bawah licin. Bunga: terminal, majemuk, malai, panjang malai 40-50 cm, spikelet bewarna kuning kecoklatan.

Sacciolepis indica (L) Chase

Herba, perennial. Batang: tinggi 80-100 cm, diameter 0,1-0,2 cm, tegak, bulat, jarak antar nodus 5-13 cm, permukaan licin. Daun: bentuk linear, 5-20 cm x 0,2-0,4 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, permukaan daun atas kasar, bawah licin. Bunga: terminal, majemuk, malai, panjang malai 5-7 cm, spikelet bewarna hijau kekuning-kuningan.

Scleria lacustris

Herba, perennial. Batang: tinggi 1-1,5 m, tegak, segitiga, jarak antar nodus 5-10 cm, permukaan kasar. Daun: bentuk linear, 30-45 cm x 0,5-0,7 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, tajam, permukaan daun atas kasar, bawah licin. Bunga: terminal dan aksilar, majemuk, malai, panjang malai 6-15 cm, spikelet bewarna merah kecoklatan, bulir bulat, warna putih.


(6)

Sorghum nitidum (Vahl) Pers

Herba, perennial. Batang: tinggi 100-150 cm, diameter 0,1-0,3 cm, tegak, bulat, jarak antar nodus 6-18 cm, permukaan licin. Daun: bentuk linear, 27-41 cm x 0,5-1 cm, ujung meruncing, tepi daun rata, tajam, permukaan daun atas kasar, bawah licin. Bunga: terminal, majemuk, malai, panjang malai 13-15 cm, spikelet bewarna merah kecoklatan, bulir berekor.